Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN HIV/AIDS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Departemen Keperawatan

Gadar dan Kritis Prosus Profesi Ners FIK Unmuh Ponorogo

Oleh

TRIYANA WAHYUDIANTO

PRODI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN

HIV/AIDS

A.Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS
menurut beberapa ahli antara lain:
a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah
200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
(Doenges, 1999).
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu
retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T).
Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus
tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang
mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda
kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang
mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami
replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.
2. Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut
misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak
menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya

2
normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena
kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi.

Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human


Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1
dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh
HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis
yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa
sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit
lebih pendek.

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :


a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan
seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

3. Klasifikasi

Klasifikasi dari penyakit HIV/AIDS adalah sebagai berikut :


Kelas Kriteria

Stadium Klinis I : Asimtomatik 1. Asimtomatik


2. Limfadenopati generalisata persisten
Total CD4 : >500/ml

3
Stadium Klinis II : Sakit Ringan 1. Penurunan berat badan 10%
2. Ispa berulang (sinusitis,
Total CD4 : 200-499/m
tonsillitis,otitis media dan faringitis
3. Herpes zoster
4. Kelitis angularis
Stadium Klinis III : Sakit sedang 1. Diare kronis > 1 bulan
2. Kandidiasis oral
Penurunan berat badan >10%
3. TB Paru
4. Limfadenopati generalisata
Persisten

Stadium Klinis IV : Sakit berat 1. HIV wasting syndrome


(AIDS) Total CD4 : < 200/ml 2. Pneumonia pneu mosistis
3. Herpes simpleks > 1 bulan
4. Kandidiasis esophagus
5. TB ekstra paru
6. Sarkoma Kaposi
7. Retinitis CMV
8. Oksoplasmosis
9. Ensefalopati HIV
10. Meningitis kriptokus
11. Infeksi mykobakterium non TB
iseminata
12.Progresssivemultifocal

13.Mikosis profunda

14.Limfoma

15.Karsinoma

16.Isoproriasis kronis

17.Nefropati dan kardiomiopati terkait


HIV

Tabel 1. Klasifikasi Infeksi HIV Menurut WHO 2006

4
Perjalanan penyakit HIV/AIDS dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan
keadaan klinis dan jumlah CD4(Cluster of Differentiaton). Menurut WHO
(2006) tahapan infeksi HIV/AIDS terbagi menjadi 4 stadium klinis :

a. Stadium klinis I
1. Sejak virus masuk sampai terbentuk anti body (berlangsung 15 hari –3
bulan).
2. Keluhan yang sering muncul seperti sakit flu biasa dan bila diberi obat
akan berkurang atau sembuh, kadang terdapat limfadenopati
generalisata.
3. Hasil tes negatif, namun orang yang sudah terinfeksi ini sudah dapat
menularkan pada orang lain
4. CD4-nya 500 –1000.
b. Stadium klinis II
1. Waktunya antara 3 bulan s/d 5-10 tahun.
2. Hasil tes positif.
3. Tidak ada keluhan.
4. CD4-nya 500 –750.
c. Stadium klinis III (pra AIDS)
1. Sudah tampak gejala tetapi masih umum seperti penyakit lainnya.
2. Keluhan yang sering muncul : sariawan, kandidiasis mulut persisten,
selera makan hilang, demam berkepanjangan >1 bulan, diare kronis >
1 bulan, kehilangan BB > 10%, timbul bercak-bercak merah di bawah
kulit, TB paru, anemia yang tidak diketahui sebabnya,
trombositopenia, limfisitopenia,
pneumobakterial.
3. CD4-nya 100 –500
d. Stadium klinis IV
1. Penderita tampak sangat lemah.
2. Daya tahan tubuh menurun.
3. Munculnya beberapa penyakit yang sangat fatal seperti pneumonia
bacterial berulang, herpes simpleks kronis, toksoplasmosis otak, cito

5
megalo virus, mikobakteriosis, tuberkolosis luar paru, ensefalopati
HIV, timbul tumor atau kanker (limfoma dan sarkoma kaposi).

