Oleh
TRIYANA WAHYUDIANTO
1
LAPORAN PENDAHULUAN
HIV/AIDS
2
normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena
kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
3. Klasifikasi
3
Stadium Klinis II : Sakit Ringan 1. Penurunan berat badan 10%
2. Ispa berulang (sinusitis,
Total CD4 : 200-499/m
tonsillitis,otitis media dan faringitis
3. Herpes zoster
4. Kelitis angularis
Stadium Klinis III : Sakit sedang 1. Diare kronis > 1 bulan
2. Kandidiasis oral
Penurunan berat badan >10%
3. TB Paru
4. Limfadenopati generalisata
Persisten
13.Mikosis profunda
14.Limfoma
15.Karsinoma
16.Isoproriasis kronis
4
Perjalanan penyakit HIV/AIDS dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan
keadaan klinis dan jumlah CD4(Cluster of Differentiaton). Menurut WHO
(2006) tahapan infeksi HIV/AIDS terbagi menjadi 4 stadium klinis :
a. Stadium klinis I
1. Sejak virus masuk sampai terbentuk anti body (berlangsung 15 hari –3
bulan).
2. Keluhan yang sering muncul seperti sakit flu biasa dan bila diberi obat
akan berkurang atau sembuh, kadang terdapat limfadenopati
generalisata.
3. Hasil tes negatif, namun orang yang sudah terinfeksi ini sudah dapat
menularkan pada orang lain
4. CD4-nya 500 –1000.
b. Stadium klinis II
1. Waktunya antara 3 bulan s/d 5-10 tahun.
2. Hasil tes positif.
3. Tidak ada keluhan.
4. CD4-nya 500 –750.
c. Stadium klinis III (pra AIDS)
1. Sudah tampak gejala tetapi masih umum seperti penyakit lainnya.
2. Keluhan yang sering muncul : sariawan, kandidiasis mulut persisten,
selera makan hilang, demam berkepanjangan >1 bulan, diare kronis >
1 bulan, kehilangan BB > 10%, timbul bercak-bercak merah di bawah
kulit, TB paru, anemia yang tidak diketahui sebabnya,
trombositopenia, limfisitopenia,
pneumobakterial.
3. CD4-nya 100 –500
d. Stadium klinis IV
1. Penderita tampak sangat lemah.
2. Daya tahan tubuh menurun.
3. Munculnya beberapa penyakit yang sangat fatal seperti pneumonia
bacterial berulang, herpes simpleks kronis, toksoplasmosis otak, cito
5
megalo virus, mikobakteriosis, tuberkolosis luar paru, ensefalopati
HIV, timbul tumor atau kanker (limfoma dan sarkoma kaposi).
4. Patofsiologi
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang
disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada
umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-
pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang,
infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan
menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian,
tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6
bulan ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan
namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
6
limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan
ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
7
PATHWAY HIV/AIDS
Enzim integrase
cDNA masuk ke inti sel T Helper
Enzim protease
Merangkai RNA virus dengan
protein-protein yang baru dibentuk,
8
Replikasi dan perkembangan HIV
Risiko Penularan Infeksi
dalam cairan tubuh
HIV menginfeksi sel - sel T Helper + CD4 yang lain HIV menyerang sel-sel dendritik
dan makrofag di jaringan limfoid
2
Risiko
cedera
5. Manifestasi Klinik
Menurut Sylvia & Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi
klinis meliputi:
a. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di jumpai
pada laki-laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh HIV (20%),
tetapi jarang pada orang dewasa lain (kurang dari 2%) dan sangat
jarang pada anak. Tanda lesi berupa bercak-bercak merah kekuningan
di kulit,tetapi warna juga mungkin bervariasi dari ungu tua, merah
muda, sampai merah coklat. Gejala demam, penurunan berat badan,
dan keringat malam
b. Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer mencakup
nyeri kepala, berkurangnya ingatan jangka pendek,kelumpuhan syaraf
kranialis, hemiparesis, dan perubahan kepribadian
c. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini, gejala: demam, batuk kering non
produktif, rasa lemah, dan sesak nafas.
d. Gastro Intestinal
Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup hilangnya selera
makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus dan diare
kronis
e. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV mencakup
gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi
progresif, pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksia.
f. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta
malignasi. Infeksi oportunistik seperti herpes zoster dan herpes
simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan
merusak integritas kulit. Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang
3
difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.
Penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh
yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan
dermatitis atopik seperti exzema atau psoriasis.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderit HIV/AIDS adalah:
a. Pneumonia pneumocystis (PCP)
Pneumocystis pneumonia (PCP) merupakan penyakit oportunistik pada
infeksi HIV (human immunodefi ciency virus) yang disebabkan oleh
Pneumocystis jiroveci. Infeksi Pneumocystis pneumonia terjadi bila
kadar CD4 penderita kurang dari 200 sel/mm3.
b. Tuberculosis (TBC)
Bila sistem kekebalan seorang ODHA harus melawan infeksi lain,
serangannya terhadap HIV berkurang. Tetapi penyakit akibat TB dapat
muncul dengan jumlah CD4 yang tinggi termasuk pada orang dengan
HIV.
c. Esofagitis
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur
makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV,
penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamurkandidiasis) atau virus
(herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo).
d. Diare
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi
karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang
umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan
Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus
(seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium
complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab
kolitis). Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari
obat-obatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping
dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri.
4
e. Toksoplasmositis
Toksoplasmositis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-
satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi
otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis),
namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata
dan paru-paru. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges
(membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur
Cryptococcus neoformans.
f. Sarcoma Kaposi
Sarcoma Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang
pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah
pemuda homoseksual tahun l98l adalah salah satu pertanda pertama
wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamily
gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang.iuga.disebut
virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncnl di
kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan. tetapi dapat menverang organ
lain. terutama mulut. saluran pencemaan. dan paru-paru.
7. Pemeriksaan Penunjang
Ada dua pemeriksaan yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya antibodi
terhadap HIV :
5
Pemeriksaan Western blot juga dilakukan dua kali. Pemeriksaan ini lebih
sedikit memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Jika seseorang
telah dipastikan positif terhadap HIV, maka dilakukan pemeriksaan klinis
dan imunologik untuk menilai keadaan penyakit, dan mulai dilakukan
usaha untuk mengendalikan infeksi. (Djoerban, dkk. 2006).
6
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
7
BAB 2
PENYAKIT HIV/AIDS
PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama klien, umur (semua umur bisa terserang penyakit HIV AIDS karena
bersifat menular, tetapi dalam kasusnya lebih banyak pada usia produktif
20-45 tahun), jenis kelamin (kasus lebih banyak pada laki-laki), alamat,
suku, agama, pekerjaan, No. Registrasi, MRS.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing,
dan diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Selama kurang lebih dua bulan terakhir klien mengalami diare,
demam, mual, muntah, anoreksia serta penurunan berat badan yang
signifikan
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien sering menggunakan jarum suntik bergantian, klien sering
melakukan seks bebas dengan orang yang positif HIV/AIDS
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
(perlu pengkajian lebih lanjut)
c. Pengkajian Keperawatan
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi
8
Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama
pada cedera.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi
perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas ego
Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan
penampilan (menurunya berat badan), mengingkari
diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna,
rasa bersalah, dan depresi.
Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
4) Eliminasi
Gejala : diare yang terus menerus, sering atau tanpa disertai kram
abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda : feses encer atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat
yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik
urine.
5) Makanan/cairan
Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan.
penurunan berat badan yang progresif.
Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut,
adanya selaput puih dan perubahan warna, edema.
6) Hygiene
Gejala : tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas
perawatan diri.
7) Neurosensori
9
Gejala : sakit kepala, perubahan status mental, kehilangan ketajaman/
kemampuan diri untuk mengawasi masalah, tidak mampu
mrngingat/ konsentrasi menurun, kelemahan otot, tremor,
dan perubahan ketajaman penglihatan, kebas, kasemutan
pada ekstremitas (kaki menunjukkan perubahan paling
awal).
Tanda : perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide
paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang
tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya
kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia, tremor pada
motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis. Hemoragi
retina dan eksudat.
8) Seksualitas
Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV,
pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak
terlindung, dan seks anal, menurunnya libido, penggunaan
kondom yang tidak konsisten.
Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia (kutil,
herpes)
9) Interaksi social
Gejala : kehilangan kerabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa
takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan, isolasi, kesepian, teman
dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS.
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak
mampu membuat rencana.
Tanda : perubahan pada interaksi keluarga/ orang terdekat, aktivitas
yang tak terorganisasi
10
d. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Umum :
a) Kesadaran : dapat terjadi penurunan kesadaran hingga koma
b) Nadi : penurunan/ peningkatan nadi
c) Pernafasan : penurunan/ peningkatan RR
d) Suhu : demam menetap > 4 minggu
e) BB : pada stadium awal-akhir akan mengalami
penurunan berat badan secara progressive
2) Pemeriksaan fisik head to toe :
1) Kepala :
sebhorroic dermatitis, gejala pneumocystis cranii, nyeri kepala
menetap
2) Kulit :
infeksi kulit umum, herpes simplex, Papular pruritic eruption
(PPE) pada lengan, tungkai dan bokong, turgor kulit tidak elastis,
sarkoma kaposi
3) Mata :
Retinitis, gejala floaters, penglihatan kabur, atau kehilangan
penglihatan.
