Anda di halaman 1dari 13

1.

TUJUAN
1.1. Menentukan komposisi gula reduksi dari suatu bahan yang mengandung
karbohidrat dengan metode DNS dan Nelson-Somoyogi.
2. DASAR TEORI
Gula reduksi merupakan monosakarida/disakarida yang mengandung
gugus aldehid atau keton bebas. DNS (Dinitrosalycilic acid) merupakan metode
untuk menentukan gula reduksi dalam suatu bahan. Sampel gula pereduksi akan
mengalami oksidasi sedangkan gugus NO2 pada senyawa DNS mengalami
reduksi. Metode Nelson-Somogyi juga merupakan salah satu metode
penentuan gula pereduksi. Namun, dasar reaksi metode ini berbeda dengan
DNS.

Analisa secara kuantitatif didasakan pada hukum Lambert-Beer yang


menyatakan bahwa intensitas cahaya yang diserap berbanding lurus dengan
konsentrasi senyawa, atau dirumuskan: A= ε x b x c, dengan ε adalah koefisien
ekstingsi molar, b adalah tebal larutan (kuvet), c adalah konsentrasi larutan, dan
A adalah absorban (Khopkar,1990).

Metode Nelson-Somogyi merupakan metode penetapan kadar gula


pereduksi, dimana prinsipnya, gula pereduksi akan mereduksi ion Cu2+ menjadi
Cu+, kemudian ion Cu+ akan mereduksi senyawa arsenomolibdat membentuk
kompleks warna biru kehijauan (Nelson,1944; Sadasivam dan
Manickam,1996). Metode Nelson-Somogyi lebi spesifik untuk menetapkan
kadar gula pereduksi pada sampel yang memiliki senyawa gula campuran di
dalamnya. Reaksi yang terjadi antara reagen Cu alkalis (Cu2+) spesifik dengan
gula pereduksi menjadi Cu+ (endapan merah bata) kemudian ketika
ditambahkan arsenomolibdat endapan tersebut akan larut dan membentuk
kompleks [AsMo4VMo8VIO40]7- berwarna biru kehjauan (Cu+ diubah menjadi
Cu2+). Gula-gula non pereduksi yang telah ada didalam sampel tidak
mempengaruhi reaksi yang terjadi. Metode Nelson-Somogyi menyajikan
presentase total karbohidrat didalam sampel (Kautsar,2011). Dilakukan
pengukuran absorbansi pada λ 540 nm yang dinilai memberikan serapan
optimal dari kompleks berwarna antara kuprooksida gula dan arsenomolybdate.
Reagen Nelson-Somogyi berfungsi sebagai oksidator antara kupri oksida yang
bereaksi dengan gula pereduksi pada bahan dan memberuk endapan merah bata,
merupakan pereaksi tembaga alkali yang mengandung Na2PO4 anhidrat dengan
Kalium Natrium Tartrat (garam Rochelle). Pereaksi arsemonolybdate
mengandung ammonium monolybdate H2SO4, NaHAsO4.7H2O. kadar gula
dapat ditentukan dengan mengukur serapan warna kompleks dan dibandingkan
dengan standar (Fauzi,1994).
Adaptasi reagen tembaga (1,2) Somogyi-Sheffer-Hartmann untuk
penentuan glukosa digunakan untuk metode kolorimetrik dapat digunakan

1
dengan menghilangkan iodide dan iodat dalam persiapannya karena dapat
menganggu reagen warna monolibdat. KI menghambat autoreduksi tembaga
karena tidak adanya hasil reagen yang tidak stabil. pereaksi mikro Somogyi
yang digunakan dengan berbagai variasi reagen fosforolibdat, proporsitasitas
yang baik dihasilkan pada kerapatan warna dan glukosa dari berbagai
konsentrasi. Namun reagen fosfomolibdat yang tidak diinginkan banyak
tertinggal dan tidak memiliki stabilitas warna yang diinginkan. Pengembangan
reagen warna arsenomolibdat memberikan stabilitas dan produktifitas warna
yang memuaskan sehingga memungkinkan untuk menggunakan reagen
tembaga dalam prosedur fotometrik untuk secara praktek digunakan dalam
prosedur titrimetric yang disesuaikan (Nelson,1944).

