MAKALAH
Dosen Pengampuh
Oleh
KHAIRIL KALAMUNTING
NIM: 02.11.09.18.039
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU
2019
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah ilmiah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
Akhir kata Penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Palu,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Kebijakan Pendidikan Islam Era Pemerinahan Soekarno
(Orde Lama) ……………......................................................................... 3
B. Perkembangan Kebijakan Pendidikan Islam Era Pemerinahan
Orde Baru …………….............................................................................. 7
C. Perkembangan Kebijakan Pendidikan Islam Era Pemerinahan
Reformasi …………….............................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
berlangsung sangat panjang dan sudah memasyarakat. Pada masa penjajahan Belanda
pendidikan Islam dengan cirri khasnya madrasah dan pesantren mulai mendapatkan
Pemerintahan pada masa orde lama yang dimaksudkan kepada rentang waktu
1945 sampai dengan 1965 diberi tugas oleh UUD 1945 untuk mengusahakan agar
terbentuknya suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang bersifat nasional. Oleh
karena itu, pastilah sejarah mencatat bagaimana pemerintah orde lama memberikan
memandang bahwa agama mempunyai kedudukan dan peranan sangat penting dan
strategis. Peran utama agama sebagai landasan spiritual, moral dan etika dalam
dan kemakmuran rakyat, Agama sebagai sistem nilai seharusnya dipahami dan
diamalkan oleh setiap individu, warga dan masyarakat hingga akhirnya dapat menjiwai
Peraturan tentang pendidikan dapat dilihat bahwa posisi pendidikan Islam dalam
1
sistem pendidikan nasional meliputi: pendidikan Islam seperti mata pelajaran,
pendidikan Islam sebagai lembaga, pendidikan Islam sebagai nilai. Pendidikan Islam
sebagai mata pelajaran adalah diberikan mata pelajaran agama Islam di sekolah-
sekolah mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Kedudukan mata
pelajaran ini semakin kuat dari satu fase ke fase yang lain.
B. Rumusan Masalah
Baru ?
Reformasi ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah negeri maupun swasta. Usaha untuk
dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) 27 desember 1945
menyebutkan bahwa: “Madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat
dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia
pada umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan nyata tututan dan
tidak diam saja, bahkan berusaha untuk menjajah kembali. Pada bulan oktober 1945
Sekutu. Hal ini berarti memberikan fatwa kepastian hukum terhadap perjuangan umat
Islam. Pahlawan perang berarti pahlawan jihad yang berkategori sebagai syuhada
diselamatkan.
3
4. Kewajiban-kewajiban tersebut diatas adalah fi sabilillah.
Ditinjau dari segi pendidikan rakyat, maka fatwa ulama tersebut besar sekali
atau madrasah.
sempurna terhadap sesama manusia dan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
sekolah agama seperti pondok pesantren dan madrasah. Telah ada Panitia Penyelidik
Pengajaran Republik Indonesia yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara, panitia ini
Juni 1946 yanng berbunyi: “bahwa pengajaran yang bersifat pondok pesantren dan
madrasah perlu dipertinggi dan dimodernisasikan serta diberikan bantuan biaya dan
Pada bulan desember 1946 dikeluarkan peraturan bersama dua menteri, yaitu
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Pengajaran yang menetapkan bahwa
sampai kelas VI. Pada masa itu keadaan keamanan di Indonesia masih belum mantap
sehingga SKB Dua Menteri belum dapat berjalan dengan semestinya. Daerah-daerah
di luar Jawa masih banyak yang memberikan pendidikan agama mulai kelas I SR.
1947 yang dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara dari Departemen P dan K, serta Prof.
4
Drs. Abdullah Sigit dari Departemen Agama. Tugasnya ikut mengatur pelaksanaan
Tahun 1950, yang sampai sekarang masih berlaku, dimana dinyatakan bahwa belajar
“bahwa pendidikan nasional ialah usaha dasar untuk membangun manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai budaya, pengetahuan, ketrampilan, daya estetik,
(Hanun Asrohah. 1999: 178). Dikukuhkan dalam GBHN berdasarkan TAP MPR No.
II/1983.
Pada tahun 1950 dimana kedaulatan Indonesia telah pilih untuk seluruh
Indonesia, maka rencana pendidikan agama untuk seluruh wilayah Indonesia makin
yunus dari Departemen Agama, Mr. Hadi dari Departemen P dan K, hasil dari panitia
itu adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari. Isinya ialah:
5
1. Pendidikan agama yang diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat.
dalam satu kelas dan mendapat izin dari orang tua / walinya.