4) Hidung : -
5) Telinga : -
6) Mulut
Lesi pada mulut à Kapossi sarkoma
Candida oral à plaque putih yang melapisi rongga mulut dan
lidah à candidiasis
Candidiasis esofagus
Hairy leukoplakia : lesi/plaque atau seperti proyeksi rambut
bergelombang pada bagian lateral lidah yang tidak nyeri &
tidak dapat hilang dengan menggosokny
Ginggivitis
Angular chelitis
7) Leher
11
Lymphadenopathy persistent
8) Dada / Pernafasan
Sesak nafas (dispneu, takipneu)
Batuk produktif dan batuk non produktif dengan SaO2 < 80%
(PCP)
Retraksi interkostalis
Infeksi saluran pernafasan atas yang berulang
Batuk menetap > 4 minggu
Gejala tuberculosis paru
9) Abdomen/ Gastrointestinal
Anoreksia, muntah, diare kronis, inkontinen alvi,
hepatosplenomegali
10) Sistem Reproduksi
Adanya lesi atau keluaran dari genital (herpes simpleks)
11) Ekstremitas atas/ bawah
Wasting syndrome, Papular pruritic eruption (PPE) simetris
12) Neurologis
Ataxia, kurang kordinasi (ADC), kehilangan sensori, apasia,
kehilangan konsentrasi, kehilangan memori (ADC= AIDS
Dementia Complex), apatis, depresi, paralysis
12
8. Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi, candidiasis
9. Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi, peningkatan tegangan
10. Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan, perasaan ditolak
11. Intoleransi aktivitas b/d perubahan pada bentuk tubuh, bergantung
pada orang lain untuk perawatan\
12. Defisiensi pengetahuan b/d tidak mengenal sumber informasi,
permintaan informasi
13
C. Perencanaan Keperawatan
14
infeksi yang tidak dapat
disembuhkan
5. Bersihkan kulit / membran mukosa 5) Kandidiasis oral, herpes, CMV dan
oral terdapat bercak putih / lesi crytocolus adalah penyakit yang
umum terjadi dan memberikan efek
pada membran kulit
1. membran mukosa lembab. 2. Kaji turgor kulit, membran mukosa 2) Indikator tidak langsung dari status
dan rasa haus cairan
2. turgor kulit baik.
3. haluaran urine adekuat secara 3. Pantau pemasukan oral dan masukan 3) Mempertahankan keseimbangan
cairan sedikitnya 2500 ml / hari cairan, mengurangi rasa haus, dan
15
pribadi. melembabakan membran mukosa
3 Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Tinggikan kepala tempat tidur 1) Meningkatkan fungsi pernafasan
nafas b/d ketidakseimbangan keperawatan selama 2 x 24 jam, usahakan pasien untuk berbalik, yang optimal dan mengurangi
muscular klien dapat mempertahankan pola batuk, menarik nafas sesuai aspirasi / infeksi yang ditimbulkan
kebutuhan karena atelektasis
pernapasan efektif dengan kriteria
2. Selidiki tentang keluhan nyeri dada 2) Nyeri dada pleuritis dapat
hasil : menggambarkan adanya pnemonia
1. Mendemonstrasikan batuk non spesifik / efusi pleura berkenaan
dengan keganasan
efektif dan suara nafas yang
3. Berikan periode istirahat yang cukup 3) Menurunkan konsumsi O2
bersih, tidak ada sianosis dan diantara waktu aktivitas pertahankan
dispneu. lingkungan yang tenang
3. Mampu mengdentifikasikan
dan mencegah faktor yang
16
dapat menghambat jalan nafas.