4. Patofsiologi
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang
disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada
umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-
pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang,
infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan
menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian,
tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6
bulan ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan
namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.

Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa


tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di
kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah
masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. Sel T dan makrofag
serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,

6
limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan
ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes


zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS

7
PATHWAY HIV/AIDS

Transmisi HIV ke dalam tubuh melalui


darah, ASI / cairan tubuh ibu yg
infeksius

Pengikatan gp120 HIV dengan reseptor


membran T Helper + CD4

Fusi / peleburan membran virus dengan


membran sel T Helper + CD4

Enzim reverse transcriptase


RNA HIV  cDNA

Enzim integrase
cDNA masuk ke inti sel T Helper

Transkripsi mRNA dan translasi


menghasilkan protein struktural virus

Enzim protease
Merangkai RNA virus dengan
protein-protein yang baru dibentuk,

Terbentuk virus - virus HIV yang baru


dalam tubuh

8
Replikasi dan perkembangan HIV
Risiko Penularan Infeksi
dalam cairan tubuh

HIV menginfeksi sel - sel T Helper + CD4 yang lain HIV menyerang sel-sel dendritik
dan makrofag di jaringan limfoid

Aliran darah Reaksi inflamasi Kerusakan sel T Helper + CD4


membawa HIV dalam jumlah yang besar Pembengkakan kelenjar limfa
ke pembuluh
darah perifer Hipertermi Kegagalan stimulasi sel B
di usus Kerusakan
Produksi antibodi menurun Interaksi Sosial
Gangguan
Risiko Tinggi
keseimbangan Penurunan imunitas tubuh
Infeksi
flora normal di
usus (E.coli)
Infeksi oral Respiratori
Infeksi pada kulit
Penyerapan air (Candida
di usus albicans) Pneumonia TB
terganggu Kandidiasi oral.
Intake  Pneumocystis
Herpes zozter,
Diare carinii
Ketidak herpes simpleks,
Metabolisme 
seimbangan sarcoma Kaposi,
Kekurangan Penumpukan sektret
Nutrisi dermatitis
Volume
Cairan Tubuh Kurang dari 1 seboreika, dll
Kebutuhan
Produksi
energi 
Obstruksi jalan nafas
Kelemahan
Gangguan Nyeri

Bersihan jalan nafas Integritas


Intoleransi Aktivitas
tidak efektif Kulit

2
Risiko
cedera
5. Manifestasi Klinik
Menurut Sylvia & Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi
klinis meliputi:
a. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di jumpai
pada laki-laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh HIV (20%),
tetapi jarang pada orang dewasa lain (kurang dari 2%) dan sangat
jarang pada anak. Tanda lesi berupa bercak-bercak merah kekuningan
di kulit,tetapi warna juga mungkin bervariasi dari ungu tua, merah
muda, sampai merah coklat. Gejala demam, penurunan berat badan,
dan keringat malam
b. Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer mencakup
nyeri kepala, berkurangnya ingatan jangka pendek,kelumpuhan syaraf
kranialis, hemiparesis, dan perubahan kepribadian
c. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini, gejala: demam, batuk kering non
produktif, rasa lemah, dan sesak nafas.
d. Gastro Intestinal
Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup hilangnya selera
makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus dan diare
kronis
e. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV mencakup
gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi
progresif, pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksia.
f. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta
malignasi. Infeksi oportunistik seperti herpes zoster dan herpes
simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan
merusak integritas kulit. Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang

3
difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.
Penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh
yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan
dermatitis atopik seperti exzema atau psoriasis.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderit HIV/AIDS adalah:
a. Pneumonia pneumocystis (PCP)
Pneumocystis pneumonia (PCP) merupakan penyakit oportunistik pada
infeksi HIV (human immunodefi ciency virus) yang disebabkan oleh
Pneumocystis jiroveci. Infeksi Pneumocystis pneumonia terjadi bila
kadar CD4 penderita kurang dari 200 sel/mm3.
b. Tuberculosis (TBC)
Bila sistem kekebalan seorang ODHA harus melawan infeksi lain,
serangannya terhadap HIV berkurang. Tetapi penyakit akibat TB dapat
muncul dengan jumlah CD4 yang tinggi termasuk pada orang dengan
HIV.
c. Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur
makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV,
penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamurkandidiasis) atau virus
(herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo).
d. Diare
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi
karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang
umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan
Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus
(seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium
complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab
kolitis). Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari
obat-obatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping
dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri.

