Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS AIR MAKANAN DAN MINUMAN II

“Penetapan Kadar Sakarin Pada Sampel Minuman Kemasan Menggunakan


Metode Alkalimetri “

OLEH

NAMA : MERLIN BERTHA KOLIBONSO

NIM : 15 3145 453 019

KELAS : 15 A / 4

KELOMPOK : VI (ENAM)

Program Studi DIII Analis Kesehatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky Makassar

Tahun Akademik 2016 / 2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga Laporan praktikum AMAMI II (P) ini dapat
terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan praktikum
AMAMI ini disusun oleh penulis sebagai tanggung jawab yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Praktikum kimia analitik untuk memenuhi segala kewajiban
sebagai mahasiswa.
Laporan praktikum ini dibuat berdasarkan hasil dari praktikum yang
dikerjakan oleh mahasiswa , dan dilengkapi teori dasar serta hasil dari praktikum
yang dilakukan .
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan
praktikum AMAMI ini , sehingga segala macam kritikan yang membangun dan
saran dari semua pihak akan dihargai dan diterima dengan lapang hati.
Akhirnya, semoga penulisan laporan ini dapat memenuhi segala kewajiban
sebagai mahasiswa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh dosen mata kuliah
praktikum AMAMI.

Makassar, 18 Mei 2017

Praktikan

Merlin Bertha Kolibonso


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Pengesahan : Penetapan kadar sakarin pada sampel minuman

Kemasan menggunakan metode alkalimetri.

Nama Praktikan : Merlin Bertha Kolibonso

NIM : 15 3145 453 019

Hari/Tanggal Percobaan : Kamis, 18 Mey 2017

Kelompok : VI (ENAM)

Rekan Kerja : 1. Ni Made Rai Pratiwi

2. Ayu niar

3. Rina Wahyuni

4. Alma Adila Akrar

5. Dedi Faisal

Makassar, 04 mey 2017

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing Praktikan

( Sulfiani, S.Si, M.Pd ) ( Merlin Bertha Kolibonso )

NIDN : 092 709 8003 NIM : 15 3145 453 019


A. JUDUL PERCOBAAN
Penetapan kadar sakarin pada sampel minuman kemasan menggunakan
metode alkalimetri.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar sakarin pada sampel minuman kemasan
menggunakan metode alkalimetri.
C. LANDASAN TEORI
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri makanan dan
minuman di Indonesia, telah terjadi peningkatan produksi minuman ringan
yang beredar di masyarakat. Pada minuman ringan sering ditambahkan
kofeina, pengawet dan pemanis buatan yang kadarnya perlu diperhatikan,
karena apabila konsumsinya berlebihan dapat membahayakan kesehatan.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap bahan tambahan yang
terdapat dalam minuman ringan, sakarin.
Sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida
benzoat. Karena tidak strukturnya berbeda dengan karbohidrat, sakarin tidak
menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan
perbandingan rasa manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa. Namun sayangnya
dalam konsentrasi sedang sampai tinggi bersifat meninggalkan aftertaste
pahit atau rasa logam. Untuk menghilangkan rasa ini sakarin dapat
dicampurkan dengan siklamat (akan dibahas di bagian 4) dalam perbandingan
1:10 untuk siklamat.
Sakarin diperkenalkan pertama kali oleh Fahlberg pada tahun 1879
secara tidak sengaja dari industri tar batubara. Penggunaannya secara
komersial sudah diterapkan sejak tahun 1884. Namun sakarin baru terkenal
oleh masyarakat luas setelah perang dunia I, di mana sakarin berperan sebagai
pemanis alternatif pengganti gula pasir sulit diperoleh. Sakarin menjadi lebih
populer lagi di pasaran pada tahun 1960-an dan 1970-an. Saat itu, sifatnya
sebagai pemanis tanpa kalori dan harga murahnya menjadi faktor penarik
utama dalam penggunaan sakarin. Selain itu sakarin tidak bereaksi dengan
bahan makanan, sehingga makanan yang ditambahkan sakarin tidak
mengalami kerusakan. Sifat yang penting untuk industri minuman kaleng atau
kemasan. Karena itulah, sakarin dalam hal ini sering digunakan bersama
dengan aspartame; agar rasa manis dalam minuman tetap bertahan lama.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, aspartame tidak bertahan lama
dalam minuman kemasan.
Sifat fisik sakarin yang cukup dikenal adalah tidak stabil pada
pemanasan. Sakarin yang digunakan dalam industri makanan adalah sakarin
sebagai garam natrium. Hal ini disebabkan sakarin dalam bentuk aslinya yaitu
asam, bersifat tidak larut dalam air. Sakarin juga tidak mengalami proses
penguraian gula dan pati yang menghasilkan asam; sehingga sakarin tidak
menyebabkan erosi enamel gigi.
Sakarin merupakan pemanis alternatif untuk penderita diabetes
melitus, karena sakarin tidak diserap lewat sistem pencernaan. Meskipun
demikian, sakarin dapat mendorong sekresi insulin karena rasa manisnya;
sehingga gula darah akan turun ( Fahlberg,1879).
Penggunaan