Metode alternative yang dapat digunakan selain metode Nelson-


Somogyi adalah metode DNS yang lebih sederhana, sensitive, dan dapat
digunakan untuk sampel dalam jumlah besar (Sadasivam dan Manickam,1996).
Prinsip metode ini adalah dalam suasana alkali gula pereduksi akan mereduksi
asam 3,5-dinitrosalisilat (DNS) membentuk senyawa yang akan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm (Daud et al.,2012).

Metode 3,5-dinitrosalicylic acid (DNS) melibatkan deteksi kolorimetri


berdasarkan oksidasi gugus karbonil dan reaksi dengan molekul penyerap UV-
Vis. Dalam reaksinya terjadi oksidasi gugus aldehid/keton dari gula pereduksi
dan DNS tereduksi menjadi 3-amino-5-notrisalicylic acid. Banyak reaksi
sampingan (seperti dekomposisi gula yang bersaing dengan
jumlah/ketersediaan DNS) yang bergantung pada karakter gula pereduksi, gula
yang berbeda akan menghasilkan intensitas warna yang berbeda, sehingga perlu
dikalibrasi untuk tiap gula. Karena spesifitas rendah, harus ada blanko untuk
hasilkan tes yang akurat dan tepat (Miller,1959). Reagen DNS mengandung 1%
DNS, 0.2% fenol, 0.05% Sodium bisulfit, dan 1% Sodium hidroksida. Fenol
digunakan untuk meningkatkan warna yang dihasilkan, bisulfit untuk
menstabilkan warna, dan alkali berperan dalam reaksi reduksi, penambahan
NaOH digunakan untuk menciptakan suasana basa agar reaksi dapat terjadi.
Pemanasan sampel dengan reagen DNS hingga muncul warna merah kecoklatan
dan didinginkan karena suhu dapat mempengaruhi absorbansi. Tanpa garam
Rochelle yang ditambahkan setelah munculnya warna dan pendinginan, warna
yang dihasilkan tidak akan stabil, selain itu juga berfungsi untuk mencegah
reagen melarutkan O2. Absorbansi diukur pada λ 575 nm yang dinilai
memberikan serapan paling maksimal untuk warna yang dihasilkan. Hilangnya
karbohidart dapat diatas dengan sodium bisulfit dan garam Rochelle,
konsentrasi sulfit yang ditambahkan jika kurang dari 0.05% menyebabkan
kurva tidak linier namun jika berlebih dapat menyebabkan depresi intensitas
warna. Kadar NaOH tinggi dapat berdampak pada hilangnya karbohidrat
(Miller,1959).

2
3. ALAT dan BAHAN
3.1. Alat
 Gelas beker 50 ml  Waterbath
 Gelas beker 100 ml  Labu ukur 25 ml
 Gelas beker 500 ml  Labu ukur 50 ml
 Gelas ukur 25 ml  Labu ukur 100 ml
 Gelas ukur 50 ml  Pengaduk kaca
 Hotplate stirrer  Sendok sungu
 Pipet ukur 1 ml  Sendok besi
 Pipet ukur 5 ml  Spektrofotometer
 Pipet ukur 10 ml  Kuvet
 Filler  Batu didih
 Tabung reaksi  Corong
 Rak tabung  Botol akuades
3.2. Bahan
 Akuades  NaOH
 Glukosa  Sodium Sulfit
 DNS  Lautan Nelson A
 Larutan Kalium Natrium  Larutan Nelson B
Tartrat 40%  Reagen Arsenomolibdat

4. SKEMA KERJA
4.1. Penyiapan Reagen DNS 1%

1 g DNS

50 mg Sodium Sulfit 1 g NaOH

1 g NaOH

Dilarutkan dalam labu ukur 100 ml

Larutan DNS 1%

Gambar 4.1.1 Skema kerja pembuatan reagen DNS 1%.

