Anda di halaman 1dari 31

PELAKSANAAN PENDIDIKAN

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Dasar – dasar Manajemen Pendidikan
Dosen : Dr. Abdul Wahid, M.Ag.

Disusun :
Anna Muhimah (1703046059)
Nurul Wahidah (1703046063)
Ani Fitriyani (1703046065)
Zumrotul Uluwiyyah (1703046083)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN WALISONGO
SEMARANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah media dalam mendidik dan mengembangkan


potensi-potensi kemanusiaan yang sangat bagus. Pendidikan sejatinya adalah gerbang
untuk mengantar umat manusia menuju peradaban yang lebih tinggi dan humanis
dengan berlandaskan pada keselarasan hubungan manusia, lingkungan, dan sang
pencipta. Penndidikan merupakan pelita atau cahaya bagi perjalanan umat manusia,
masa lalu, masa kini, dan masa yang akan dating.

Dalam pelaksanaan pendidikan, pendidikan membutuhkan metode yang tepat


untuk mengantarkan kegiatan pendidikan kearahtujuan yang dicita-citakan.
Bagaimanapun baik dan sempurnanya sebuah kurikulum jika metode dan komponen
dari pelaksanaan pendidikan kurang tepat dalam mentransformasikan pendidikan itu
sendiri.

Maka dengan ini kami sebagai penulis makalah memilih pembahasan tentang
komponen dari pelaksanaan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dan Konsep dari Kepemimpinan dalam Pendidikan?
2. Apakah Pengertian dan Konsep dari Pengambilan Keputusan dalam Pendidikan?
3. Apakah Pengertian dan Konsep dari Motivasi dalam Pendidikan?
4. Apakah Pengertian dan Konsep dari Komunikasi dalam Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dan Konsep dari Kepemimpinan dalam
Pendidikan.
2. Untuk Mengetahui Pengertian dan Konsep dari Pengambilan Keputusan dalam
Pendidikan.
3. Untuk Mengetahui Pengertian dan Konsep dari Motivasi dalam Pendidikan.
4. Untuk Mengetahui Pengertian dan Konsep dari Komunikasi dalam Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan Pendidikan
1. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan

Secara sederhana kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang


untuk mempengaruhi orang lain.1 Hal ini berarti kepemimpinan merupakan suatu
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar mengikuti keinginan
seorang pemimpin. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi perilaku orang
lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Menurut Overton kepemimpinan adalah kemampuan untuk memperoleh
tindakan pekerjaaan dengan penuh kepercayaan dan kerjasama. Dalam menjalankan
kepemimpinannya seorang pemimpin memiliki gaya-gaya sendiri. Pendapat Overton
menekankan fokus kepemimpinan terhadap kemampuan seseorang memperoleh
tindakan dari orang lain.2

Pemimpin dipercaya oleh yang dipimpin karena otoritas dan kemampuannya


untuk memberikan pengaruh kepada anggota untuk melakukan sesuatu. Orang yang
menjalankan proses kepemimpinan disebut pemimpin. Sedangkan orang yang dipimpin
disebut anggota atau pengikut (followers). Dalam berbagai tindakannya seorang
pemimpin mempengaruhi anggota, karena itu, peran para pemimpin sangat signifikan
dalam menentukan arah dan kualitas kehidupan manusia, baik dalam keluarga,
masyarakat, bangsa, serta negara. 3

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan


adalah proses mempengaruhi individu atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu
dengan sukarela sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Dengan kata lain, dalam
proses kepemimpinan itu, ditemukan ada fungsi pemimpin yang memberi pengaruh, ada
1
Jery Markawimbang, 2012, Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu (Bandung: Alfa Beta)

2
Overton, Rodney, 2002, Leadership Made Simple, (Singapura: Wharton Books, Pte. Ltd.).

3
Syafaruddin, 2010, Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Quantum Teaching,.
pengikut (anggota) yang menerima pengaruh dan ada aktivitas dan ada suatu situasi di
mana kepemimpinan tersebut berlangsung.

Sedangkan Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk


menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kepemimpinan pendidikan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan
pendidikan secara bebas dan sukarela. 4

Kepala sekolah merupakan pimpinan pendidikan. Dalam kedudukannya sebagai


pimpinan pendidikan yang resmi, kepala sekolah diangkat dan ditetapkan secara resmi
sehingga dia bertanggung jawab dalam pengelolaan pengajaran, ketenagaan, kesiswaan,
gedung dan halaman (sarana dan prasarana), keuangan, serta hubungan lembaga
pendidikan dan masyarakat, di samping tugasnya dalam supervisi pendidikan dan
pengajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa kepemimpinan


pendidikan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, mengkoordinir, dan
menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan
pengembangan pendidikan agar dapat dicapai tujuan pendidikan/sekolah secara efektif
dan efisien.