Sakarin sempat digunakan secara luas sebagai pemanis dalam produk


makanan kemasan (minuman atau buah kalengan, permen karet, selai, dan
permen), bahan suplemen (vitamin dan sejenisnya), obat-obatan, dan pasta
gigi. Selain itu sakarin juga digunakan sebagai gula di restoran, industri roti,
dan bahan kosmetik.

Keamanan

Sakarin mulai diteliti sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Ahli yang
pertama kali menentang penggunaan sakarin, karena dianggap merugikan
kesehatan; adalah Harvey Wiley. Menurut beliau, sakarin memang manis
seperti gula pasir biasa, namun karena struktur kimianya yang menyerupai tar
batubara; tetap saja yang dikonsumsi adalah tar batubara yang seharusnya
tidak dimakan. Namun pernyataan terus dibantah keras oleh presiden
Amerika Serikat saat itu, Theodore Roosevelt. Memang sejak pertama
diperkenalkan secara luas kepada masyarakat sampai saat itu, belum ada efek
buruk sebagai akibat konsumsi sakarin.

Sejak saat itu, keamanan penggunaan sakarin terus diperdebatkan


sampai sekarang. Adapun bahaya yang ditimbulkan sakarin adalah efek
karsinogenik. Pada sebuah penelitian di tahun 1977, mencit percobaan
mengalami kanker empedu setelah mengkonsumsi sakarin dalam jumlah
besar. Penentuan efek serupa pada manusia lebih sulit, karena sebagian besar
produk makanan yang ada saat ini menggunakan beberapa pemanis buatan
sekaligus. Penelitian oleh Weihrauch & Diehl (2004) menunjukkan bahwa
konsumsi kombinasi pemanis buatan dalam jumlah besar (>1.6 gram/hari)
meningkatkan risiko kanker empedu sebanyak hanya 1.3 kali lipat pada
manusia. Namun pemanis manakah yang menimbulkan efek ini tidak
diketahui. Setelah beberapa tahun meneliti, sebagian besar ahli akhirnya
menyimpulkan bahwa sakarin tidak bersifat karsinogenik pada manusia.
(Harvey Wiley).

Analisis bahan tambahan di dalam minuman ringan pada penelitian ini


menggunakan metode ekstraksi dan titrasi. Intensitas rasa manis garam
natrium sakarin tinggi, kira-kira 300 kali lebih tinggi dari pada sukrosa. Rasa
manis sakarin masih dapat dirasakan pada tingkat pengenceran 1:100.000.
Rumus molekul sakarin adalah C7H5NO3S dan mempunyai berat molekul
183,18, struktur kimia sakarinSecara kimiawi sakarin merupakan senyawa
2,3-Dihidro-3-Oxobenzisosulfonasol atau benzosulfimida.

Ada beberapa cara pemisahan dan permunian suatu zat dari


campurannya secara fisik antara lain : Destilasi, ekstraksi, koagulasi,
adsorbsi, dan sublimasi.