Dalam sidang pleno MPRS, pada bulan Desember 1960 diputuskan sebagai
syarat spiritual dan material agar setiap warga Negara dapat mengembangkan
kebudayaan asing (Bab II Pasal 2 ayat 1)”. Dalam ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan
sekolah rendah (dasar) sampai Universitas,” dengan pengertian bahwa murid berhak
ikut serta dalam pendidikan agama jika wali/ murid dewasa menyatakan keberatannya.
terakhir dari keputusan yang terdahulu. Dengan demikian, maka sejak tahun 1966
pendidikan agama menjadi hak wajib dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi
6
B. Perkembangan Kebijakan Pendidikan Islam Era Pemerinahan Orde Baru
Orde baru adalah masa pemerintahan di Indonesia sejak 11 Maret 1966 hingga
Mei 1998. Peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru membawa konsekuensi perubahan
strategi politik dan kebijakan pendidikan nasional. Pada dasarnya Orde Baru adalah
suatu korelasi total terhadap Orde Lama yang didominasi oleh PKI dan dianggap telah
menyelewengkan pancasila.
Masa Orde Baru disebut juga sebagai Orde Konstitusional dan Orde
antara rohani dan jasmani untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Pada tahun
1973-1978 dan 1983 dalam siding MPR yang kemudian menyusun GBHN.
Selain itu, dalam Pelita IV di bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa makin di kembangkan. Dengan semakin meningkatnya dan meluasnya
Maha Esa harus semakin diamalkan baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa termasuk pendidikan agama Islam yang dimasukkan
dalam kurikulum sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Universitas
Negeri.
madrasah di Indonesia bersifat positif dan konstruktif, khususnya dalam dua dekade
7
kembangkan dalam rangka pemerataan kesempatan peningkatan dan peningkatan mutu
pendidikan.
Pada awal – awal masa pemerintahan orde baru, kebijakan tentang madrasah
bersifat melanjutkan dan meningkatkan kebijakan orde lama. Pada tahap ini madrasah
belum di pandang sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, tetapi baru bersifat
pembaruan ini adalah di keluarkannya kebijakan tahun 1967 sebagai respons terhadap
TAP MPRS No. XXVII tahun 1966 dengan melakukan formalisasi dan strukturisasi
Madrasah.
keberadaannya, namun di awal –awal tahun 1970 –an, justru kebijakan pemerintah
nasional. Hal ini terlihat dengan langkah yang di tempuh pemerintah dengan langkah
presiden nomor 34 tanggal 18 April tahun 1972 tentang tanggung jawab fungsional
2. Menteri tenaga kerja bertugas dan bertanggung jawab atas pembinaan dan
8
Selanjutnya, kepres No 34 Tahun 1972 ini di pertegas oleh inpres No 15 tahun
1974 yang mengatur operasionalnya. Dalam TAP MPRS Nomor XVII Tahun 1966
dijelaskan “agama merupakan salah satu unsur mutlak dalam pencapaian tujuan
madrasah dalam TAP MPRS Nomor 2 Tahun 1960 adalah lembaga pendidikan
keagamaan dan umum, tetapi juga bersifat kejuruan. Dengan keputusan presiden No.
