Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH

TEKNOLOGI NANO ENMT608958

AL FITRA ROBBY (1606882515)

AQIL ARROSID (1506717380)

IVAN BATARO DACHI (1606904895)

SOFIYAH (1606906894)

Departemen Teknik Metalurgi dan Material

Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Depok, Maret 2020


I. Penjelasan Coronavirus
Berdasarkan World Health Organization (WHO), penyakit coronavirus (COVID-19)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus yang baru ditemukan. Kata corona
diambil dari bahasa latin yang artinya adalah mahkota dimana bentuk coronavirus sendiri
menyerupai mahkota.
Coronavirus sendiri bermula pada tanggal 31 Desember 2019 ketika terdapat seseorang
yang terdeteksi mengalami pneumonia di Wuhan dan pada tanggal 7 Januari 2020 pemerintah
China menjelaskan bahwa ditemukannya virus baru yaitu Novel Coronavirus yang dinamai
2019-nCoV oleh WHO. Sejak saat itu, coronavirus ini perlahan - lahan mulai menyebar secara
pelan hingga sangat cepat ke seluruh dunia dalam kurun waktu 4 bulan ini.
Sebagian besar orang yang terinfeksi coronavirus akan mengalami penyakit pernapasan
ringan hingga hingga sedang dan kemudian sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus.
Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis mendasar seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker lebih mungkin
mengembangkan penyakit ini menjadi lebih serius lagi.
Gejala umum yang terjadi apabila terinfeksi oleh virus ini adalah demam, kelelahan,
batuk kering, sesak nafas, serta sakit tenggorokan, dan untuk sebagian kecil orang dilaporkan
mengalami diare, mual, atau pilek.
Sampai dengan tanggal 30 Maret 2020, kasus COVID-19 yang sudah terkonfirmasi di
seluruh dunia adalah sebanyak 628.146 kasus. Pada tanggal 5 April 2020, kasus COVID-19 di
seluruh dunia sudah sebanyak 1.056.159 kasus. Terjadi peningkatan hampir sebesar 70% hanya
dalam kurun waktu 6 hari.
Penambahan kasus yang sangat cepat dapat terjadi karena penyebaran atau penularan
coronavirus ini sangatlah mudah. Virus COVID-19 menyebar terutama melalui tetesan air liur
atau keluar dari hidung ketika orang yang terinfeksi mengalami batuk atau bersin. Tetesan itu
kemudian dapat mendarat di benda atau permukaan yang disentuh dan orang sehat. Lalu orang
sehat ini menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Coronavirus juga bisa menyebar ketika
tetesan kecil itu dihirup oleh orang sehat ketika berdekatan dengan yang terinfeksi corona.