3
20 g Sodium Potassium Tartrat

50 ml Akuades

Dilarutkan dalam labu ukur 50 ml

Larutan Sodium Potassium Tartrat


(Garam Rochelle) 40%

Gambar 4.1.2 Skema kerja pembuatan larutan Sodium Potassium Tartrat (Garam
Rochelle) 40%.
4.2. Penyiapan Kurva Standar DNS

100 g glukosa

50 ml Akuades

Dilarutkan dalam labu ukur 50 ml

Larutan glukosa standar (2000 µg/mL)

Akuades

Diencerkan

Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan


glukosa glukosa glukosa glukosa glukosa glukosa
200 400 600 800 1000 1200
µg/mL µg/mL µg/mL µg/mL µg/mL µg/mL

Dimasukkan masing-masing 3 ml dalam tabung reaksi berbeda


3 ml Reagen DNS 1%

Ditutup aluminium foil. Dipanaskan selama 5-15 menit pada suhu 90oC
(sampai terbentuk warna merah kecoklatan)
1 ml Garam Rochelle 40%

Didinginkan hingga suhu ruang. Diamati absorbansinya


pada panjang gelombang 575 nm.
Blanko: akuades + reagen DNS + garam Rochelle 40%

Gambar 4.2 Skema kerja penyiapan kurva standar metode DNS.


4.3. Penyiapan Kurva Standar Nelson-Somogyi

4
Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
glukosa glukosa glukosa glukosa glukosa glukosa
200 400 600 800 1000 1200
µg/mL µg/mL µg/mL µg/mL µg/mL µg/mL

Dimasukkan masing-masing 1 ml dalam tabung reaksi berbeda


1 ml Reagen Nelson
Dipanaskan dalam air mendidih selama 20 menit (hingga
terbentuk endapan merah bata). Dinginkan dalam suhu ruang

1 ml Reagen Arsenomolybat
Diamati absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.
Blanko: akuades + reagen Nelson + reagen Arsenomolybat

Gambar 4.3 Skema kerja penyiapan kurva metode Nelson-Somogyi.

4.4. Pengukuran Kadar Gula Reduksi Sampel


4.4.1. Metode DNS
3 ml Sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksi


3 ml Reagen DNS 1%

Ditutup aluminium foil. Dipanaskan selama 5-15 menit pada suhu 90oC
(sampai terbentuk warna merah kecoklatan)
1 ml Garam Rochelle 40%

Didinginkan hingga suhu ruang. Diamati absorbansinya


pada panjang gelombang 575 nm.
Blanko: akuades + reagen DNS + garam Rochelle 40%

Gambar 4.4.1 Skema kerja pengukuran kadar gula reduksi dalam sampel dengan
metode DNS.
4.4.2. Metode Nelson-Somogyi

1 ml Sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksi


1 ml Reagen Nelson

Dipanaskan dalam air mendidih selama 20 menit (hingga terbentuk


endapan merah bata). Dinginkan dalam suhu ruang
1 ml Reagen Arsenomolybat

Diamati absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.


Blanko: akuades + reagen Nelson + reagen Arsenomolybat

Gambar 4.4.2 Skema kerja pengukuran kadar gula reduksi dalam sampel dengan
meode Nelson-Somogyi.

5. DATA HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

5
5.1. Kurva Standar DNS
Konsentrasi Glukosa Absorbansi
A = -0.0578666666
(µg/mL) (A575)
200 0.037 B = 4.638571429 10-4
400 0.123 R2 = 0.994162205
600 0.228
800 0.318 y = A + Bx
1000 0.382
12000 0.513

5.2. Kurva Standar Nelson-Somogyi


Konsentrasi Glukosa Absorbansi A = -0.0466
( µg/mL) (A540)
B = 8.89 10-3
20 0.108
40 0.285 R2 = 0.955310821
60 0.592
y = A + Bx
80 0.617
100 0.831

5.3. Pengukuran Kadar Gula Reduksi

Metode Pengujian Kadar Pengenceran Sampel Absorbansi


DNS 100 x pengenceran 0.090
Nelson-Somogyi 200 x pengenceran 0.430
Dengan metode DNS
𝑦 − 𝐴 0,090 − ( −0.0578666666)
𝑥= = = 318,7763063 µg/mL
𝐵 4.638571429 10^ − 4
[Sampel sebenarnya] = 318,7763063 ∗ 100 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 =
31.877,63063 µg/mL
Dengan metode Nelson-Somogyi
𝑦 − 𝐴 0,430 − ( −0.0466)
𝑥= = = 53,61079865 µg/mL
𝐵 8.89 10^ − 3
[Sampel sebenarnya] = 53,61079865 ∗ 200 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 =
10.722,15973 µg/mL