4 Resiko tinggi terhadap Menunjukkan homosatis
yang 1. Lakukan pemeriksaan darah pada 1) Mempercepat deteksi adanya
perubahan faktor pembekuan b/d ditunjukkan dengan tidak adanya cairan tubuh untuk mengetahui perdarahan / penentuan awal dari
penurunan absorpsi VitaminK perdarahan mukosa dan bebas dari adanya darah pada urine, feses dan therapi mungkin dapat mencegah
cairan muntah perdarahan kritis
ekimosis
2. Pantau perubahan tanda-tanda vital 2) Timbulnya perdarahan / hemoragi
dan warna kulit dapat menunjukkan kegagalan
sirkulasi / syok
3. Pantau perubahan tingkat kesadaran 3) Perubahan dapat menunjukkan
dan gangguan penglihatan adanya perdarahan otak
5 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan untuk mengunyah, 1) Lesi mulut, tenggorokan, dan
kurang dari kebutuhan tubuh b/d keperawatan selama 2 x 24 jam, merasakan dan menelan esofagus dapat menyebabkan
perubahan pada kemampuan klien dapat mempertahan nutrisi dispagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan dan
untuk mencerna b/d penurunan dengan kriteria hasil :
mengurangi keinginan untuk makan
berat badan 1. Adanya peningkatan berat 2. Timbang BB sesuai kebutuhan, 2) Indikator kebutuhan nutrisi /
badan. evaluasi BB dalam hal adanya BB pemasukan yang adekuat
yang tidak sesuai. Gunakan
2. Berat badan ideal sesuai serangkaian pengukuran BB dan
dengan tinggi badan. antropometrik
3. Jadwalkan obat-obatan diantara 3) Lambung yang penuh akan
3. Mampu mengidentifikasi makan dan batasi pemasukan cairan mengurangi nafsu makan dan
kebutuhan nutrisi. dengan makanan, kecuali jika cairan pemasukan makanan
17
4. Tidak ada tanda-tandamemiliki nilai gizi
malnutrisi. 4. Dorong pasien untuk duduk pada 4) Mempermudah proses menelan dan
waktu makan mengurangi resiko aspirasi
5. Menunjukkan peningkatan
5. Catat pemasukan kalori 5) Mengidentifikasi kebutuhan terhadap
fungsi pengecapan dan suplemen atau alternatif metode
menelan. pemberian makanan
18
nyeri) selama 20 menit setelah pemberian
4. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
7 Kerusakan integritas kulit b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kulit setiap hari, catat warna, 1) Menentukan garis dasar dimana
efisit imunologi, lesi kulit keperawatan selama 2 x 24 jam, turgor, sirkulasi dan sensasi. perubahan pada status dapat
keruskaan intefritas kulit pasien Gambarkan lesi dan amati perubahan dibandingkan dan melakukan
intervensi yang tepat
teratasi dengan kriteria hasil:
2. Pertahankan sprei bersih, kering dan 2) Friksi kulit disebabkan oleh kain
1. Integritas kulit yang baik bisa tidak berkerut yang berkerut dan basah yang
dipertahankan. menyebabkan iritasi dan potensial
terhadap infeksi
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit. 3. Tutupi luka tekan yang terbuka 3) Dapat mengurangi kontaminasi
dengan pembalut yang steril atau bakteri, meningkatkan proses
3. Perfusi jaringan baik.
barrier produktif penyembuhan
4. Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya
cedera berulang.
19
kulit dan perawatan alami.
8 Perubahan membran mukosa Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji membran mukosa / catat 1) Edema, lesi, membran mukosa oral
oral b/d defisit imunologi, keperawatan selama 2 x 24 jam, seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan dan tenggorok kering menyebabkan
candidiasis membran mukosa oral kembali nyeri, bengkak, sulit mengunyah / rasa sakit dan sulit mengunyah /
menelan menelan
normal dnegan kriteria hasil:
2. Berikan perawatan oral setiap hari 2) Mengurangi rasa tidak nyaman,
1. Menunjukkan membran dan setelah makan, gunakan sikat meningkatkan rasa sehat dan
mukosa utuh gigi halus, pasta sisi non abrasif, mencegah pembentukan asam yang
obat pencuci mulut non alkohol dan dikaitkan dengan partikel makanan
2. Berwarna merah jambu, basah pelembab bibir yang tertinggal
dna bebas dari
inflamasi/ulserasi. 3. Cuci lesi mukosa oral dengan 3) Mengurangi penyebaran lesi dan
menggunakan hidrogen peroksida / krustasi dari kandidiasis dan
salin atau larutan soda kue meningkatkan kenyamanan
4. Anjurkan permen karet / permen 4) Merangsang saliva untuk
tidak mengandung gula menetralkan asam dan melindungi
membran mukosa
5. Dorong pasien untuk tidak merokok 5) Rokok akan mengeringkan dan
mengiritasi membran mukosa
9 Ansietas b/d ancaman pada Setelah dilakukan tindakan 1. Jamin pasien tentang kerahasiaan 1) Memberikan penentraman hati lebih
konsep pribadi, peningkatan keperawatan selama 2 x 24 jam, dalam batasan situasi tertentu lanjut dan kesempatan bagi pasien
tegangan rasa cemas pasien dapat dikontrol untuk memecahkan masalah pada
situasi yang diantisipasi
20
dengan krteria hasil: 2. Berikan informasi akurat dan 2) Dapat mengurangi ansietas dan
konsiste mengenai prognosis, hindari ketidakmampuan pasien untuk
1. Klien mampu mengidentifikasi
argumentasi mengenai persepsi membuat keputusan / pilihan
dna mengungkapkan gejala
pasien terhadap situasi tersebut berdasarkan realita
cemas. 3. Berikan lingkungan terbuka dimana 3) Membantu pasien untuk merasa
pasien akan merasa aman untuk diterima pada kondisi sekarang tanpa
2. Mengidentifikasi,
mendiskusikan perasaan atau perasaan dihakimi dan meningkatkan
mengungkapkan, dan menahan diri untuk berbicara perasaan harga diri dan kontrol
menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas. 4. Berikan informasi yang dapat 4) Menciptakan interaksi personal yang