4
e. Toksoplasmositis
Toksoplasmositis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-
satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi
otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis),
namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata
dan paru-paru. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges
(membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur
Cryptococcus neoformans.
f. Sarcoma Kaposi
Sarcoma Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang
pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah
pemuda homoseksual tahun l98l adalah salah satu pertanda pertama
wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamily
gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang.iuga.disebut
virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncnl di
kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan. tetapi dapat menverang organ
lain. terutama mulut. saluran pencemaan. dan paru-paru.
7. Pemeriksaan Penunjang

Ada dua pemeriksaan yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya antibodi
terhadap HIV :

1. ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)


Bereaksi terhadap antibodi yang ada dalam serum dengan memperlihatkan
warna yang lebih tua jika terdeteksi antibodi virus dalam jumlah besar.
Pemeriksaan ELISA mempunyai mempunyai sensitifitas 93% sampai 98%
dan spesifitasnya 98% sampai 99%. Tetapi hasil positif palsu (negatif
palsu) dapat berakibat luar biasa,karena akibatnya sangat serius. Oleh
sebab itu, pemeriksaan ELISA diulang dua kali dan jika keduanya
menunjukkan hasil positif, dilanjutkan dengan pemeriksaan yang lebih
spesifik, yaitu Western blot
2. Pemeriksaan Western Blot

5
Pemeriksaan Western blot juga dilakukan dua kali. Pemeriksaan ini lebih
sedikit memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Jika seseorang
telah dipastikan positif terhadap HIV, maka dilakukan pemeriksaan klinis
dan imunologik untuk menilai keadaan penyakit, dan mulai dilakukan
usaha untuk mengendalikan infeksi. (Djoerban, dkk. 2006).

3. PCR (Polymerase Chain Reaction)


PCR untuk DNA dan RNA virus HIV sangat sensitif dan spesifik untuk
infeksi HIV. Tes ini sering digunakan bila hasil tes yang lain tidak jelas
8. Penatalaksanaan
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
2) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
<>3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin

6
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :

1) Memberikan dukungan mental-psikologis


2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang
berisiko.

3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa


mempertahankan kondisi tubuh yang baik.

4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang


berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada
keluarga dan orang terdekat.

7
BAB 2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT HIV/AIDS
PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama klien, umur (semua umur bisa terserang penyakit HIV AIDS karena
bersifat menular, tetapi dalam kasusnya lebih banyak pada usia produktif
20-45 tahun), jenis kelamin (kasus lebih banyak pada laki-laki), alamat,
suku, agama, pekerjaan, No. Registrasi, MRS.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing,
dan diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Selama kurang lebih dua bulan terakhir klien mengalami diare,
demam, mual, muntah, anoreksia serta penurunan berat badan yang
signifikan
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien sering menggunakan jarum suntik bergantian, klien sering
melakukan seks bebas dengan orang yang positif HIV/AIDS
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
(perlu pengkajian lebih lanjut)
c. Pengkajian Keperawatan
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi

8
Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama
pada cedera.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi
perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas ego
Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan
penampilan (menurunya berat badan), mengingkari
diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna,
rasa bersalah, dan depresi.
Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
4) Eliminasi
Gejala : diare yang terus menerus, sering atau tanpa disertai kram
abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda : feses encer atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat
yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik
urine.
5) Makanan/cairan
Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan.
penurunan berat badan yang progresif.
Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut,
adanya selaput puih dan perubahan warna, edema.
6) Hygiene
Gejala : tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas
perawatan diri.
7) Neurosensori