2. Fungsi Pemimpin Pendidikan

Sejalan dengan kompleksitas dan keunikan institusi pendidikan, kepemimpinan


pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut: kepemimpinan pendidikan sebagai
manajer, sebagai pemimpin, dan sebagai pendidik. Akan tetapi, secara lebih rinci
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) membagi fungsi kepemimpinan
pendidikan menjadi tujuh yaitu; (1) sebagai pendidik (educator); (2) manajer; (3)
administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) inovator; dan (7)
motivator. Tujuh fungsi kepemimpinan itu sering disebut dengan istilah EMASLIM.
Fungsi kepemimpinan pendidikan sebagai educator (pendidik) mencakup tujuh aspek,

4
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, 1982, Pengantar Operasional administrasi Pendidikan,
(Surabaya: Usaha Nasional).
yaitu prestasi tenaga pendidik, kemampuan membimbing tenaga pendidik, kemampuan
membimbing karyawan, membimbing siswa, mengembangkan staf, kemampuan belajar
dan mengikuti perkembangan iptek, dan kemampuan memberi contoh mengajar.
Sementara itu, fungsi kemampuan kepemimpinan pendidikan sebagai manajer
mencakup aspek-aspek; kemampuan menyusun program, menyusun organisasi
kepegawaian dalam institusi pendidikan, menggerakkan staf, dan aspek kemampuan
mengoptimalkan daya institusi pendidikan. Fungsi kepemimpinan pendidikan sebagai
administrator mencakup kemampuan mengelola administrasi kegiatan belajar-mengajar
serta bimbingan dan konseling, kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana,
maupun aspek kemampuan mengelola administrasi persuratan. Fungsi kepemimpinan
pendidikan sebagai pendidik (educator), manajer, administrator, supervisor (penyelia),
leader (pemimpin), inovator, dan motivator (EMASLIM) dapat diringkas menjadi tiga
unsur pokok sebagai berikut. 1. Kepemimpinan pendidikan sebagai manajer mencakup
di dalamnya fungsi sebagai administrator, dan supervisor (penyelia). 2. Kepemimpinan
pendidikan sebagai pemimpin (leader) mencakup di dalamnya fungsi sebagai inovator
dan motivator. 3. Kepemimpinan pendidikan sebagai pendidik (educator). 5

3. Tipe - tipe Kepemimpinan Pendidikan

Konsep seorang pemimpin Pendidikan tentang kepemimpinan dari kekuasaan


yang memproyeksikan diri dalam bentuk sikap memimpin, tingkah laku dan sifat
kegiatan pemimpin yang dikembangkan dalam lembaga pendidikannya akan
mempengaruhi situasi kerja, semangat kerja anggota - anggota staf, sifat hubungan
kemanusiaan diantara sesamanya, dan akan mempengaruhi kualitas hasil kerja yang
mungkin dapat dicapai oleh lembaga Pendidikan tersebut. Kepemimpinan dapat
diklasifikasikan menjadi empat tipe yaitu otoriter, laissez-faire, demokrasi, pseudo
demokrasi.

a. Tipe Otoriter
5
Jurnal Tarbiyah UIN Sumatra Utara, 2015, Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah, Vol 22
Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini,
pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota - anggota kelompoknya.
Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan
kekuasaandari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang - undang. Bawahan
hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan
menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka
harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.

Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah. Setiap


perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan,
pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksiyang
telah diberikan. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak
diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Pengawasan bagi
pemimpinyang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang
telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya. Mereka
melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang - orang yang
dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang - orang tersebut diancam
dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang - orang yang berlaku taat dan
menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.
Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan
kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan
langsung. Selain itu, dominasiyang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau
menimbulkan sifat apatis.

b. Tipe Laissez-faire

Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan


pemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin
sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan
bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada
bawahannya tanpa petunjuk atausaran - saran dari pemimpin. Dengan demikian
mudah terjadi kekacauan - kekacauan dan bentrokan - bentrokan. Tingkat
keberhasilan anggota dan kelompok semata - mata disebabkan karena kesadaran
dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruhdari
pemimpin. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur, segala kegiatan
dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

c. Tipe Demokratis

Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota - anggota kelompoknya. Hubungan


pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih
seperti kakak dengan saudara - saudaranya. Dalam tindakan dan usaha – udahanya
ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan
mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya. Dalam
melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat
dan saran- saran dari kelompoknya. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggota
- anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan
bertanggung jawab. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok
dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk
rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi kesempatan
kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan
jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.

d. Tipe Pseudo-demokratis

Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatic. Pemimpin
yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis
padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide - ide,
pikiran, atau konsepyang ingin diterapkan di lembaga Pendidikannya, maka hal
tersebut akan dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi
situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan
didesak agar menerima ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama.
Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada kegiatan
pemimpinyang otoriter dalam bentuk yang halus, samar - samar, dan yang
mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan
pimpinan yang demokratis.6

4. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan

Dalam hubungannya dengan misi pendidikan, kepemimpinan dapat diartikan


sebagai usaha Kepala Sekolah dalam memimpin, mempengaruhi dan memberikan
bimbingan kepada para personil pendidikan sebagai bawahan agar tujuan pendidikan
dan pengajaran dapat tercapai melalui serangkaian kegiatan yang telah direncanakan.

Kepala Sekolah harus memahami bahwa sekolah sebagai suatu sistem organik,
sehingga mampu berperan sebagai pemimpin leader dibandingkan sebagai manajer.
Sebagai Leader Kepala Sekolah harus:

a. Lebih banyak mengarahkan daripada mendorong atau memaksa;


b. Lebih bersandar pada kerja sama dalam menjalankan tugas dibandingkan
bersandar pada kekuasaan atau Surat Keputusan (SK);
c. Senantiasa menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf administrasi,
bukannya menciptakan rasa takut;
d. Senantiasa menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu daripada
menunjukkan bahwa ia tahu sesuatu;
e. Senantiasa mengembangkan suasana antusias, bukannya mengembangkan
suasana yang menjemukan; dan
f. Senantiasa memperbaiki kesalahan yang ada daripada menyalahkan kesalahan
pada seseorang, bekerja dengan penuh kesungguhan, bukannya ogah-ogahan
karena serba kekurangan.