II. Desinfektan Sebagai Pembasmi Virus


Desinfektan dapat bekerja pada mikroorganisme dengan dua cara berbeda: penghambatan
pertumbuhan (bacteriostasis, fungistasis) atau aksi mematikan (efek bakterisida, fungisida atau
virucidal). Hanya efek mematikan yang menarik dalam desinfeksi dan, karena objek pengobatan
tidak memiliki sarana pertahanan yang melekat, mematikan adalah tujuan yang diinginkan.
Meskipun ahli mikrobiologi telah bekerja selama lebih dari satu abad pada masalah yang terkait
dengan desinfeksi, pemahaman tentang mode aksi molekul aktif tetap tidak jelas: ada banyak
hipotesis tetapi sedikit kepastian. Banyak peneliti telah lama berpendapat bahwa desinfektan
dan antiseptik bertindak dalam cara yang tidak spesifik, berbeda dengan antibiotik yang
memiliki target seluler berbeda dalam mikroorganisme. Meskipun banyak penelitian masih
perlu dilakukan dalam bidang ini, jelas bahwa perbedaan ini tidak dapat dibuat untuk beberapa
molekul.
Dalam analisis mode kerja desinfektan, seringkali sulit untuk membedakan antara tahap
primer (karakteristik mode tindakan) dan tahap sekunder (hanya konsekuensi dari tindakan).
Berikut merupakan beberapa tahap mode kerja desinfektan dalam membasmi mikroorganisme:
1. Aksi pada membran eksternal dinding bakteri. Bakteri dilindungi dari lingkungannya
oleh membran, yang keutuhannya sangat penting untuk kelangsungan hidup bakteri.
Membran ini terdiri dari senyawa dasar seperti fosfolipid dan lipopolisakarida, dan
distabilkan oleh kation Mg++ dan Ca++. Dengan demikian, jika molekul desinfektan
terionisasi diserap atau dihalau oleh muatan listrik pada tahap kontak dan penyerapan
awal, cara tindakan berikut secara teoritis akan mungkin terjadi:
a. Molekul non-polar dapat larut dan memasuki fase lipid
b. Sistem pembawa spesifik akan menuntun molekul lain melalui membran
c. Molekul lain akan dapat mengganggu organisasi membran dengan tetap
terikat ke situs tertentu.
2. Aksi pada dinding bakteri. Dinding bakteri penting, karena ini memberikan kekakuan
dan berbeda jauh antara bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Keragaman ini
menyebabkan variasi besar dalam afinitas desinfektan hidrofilik.
3. Aksi pada membran sitoplasma. Molekul aktif, seperti nutrisi, dapat menembus
membran sitoplasma dengan cara berikut:
a. Difusi pasif (tidak spesifik dan lambat)
b. Transportasi aktif (spesifik, memungkinkan akumulasi produk pada
bakteri setelahnya baik transformasi atau mengikat protein membran).
4. Aksi pada metabolisme energi
5. Aksi pada sitoplasma dan nukleus. Mekanisme desinfektan dapat beroperasi pada
sitoplasma dan nukleus pada tingkat kromosom.
6. Aksi pada spora bakteri. Impermeabilitas dan keberadaan asam dipicolinic dalam
spora bakteri membuat bentuk ini jauh lebih tahan terhadap desinfektan daripada
bentuk vegetatif. Desinfektan aktif termasuk produk yang sangat mengoksidasi,
seperti hidrogen peroksida dan klorin, yang dapat mengacaukan struktur ini dalam
spora.
Penjelasan mekanisme aksi yang tepat dari desinfektan terhadap virus lebih sulit daripada
tindakan terhadap bakteri. Namun demikian, banyak penelitian tentang kerentanan virus terhadap
agen kimia menunjukkan bahwa faktor-faktor berikut ini penting dalam memahami tindakan ini:
1. Kehadiran lipid dalam virus
2. Ukuran virus.
Noll dan Youngner (18) mengklasifikasikan virus dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Grup A: virus yang mengandung lipid, misalnya Herpesviridae, Paramyxoviridae, dan
Orthomyxoviridae.
b. Grup B: virus non-lipid kecil (20-30 nanometer), misalnya Picornaviridae dan
Parvoviridae.
c. Grup C: virus non-lipid lainnya, misalnya Adenoviridae, Reoviridae, dan
Papovaviridae.
Selama tiga puluh tahun terakhir, banyak peneliti telah mencapai kesimpulan yang sama
dari tes in-vitro yang sangat berbeda mengenai kerentanan virus terhadap agen kimia. Menurut
penelitian, telah mengamati bahwa keberadaan lipid dalam virus secara seragam terkait dengan
tingkat kerentanan yang tinggi terhadap semua desinfektan, tidak adanya lipid dan ukuran yang
kecil dikaitkan dengan resistensi terhadap agen kimia lipofilik. Lima puluh desinfektan dengan
sifat lipofilik (seperti QAC, homolog fenol, amfoterik, biguanida polimerik) aktif terhadap virus
grup A dan tidak terhadap kelompok B. Namun, senyawa klor dan iodin, agen pengoksidasi,
beberapa aldehida (glutaraldehida) dan agen asam atau alkali yang kuat aktif terhadap sebagian
besar virus.
III. Peran Teknologi
Dalam perang melawan COVID-19, teknologi nano menjadi salah satu bidang teknologi
yang memiliki kesempatan untuk membuka jalan baru dalam menangani dan mengatasi COVID-
19. Dari segi pencegahan, penanganan dan diagnosa, teknologi nano bisa memberikan solusi
yang inovatif dan out-of-the-box.

A. Mekanisme kerja desinfektan secara umum

Penggunaan desinfectan adalah sebuah proses untuk menghilangkan


mikroorganismeyang menginfeksi dengan cara mengurangi jumblah dari mikroorganisme
tersebut. Desinfektan tidak dapat menghilang mikroorganisme secara menyeluruh tetapi
secara fungsi dapat mengurangi jumlah dari mikroorganisme tersebut sehingga tidak
menyebabkan infeksi. Dalam penggunaannya desinfektan digunakan untuk menghilangkan
mikroorganisme - mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda kerja apapun.
Terdapat dua macam klasifikasi desinfektan bedasarkan bentuk fisiknya yaitu gas dan liquid.
Virus adalah mikroorganisme satu sell yang tersusun oleh lemak dan protein, secara umum
mekanisme kerja desinfectan adalah dengan cara membentuk kontak dengan elemen
strukturan dan genetik pada virus sehingga membuat virus menjadi non aktif, sehingga virus
tidak dapat berkembang biang atau ber-replikasi di dalam sel tubuh manusia. Bagian virus
yeng terbentuk dari lemak dan bersifat hidrophobik mengalami kontak dengan zat
desinfektan yang bersifat hidrophilik dan menghancurkan bagian tersebut. Hal ini dapat
diaplikasikan dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19 sehingga mengurangi
jumlah penularan.