9
Gejala : sakit kepala, perubahan status mental, kehilangan ketajaman/
kemampuan diri untuk mengawasi masalah, tidak mampu
mrngingat/ konsentrasi menurun, kelemahan otot, tremor,
dan perubahan ketajaman penglihatan, kebas, kasemutan
pada ekstremitas (kaki menunjukkan perubahan paling
awal).
Tanda : perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide
paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang
tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya
kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia, tremor pada
motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis. Hemoragi
retina dan eksudat.
8) Seksualitas
Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV,
pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak
terlindung, dan seks anal, menurunnya libido, penggunaan
kondom yang tidak konsisten.
Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia (kutil,
herpes)
9) Interaksi social
Gejala : kehilangan kerabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa
takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan, isolasi, kesepian, teman
dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS.
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak
mampu membuat rencana.
Tanda : perubahan pada interaksi keluarga/ orang terdekat, aktivitas
yang tak terorganisasi

10
d. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Umum :
a) Kesadaran : dapat terjadi penurunan kesadaran hingga koma
b) Nadi : penurunan/ peningkatan nadi
c) Pernafasan : penurunan/ peningkatan RR
d) Suhu : demam menetap > 4 minggu
e) BB : pada stadium awal-akhir akan mengalami
penurunan berat badan secara progressive
2) Pemeriksaan fisik head to toe :
1) Kepala :
sebhorroic dermatitis, gejala pneumocystis cranii, nyeri kepala
menetap
2) Kulit :
infeksi kulit umum, herpes simplex, Papular pruritic eruption
(PPE) pada lengan, tungkai dan bokong, turgor kulit tidak elastis,
sarkoma kaposi
3) Mata :
Retinitis, gejala floaters, penglihatan kabur, atau kehilangan
penglihatan.
4) Hidung : -
5) Telinga : -
6) Mulut
 Lesi pada mulut à Kapossi sarkoma
 Candida oral à plaque putih yang melapisi rongga mulut dan
lidah à candidiasis
 Candidiasis esofagus
 Hairy leukoplakia : lesi/plaque atau seperti proyeksi rambut
bergelombang pada bagian lateral lidah yang tidak nyeri &
tidak dapat hilang dengan menggosokny
 Ginggivitis
 Angular chelitis
7) Leher

11
Lymphadenopathy persistent
8) Dada / Pernafasan
 Sesak nafas (dispneu, takipneu)
 Batuk produktif dan batuk non produktif dengan SaO2 < 80%
(PCP)
 Retraksi interkostalis
 Infeksi saluran pernafasan atas yang berulang
 Batuk menetap > 4 minggu
 Gejala tuberculosis paru
9) Abdomen/ Gastrointestinal
Anoreksia, muntah, diare kronis, inkontinen alvi,
hepatosplenomegali
10) Sistem Reproduksi
Adanya lesi atau keluaran dari genital (herpes simpleks)
11) Ekstremitas atas/ bawah
Wasting syndrome, Papular pruritic eruption (PPE) simetris
12) Neurologis
Ataxia, kurang kordinasi (ADC), kehilangan sensori, apasia,
kehilangan konsentrasi, kehilangan memori (ADC= AIDS
Dementia Complex), apatis, depresi, paralysis

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang
berlebihan, diare berat
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d ketidakseimbangan muscular
4. Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan
absorpsi VitaminK
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan
pada kemampuan untuk mencerna b/d penurunan berat badan
6. Nyeri kronik b/d inflamasi, keluhan nyeri.
7. Kerusakan integritas kulit b/d efisit imunologi, lesi kulit

12
8. Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi, candidiasis
9. Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi, peningkatan tegangan
10. Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan, perasaan ditolak
11. Intoleransi aktivitas b/d perubahan pada bentuk tubuh, bergantung
pada orang lain untuk perawatan\
12. Defisiensi pengetahuan b/d tidak mengenal sumber informasi,
permintaan informasi