Agar kepemimpinan Kepala Sekolah efektif, beberapa sifat dan gaya


kepemimpinan seorang pemimpin (Kepala Sekolah) dalam menggalang hubungan baik
dengan orang-orang yang dipimpin yaitu:

 Memberi contoh;
 Berkepentingan pada kualitas;

6
Muhammad kosim sirojuddin, Jurnal Pendidikan luar sekolah, UPI.
 Bekerja dengan landasan hubungan kemansuiaan yang baik;
 Memahami masyarakat sekitarnya;
 Memiliki sikap mental yang baik;
 Berkepentingan dengan staf dan sekolah;
 Melakukan kompromi untuk mencapai kesepakatan;
 Mempertahankan stabilitas;
 Mampu mengatasi stress;
 Menciptakan struktur agar sesuatu bisa terjadi;
 Mentolerir adanya kesalahan;
 Tidak menciptakan konflik pribadi;
 Memimpin melalui pendekatan yang positif;
 Tidak mendahului orang-orang yang dipimipinnya;
 Mudah dihubungi oleh orang; dan
 Memiliki keluarga yang serasi

Kepemimpinan Kepala Sekolah harus dapat menggerakkan dan memotivasi


kepada:

a. Guru, untuk menyusun program, menyajikan program dengan baik,


melaksanakan evaluasi, melakukan analisis hasil belajar dan melaksanakan
perbaikan dan pengayaan secara tertib dan bertanggung jawab.
b. Karyawan, untuk mengerjakan tugas administrasi dengan baik, melaksanakan
kebersihan lingkungan secara rutin, melaksanakan tugas pemeliharaan gedung
dan perawatan barang-barang inventaris dengan baik dengan penuh kesadaran
dan tanggung jawab;
c. Siswa, untuk rajin belajar secara tertib, terarah dan teratur dengan penuh
kesadaran yang berorientasi masa depan;
d. Orang tua dan masyarakat, agar mampu untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kemitraan yang lebih baik agar partisipasi mereka terhadap
usaha pengembangan sekolah makin meningkat dan dirasakan sebagai suatu
kewajiban, bukan sesuatu yang membebani.
Yang lebih penting lagi, kepemimpinan Kepala Sekolah harus dapat
memberikan kesejahteraan lahir batin, mengembangkan kekeluargaan yang lebih baik,
meningkatkan rasa kebersamaan dalam mencapai tujuan dan menumbuhkan budaya
positif yang kuat di lingkungan sekolah.7

B. Pengambilan Keputusan
1. Pengertian Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan adalah proses pemecahan masalah dengan mementukan


pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai
tujuan yang diinginkan. Trewtha dan Newport (1982) mendefinisikan pengambilan
keputusan sebagai proses memilih satu dari dua (atau lebih) macam alternatif yang ada
untuk mencapai pemecahan atas problem tertentu.

2. Sistem Pengambilan Keputusan


Herbet A. Simon menyatakan bahwa esensi kepemimpinan administrasi terletak
bagaimana sistem pengambilan keputusan terhadap suatu permasalahan. Model sistem
pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi dua8, yaitu tertutup dan terbuka.

a. Model pengambilan keputusan tertutup


Model ini menekankan pada kemampuan serta kepribadian manusia, tidak
mengindahkan input dari lingkungannya. Konsepnya menekankan pada rasionalitas
individu secara logis. Dilakukan melalui pengujian seluruh alternatif yang
memungkinkan kemudian mengurutkan alternatif-alternatif dengan berorientasi
pada hasil. Model ini biasanya diwujudkan dalam model kuatitatif.
b. Model pengambilan keputusan terbuka
Berbeda dengan model pengambilan keputusan tertutup yang mengindahkan
rasionalitas dan logis, model ini menekankan pada beberapa pertimbangan; seperti
latar belakang, pandangan atas alternatif, dan kemampuan menangani suatu
keputusan. Hasil pengambilan keputusan model ini dikatakan sebagai keputusan
yang aksektable. Pengambilan keputusannya diartikan sebagai suatu kegiatan
7
Rohmat, 2006, Jurnal Pemikiran alternative kependidkan, kepemimpinan Pendidikan, Vol. 11
8
Prof. Dr. H. Engkoswara, M. Ed. & Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., 2010, Administrasi
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta), hal. 105.
dengan memilih alternatif yang ada dengan mempertimbangkan hasil yang
maksimal. Model ini sering digunakan dalam pendekatan manajemen yang
behavioral.
Model ini diaganggap sebagai model keputusan yang:
1) Tidak mengetahui semua alternatif dan hasil,
2) Melakukan pencarian, serta terbatas untuk mengambil beberapa alternatif yang
terbaik,
3) Mengambil keputusan yang memuaskan tingkat aspirasinya.
3. Tujuan Pengambilan Keputusan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai
tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan
lancar dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap kali terjadi
hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Pengambilan keputusan
dimaksudkan untuk memecahkan hambatan atau masalah tersebut. Dari pemahaman
di atas, dapat dirumuskan tujuan pengabilan keputusan,yaitu:
a. Tujuan yang bersifat tunggal; terjadi apabila keputusan yang dihasilkan
hanya menyangkut satu masalah. Artinya, sekali diputuskan tidak akan ada
kaitannya dengan masalah lain, dan
b. Tujuan yang bersifat ganda; terjadi apabila keputusan yang dihasilkan
menyangkut lebih dari satu masalah, artinya keputusan yang diambil sekaligus
memecahkan dua masalah atau lebih, yang bersifat kontradiktif atau yang tidak
kontradiktif.
4. Unsur-unsur Pengambilan Keputusan
Menurut Syamsi (1995 : 13) , unsur-unsur dalam pengambilan keputusan
yang harus dipertimbangkan adalah:
a. tujuan dari pengambilan keputusan, yaitu mengetahui terlebih dahulu
tujuan yang ingin dicapai dari pengambilan keputusan tersebut,
b. identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah
dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, perlu dibuat
daftar jenis-jenis tindakan yang memungkinkan untuk diadakan
pemilihan,
c. perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui
sebelumnya atau di luar jangkauan manusia (uncontrollable events),
d. sarana atau alat yang digunakan untuk mengevaluasi atau mengukur
hasil dari suatu pengambilan keputusan.
5. Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan
Menurut George R. Terry, dasar-dasar pengambilan keputusan antara lain9:
a. Intuisi 
Intuisi merupakan suatu proses bawah sadar/tidak sadar yang timbul atau
tercipta akibat pengalaman yang terseleksi. Pengambilan keputusan yang
berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif, sehingga mudah
terkena pengaruh.
Segi positif dalam pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah :
1) Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek.
2) Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan
memberikan kepuasan pada umumnya.
3)  Kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat
berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah:
1) Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
2) Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan
keabsahannya.
3) Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
4) Pengalaman
b. Pengalaman
Pengambilan keputusan yang berdasarkan pengalaman memiliki manfaat
bagi pengetahuan praktis.  Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan
keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya, baik-buruknya
keputusan yang akan dihasilkan.  Karena pengalaman, seseorang yang menduga