Ekstraksi merupakan proses pengambilan komponen berdasarkan


kelarutannya dalam dua fasa cair yang berbeda dengan bantuan pelarut.
Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diingikan
tanpa melarutkan material lainnya. Sedangkan zat yang diperoleh disebut sari
( ekstrak ). Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi
menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan terhadap komponen lain
dalam campuran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah :
- Tipe persiapan sampel.
- Waktu ekstraksi.
- Kuantitas pelarut.
- Suhu pelarut.
- Tipe pelarut
Pada industri the botol atau teh kotak, sari teh diperoleh dari daunnya
dengan cara ekstraksi memakai pelarut cair. Pada kehidupan sehari-hari
beberapa pelarut organik seperti aseton atau bensin dapat digunakan untuk
mengekstraksi noda-noda minyak pada pakaian (Drs.Irfan Anshory.1998.).
Sedangkan titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia
kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang
sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi
memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini
masih banyak yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri. Larutan
yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya diletakkan dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan
standar atau titran, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya
diletakkan dierlenmeyer yang disebut sebagai analit.
Proses titrasi digunakan dalam penentuan analitis banyak, termasuk
melibatkan reaksi asam-basa. Indikator adalah zat yang digunakan untuk
sinyal ketika titrasi tiba di titik dimana reaktan kimia sama, seperti yang
didefinisikan oleh persamaan reaksi. Larutan standar adalah larutan dengan
konsentrasi tepat ditentukan. Awalnya konsentrasi larutan standar ditentukan
dari jumlah yang ditimbang dari sebuah standar primer, bahkan kimia
referensi yang sangat dimurnikan. Larutan standar dapat dibuat dari salah satu
dari dua cara (Weiner, 2010):
1. Standar primer yang ditimbang dengan hati-hati, dilarutkan, dan
diencerkan akurat untuk volume yang diketahui. Konsentrasi dapat
dihitung dari data.
2. Larutan dibuat untuk perkiraan konsentrasi dan kemudian dibakukan
oleh titrasi kuantitas akurat ditimbang dari standar primer.
Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami
perubahan pH. Misalnya bila larutan bersifat asam dititrasi dengan larutan
bersifat basa, maka nilai pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus
menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pH-meter) pada awal
titrasi, yakni sebelum ditambah basa dan pada waktu-waktu tertentu setelah
titrasi dimulai, maka kalau pH dialurkan lawan volume titran, kita peroleh
grafik yang disebut kurva titrasi.
Bila suatu indikator pH kita pergunakan untuk menunjukkan titik
akhir titrasi, maka harus dipenuhi syarat-syarat berikut ini:
1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen
dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi.
2. Perubahan warna itu harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada
keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan atau dilanjutkan.
Untuk memenuhi pernyataan (1), maka trayek indikator harus
mencakup pH larutan pada titik ekivalen, atau sangat mendekatinya; untuk
memenuhi pernyataan (2), trayek indikator tersebut harus memotong bagian
yang sangat curam dari kurva.
Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi harus memenuhi
persyaratan tertentu sebelum dapat digunakan, yaitu :
1. Reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi tertentu.
2. Reaksi harus berlangsung sampai benar-benar lengkap pada titik
ekuivalen.
3. Beberapa cara harus tersedia untuk menentukannya apabila titik
ekuivalen dicapai.
4. Diharapkan bahwa reaksi berlangsung cepat sehingga titran dapat
berlangsung dalam beberapa menit (Underwood, 1998 ).
Titik dimana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik
akhir titrasi, secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir
teoritis ( titik ekuivalen ). dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan
yang disebut kesalahan titrasi ( Sukrimah, 1990 ).
D. ALAT DAN BAHAN
1) ALAT
Alat yang digunakan yaitu neraca analitik, botol semprot, corong
glass, gelas kimia, gelas ukur, labu erlenmeyer, buret, statif, batang
pengaduk, dan pipet tetes.
2) BAHAN
Bahan yang digunakan yaitu sampel minuman (mountea), Larutan
HCl 10 %, Larutan NaOH 0,1 N , Larutan Asam Oksalat 0,1 N,
Indikator PP, dan aquadest.
E. PROSEDUR KERJA
1) Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

Gr NaOH = VNaOH x NNaOH x BENaOH


= 1 x 0,1 x 40
= 4 Gr
- Ditimbang 4 gram kemudian dilarutkan dengan aquadest sampai
1 liter.
2) Pembuatan larutan Asam Oksalat sebanyak 250 ml

