Disusun Oleh :
NISHAUL FAUZIAH
SN191109
Minggu ke : Pertama
1. Prinsip Tindakan
a. Pengertian
Perawatan pasien dengan alat bantu pernapasan yang bersifat mekanik
b. Tujuan
Peawatan pasien dengan ventilator bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi
c. Prosedur
1) Fase Pra Interaksi
a) Mempersiapkan alat
b) Memperkenalkan diri
c) Mencuci tangan
2) Fase Orientasi
a) Memberi salam / menyapa klien
b) Menjelaskan tujuan tindakan
c) Menjelaskan langkah prosedur tindakan
d) Menanyakan kesiapan pasien
3) Fase Kerja
a) Perawatan umum
- Kaji status pernafasan pasien dan mode ventilator, fiksasi oksigen
- Memberikan posisi head up bagi pasien, dengan merubah posisi
tiap dua jam
- Terangkan tujuan pemakaian ventilator pada pasien dan atau pada
keluarganya bagi pasien yang tidak sadar
- Melakukan “breathing circuit” sebaiknya tidak lebih tinggi dari
ETT, agar pengembunan air yang terjadi tidak masuk ke paru
pasien
- Perhatikan permukaan air di “humidifier” jaga jangan sampai
habis, air diganti tiap 4 jam
- Mengecek dan menjaga kehangatan sistem heating wire
b) Perawatan jalan nafas
- Memastikan kepatenan ETT terfiksasi dengan baik
- Melakukan penghisapan sekresi penghisapan (bila perlu)
- Melakukan fisioterapi dada – claping dan fibrasi
c) Perawatan endotrakeal tube (ETT)
- Mengganti plester fiksasi ETT setiap hari (perhatikan jangan
sampai letak dan panjang tube berubah)
- Pada pasien yang tidak kooperatif sebaiknya dipasang mayo /
guidel sesuai ukuran
d) Perawatan tekanan cuff endotrakeal tube (ETT)
- Melakukan atau mengecek tekanan cuff ETT dengan cuff inflator
atau perabaan palpasi pada balon ETT
- Memberikan tekanan cuff normal 20-30 mmHg
d. Fase Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan
b) Menyampaian rencana tindak lanjut
c) Berpamitan
e. Penampilan Selama Tindakan
a) Melakukan komunikasi terapeutik
b) Ketelitian selama tindakan
c) Menjaga keamanan pasien
2. Analisa Tindakan
a. Dasar pemberian tindakan
Ventilator merupakan alat bantu pernafasan bertekanan positif atau
negative yang mengahsilkan aliran udara terkontrol pada jalan nafas pasien
sehingga mampu mempertahankan dan memperbaiki ventilasi dan
pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) didefiniskan sebagai pneumonia yang terjadi 48 jam atau
lebih setelah ventilator mekanik diberikan. Ventilator Associated
Pneumonia (VAP), merupakan bentuk infeksi nosokomial yang paling
sering ditemui diunit perawatan intensif, khususnya pada pasien yang
menggunakan ventilator mekanik (Wiryana, 2007).
VAP menjadi perhatian utama di ICU karena merupakan kejadian
yang cukup sering dijumpai, sulit untuk di diagnosis secara akurat dan
memerlukan biaya yang cukup besar untuk pengobatannya. Kejadian VAP
memperpanjang lama perawatan pasien di ICU dan berhubungan erat
dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas pasien di ICU, dengan
angka kematian mencapai 40 - 50% dari total penderita (Hunter JD, 2006).
Diagnosa Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dapat ditegakkan
berdasarkan adanya demam (>38,3º) Leukositosis (>10.000 mm3), secret
trakea bernanah dan adanya infiltrate yang baru. Diagnosa Ventilator
Associated Pneumonia (VAP) dengan spesifitas yang tinggi dapat dilakukan
dengan menghitung Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) yang
mengandung kombinasi data klinis, laboratorium, pembandingan tekanan
oksigen dengan fraksi oksigen (CaO2/F1O2) dan thorax foto (Luna, 2003) .
4. Daftar Pustaka
Juliani, E, Rosliany, N, Suharni. (2018). Hubungan Karakteristik Perawat
Dengan Tingkat Pengetahuan Mengenai Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) Di Ruang ICU Dan ICCU RS Husada Jakarta. JKH.
Volume 2 Nomor 1
https://www.youtube.com/watch?v=eHj5IwdXQcY