9
Anastasia Lipursari, 2013, Peran Sistem Informasi Manajemen (SIM) Dalam
Pengambilan Keputusan, Jurnal Stie Semarang, Vol 5, No 1, (Issn : 2252-7826).
masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin sudah dapat
menduga cara penyelesaiannya.
c. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan
yang sehat, solid, dan baik.  Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap
pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima
keputusan-keputusan yang dapat dibuat dengan rela dan lapang dada.
d. Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh


pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya
kepada orang lebih rendah kedudukannya.  Pengambilan keputusan berdasarkan
wewenang juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.

Segi positif dalam pengambilan keputusan berdasarkan wewenang adalah:

1) Kebanyakan penerimanya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan


tersebut secara sukarela ataukah terpaksa.
2) Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama.
3) Memiliki otentisitas (otentik).

Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan wewenang adalah:

1) Dapat menimbulkan sifat rutinitas.


2) Mengasosiasikan dengan praktek dictatorial.
3) Sering melewati permasalahan yg seharus-nya dipecahkan sehingga
dapat menimbulkan kekaburan.
e. Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasar-kan rasional, keputusan yang
dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat
dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan secara
rasional:
1) Kejelasan masalah.
2) Orientasi tujuan.
3) Pengetahuan alternative.
4) Preferensi yang jelas.
5) Hasil maksimal
6. Prosedur Pengambilan keputusan
Langkah-langkah umum pengambilan keputusan menurut Owens (1995:174) :
a. Mendefinisikan masalah
b. Menganalisis masalah
c. Mengembangkan alternatif solusi
d. Memutuskan solusi terbaik
e. Memindahkan keputusan
f. Memindahkan keputusan ke dalam tindakan efektif.

Proses-proses pengambilan keputusan menurut Gibso, et al (1996):


a. Mengenali masalah, meliputi: memandang masalah, mendefinisikan masalah
dalam terminologi solusi dan mengenali gejala masalah,
b. Membangun alternatif
c. Mengevaluasi alternatif
d. Memilih satu alternatif
e. Melaksanakan alternatif
f. Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan keputusan.

Secara umum, Herbert A. Simon dalam bukunya Administrativew Behavior


merangkum bahwa terdapat 3 tahap pengambilan keputusan, yaitu:

a. Penyelidikan
Tahap ini dilakukan dengan mempelajari lingkungan atas kondisi yang
memerlukan keputusan. Data mentah diperoleh, diolah dan diuji untuk
dijadikan petunjuk yang dapat mengidentifikasi persoalan.
b. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, dilakukan kegiatan mendaftar, mengembangkan,
menganalisis arah tindakan yang mungkin dilakukan. Hal ini meliputi
proses-proses untuk memahami persoalan menghasilkan pemecahan dan
menguji kelayakan pemecahan tersebut.
c. Penilaian
Pemilihan dilakukan untuk memilih arah tindakan tertentu dari semua yang
ada.

C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi belajar. Motivasi sering dipandang
sebagai faktor yang cukup dominan. Meski diakui bahwa intelegensi dan bakat
merupakan modal utama dalam usaha mencapai prestasi belajar, namun keduanya tidak
banyak berarti bila siswa sebagai individu tidak memiliki motivasi untuk berprestasi
sebaik-baiknya. Dalam hal ini, bila faktor-faktor lain yang mmpengaruhi belajar adalah
sama, maka diasumsikan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan
mencapai hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan individu yang memiliki motivasi
rendah atau bahkan tidak mempunyai motivasi sama sekali. Motivasi merupakan
kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.10
Yang dimaksud dengan motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk bertindak melakukan sesuatu. Menurut Sartain : Motif ialah suatu pernyataan
yang kompleks didalam satu organisme yang mengarahkan tingkah laku / perbuatan ke
suatu tujuan atau perangsang. Apa saja yang dilakukan manusia, baik itu penting atau
pun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada
motivasinya. Juga dalam soal belajar, motivasi itu sangat penting.
Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Disekolah sering kali ada anak yang
malas, suka membolos, tidak pernah mengerjakan tugas, tidak menyenangkan, dan
sebagainya. Dalam hal ini berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi
kepada anak tersebut untuk mendorong ia agar bekerja dengan segenap tenaga dan