Gr As.Oksalat = Vas.oksalat x Nas.oksalat x BEas.oksalat


= 0,25 x 0,1 x 63,035
= 1,575 Gr
- Ditimbang 1,575 gram asam oksalat kemudian dilarutkan dengan
aquadest sampai 250 ml
3) Pembuatan larutan HCl 10 % sebanyak 100 ml
V1 . K1 = V2 . K2
V1 . 37 % = 1000 mL . 10 %
V1 = 1000
37
= 2.7
- Disiapkan labu takar 100 mL
4) Standarisasi larutan NaOH dengan Asam Oksalat
- Dimasukan larutan NaOH kedalam buret
- Dipipet 10 ml larutan asam oksalat kedalam erlenmeyer
- Ditambahkan 6 tetes Indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH
- Dicatat volume akhir titran sampai terjadi perubahan warna ( Dari
tidak berwarna sampai pink )
- Diulangi minimal duplo
- Tentukan normalitas NaOH dengan menggunakan rumus :
N NaOH = VAsam oklsalat x NAsam oksalat
Vrata-rata titran
5) Ekstrasi larutan sampel
- Disiapkan corong pisah
- Dimasukan 5 ml larutan sampel
- Ditambahkan 2 ml HCl 10%
- Ditimbang 15 ml larutan ekstrasi
- Diekstrasi dengan cara memutar corong pisah searah jarum jam
beberapa kali
- Didiamkan dan dibiarkan terbentuk 2 lapisan pada corong pisah.
- Dikeluarkan lapisan bawahnya dan ditampung menggunakan
erlenmeyer
- Ditambahkan kemnali larutan ekstrak pada lapisan atas sebanyak
10 ml
- Diekstrasi kembaliseperti diatas
- Ditampung kembali lapisan bawah di erlenmeyer yang sama
kemudian ditambahkan larutan ekstrasi sebanyak 10 ml, diekstrasi
lagi seperti diatas
- Diekstrasi sebanyak 5 kali , dengan penambahan ekstrasi larutan
15 ml dan 10 ml
- Lapisan bawah yang telah ditampung, kemudian diuapkan sampai
larutan kloroform terlepas dan lapisan lemaknya juga hilang
- Ditambahkan 25 ml aquadest panas
- Ditambahkan 3 tetes indikator PP
- Ditirasi dengan NaOH yang sudah distandarisasi
- Dicatat volume akhir titran
Kadar sakarin = Vrata-rata titran x N NaOH x BE sakarin x 1000
Gr Sampel

F. HASIL PENGAMATAN

Volume titran Volume titran


Sampel (asam oksalat) Perubahan warna (Sampel) pada
pada saat penetapan kadar
standarisasi sakarin
 Sebelum dititrasi
‘M  V1 = 11,4 ml larutan tidak  V1= 1,2 ml
O  V2 = 11,5 ml berwarna  V2= 1,2 ml
U
N  Sesudah dititrasi
T larutan berwarna
E Pink atau merah
A ( 11,45 ml ) muda ( 1,2 ml )

.
G. ANALISIS DATA
Perhitungan
 Volume titran NaOH pada saat standarisasi
Diketahui : V1 = 11,4 ml
V2 = 11,5 ml
Ditanya : Vrata-rata = ...... ?
Penyelesaian :
= Vrata-rata = V1+V2
2
= 11,4 ml + 11,5 ml
2
= 11,45 ml
N NaOH = VAsam oklsalat x NAsam oksalat

Vrata-rata titran
= 10 ml x 0,1 N
11,45 ml
= 0,08 N
 Penetapan Kadar Sakarin
Diketahui : BE Sakarin = 183,18
V1 sampel = 1,2 ml
N NaOH = 0,08 N
Gr sampel = 5 ml 0,005 gr

Ditanya : Kadar sakarin ?