34 Tahun 1972 dan impres 1974, penyelenggraan pendidikan dan kejuruan sepenuhnya
Pendidikan Nasional, No. 2 tahun 1989. Inilah UU Pendidikan yang pertama di zaman
Orde Soeharto, dan juga UU Pendidikan yang ketiga di Republik ini, setelah
UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional ini diundangkan dan berlaku sejak
(pasal 2)
9
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
No. 4 tahun 1950 dan UU No. 12/1954 dengan UU No. 2/1989 tentang
tersebut’, (pasal 20 ayat 1). Sementara dalam UU No. 2 1989, tidak lagi
menjadi bagian integral (sub-sistem) dari sistem pendidikan nasional. Sehingga dengan
10
demikian, kebijakan dasar pendidikan agama pada lembaga-lembaga pendidikan Islam
Selain itu UU ini juga telah memuat ketentuan tentang hak setiap siswa untuk
memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya. Namun, SD,
SLTP, SMU, SMK dan PLB yang berciri khas berdasarkan agama tertentu tidak
diwajibkan menyelenggarakan pendidikan agama lain dari agama yang menjadi ciri
khasnya. Inilah poin pendidikan yang kelak menimbulkan polemik dan kritik dari
sejumlah kalangan, dimana para siswa dikhawatirkan akan pindah agama (berdasarkan
dengan agama yang dianutnya. Kritik itu semakin kencang, dengan keluarnya
Peraturan Pemerintah, No. 29/1990, yang secara eksplisit menyatakan bahwa sekolah-
UU No. 2 tahun 1989 itu dan peraturan pemerintah tersebut dinilai oleh
kalangan siswa. Ia juga memberikan peran tidak langsung kepada sekolah untuk
seluruh jenjang pendidikan, menjadi mata pelajaran wajib sejak SD sampai Perguruan
Tinggi. Pada jenjang pendidikan SD, terdapat 9 mata pelajaran, termasuk pendidikan
agama. Di SMP struktur kurikulumnya juga sama, dimana pendidikan agama masuk
11
bersama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa dan Sastra Indonesia,
Sejarah Nasional dan Sejarah Umum. Bahasa Inggris, Pendidikan Jasmani dan
UU Pendidikan tahun 1989, dan kuriklum 1994. Tumbangnya rezim ini menggulirkan
gagasan reformasi, yang salah satu agendanya adalah perubahan dan pembaruan dalam
bidang pendidikan, sebagaimana yang menjadi tema kritik para pemerhati pendidikan
Nasional yang selanjutnya disebut dengan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Dalam
UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 ini pasal yang diperdebatkan dengan tegang adalah
pasal 12 yang menyebutkan bahwa pendidikan agama adalah hak setiap peserta didik.
”Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan
agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidikan yang
seagama,” (Pasal 12 ayat a). Dalam bagian penjelasan diterangkan pula bahwa
pendidik atau guru agama yang seagama dengan peserta didik difasilitasi atau
disediakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan satuan
UU ini juga sekaligus ”mengubur” bagian dari UU No. 2/1989 dan Peraturan
Pemerintah, No. 29/1990, tentang tidak wajibnya sekolah dengan latar belakang agama
12
tertentu (misalnya Islam) mengajarkan pendidikan agama yang dianut siswa (misalnya
pelajaran agama Katolik untuk siswa yang beragama Katolik). UU Sisdiknas 2003
siswa yang menganut agama Katolik. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003 inilah yang menjadi pijakan hukum dan konstitusional bagi penyelenggaraan
pendidikan agama di sekolah-sekolah, baik negeri maupun swasta. Pada pasal 37 ayat
(1) disebutkan bahwa ’kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat
keterampilan/kejuruan dan muatan lokal.’ Dalam penjelasan atas pasal 37 ayat 1 ini
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia’. Pelaksanaan pendidikan agama di sekolah umum, juga diatur dalam undang-
undang baik yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan, biaya
keuntungan bagi peserta didik karena dianggap sebagai penyempurnaan dari metode
Cara belajar siswa Aktif (CBSA). Namun dari sisi mental maupun kapasistas guru
tampaknya sangat berat untuk memenuhi tuntutan ini. Pemerintah juga sangat
Ujian Nasional, sehingga KBK segera diganti dan disempurnakan dengan Kurikulum
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebijakan pemerintah pada orde lama yaitu pada bulan desember 1946
dikeluarkan peraturan bersama dua menteri, yaitu Menteri Agama dan Menteri
mulai kelas IV SR (Sekolah Rakyat = Sekolah Dasar) sampai kelas VI. Pada masa
itu keadaan keamanan di Indonesia masih belum mantap sehingga SKB Dua
masih banyak yang memberikan pendidikan agama mualai kelas I SR. Pemerintah
yang dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara dari Departemen P dan K, serta Prof. Drs.
pengajaran agama, terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara UUPP No. 4
tahun 1950 dan UU No. 12/1954 dengan UU No. 2/1989 tentang Sistem
bahwa ’dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua murid
menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut’, (pasal 20 ayat 1).
14
Sementara dalam UU No. 2 1989, tidak lagi disebutkan ’dalam sekolah negeri’,
yang berarti tidak lagi membedakan sekolah negeri dan sekolah swasta dalam
B. Saran
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan
15
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Zuhairini, dkk.. Sejarah Pendidikan Islam. 1997. cet. 4. Jakarta: Bumi Aksara.
http://immtarbiyahpwt.blogspot.com/2011/09/sejarah-pendidikan-islam-masa-orde-
lama.html
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/12/sistem-pendidikan-islam-pada-masa-
orde.html .www.armhando.com.
Mustafa dan Abdullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. 1997. Bandung :CV.
Pustaka Setia.
Nizar , Prof. Dr. H. Samsul, M. Ag, Sejarah Pendidikan Islam. 2008 . Jakarta:
Kencana
16