10
Nyayu Khodijah, 2014, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:RajaGrafindo Persada), hlm 149-150
pikiran. Dalam hal ini perlu di ingat bahwa, nilai buruk dalam suatu pelajaran belum
tentu bahwa anak itu bodoh, bisa saja ia ahli dalam bidang lain atau pelajaran lain.
Seringkali seorang anak malas dalam pelajaran tertentu tpi giat dalam mata pelajaran
lain. Banyak bakat anak yang tidak brkembang karena tidak diperoleh motivasi yang
tepat. Jika anak mendapatkan motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luas
biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tiak terduga.
2. Motif dan Motivasi
Dalam konteks uraian terdahulu dapat dijelaskan bahwa motif menunjukkan suatu
dorongan yang timbul dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau
bertindak melakukan sesuatu. Sdangkan motivasi adalah “pendorongan”, suatu usaha
yang disadari untuk mmpengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu. Kesulitan
dalam mendefinisikan arti arti motivasi – seperti dikatan oleh Atkinson dalam bukunya,
An Introduction to Motivation – adalah karena istilah itu tidak memiliki arti yang tetap
dalam psikologi kontemporer.
3. Fungsi dan Tujuan Motivasi
Setiap motivasi itu bertalian erat dengan tujuan, suatu cita-cita. Maka berharga
tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya.
Fungsi dari motivasi sebagai berikut :
a. Motif itu nendorong manusia unuk bertindak dan melakukan sesuatu.
Motivasi adalah motor bagi manusia sebagai penggerak untuk melakukan
sesuatu.
b. Motif itu menentukan arah perbuatan. Yakni menuju kearah perwujudtan
suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah diri dari penyelewengan jalan
yang harus ditempuh oleh seseorang.
c. Motif itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan peruatan-
pperbuatan makna yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan
itu.
Tujuan Motivasi dapat di jabarkan sebagai berikut :

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakan
atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memeperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Sebagai
contoh, sesorang guru memberikan pujian kepada seorang siswa yang maju kedepan
kelas dan dapat mengerjakan hitungan matematika dipapan tulis. Dengan pujian itu,
dalam diri anak tersebut timbul rasa percaya pada diri sendiri, di samping itu timbul
keberaniannya sehingga ia tidak takut dan malu lagi jika disuruh maju kedepan kelas.

Dari contoh di atas, jelas bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan.
Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana
tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika
tujuannya jelas dan disadari oleh yang memotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang
yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus
mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan
kepribadian orang yang akan dimotivasi.

4. Terori Motivasi
a. Teori hedonisme

Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau


kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran didalam filsafat yang memandang
bahwa tujuan hidup yang utaman pada manusia adalah mencari kesenangan
(hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonism, manusia pada
hakikatnya adalah mahkhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh
kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi persoalan, yang
perlu pemecahan, manusia cenderung memilih cara alternative pemecahan yang
dapat mendatangkan kesenengan daripada yang mengakibatkan kesukaran,
kesulitan, penderitaan, dan sebagainya. Implikasi dari teori ini ialah adanya anggapa
bahwa semua orang cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan,
atau yang mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang
mendatangkan kesenangan baginya.
b. Teori naluri
Menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus bedasarkan naluri
mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
c. Teori Reaksi yang dipelajari

Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak


berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari
dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Dengan mengetahui latar belakang
kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya dan dapat
memahami pola mengapa ia bereaksi atau bersifat yang mungkin berbeda dengan
orang lain dalam menghadapi suatu masalah.

d. Teori Daya Pendorong

Teori merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang
dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan
kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya
pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang dalam semua kebudayaan
mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun cara-cara yang
digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlain-
lainan dalam setiap individu menurut dalat belakang kebudayaan masing-masing.

e. Teori Kebutuhan

Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan.
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan manusia ada hakikatnya ialah
untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, maupun kebutuhan psikis.
Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila seseorang pemimpin ataupun pendidik
bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui
terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan di motivasinya.
f. Teori Abraham Maslow

Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok mansuia.


Kelima tingkatan kebutuhan inilah yang kemudia dijadikan pengertian kunci dalam
mempelajari motivasi manusia.11

5. Peran motivasi dalam mencapai keberhasilan belajar

Motivasi merupakan salah satu unsur dalam mencapai prestasi belajar yang
optimal selain kondisi kesehatan secara umum, intelegensi, dan bakat minat (Rustam,
1988). Seorang anak didik bukan tidak bisa mnegerjakan sesuatu, tetapi ketidakbiasaan
itu disebabkan oleh kemauan yang tidak terlaju banyak terhadap pekerjaan itu. Motif
yang kurang menyebabkan dorongan dan kemauan tidak kuat, sehingga hasil kerjanya
tidak sesuai dengan kecakapan.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya


penggerak dalam diri indiviu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar
sehingga tujuan yang kehendaki akan tercapai (Sardiman, 1990).

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.


Peranannya yang khas adalah dalam penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk
belajar. Motivasi belajar adalah dorongan yang menjadi penggerak dalam diri seseorang
untuk melakukan sesuatu dan mencapi suatu tujuan yaitu untuk mencapai prestasi.
Dengan demikan, motivasi memiliki peran strategis dalam belajar, baik pada saat akan
memulai belajar., saat sedang belajar, maupun saat berakhirnya belajar.