B. Penggunaan nanozymes untuk mendeaktivasikan COVID-19

Pada tahun 2020, peneliti di Cina dikabarkan telah menemukan nanomaterial yang
dapat menyerap dan mendeaktivasikan virus dengan tingkat efisiensi sebesar 96.5-99.9%.[5]
Nanomaterial ini merupakan nanozymes yang merupakan nanomaterial yang memiliki
karakterisitik seperti enzim. Nanozymes adalah nanomaterial yang memiliki sifat seperti
enzim dan memiliki keunggulan seperti kestabilan jangka panjang, biaya yang rendah,
adanya kemungkinan/kesempatan untuk diproduksi secara massal, kemampuan katalis yang
dapat diatur.[5]

C. Penggunaan nano-gold rapid testing untuk mendeteksi COVID-19

Salah satu metode alternatif dalam mendeteksi COVID-19 adalah dengan


menggunakan nano-gold testing yang bekerja dengan cara mendeteksi antibodies IgM dan
IgG yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus.[6] Tes ini mengizinkan praktisi medis
untuk menentukan apakah seseorang positif terjangkit COVID-19 dalam waktu 3 menit dan
[6]
memberikan hasil negatif dalam waktu 15 menit. Tes ini juga menjadi indikator deteksi
tambahan untuk kasus terduga yang memiliki hasil negatif dari deteksi PCR atau bersama
dengan pendeteksian asam nukleat.

Beberapa kelebihan dari tes ini jika dibandingkan dengan PCR yaitu tes ini tidak
memakan waktu yang lama, tidak memerlukan peralatan yang canggih, mudah untuk
dilakukan dan bisa dilakukan dengan tingkat pelatihan yang minimum. Salah satu aplikasi
yang memiliki potensi untuk tes ini adalah untuk screening asymptomatic carrier. Tes ini
memungkinkan pengujian skala besar dilakukan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Tes ini
menggunakan sampel darah dari ujung jari yang memiliki hasil tes yang sama tingkat
akurasinya dengan darah vena.

D. Pengobatan untuk infeksi Coronavirus melalui teknologi RNA interference

Penggunaan teknologi RNA interference memanfaatkan siRNA atau small interfering


RNA untuk mengobati penyakit menular.[7] siRNA adalah molekul yang bertugas sebagai
perantara dalam interferensi RNA yang merupakan suatu proses alami dalam gene
silencing.Untuk mengirim siRNA ke jaringan yang diinginkan, ada dua platform berbasis
nanopartikel lipid yang digunakan. Dalam platform ini, siRNA difungsionalisasikan terlebih
dahulu dengan linker dan kemudian dienkapsulasikan menjadi beberapa kapsul berskala nano
seperti lipid, liposom, siklodekstrin dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
siRNA untuk bisa mencapai dan memasuki jaringan yang diinginkan dengan mudah.
SNALP[7] adalah lipid siRNA berbasis partikel nano pemicu formulasi yang tersusun oleh
lipid yang dapat diionisasi, lipid pelindung, kolesterol dan ligan yang menargetkan
endogenous dan exogenous. Salah satu platform lainnya untuk memicu siRNA dengan
partikel nano yaitu GalNAc-siRNA. GalNAc-siRNA adalah konjugat siRNA triantennary
yang menargetkan hati yang digunakan dalam beberapa kandidat untuk dijadikan obat.

Gambar 3.1 Platform yang digunakan dalam proses mengirim siRNA[7]

Referensi:
1. https://www.who.int/ [diakses pada 4 April 2020]
2. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200319061451-37-145977/waspada-ini-cara-
penyebaran-virus-corona-menurut-ahli [diakses pada 4 April 2020]
3. https://edition.cnn.com/2020/02/06/health/wuhan-coronavirus-timeline-fast-
facts/index.html [diakses pada 4 April 2020]
4. Maris, P. (1995). Modes of action of disinfectants. Revue Scientifique et Technique de
l'OIE, 14(1), 47-55. doi:10.20506/rst.14.1.829
5. https://statnano.com/news/67544/China-Leverages-Nanotechnology-to-Deactivate-the-
Novel-Coronavirus [diakses pada 4 April 2020]
6. https://nano-magazine.com/news/2020/3/26/rapid-nano-gold-tests-can-ease-pressure-on-
centralised-testing-for-covid-19 [diakses pada 4 April 2020]
7. https://statnano.com/news/67539/RNA-Interference-Technology-Potential-Treatment-
for-Coronavirus-Infection [diakses pada 4 April 2020]
8. https://sci-
hub.tw/https://www.researchgate.net/publication/232880728_Mechanism_of_Silver_Nan
oparticles_as_a_Disinfectant

Anda mungkin juga menyukai