Penye :
Kadar Sakarin = Vtitran x N NaOH x BE Sakarin x 100%
Gr Sampel

= 1,2 x 0,08 N x 183,18 x 1000 %


0,005 Gr

= 35,17 %
H. PEMBAHASAN
Sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida
benzoat. Karena tidak strukturnya berbeda dengan karbohidrat, sakarin tidak
menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan
perbandingan rasa manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa. Namun sayangnya
dalam konsentrasi sedang sampai tinggi bersifat meninggalkan aftertaste
pahit atau rasa logam. Untuk menghilangkan rasa ini sakarin dapat
dicampurkan dengan siklamat (akan dibahas di bagian 4) dalam perbandingan
1:10 untuk siklamat.
Sakarin diperkenalkan pertama kali oleh Fahlberg pada tahun 1879
secara tidak sengaja dari industri tar batubara. Penggunaannya secara
komersial sudah diterapkan sejak tahun 1884. Namun sakarin baru terkenal
oleh masyarakat luas setelah perang dunia I, di mana sakarin berperan sebagai
pemanis alternatif pengganti gula pasir sulit diperoleh. Sakarin menjadi lebih
populer lagi di pasaran pada tahun 1960-an dan 1970-an. Saat itu, sifatnya
sebagai pemanis tanpa kalori dan harga murahnya menjadi faktor penarik
utama dalam penggunaan sakarin. Selain itu sakarin tidak bereaksi dengan
bahan makanan, sehingga makanan yang ditambahkan sakarin tidak
mengalami kerusakan. Sifat yang penting untuk industri minuman kaleng atau
kemasan. Karena itulah, sakarin dalam hal ini sering digunakan bersama
dengan aspartame; agar rasa manis dalam minuman tetap bertahan lama.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, aspartame tidak bertahan lama
dalam minuman kemasan.
Sifat fisik sakarin yang cukup dikenal adalah tidak stabil pada
pemanasan. Sakarin yang digunakan dalam industri makanan adalah sakarin
sebagai garam natrium. Hal ini disebabkan sakarin dalam bentuk aslinya yaitu
asam, bersifat tidak larut dalam air. Sakarin juga tidak mengalami proses
penguraian gula dan pati yang menghasilkan asam; sehingga sakarin tidak
menyebabkan erosi enamel gigi.
Sakarin merupakan pemanis alternatif untuk penderita diabetes
melitus, karena sakarin tidak diserap lewat sistem pencernaan. Meskipun
demikian, sakarin dapat mendorong sekresi insulin karena rasa manisnya;
sehingga gula darah akan turun ( Fahlberg,1879).
Dalam melakukan uji kadar sakarin dalam minuman ringan ini kita
hanya menggunakan sampel minuman sebesar 15 mL yang diambil dari 250
mL hasil pengenceran. Masukkan ke corong pisah lalu ditambah dengan 2
mL HCl pekat, dan ditambahkan 5 ml larutan sampel, kemudian diekstrasi
dan dikocok, pengocokan akan menimbulkan tekanan uap dalam corong
pemisah naik. Tekanan dalam corong pemisah dapat dihilangkan dengan
membuka tutup bagian atas atau bagian bawah ( ingat pada waktu ekstraksi
corong pemisah harus dalam keadaan miring ). Berhati-hatilah jangan sampai
tangan anda terkena HCl karena tangan anda akan gatal dan dingin.
Karena berat jenis sakarin lebih besar dari HCl maka sakarin terletak
di bawah. Kemudian dilakukan titrasi, titik akhir titrasi ditandai dengan
Pada percobaan menentukan kadar sakarin ini kita memperoleh kadar sakarin
sebesar 35,17 %, Kandungan yang cukup tinggi.
Sampel minuman kelompok kami merupakan minuman ringan yang
harganya termasuk dalam golongan murah, wajar saja kalau kandungan
sakarin yang terdapat di dalam minuman sampel kelompok kami cukup
tinggi. Pada saat melakukan ekstraksi, proses pemisahannya cukup lama
mungkin hal tersebut dikarenakan kadar sakarin yang cukup tinggi, kelompok
lain yang menggunakan sampel minuman yang harganya lebih mahal dari
sampel yang digunakan oleh kelompok kami lebih cepat dalam melakukan
ekstraksi.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka hasi yang
diperoleh kelompok kami yaitu kadar sakarin sebesar 35,17 %.
Dari hasil dari laporan yang telah saya tulis di atas maka dapat kami
simpulkan bahwa harga minuman ringan di pasaran juga menentukan kadar
sakarin di dalamnya semakin mahal minuman tersebut semakin sedikit kadar
sakarinnya dan begitu juga sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

APhA. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Pharmaceutical Press:


London
Bararah,Vera,F., (2008), Studi Paparan Pemanis Buatan, Fakultas Mathemetika
dam Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Jakarta.
Departmen of Health. 2009. British Pharmacopoeia. Medicines and Healthcare
products Regulatory Agency: London
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen kesehatan RI:
Jakarta.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen kesehatan RI:
Jakarta
Dyah, P. 2012. Asidi Alkalimetri. Universitas Islam Negeri Gunung Jati: Bandung.
Harjadi, W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia: Jakarta.
Keenan, Charles W. 1980. Ilmu Kimia untuk Universitas. Edisi VI.  422.
Erlangga: Jakarta.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia:
Jakarta.
Purba, Michael. 2007. IPA KIMIA untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Saeful, Karim, dkk. 2008. Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar.
Jakarta:BSE (Buku Sekolah Elektronik).
Sumarwan, dkk. 2007. IPA SMP untuk Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
Widjajaseputra,Anna,I., (2002), Penggunaan Sakarin Sebagai Bahan Pemanis
Sintetik, Jurnal, Agritech, Vol.9 No.1

Anda mungkin juga menyukai