6. Motivasi Belajar Menurut Konsep Islam


Menurut Mujib & Mudzakir (2002), berbagai bentuk motivasi yang dikemukakan
oleh para psikolog hanya bersifat duniawi dan berjangka pendek, juga tidak menyentuh
aspek spiritual dan ilahiah. Dalam Islam, motivasi diakui berperan penting dalam
belajar. Sebab jika seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan
tertentu dan didukung oleh kondisi yang ada, maka dia akan mencurahkan segenap

11
M Ngalim purwanto, 2014, Psikologi Pendidikan, (Bandung:Remaja Rosdakarya), hlm 60-74
upayayang diperlukan untuk mempelajari metode-metode yang tepat guna mencapai
tujuan, apabila dia menghadapi masalah dan merasa perlu untuk memecahkannya maka
biasanya ia akan melakukan berbagai upaya untuk itu sehingga menemukan solusi yang
tepat (Najati, 2003).

Teknik-teknik motivasi dalam Al-Qur’an mencangkup tiga bentuk (Najati, 2003),


yaitu :
a. Janji dan Ancaman. Al-Qur’an menjanjikan pahala yang akan diperoleh
orang-orang beriman dalam surge, dan ancaman yang akan menimpa
orang-orang kafir dalam neraka. Janji dan ancaman ini menimbulkan
sebuah harapan dan rasa takut yang merupakan jaminan bagi tumbuhnya
dorongan yang kuat bagi diri kaum muslimin untuk melakukan amal
yang baik selama hidupnya di dunia, termasuk belajar.
b. Kisah, yaitu menyajikan berbagai peristiwa, kejadian dan pribadi yang
dapat menarik perhatian dan menimbulkan daya Tarik bagi
pendengarnya untuk mengikutinya, dan membangkitkan berbagai kesan
dan perasaan yang membuat mereka terlibat secara psikis serta
terpengaruh secara emosional.
c. Pemanfaatan peristiwa penting, yaitu peristiwa atau persoalan penting
yang terjadi yang bisa menggerakkan emosi, menggugah perhatian dan
menyibukkan pikiran. Al-Qur’an menggunakan peristiwa-peristiwa
penting yang dialami muslimin sebagai suri tauladan yang berguna
dalam kehidupan mereka hal itu membuat mereka lebih siap dan lebih
menerima untuk mempelajari dan mempelajari keteladanan tersebut.12

D. Komunikasi dan konsep komunikasi pendidikan


1. Komunikasi
a. Pengertian komunikasi

Komunikasi dalam artian pertukaran informasi dan penyampaian makna adalah


inti dari sebuah sistem social atau organisasi. Sebagai proses social, komunikasi
12
Nyayu Khodijah, 2014, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:RajaGrafindo Persada), hlm 156-162
membuat berfungsinya setiap kelompok, organisasi, atau masyarakat. Termasuk di
dalamnya adalah bentuk-bentuk interaksi social yang menularkan pengaruh, kerja
sama, peniru social, dan kepemimpinan.

Komunikasi adalah suatu proses dalam mengungkapkan ide, gagasan, sikap,


informasi, pendapat atau apapun yang bertujuan apapun yang bertujuan untuk
mencapai suatu tujuan, memahami atau mengkoordinasikan suatu kegiatan.

b. Fungsi komunikasi
1) Fungsi informasi yaitu meliputi pengumpulan, penyimpana, pemrosesan,
penyebaran berita, data, gambar, fakta, dan pesan opini dan komentar yang
dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi
lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2) Fungsi sosialisasi yaitu penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang
memungkinkan orang bersikap dan berpengetahuan yang memungkinkan orang
brsikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar
akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.
3) Fungsi motivasi yaitu menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek
maupunn jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan
keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan
bersama yang akan dicapai.
4) Fungsi diskusi yaitu menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan
untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat
mengenai masalah public, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang
diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri
dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama di tingkat nasional dan
local.
5) Fungsi pendidikan yakni pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong
perkembangan intelektual, pembentuk watak dan pendidikan ketrampilan dan
kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6) Memajukan kebuadayaan yaitu penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan
maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan
memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi dan mendorong
kreativitas dan kebutuhan estetikanya.
7) Hiburan berupa penyebarluasan sinyal, symbol, suara, dan image dari drama,
tari, kesenian, kesusasteraan, music, olahraga, permainan, dan lain-lain untuk
rekreasi kesenangan kelompok individu.
8) Integrasi berupa upaya penyediaan bagi suatu bangsa, kelompok, dan individu
untuk mendapatkan kesempatan memperoleh berbagai pesan yang mereka
perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi,
pandangan, dan keinginan orang lain.
c. Komponen atau unsur dari komunikasi
1) Source (sumber), Dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang
digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa
orang, lembaga, buku, dan sejenisnya.
2) Komunikator, Dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok
orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televise, film dan
sebagainya. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seseorang komunikator
adalah sebagai berikut:
a) Meiliki kreadibilitas yang tinggi bagi komunikasinya
b) Ketrampilan berkomunikasi
c) Mempunyai pengetahuan yang luas
d) Sikap
e) Memiliki daya Tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap/perubahan pengetahuan bagi/pada diri komunikasi.
f) Message (pesan) adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh
komunikator.
g) Channel (saluran), Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang
dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media
3) Communicant (komunikan=penerima pesan), Komunikan atau penerima pesan
dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni personal, kelompok, dan massa.
4) Effect (hasil), hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap/perbuatan dan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan. Jika setiap
sikap dan tingakh laku orang lain sesuai, maka komunikasi berhasil dan
sebaliknya.
d. Model komunikasi

Gambaran sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara


suatu komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Penyajian model dimaksudkan
utnuk mempermudah memahami dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam
suatu komunikasi.