13
C. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Resiko tinggi terhadap infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah 1) Mengurangi resiko  terkontaminasi
b/d pertahanan primer tidak keperawatan selama 2 x 24 jam, seluruh kontak perawatan dilakukan silang
efektif klien dapat mengontrol risiko instruksikan pasien / orang terdekat
untuk mencuci tangan sesuai
terhadap infeksi dengan kriteria
indikasi
hasil : 2. Berikan lingkungan yang bersih dan 2) Mengurangi patogen pada sistem
1. Klien bebeas dari tanda dan berventilasi baik periksa pengunjung imun dan mengurangi kemungkinan
/ staf terhadap tanda infeksi dan pasien mengalami infeksi
gejala infeksi.
mempertahankan kewaspadaan nosokomial
2. Menunjukan kemampuan sesuai indikasi
untuk mencegah timbulnya 3. Diskusikan tingkat dan rasional 3) Meningkatkan kerja sama dengan
isolasi pencegahan dan cara hidup dan berusaha mengurangi
infeksi.
mempertahankan kesehatan pribadi rasa terisolasi
3. Jumlah leukosit dalam batas
normal. 4. Pantau tanda-tanda vital termasuk 4) Memberikan informasi dasar
suhu awitan / peningkatan suhu secara
4. Menunjukkan perilaku hidup berulang-ulang dari demam yang
sehat. terjadi untuk menunjukkan bahwa
tubuh bereaksi pada proses infeksi
yang baru dimana obat tidak lagi
dapat secara efektif mengontrol

14
infeksi yang tidak dapat
disembuhkan
5. Bersihkan kulit / membran mukosa 5) Kandidiasis oral, herpes, CMV dan
oral terdapat bercak putih / lesi crytocolus adalah penyakit yang
umum terjadi dan memberikan efek
pada membran kulit

6. Periksa adanya luka / lokasi alat 6) Identifikasi / perawatan awal dari


infasif,perhatikan tanda-tanda infeksi sekunder dapat mencegah
inflamasi / infeksi lokal terjadinya sepsis

7. Bersihkan percikan cairan tubuh / 7) Mengontrol mikro organisme pada


darah dengan larutan pemutih 1 : 10 permukaan keras
2 Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda-tanda vital termasuk 1) Indikator dari volume cairan
kekurangan volume cairan b/d keperawatan selama 2 x 24 jam, CVP, bila terpasang, catata sirkulasi
kehilangan yang berlebihan, klien dapat mempertahankan hipertensi termasuk perubahan
postural
diare berat hidrasi, dengan kriteria hasil :

1. membran mukosa lembab. 2. Kaji turgor kulit, membran mukosa 2) Indikator tidak langsung dari status
dan rasa haus cairan
2. turgor kulit baik.

3. haluaran urine adekuat secara 3. Pantau pemasukan oral dan masukan 3) Mempertahankan keseimbangan
cairan sedikitnya 2500 ml / hari cairan, mengurangi rasa haus, dan

15
pribadi. melembabakan membran mukosa
3 Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Tinggikan kepala tempat tidur 1) Meningkatkan fungsi pernafasan
nafas b/d ketidakseimbangan keperawatan selama 2 x 24 jam, usahakan pasien untuk berbalik, yang optimal dan mengurangi
muscular klien dapat mempertahankan pola batuk, menarik nafas sesuai aspirasi / infeksi yang ditimbulkan
kebutuhan karena atelektasis
pernapasan efektif dengan kriteria
2. Selidiki tentang keluhan nyeri dada 2) Nyeri dada pleuritis dapat
hasil : menggambarkan adanya pnemonia
1. Mendemonstrasikan batuk non spesifik / efusi pleura berkenaan
dengan keganasan
efektif dan suara nafas yang
3. Berikan periode istirahat yang cukup 3) Menurunkan konsumsi O2
bersih, tidak ada sianosis dan diantara waktu aktivitas pertahankan
dispneu. lingkungan yang tenang

2. Menunjukkan jalan nafas yang


paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)