6. PEMBAHASAN
Metode Nelson-Somogyi digunakan untuk penentuan kadar gula pereduksi
dari sampel filtrate pisang yang didapatkan dari modul sebelumnya dengan

6
dasar kolorimetri dan reaksi reduksi. Pembuatan kurva standar untuk
mendapatkan hubungan antara absorbansi dan konsentrasi sehingga
pengukuran absorbansi larutan dapat digunakan untuk penentuan kadar gula
sampel. Reagen Nelson terdiri atas 2 larutan, yaitu larutan Nelson A yang berisi
Natrium karbonat, garam Rochelle, Natrium bikarbonat, dan Natrium sulfat
anhidrat dalam air; sedangkan larutan Nelson B terdiri atas larutan CuSO4.5H2O
dalam air dan 1-2 tetes asam sulfat pekat (Nelson,1944).

Penentuan gula pereduksi dengan metode Nelson-Somogyi diawali dengan


terjadinya reduksi komponen pereaksi Nelson oleh glukosa. Ion tembaga(II)
dari pereaksi Nelson akan tereduksi oleh glukosa menjadi tembaga(I).
Pemanasan campuran sampel dengan pereaksi Nelson dimaksudkan untuk
mempercepat reaksi dan mempertegas warna yang menunjukkan adanya gula
pereduksi, adanya gula pereduksi teridentifikasi dengan adanya endapan merah
bata yang berasal dari tembaga(I) oksida (Cu2O) (Hafimi, 2009).
Penambahan reagen Nelson bertujuan untuk mengoksidasi gua
pereduksi yang ada didalam sampel, sehingga menghasilkan endapan merah
bata (Cu2O). Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi. Penambahan
reagen arsenomolibdat ini bertujuan agar bisa bereaksi dengan endapan kupro
oksida. Pada peristiwa ini kupro oksida akan mereduksi kembali
arsenomolibdat menjadi molibdene blue yang berwarna biru, warna biru inilah
yang nantinya akan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer (Nielsen,
2010). Pengukuran ansorbansi kemudian dilakukan dalam spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 540 nm (Sudarmadji et al.,1997).
Pembentukan warna pada metode Nelson-Somogyi lebih sensitive
dibandingkan dengan metode DNS, sehingga larutan diencerkan 10 kali lipat
dari larutan yang digunakan untuk metode DNS. Dari kurva standar yang
dibuat, nilai R2 sebesar 0,955310821. Nilai yang didapatkan masih belum
mencapai 0,99 menunjukkan hubungan yang kurang linear.
Dari pengukuran absorbansi sampel, didapatkan sampel dengan
pengenceran 200 dan 1000 kali memiliki nilai absorbansi yang masuk dalam
range, namun yang digunakan untuk perhitungan kadar gula pereduksi dalam
sampel adalah sampel dengan pengenceran 200 kali, yaitu absorbansi sebesar
0,430. Melalui persamaan regresi didapati kadar gula peredusi dalam sampel
sebelum pengenceran sebesar 10.722,15973 µg/mL.

Metode DNS Reagen DNS terdiri atas 3,5-dinitrosalicylic acid yang


berfungsi sebagai oksidator untuk mendeteksi adanya gugus pereduksi (gula
pereduksi) pada larutan uji dan akan tereduksi menjadi 3-amino-5- nitrosalicilyc
acid, yang memiliki warna merah kecoklatan sehingga bisa mengindikasikan
adanya reaksi redoks dan memiliki serapan sehingga cocok untuk kolorimetri,
dengan pengukuran pada λ 575 nm akan memberi serapan maksimum. Selain

