Anda di halaman 1dari 24

PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah


Psikologi Pendidikan Pada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palu

Dosen Pengampuh

Dr. Fatima Saguni, M.Si


Dr. Sri Dewi Lisnawaty, S.Ag., M.Si.

Oleh

KHAIRIL KALAMUNTING
NIM: 02.11.09.18.039

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU
2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,

Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu

penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

Penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata Penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan

manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap

pembaca.

Palu, 20 Mei 2019

Penyusun

Khairil Kalamunting, S.Kom.I.


NIM. 02.11.09.18.039

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………… i


KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………… 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Deskripsi dan Pengertian Teori ………………………………………….. 4
B. Definisi Kerangka Pikir …………………………………………………. 10
C. Definisi Hipotesis ……………………….................................................. 15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 23
B. Saran …………………………………………………………………….. 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mengembangkan

potensi-potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa (UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003).

Pengertian ini menunjukkan pentingnya pendidikan bagi perkembangan

seseorang. Oleh karena itu, berbagai pihak berusaha menciptakan kondisi dan

pendekatan agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Pada awalnya pembelajar

dianggap seperti kertas kosong, sehingga dapat ditulisi apa saja. Anggapan ini

menggambarkan bahwa kurang adanya peran aktif pembelajar saat proses

pembelajaran, karena mereka hanya menerima apa saja yang diajarkan (pasif).

Pembelajaran memang tetap dapat berjalan, namun dapat membuat kreativitas

berpikir pembelajar kurang atau bahkan tidak terasah. Hal ini sangat

disayangkan, karena setiap pembelajar memiliki kecerdasan masing-masing.

Oleh karena itu, dewasa ini pendekatan konstruktivis dilihat sebagai

pendekatan yang mampu mendorong peserta didik untuk mengembangkan potensi-

potensi dirinya secara aktif. Peserta didik tidak lagi dilihat sebagai kertas kosong,

tetapi pribadi yang memiliki bekal pengetahuan. Dalam proses pembelajaran,

bekal pengetahuan yang dimiliki peserta didik akan berinteraksi dengan lingkungan
2

sosial dan pengalaman baru sehingga menghasilkan pengetahuan baru. Untuk

memperoleh pemahaman tentang pendekatan konstruktivis, kita perlu menemukan

prinsipnya dalam filsafat konstruktivis sosial

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari teori belajar humanistik?

2. Siapakah tokoh-tokoh dari teori belajar humanistik?

3. Apa sajakah prinsip-prinsip teori belajar humanistik?

4. Bagaimana implikasi dari teori belajar humanistik?

5. Seperti apa aplikasi dari teori belajar humanistik?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan teori belajar

humanistik.

2. Mengenal tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik.

3. Mampu memahami apa saja prinsip di dalam teori belajar humanistik.

4. Memahami pengimplikasian dari teori belajar humanistik dalam proses belajar.

5. Mengetahui cara penerapan atau pengaplikasian teori belajar humanistik.


2

https://docplayer.info/207964-Makalah-pendekatan-konstruktivis-sosial.html
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Teori Belajar Humanistik

1. Pengertian Teori Belajar Humanistik

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan

manusia. \proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya

dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia

mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha

memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang

pengamatnya.

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara  pada

manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses

belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan

proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih

tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti

apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun

dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi

diri dan sebagainya) dapat tercapai.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar

memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus

berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.

3
4

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,

bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan

dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri

sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang

ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses

belajar, ialah :

a. Proses pemerolehan informasi baru,

b. Personalia informasi ini pada individu.

Teori humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian ilmu

filsafat, kepribadian dan psikoterapi daripada bidang kajian-kajian psikologi dalam

belajar. Teori ini sangat mementingkan obyek yang dipelajari dari pada proses belajar

tersebut.

Teori humanistik ini lebih banyak membahas tentang konsep-konsep pendidikan

untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, dan mengenai proses belajar dalam

bentuk yang terbaik. Atau bisa dikatakan bahwa teori ini lebih tertarik pada pengertian

belajar dalam bentuknya yang paling sempurna dari pada pemahaman mengenai proses

belajar seperti yang selama ini telah dikaji berdasarkan teori-teori belajar.

Di dalam pelaksanaannya, teori ini terlihat juga dalam pendekatan belajar yang

dikemukakan oleh Ausubel. Dia berpandangan bahwa belajar bermakna atau yang juga

tergolong dalam aliran kognitif yang mengatakan bahwa belajar adalah asimilasi
5

penuh makna. Materi pelajaran diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan

yang sudah dimiliki.

Motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam proses belajar, karena

tanpa motivasi dan keinginan dari pihak pelajar, tidak akan terjadi asimilasi

pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada.

B. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Humanistik

Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah:

1. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak

perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang

sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa

memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.

Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka

enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus

mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari

ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan

kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami

dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus

berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal

membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru

membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
6

pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah

menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa

si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan

menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua

lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah

gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin

jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap

perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin

mudah hal itu terlupakan. 

2. Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:

a. suatu usaha yang positif untuk berkembang

b. kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk

memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang

mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau

berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang

sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan

untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua

kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia

dapat menerima diri sendiri.


7

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki.

Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis,

barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan

mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow

ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu

ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini

mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

3. Carl Rogers

Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak

keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi

akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas

Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis

kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.

Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku

pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan

konsep Client-Centerd Therapy. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

a. Kognitif (kebermaknaan)

b. Experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai

seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential

Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar
8

experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif,

evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru

memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa

tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian

bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian

yang bermakna bagi siswa.

c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide

baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang

proses.

4. Kolb

Menurut Kolb dikutip dari UNI, 2008:15 (Thobroni, Muhammad dan Alif

Mustofa, 2011: 159-160) membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu sebagai

berikut:

a. Tahap pengalaman konkret

Pada tahap paling dini dalam proses belajarm seorang siswa hanya mampu

sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mampu memiliki

kesadaraan tentang hakikat kejadian tersebut. Dia pun belum mengerti

bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu.


9

b. Pengalaman aktif dan reflektif

Pada tahap kedua, siswa mulai mampu mengadakan observasi terhadap

suatu kejadian      dan mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.

c. Konsepualisasi

Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar membuat abstraksi atau teori

tentang suatu hal yang pernah diamatinya. Siswa diharapkan mampu

membuat aturan-aturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian

yang meskipun tampak berbeda-beda mempunyai aturan yang sama.

d. Eksperimentasi aktif

Pada tahap akhir, siswa mampu mengaplikasi suatu aturan umum ke situasi

yang baru. Misalnya, dalam matematika, asal-usul sebuah rumus. Akan

tetapi, ia juga mampu memaknai rumus tersebut untuk memecahkan

masalah yang belum pernah ia temui sebelumnya. Menurut kolb, sistem

belajar semacam ini terjadi secara berkesinambungan dan berlangsung

tanpa disadari siswa.

5. Honey Dan Mumford

Berdasarkan teori kolb, Honey dan Mmford dikutip dari UNI, 2008: 16

(Thobroni, Muhammad dan Alif Mustofa, 2011: 160-161) membuat penggolongan

siswa menjadi empat macam, yaitu tipe siswa aktivis, reflektot, teoretis dan pragmatis.

a. Tipe siswa aktivis bercirikan mereka yang suka melibatkan diri pada

pengalaman-pengalaman baru. Mereka cendrung berpikiran terbuka dan

mudah diajak berdialog. Namun, siswa semacam ini biasanya kurang


10

skeptik terhadap sesuatu. Kadang, identik dengan sifat mudah percaya.

Dalam proses belajar, mereka menyukai metode yang mampu mendorong

seseorang menemukan hal-hal barum seperti brainstrorming atau problem

solving. Akan tetapi, mereka akan cepat merasa bosan dengan hal-hal yang

memerlukan waktu lam dalam implementasi.

b. Tipe siswa reflektor adalah sebaliknya. Mereka cendrung sangat berhati-hati

mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusa, siswa tipe ini

cenderung konservatif, yaiutu mereka lebih suka menimbang-nimbang

secara cermat, baik buruk suatu keputusan.

c. Tipe siswa teoretis biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak

menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya sangat subjektif. Bagi

mereka, berpikir secara rasional adalah sesuatu yang penting. Mereka juga

biasanya sangat skeptik dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.

d. Tipe siswa pragmatis biasanya menaruh perhatian besar pada aspek-aspek

praktis dari segala hal. Siswa tipe ini suka berlarut-berlarut dalam

membahas aspek teoretis filosofis tertentu.

6. Hebermas

Ahli psikologis lainnya adalah hebermas yang dalam pandangannya bahwa

belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan

sesama manusia. Dengan asumsi ini, hebermas mengelompokkan tipe belajar menjadi

tiga bagian, yaitu sebagai berikut.