1) Model Lasswell, dikemukakan oleh Harold Laswell seorang ahli ilmu politik
dari Yale University. Dia menggunakan lima pertanyaan yang perlu ditanyakan
dan dijawab dalam melihat proses komunikasi. yaitu who (siapa), says what
(mengatakan apa), in which medium atau dalam media apa, to whom atau kepada
siapa, dan dengan what effect atau apa efeknya.
2) Model Shannon , dikemukakan oleh Claude Shannon, berbeda dengan model
sebelumnya mengenai istilah yang digunakan bagi masing-masing komponen.
3) Model Scraumn, Dia memperlihatkan pentingnya peranan pengalaman dalam
proses komunikasi. Bidang pengalaman akan menentukan apakah pesan yang
dikirimkan diterima oleh si penerima sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh
si pengirim pesan.Schraumn mengatakan jika tidak ada kesamaan dalam bidang
pengalaman, bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang
sama, maka sedikit kemungkinan pesan yang diterima diinterpretasikan dengan
benar.
4) Model Berlo, hanya memperlihatkan proses komunikasi satu arah dn hanya
terdiri dari empat komponen yaitu sumber, pesan, saluran dan penerima atau
receiver. Akan tetapi pada masing-masing komponen tersebut ada sejumlah
faktor kontrol. Model komunikasi Berlo disamping menekankan komunikasi
sebagai suatu proses, juga menekankan ide bahwa arti pesan yang dikirimkan
pada orang yang menerima pesan bukan pada kata-kata pesan itu sendiri.
5) Model Seiler, menekankan pentingnya balikan juga menekankan pentingnya
faktor lingkungan dalam proses komunikasi yang dapat mempengaruhi hakikat
dan kualitas dari komunikasi.
e. Komponen Dasar Komunikasi
1) Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan.
2) Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. Pesan ini
dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis
seperti surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan yang secara lisan dapat
berupa, percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio dan
sebagainnya. Pesan yang nonverbal dapat berupa isyarat, gerakan badan,
ekspresi muka, dan nada suara.
3) Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima.
4) Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan
yang diterimanya.
5) Balikan adalah respons terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada si
pengirim pesan.
f. Prinsip Komunikasi
1) Komunikasi adalah suatu proses karena merupakan suatu kegiatan yang terus
menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubahubah.
2) Komunikasi adalah system, Komunikasi terdiri dari beberapa komponen dan
masing-masing komponen tersebut mempunyai tugasnya masing-masing. Tugas
dari masing-masing komponen itu berhubungan satu sama lain untuk
menghasilkan suatu komunikasi.
3) Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi, Yang dimaksud dengan istilah
interaksi adalah saling bertukar komunikasi misalnya ada orang yang berbicara
kepada temannya tentang sesuatu, kemudian temannya yang medengar dan
memberi komentar terhadap yang sedang dibicarakan itu begitu selanjutnya
berlangsung secara teratur ibarat orang yang bermain melempar bola.
4) Komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja Komunikasi yang
disengaja terjadi apabila pesan yang mempunyai maksud tertentu dikirimkan
kepada penerima yang dimaksudkan
2. Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha orang dewasa dalam mendewasakan
peserta didiknya agar menjadi dewasa dan menjadi manusia yang seutuhnya. Ada juga
yang mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya dan usaha untuk memanusiakan
manusia. Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of
culture and transfer of religius.

Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu
atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat,
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Selain itu hakekat
pendidikan juga mengarah pada azasazas seperti :

a. Azas/pendekatan manusiawi/humanistik serta meliputi keseluruhan


aspek/potensi anak didik serta utuh dan bulat (aspek fisik-nonfisik: emosi
intelektual; kognitif-afektif psikomotor), sedangkan pendekatan
humanistik adalah pendekatan dimana anak didik dihargai sebagai insan
manusia yang potensial, (mempunyai kemampuan kelebihan
kekurangannya dll), diperlukan dengan penuh kasih sayang-hangat-
kekeluargaanterbuka-objektif dan penuh kejujuran serta dalam suasana
kebebasan tanpa ada tekanan/paksaan apapun juga.
b. Azas kemerdekaan; yakni memberikan kemerdekaan kepada anak didik,
tetapi bukan kebebasan yang leluasa, terbuka, melainkan kebebasan yang
dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan individu maupun
sebagai anggota masyarakat.
c. Azas kodrat Alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang
menjadi satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main
(Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk
berkembang secara wajar menurut kodratnya.
d. Azas kebudayaan; yakni berakar dari kebudayaan bangsa, namun
mengikuti kebudyaan luar yang telah maju sesuai dengan jaman.
Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap menjadi
acauan utama (jati diri).
e. Azas kebangsaan yaitu, membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu
dalam suka dan duka, perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai
bangsa lain, menciptakan keserasian dengan bangsa lain.
f. Azas kemanusiaan yaitu, mendidik anak menjadi manusia yang
manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan.

Menurut Louis Forsdale (1981), ahli komunikasi dan pendidikan, mengatakan


bahwa komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu,
sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Pada
definisi ini komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses.