dipercaya dan konsisten, juga lebih baik dan menurunkan ansietas
3. Vital sign dalam batas normal.
dukungan untuk orang terdekat dan rasa takut
10 Isolasi sosial b/d perubahan Setelah dilakukan tindakan 3. Tentukan persepsi pasien tentang 1) Isolasi sebagian dapat
status kesehatan, perasaan keperawatan selama 2 x 24 situasi mempengaruhi diri saat pasien takut
ditolak jam,diharapkan keruskaan isolasi penolakan / reaksi orang lain
1. Batasi / hindari penggunaan masker, 2) Mengurangi perasaan pasien akan
sosial dapat teratasi dengan
baju dan sarung tangan jika isolasi fisik dan menciptakan
kriteria hasil : memungkinkan mis: jika berbicara hubungan sosial yang positif yang
1. Pasien menunjukkan dengan pasien dapat meningkatkan rasa percaya diri
21
dalam beraktivitas. sosial dalam tingkat yang
memungkinkan
3. Dorong adanya hubungan yang aktif 4) Membantu menetapkan partisipasi
dengan orang terdekat pada hubungan sosial dapat
mengurangi kemungkinan upaya
bunuh diri
11 Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat perasaan tidak berdaya, 1) Menentukan status individual pasien
perubahan pada bentuk tubuh, keperawatan selama 2 x 24 jam, di mis: ekspresi verbal / non verbal dan mengusahakan intervensi yang
bergantung pada orang lain harapkan masalah intoleransi yang mengindikasikan kurang sesuai pada waktu pasien imobilisasi
kontrol, efek daftar kurangnya karena perasaan depresi
untuk perawatan aktivitas dapat berkurang / teratasi
komunikasi
dengan kriteria hasil : 2. Dorong peran aktif pada 2) Memungkinkan peningkatan
perencanaan aktivitas, menetapkan perasaan kontrol dan menghargai diri
1. Pasien dapat mengidentifikasi keberhasilan harian, yang realitas / sendiri dan tanggung jawab
faktor yang menurunkan dapat dicapai dorong kontrol pasien
dan tanggung jawab sebanyak
toleransi aktivitas
mungkin, identifikasi hal-hal yang
2. Pasien memperlihatkan
dapat dan tidak dapat dikontrol
kemajuan dalam beraktivitas pasien
22
mengenal sumber informasi, keperawatan selama 2 x 24 jam, apa yang menjadi harapan di masa dimana pasien dapat membuat
permintaan informasi pengetahuan tentang informasi depan pilihan berdasarkan informasi
dapat teratasi dengan kriteria 2. Tinjau ulang cara penularan penyakit 2) Mengoreksi mitos dan kesalahan
konsepsi, meningkatkan keamanan
hasil:
bagi pasien / orang lain
3. Berikan informasi mengenai 3) Memberikan pasien kontrol
1. Pasien dapat mengungkapkan
penatalaksanaan gejala yang mengurangi resiko rasa malu dan
pemahaman tentang kondisi, melengkapi aturan medis, mis: pada meningkatkan kenyamanan
penyakit, proses, dan diare intermiten, gunakan lomotil
tindakannya sebelum pergi kegitan sosial
4. Tekankan perlunya melajutkan 4) Memberi kesempatan untuk
2. Pasien dapat melakukan
perawatan kesehatan dan evaluasi mengubah aturan untuk memenuhi
perubahan gaya hidup yang kebutuhan perubahan / individual
sehat 5. Identifikasi sumber-sumber 5) Memudahkan pemindahan dari
komunitas, mis: rumah sakit / pusat lingkungan perawatan akut,
3. Pasien dapat ikut perawatan tempat tinggal (bila ada) mendukung pemulihan dengan
berpartisipasi dalam kemandirian
perawatan dan pengobatan
23
DAFTAR PUSTAKA
65