11

a. Belajar teknis (Technical Learning)

Dalam belajar teknis, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam

sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara

mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.

b. Belajar praktis (practical learning)

Dalam belajar praktis, siswa juga belajar juga belajar interaksi. Akan tetapi,

pada tahap ini lebih dipentingkan adalah interaksi antara dirinya dan orang-

orang di sekelilingnya.

c. Belajar emansipatoris (emancipatoris learning)

Dalam tahap ini, siswa berusaha mencapai pemahaman, kesadaran yang sebaik

mungkin tentang perubahan kultural dari suatu lingkungan.

C. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Humanistik

Dalam buku Freedom To Learn karya Carl Rogers (Soemanto, 2006:139-140), ia

menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya

ialah :

1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid

mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya

sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan

diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.


12

5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh

dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut

bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik

perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil

yang mendalam dan lestari.

9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah

dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik

dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang

penting.

10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah

belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus

terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai

proses perubahan itu.

D. Implikasi Teori Belajar Humanistik

1. Guru sebagai fasilitator

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang

berikut ini adalah sebagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berkualitas

fasilitator.
13

a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,

situasi kelompok, atau pengalaman kelas

b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan

perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat

umum.

c. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk

melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan

pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

d. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar

yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu

mencapai tujuan mereka.

e. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel

untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

f. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan

menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan

mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual

ataupun bagi kelompok.

g. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur

dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang

anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang

individu, seperti siswa yang lain.


14

h. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya

dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan,

tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau

ditolak oleh siswa.

i. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan

adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

j. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba

untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

2. Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk

melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya sebagai kekuatan

pendorong yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

3. Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang

paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai

tujuan mereka.

4. Guru menempatkan dirinya sebgai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat

dimanfaatkan oleh kelompok

5. Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasannya dan

juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksanakan tetapi

sebagi andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.

Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang

fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975
15

mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu

empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

a. Merespon perasaan siswa

b. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah

dirancang

c. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa

d. Menghargai siswa

e. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan

f. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan

kebutuhan segera dari siswa.

g. Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,

meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi

akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai,

mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi

perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan

menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

E. Aplikasi Teori Belajar Humanistik

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses

pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam

pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan

guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan


16

peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan

mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai

proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi

diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri

yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.

Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

a. Merumuskan tujuan belajar yang jelas

b. Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang

bersifat jelas , jujur dan positif.

c. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta didik

untuk belajar atas inisiatif sendiri.

d. Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses

pembelajaran secara mandiri.

e. Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih

pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko

dari perilaku yang ditunjukkan.

f. Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran

peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik

untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

g. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.


17

h. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta

didik.

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini tepat untuk diterapkan.

Keberhasilan aplikasi ini adalah peserta didik merasa senang bergairah, berinisiatif

dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan

sendiri. Peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat

oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab

tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau

etika yang berlaku.


18

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

a. Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang

mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu

mengembangkan potensi dirinya.

b. Tokoh-tokoh dari teori humanistik ini antara lain : Arthur Combs, Maslow,

Carl Rogers, Kolb, Honey dan Mumford, dan Hebermas.

c. Salah satu prinsip teori belajar humanistik adalah bahwa manusia itu

mempunyai kemampuan belajar secara alami. Artinya, seseorang secara

alamiah memiliki rasa ingin tahu dan keinginan yang mendalam untuk

mengeksplorasi terhadap dunianya.

d. Implikasi dari teori belajar humanistik salah satunya guru sebagai fasilitator.

Guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka

konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik, dan

sebagainya.

e. Penerapan atau aplikasi teori belajar humanistik ini tercermin dari peserta didik

yang berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman

belajarnya sendiri, sedangkan guru sebagai fasilitator (pendamping) dan

motivator.

B. Saran
19

Dari makalah kami ini, kami berharap para pembaca mampu memanfaatkannya

sebagai sumber belajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dan tak lupa

kritik, masukan, saran, dalam bentuk apapun sangat kami hargai agar kedepannya

penulisan makalah kami menjadi lebih baik.


20

DAFTAR PUSTAKA

Subini, Nini, dkk. 2012. Psikologi pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka.

Sugihartono, dkk. 2013. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Tim Penulis UNY. 1993. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta.

Uno, B. Hamzah. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Anda mungkin juga menyukai