3. Komunikasi Pendidikan

Komunikasi pendidikan adalah proses perjalanan pesan atau informasi yang


merambah bidang atau peristiwa-peristiwa pendidikan. Proses pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses kounikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima.
Pesan yang disampaikan berupa isi/ ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol
komunikasi, baik verbal maupun non-verbal. Paling tidak terdapat 2 pertimbangan
mendasar yang yang patut diperhatikan untuk menjawab mengapa komunikasi
pendidikan itu penting. Pertama, dunia pendidikan sangat membutuhkan sebuah
pemahaman yang holistik, komprehensif, mendasar dan sistematis tentang pemanfaatan
komunikasi dalam implementasi kegiatan belajar-mengajar. Kedua, komunikasi
pendidikan akan menunjukkan arah dari proses konstruksi sosial atas realitas
pendidikan. Komunikasi dalam organisasi pendidikan dapat berlangsung kapan saja
yang melibatkan orang-orang yang berada dalam organisasi itu, baik atasan, bawahan
atau unsur pimpinan dan unsur bawahan, antara guru dan siswa di sekolah, maupun
antara siswa dengan siswa lainnya, maupun antara guru dan orang tua murid dan lain
sebagainya.

a. Proses komunikasi dalam dunia pendidikan


1) Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjalin antara Kepala Sekolah dan
guru yang khas dan disertai dengan pertukaran gagasan secara horizontal dan
vertikal di lingkungan sekolah.
2) Komunikasi Eksternal Komunikasi antara pimpinan organisasi pendidikan
dengan khalayak di luar organisasi semisal dengan orang tua siswa, Komite
Sekolah, Kepala Desa atau Kepala kelurahan di mana sekolah berada dan pihak
lain yang berada di luar komponen sekolah.
b. Unsur- unsur yang terdapat dalam proses komunikasi, yaitu :
1) Sumber pesan (komunikator) merupakan orang yang menyampaikan pesan
(message) kepada orang lain.
2) Pesan (message) merupakan informasi, isi atan materi yang ingin disampaikan.
Dalam pendidikan biasanya berupa materi pelajaran.
3) Perantara (channel) yang digunakan dalam menyampaikan pesan, biasanya
dalam proses pembelajaran perantara (channel) dapat berupa papan tulis, OHP
dan mediamedia pen didikan lainnya.
4) Penerima pesan (komunikan) merupakan orang yang menerima pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
5) Umpan balik (feedback) merupakan bagian atau unsur integral dalam
komunikasi yang memungkinkan pembicara atau sumber memonitor proses dan
menilai sukses usaha yang telah dilaksanakan dalam rangka mencapai respon
yang diharapkan dari pihak penerima.

C Prinsip Komunikasi Efektif dalam Meningkatkan Minat Belajar Anak

1) Guru memberikan kebebasan anak untuk berkreasi, anak terpacu untuk membuat
karya unik.
2) Guru menerima berbagai jawaban anak terhadap pertanyaan tertentu, anak
belajar berpikir luas, Guru menerangkan materi dengan sudut pandang yang
unik, anak terpacu rasa ingin tahu, Guru memberikan penjelasan awal secara
jelas sebelum anak memulai pekerjaannya, anak mendapat pengetahuan awal
secara efektif.
3) Guru menggunakan alat peraga, anak mempunyai modal pengetahuan awal yang
lebih terbayang.
4) Guru menerangkan dengan eksperimen, anak terpacu rasa ingin tahunya dan
belajar mengamati terjadinya suatu fenomena
5) Guru memberikan ulasan dan kesimpulan terhadap apa yang dikerjakan anak,
anak memahami maksud pekerjaan dan berpikir secara utuh
6) Guru mengaitkan isi cerita dengan fenomena yang pernah dilihat anak, anak
belajar berpikir mengaitkan satu hal dengan hal lain.13
7)

13
Dr. Fory Armin Naway, M.Pd., 2017, Komunikasi dan Organisasi Pendidikan,
(Gorontalo: IDEAS Publishing), hal 1-138.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia dan hasil dari hal itu tidak bisa terlihat
secepat mungkin. Apalagi pada bagian komponen pelaksanaan pendidikan yang
didalamnya ada komunikasi, motivasi, kepemimpinan, dan pengambilan keputusan.
Komponen pelaksanaan pendidikan sangat penting jika komponen tersebut dapat
berjalan maksimal. Contohnya jika manusia atau individu kelompok
memaksimalkan komunikasi yang terjadi pada pelaksanaan pendidikan maka bisa
dikatakan bahwa pendidikan berjalan dengan baik, sempurna, dan juga apa yang ada
dalam pendidikan bisa dikatakan tidak misunderstanding.
DAFTAR PUSTAKA

Engkoswara & Aan Komariah. 2010. Administrasi Pendidikan. (Bandung: Alfabeta).


hal. 105

Khodijah. Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan. (Jakarta:RajaGrafindo Persada). hlm


156-162

Lipursari. Anastasia. 2013. Peran Sistem Informasi Manajemen (SIM) Dalam


Pengambilan Keputusan. Jurnal Stie Semarang. Vol 5. No 1. (Issn : 2252-7826).

Markawimbang. Jery. 2012. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu (Bandung: Alfa


Beta)

Naway. Fory Armin. 2017. Komunikasi dan Organisasi Pendidikan. (Gorontalo:


IDEAS Publishing).

Overton. Rodney. 2002. Leadership Made Simple. (Singapura: Wharton Books. Pte.
Ltd.).

Jurnal Tarbiyah UIN Sumatra Utara. 2015. Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah. Vol
22

Rohmat. 2006. Jurnal Pemikiran alternative kependidkan. kepemimpinan Pendidikan.


Vol. 11
Sirojuddin. Muhammad kosim. Jurnal Pendidikan luar sekolah. UPI.

Soetopo. Hendyat dan Soemanto. 1982. Pengantar Operasional administrasi


Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional).

Syafaruddin. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. (Jakarta: Quantum Teaching..

Anda mungkin juga menyukai