3. Mampu mengdentifikasikan
dan mencegah faktor yang

16
dapat menghambat jalan nafas.
4 Resiko tinggi terhadap Menunjukkan homosatis
yang 1. Lakukan pemeriksaan darah pada 1) Mempercepat deteksi adanya
perubahan faktor pembekuan b/d ditunjukkan dengan tidak adanya cairan tubuh untuk mengetahui perdarahan / penentuan awal dari
penurunan absorpsi VitaminK perdarahan mukosa dan bebas dari adanya darah pada urine, feses dan therapi mungkin dapat mencegah
cairan muntah perdarahan kritis
ekimosis
2. Pantau perubahan tanda-tanda vital 2) Timbulnya perdarahan / hemoragi
dan warna kulit dapat menunjukkan kegagalan
sirkulasi / syok
3. Pantau perubahan tingkat kesadaran 3) Perubahan dapat menunjukkan
dan gangguan penglihatan adanya perdarahan otak
5 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan untuk mengunyah, 1) Lesi mulut, tenggorokan, dan
kurang dari kebutuhan tubuh b/d keperawatan selama 2 x 24 jam, merasakan dan menelan esofagus dapat menyebabkan
perubahan pada kemampuan klien dapat mempertahan nutrisi dispagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan dan
untuk mencerna b/d penurunan dengan kriteria hasil :
mengurangi keinginan untuk makan
berat badan 1. Adanya peningkatan berat 2. Timbang BB sesuai kebutuhan, 2) Indikator kebutuhan nutrisi /
badan. evaluasi BB dalam hal adanya BB pemasukan yang adekuat
yang tidak sesuai. Gunakan
2. Berat badan ideal sesuai serangkaian pengukuran BB dan
dengan tinggi badan. antropometrik
3. Jadwalkan obat-obatan diantara 3) Lambung yang penuh akan
3. Mampu mengidentifikasi makan dan batasi pemasukan cairan mengurangi nafsu makan dan
kebutuhan nutrisi. dengan makanan, kecuali jika cairan pemasukan makanan

17
4. Tidak ada tanda-tandamemiliki nilai gizi
malnutrisi. 4. Dorong pasien untuk duduk pada 4) Mempermudah proses menelan dan
waktu makan mengurangi resiko aspirasi
5. Menunjukkan peningkatan
5. Catat pemasukan kalori 5) Mengidentifikasi kebutuhan terhadap
fungsi pengecapan dan suplemen atau alternatif metode
menelan. pemberian makanan

6. Tidak terjadi penurunan berat


badan yang berarti.
6 Nyeri kronik b/d inflamasi, Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan yeri, perhatikan lokasi, 1) Mengindikasikan kebutuhan untuk
keluhan nyeri. keperawatan selama 2 x 24 jam, intensitas (skala 1 – 10), frekuensi intervensi dan juga tanda-tanda
rasa nyeri pada klien dapat dan waktu menandai gejala non perkembangan / resolusi komplikasi
verbal
berkurang dengan kriteria hasil:
2. Dorong pengungkapan perasaan 2) Dapat mengurangi ansietas dan rasa
1. Mampu mengontrol nyeri. takut, sehingga mengurangi persepsi
akan intensitas rasa sakit
2. Melaporkan bahwa nyeri
3. Lakukan tindakan pariatif mis: 3) Meningkatkan relaksasi /
berkurang dengan pengubahan posisi, masase, rentang
menggunakan managemen gerak pada sendi yang
nyeri. sakit-        Infeksi diketahui sebagai
penyebab rasa sakit dan abses steril
3. Mampu mengenali nyeri (skala 4. Berikan kompres hangat / lembab 4) menurunkan tegangan otot
intensitas, frekuensi dan tanda pada sisi infeksi pentamidin / IV

18
nyeri) selama 20 menit setelah pemberian
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
7 Kerusakan integritas kulit b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kulit setiap hari, catat warna, 1) Menentukan garis dasar dimana
efisit imunologi, lesi kulit keperawatan selama 2 x 24 jam, turgor, sirkulasi dan sensasi. perubahan pada status dapat
keruskaan intefritas kulit pasien Gambarkan lesi dan amati perubahan dibandingkan dan melakukan
intervensi yang tepat
teratasi dengan kriteria hasil:
2. Pertahankan sprei bersih, kering dan 2) Friksi kulit disebabkan oleh kain
1. Integritas kulit yang baik bisa tidak berkerut yang berkerut dan basah yang
dipertahankan. menyebabkan iritasi dan potensial
terhadap infeksi
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit. 3. Tutupi luka tekan yang terbuka 3) Dapat mengurangi kontaminasi
dengan pembalut yang steril atau bakteri, meningkatkan proses
3. Perfusi jaringan baik.
barrier produktif penyembuhan
4. Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya
cedera berulang.