7
itu ditambahkan saat mempersiapkan reagen ditambahkan sodium sulfit untuk
mencegah hilangnya karbohidrat yang bisa bereaksi dengan DNS karena
oksidasi oleh yang terlarut dalam larutan, sehingga seluruh gula bisa teroksidasi
oleh reaksi dengan DNS dan menghasilkan perubahan warna yang mendasari
kuantifikasi, dan didapat pengukuran yang tepat. Penambahan NaOH pada
persiapan reagen berfungsi untuk memberi suasana basa yang penting untuk
jalannya reaksi. Sebelum pengukuran absoransi, ditambahkan garam Rochelle
yang berfungsi untuk menjaga kestabilan warna yang terbentuk sehingga
pengukuran absorbansinya baik (Miller,1959).. Tujuan penambahan DNS untuk
membentuk NO2 tereduksi an menghasilkan warna merah bata yang dapat
diukur dengan spektrofotometer UV-Vis (Khairina dan Yuanita,2015). Agar
proses reduksi DNS terhadap gula pereduksi berjalan cepat dan sempurna
diperlukan pemanasan pada suhu 100oC selama 15 menit sehingga diperoleh
pembentukan warna yang lebih intensif (Miller,1959).

Dari kurva standar yang dibuat, nilai R2 sebesar 0.994162205. Dari


pengukuran absorbansi sampel, didapatkan sampel dengan pengenceran 20 dan
100 kali memiliki nilai absorbansi yang berbeda, namun yang digunakan untuk
perhitungan kadar gula pereduksi dalam sampel adalah sampel dengan
pengenceran 100 kali, yaitu absorbansi sebesar 0,090 yang masuk dalam range
kurva standar. Melalui persamaan regresi didapati kadar gula peredusi dalam
sampel sebelum pengenceran sebesar 31.877,63063 µg/mL.

Terdapat selisih sebesar 21.155,4709 µg/mL antara konsetrasi sampel


menurut pengukuran Nelson-Somogyi dan pengukuran DNS. Metode DNS
cenderung memberikan hasil yang lebih besar dari pada metode Nelson-
Somogyi karena reagen DNS dapat memicu hidrolisis polisakarida dalam suhu
tinggi (Gusakov et al.,2011). Konsentrasi gula pereduksi rata-rata dari kedua
metode ini sebesar 21.299,89518 µg/mL. Factor error yang dapat terjadi
sepanjang praktikum berlangsung adalah adanya kesalahan pengenceran yang
dilakukan praktikan (pengenceran yang kurang tepat), penggunaan kuvert
plastic (kuvet plastic turut memberikan absorbansi), dan lamanya waktu
pemanasan yang kurang tepat.

7. KESIMPULAN
Kadar rata-rata gula pereduksi dalam sampel ekstrak pisang yang diujikan
dengan metode DNS dan metode Nelson-Somogyi sebesar 21.299,89518
µg/mL.

8. DAFTAR PUSTAKA
Cox, M.M., dan D.L. Nelson. 2008. Lehninger Principles of Biochemistry.
New York: W.H. Freeman and Company.

8
Daud, M., W. Safii., dan K. Syamsu. 2012. “Biokonversi Bahan
Berlignoselulosa menjadi Bioetanol menggunakan Aspergillus niger dan
Saccharomyces cereviciae”. Jurnal Perennial, volume 8(2),43-51.
Fauzi, M. 1994. Analisa Hasil Pangan. Jember: UNEJ.

Gusakov, A.V., E.G. Kondratyeva., A.P. Sinitsyn. 2011. “Comparison of Two


Methods for Assaying Reducing Sugar in the Determination of
Carbohydrase Activities”. International Journal of Analytical Chemistry,
Colume 2011, Article ID 283658.

Hu, R., L. Lin., T. Liu., P. Ouyang., B, He., S. Liu. 2008. “Reducing Sugar
Content in Hemicellulose Hydrolysate by DNS Method: A Revisit”.
Journal of Biobased Materials and Bioenergy, Volume 2, Issue 2, 156-
161. Sand Lake City: American Scientific Pubishers.