5. Mampu melindungi kulit dan


mempertahankan kelembaban

19
kulit dan perawatan alami.
8 Perubahan membran mukosa Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji membran mukosa / catat 1) Edema, lesi, membran mukosa oral
oral b/d defisit imunologi, keperawatan selama 2 x 24 jam, seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan dan tenggorok kering menyebabkan
candidiasis membran mukosa oral kembali nyeri, bengkak, sulit mengunyah / rasa sakit dan sulit mengunyah /
menelan menelan
normal dnegan kriteria hasil:
2. Berikan perawatan oral setiap hari 2) Mengurangi rasa tidak nyaman,
1. Menunjukkan membran dan setelah makan, gunakan sikat meningkatkan rasa sehat dan
mukosa utuh gigi halus, pasta sisi non abrasif, mencegah pembentukan asam yang
obat pencuci mulut non alkohol dan dikaitkan dengan partikel makanan
2. Berwarna merah jambu, basah pelembab bibir yang tertinggal
dna bebas dari
inflamasi/ulserasi. 3. Cuci lesi mukosa oral dengan 3) Mengurangi penyebaran lesi dan
menggunakan hidrogen peroksida / krustasi dari kandidiasis dan
salin atau larutan soda kue meningkatkan kenyamanan
4. Anjurkan permen karet / permen 4) Merangsang saliva untuk
tidak mengandung gula menetralkan asam dan melindungi
membran mukosa
5. Dorong pasien untuk tidak merokok 5) Rokok akan mengeringkan dan
mengiritasi membran mukosa
9 Ansietas b/d ancaman pada Setelah dilakukan tindakan 1. Jamin pasien tentang kerahasiaan 1) Memberikan penentraman hati lebih
konsep pribadi, peningkatan keperawatan selama 2 x 24 jam, dalam batasan situasi tertentu lanjut dan kesempatan bagi pasien
tegangan rasa cemas pasien dapat dikontrol untuk memecahkan masalah pada
situasi yang diantisipasi

20
dengan krteria hasil: 2. Berikan informasi akurat dan 2) Dapat mengurangi ansietas dan
konsiste mengenai prognosis, hindari ketidakmampuan pasien untuk
1. Klien mampu mengidentifikasi
argumentasi mengenai persepsi membuat keputusan / pilihan
dna mengungkapkan gejala
pasien terhadap situasi tersebut berdasarkan realita
cemas. 3. Berikan lingkungan terbuka dimana 3) Membantu pasien untuk merasa
pasien akan merasa aman untuk diterima pada kondisi sekarang tanpa
2. Mengidentifikasi,
mendiskusikan perasaan atau perasaan dihakimi dan meningkatkan
mengungkapkan, dan menahan diri untuk berbicara perasaan harga diri dan kontrol
menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas. 4. Berikan informasi yang dapat 4) Menciptakan interaksi personal yang
dipercaya dan konsisten, juga lebih baik dan menurunkan ansietas
3. Vital sign dalam batas normal.
dukungan untuk orang terdekat dan rasa takut

10 Isolasi sosial b/d perubahan Setelah dilakukan tindakan 3. Tentukan persepsi pasien tentang 1) Isolasi sebagian dapat
status kesehatan, perasaan keperawatan selama 2 x 24 situasi mempengaruhi diri saat pasien takut
ditolak jam,diharapkan keruskaan isolasi penolakan / reaksi orang lain
1. Batasi / hindari penggunaan masker, 2) Mengurangi perasaan pasien akan
sosial dapat teratasi dengan
baju dan sarung tangan jika isolasi fisik dan menciptakan
kriteria hasil : memungkinkan mis: jika berbicara hubungan sosial yang positif yang
1. Pasien menunjukkan dengan pasien dapat meningkatkan rasa percaya diri

peningkatan harga diri.


2. Dorong kunjungan terbuka, 3) Partisipasi orang lain dapat
2. Pasien masu berpartisipasi hubungan telepon dan aktivitas meningkatkan rasa kebersamaan

21
dalam beraktivitas. sosial dalam tingkat yang
memungkinkan
3. Dorong adanya hubungan yang aktif 4) Membantu menetapkan partisipasi
dengan orang terdekat pada hubungan sosial dapat
mengurangi kemungkinan upaya
bunuh diri
11 Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat perasaan tidak berdaya, 1) Menentukan status individual pasien
perubahan pada bentuk tubuh, keperawatan selama 2 x 24 jam, di mis: ekspresi verbal / non verbal dan mengusahakan intervensi yang
bergantung pada orang lain harapkan masalah intoleransi yang mengindikasikan kurang sesuai pada waktu pasien imobilisasi
kontrol, efek daftar kurangnya karena perasaan depresi
untuk perawatan aktivitas dapat berkurang / teratasi
komunikasi
dengan kriteria hasil : 2. Dorong peran aktif pada 2) Memungkinkan peningkatan
perencanaan aktivitas, menetapkan perasaan kontrol dan menghargai diri
1. Pasien dapat mengidentifikasi keberhasilan harian, yang realitas / sendiri dan tanggung jawab
faktor yang menurunkan dapat dicapai dorong kontrol pasien
dan tanggung jawab sebanyak
toleransi aktivitas
mungkin, identifikasi hal-hal yang
2. Pasien memperlihatkan
dapat dan tidak dapat dikontrol
kemajuan dalam beraktivitas pasien

3. Pasien melaporkan penurunan

gejala dan intoleransi aktivitas.


12 Defisiensi pengetahuan b/d tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Tinjau ulang proses penyakit dan 1) Memberikan pengetahuan dasar

22
mengenal sumber informasi, keperawatan selama 2 x 24 jam, apa yang menjadi harapan di masa dimana pasien dapat membuat
permintaan informasi pengetahuan tentang informasi depan pilihan berdasarkan informasi
dapat teratasi dengan kriteria 2. Tinjau ulang cara penularan penyakit 2) Mengoreksi mitos dan kesalahan
konsepsi, meningkatkan keamanan
hasil:
bagi pasien / orang lain
3. Berikan informasi mengenai 3) Memberikan pasien kontrol
1. Pasien dapat mengungkapkan
penatalaksanaan gejala yang mengurangi resiko rasa malu dan
pemahaman tentang kondisi, melengkapi aturan medis, mis: pada meningkatkan kenyamanan
penyakit, proses, dan diare intermiten, gunakan lomotil
tindakannya sebelum pergi kegitan sosial
4. Tekankan perlunya melajutkan 4) Memberi kesempatan untuk
2. Pasien dapat melakukan
perawatan kesehatan dan evaluasi mengubah aturan untuk memenuhi
perubahan gaya hidup yang kebutuhan perubahan / individual
sehat 5. Identifikasi sumber-sumber 5) Memudahkan pemindahan dari
komunitas, mis: rumah sakit / pusat lingkungan perawatan akut,
3. Pasien dapat ikut perawatan tempat tinggal (bila ada) mendukung pemulihan dengan
berpartisipasi dalam kemandirian
perawatan dan pengobatan

23
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Chairul Hamdani, dkk. 2016. Pencegahan Penularan HIV/AIDS : Efektivitas


Metode KIE “Aku Bangga Aku Tahu”. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Doengoes, Marilynn, dkk, 2017. Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa
: I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG
Hidayat, Aziz Alimul. 2016. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer, Arif . 2018 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2015 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses –
Proses Penyakit . Jakarta : EGC
Setiawan, Hari Harjanto. 2017. Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Score Dalam
Mencegah Penyebaran HIV/AIDS.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.

65

Anda mungkin juga menyukai