Kaustar, R.H. 2011. Kajian Hidrolisis Enzimatis Selulosa dari Alga Merah
(Euchema spinosum dan Euchema cottoni) menggunakan Enzim Selulase
dari Aspergilus niger. Malang: Universitas Islam Malang

Kharina, A., dan L. Yuanita. 2015. “Pengaruh Variasi Lama Penyimpanan


Umbi Bengkuang (Pachirhyzus erozus) terhadap Kadar Glukosa Darah
Rattus norvegicus”. UNESA Journal of Chemistry, Volume 4, Nomor 1.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Miller, G.L. 1959. “Use of Dinitrosalicylic Acid Reagent for Determination of


Reducing Sugar”. Analytical Chem. 31(3),426-428.

Nelson, N., 1944. “A Photometric Adaptation of the Somogyi Method for the
Determination of Glucose”. Journal Biol. Chem, 153(2), 375-379.
Neilson, S.S. 2010. “Introduction to Food Analysis”. Food Analysis, 4th
Edition. USA: Springer.

Razak, A.R., N.K. Sumarni., dan B. Rahmat. 2012. “Optimalisasi Hidrolisis


Sukrosa menggunakan Resun Penukar Kation Tipe Sulfonat”. Jurnal
Natural Science, Volume 1 (1), 119-131.

Rahmansyah, M., dan I.M. Sudiana. 2003. “Optimasi Analisis Amilase dan
Glukanase yang Diekstrak dari Miselium Pleurotus ostreatus dengan
Asam 3,5-Dinitrosalisilat”. Berk. Penel. Hayati, Volume 9, 7-12.

Sadasivam, S., dan A. Manickam. 1996. Biochemical Methods, 2nd Edition.


New Delhi: New Age International Limited.

9
Somogyi, M. 1951. “Note on Sugar Determination”. Journal Biol. Chem, 195
(1), 19-23.

Sudarmadji, S., B. Haryono., dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk


Bahan Makanan dan Pertanian, Edisi keempat. Yogyakarta: Liberty.

Tarkosova, J., dan J. Copikova. 2000. “Determination of Carbohydrate Content


in Banana”. Journal Near Infrared Spectrosc, Volume 8(5),22-23.

10
Lampiran

Kurva Standar DNS


0,6

0,5
Absorbansi
0,4

0,3

0,2

0,1

0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Konsentrasi Glukosa (µg/mL)

Gambar 1. Kurva standar glukosa pada metode DNS.

Kurva Standar Nelson-Somogyi


1
0,8
Absorbansi

0,6
0,4
0,2
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi Glukosa (µg/mL)

Gambar 2. Kurva standar glukosa pada metode Nelson-Somogyi.

Gambar 3. Larutan blanko, larutan standar dengan pengenceran 200, 400, 600,
800, 1000, dan 1200 µg/mL, larutan sampel dengan pengenceran 20 dan 100 kali
pengenceran (berurutan dari kiri ke kanan).

11
Gambar 4. Larutan blanko, larutan standar dengan pengenceran 20, 40, 60, 80,
dan 100 µg/mL, larutan sampel dengan pengenceran 200 dan 1000 kali
pengenceran (berurutan dari kiri ke kanan).

Gambar 5. Pembacaan absorbansi pada glukosa standar untuk metode DNS


dengan konsentrasi 200 µg/mL (gambar kiri, cell 1), 400 µg/mL (gambar kiri, cell
2), 600 µg/mL (gambar kanan, cell 2), dan 800 µg/mL (gambar kanan, cell 1).

Gambar 6. Pembacaan absorbansi pada glukosa standar untuk metode DNS


dengan konsentrasi 1000 µg/mL (gambar kiri, cell 1), 1200 µg/mL (gambar kiri,
cell 2), larutan sampel ekstrak pisang dengan konsentrasi 100 kali (gambar kanan,
cell 3).

12
Gambar 5. Pembacaan absorbansi pada glukosa standar untuk metode Nelson-
Somogyi dengan konsentrasi 20 µg/mL (gambar kiri, cell 1), 40 µg/mL (gambar
kanan, cell 1), 60 µg/mL (gambar kanan, cell 2), 80 µg/mL (gambar kiri, cell 4),
dan 100 µg/mL (gambar kiri, cell 5).

Gambar 6. Pembacaan absorbansi pada sampel ekstrak pisang pada metode


Nelson-Somogyi dengan konsentrasi pengenceran 200 kali (cell 3), dan
pengenceran 300 kali (cell 2).

13

Anda mungkin juga menyukai