BAB. I
PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pasal 1
1. Uraian Pekerjaan
1.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi :
a. Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah
Dinas Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan
Ampana Timur) dengan bentuk dan ukuran seperti yang ditunjukan pada
gambar kerja dan dokumen lainnya.
b. Selain pekerjaan utama yang disebut diatas, maka Kontraktor wajib
melaksanakan pekerjaan lain yang merupakan pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mendukung terlaksananya pekerjaan tersebut atas
biaya kontraktor, misalnya :
1) Membuat Papan Nama Pekerjaan.
2) Pagar Pengaman Proyek
3) Mobilisasi Material
4) Mobilisasi Alat
5) Quality Control
6) Shop drawing
7) Foto dokumentasi
8) Pengurusan Ijin dan keselamatan kerja
c. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak disebutkan satu persatu, tetapi merupakan
suatu kesatuan sistem yang tak bisa dipisahkan.
Pasal 2
Persyaratan Khusus
Pasal 3
Pagar Pengaman dan Papan Nama Proyek
3.1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor lebih dulu membuat pagar untuk
pengaman, atas biaya kontraktor dan telah diperhitungkan dalam penawaran
kontraktor.
3.2. Papan Nama Proyek dipasang sesuai dengan petunjuk Direksi dan menjadi beban
Kontraktor dan telah diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor.
3
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 4
Pekerjaan Persiapan
4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 5
Metode Pelaksanaan dan Gambar Kerja
5.1. Metode Pelaksanaan.
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor yang diwakili oleh Site
Manager harus memberikan rencana tertulis mengenai Metode Pelaksanaan.
Metode pelaksanaan harus dipresentasikan dihadapan Direksi, Konsultan Perencana
dan konsultan pengawas. Hasil dari presentasi metode pelaksanaan setelah
disetujui bersama oleh Direksi, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas
merupakan keputusan yang mengikat didalam pelaksanaan pekerjaan ini.
5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
BAB II
PEKERJAAN STRUKTUR
Pasal 1
Pekerjaan Pendahuluan
1.1. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
a. Pengukuran dan pemasangan bouwplank dilakukan sekaligus untuk seluruh
site, agar pengaturan perletakan bangunan tidak meleset serta menjaga
kemungkinan perubahan-perubahan atau pergeseran-pergeseran sesuai keadaan.
b. Untuk mendapatkan ukuran yang tepat sesuai rencana, pengukuran wajib
dilaksanakan dengan menggunakan waterpass dan atau theodolite.
c. Sebelum dipasang papan untuk bouwplank harus diserut rata dan lurus.
d. Patok-patok utama hendaknya ditanam/ditancapkan sedalam/sekuat mungkin
agar tidak terjadi pergeseran. Dan pada saat semua patok sudah terpasang
titik yang telak ditentukan, dianggap perlu untuk dicek kembali terhadap orientasi
sudut rencana.
Pasal 2
Pekerjaan Galian Tanah, Timbunan Dan Pemadatan
2.1. Umum
a. Uraian.
1. Pekerjaan ini mencakup penggalian, penimbunan pengambilan,
pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir
yang disetujui untuk konstruksi timbunan.
2. Segala perubahan dan spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara tertulis
kepada Konsultan dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan untuk memulai pekerjaan.
3. Pekerjaan Galian Pondasi Batu Kali dan Pondasi Tapak Poor.
4. Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam pasal ini adalah timbunan
dari tanah. Adapun tanah hasil galian pondasi sebagian digunakan untuk
timbunan bangunan yang harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan oleh
Direksi/Konsultan dan sebagian pula dibuang. Timbunan tanah bekas galian
dibuang ketempat yang sudah ditentukan.
b. Survei.
1. Sebelum pekerjaan galian dan timbunan dimulai, harus dilakukan survei
topografi. Level yang disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh
Direksi/Konsultan dan Kontraktor.
2. Kontraktor harus memuat hasil survei dalam bentuk gambar tampak dan
penampang dengan skala yang disetujui oleh Konsultan. Konsultan akan
memverifikasi dan memeriksa gambar tampak dan penampang untuk
dijadikan acuan pekerjaan.
6
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
c. Peralatan.
Kontraktor harus mengajukan metode kerja termasuk output kerja harian,
jumlah, type dan kapasitas peralatan yang akan dioperasikan kepada
Direksi/Konsultan. Semua peralatan yang dipersyaratkan dalam dokumen lelang
harus berada di lokasi dan dapat beroperasi pada saat-saat yang diperlukan.
Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan
lingkungan.
b. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan
melebihi tinggi 10 mm atau 20 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau
disetujui.
2. Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup
halus dan rata serta mempunyai kemiringan yang cukup untuk menjamin
pengaliran bebas dari air permukaan.
3. Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari garis profil
yang ditentukan dengan melebihi 10 cm dari ketebalan yang dipadatkan.
4. Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang
dipadatkan melebihi 30 cm.
c. Standar Rujukan.
1. Kontraktor harus menyelesaikan semua pengujian dibawah pengawasan
Konsultan dan harus mengajukan laporan dalam waktu 1 (satu) minggu
setelah masing-masing pengujian dilaksanakan.
2. Pengujian mencakup :
a) Analisis Saringan : AASHTO T 88 – 78
b) Pemadatan Lapangan : AASHTO T 99 – 74
c) Penetapan Batas Cair Tanah : AASHTO T 89 – 69
d) Penetapan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah : AASHTO T 90–
70
e) CBR : AASHTO T 193 – 72 f. Unit Weight :
f) Water Content : ASTM d 2216
7
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
h. Pembatasan Cuaca.
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan
turun, dan tak ada pemadatan yang boleh dilakukan setelah hujan atau
sebaliknya bila kadar air bahan-bahan material berada di luar batas yang
ditentukan.
i. Royalti Bahan-bahan.
Bila bahan-bahan timbunan didapat dari luar daerah milik, Kontraktor harus
membuat semua pengaturan yang diperlukan dan membayar semua biaya dan
royalti kepada pemilik tanah dan pejabat sebelum mengeluarkan bahan-bahan.
j. Bahan-Bahan.
1. Sumber Bahan-bahan.
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.
2. Bahan Timbunan.
a) Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang digali dan
disetujui oleh Konsultan sebagai bahan-bahan yang memenuhi syarat
untuk penggunaan dalam pekerjaan permanen. Material yang digunakan
9
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
2. Penempatan Timbunan.
a) Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan
dan disebarkan merata serta bila dipadatkan akan memenuhi
toleransi ketebalan lapisan yang diberikan. Di mana lebih dari satu lapisan
10
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
3. Pemadatan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap
lapisan harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang
cocok dan layak serta disetujui oleh Konsultan sampai suatu kepadatan
yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
b) Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air
bahan-bahan berada dalam batas antara 2 % lebih daripada kadar air
optimum (wet of optimum). Kadar air optimum tersebut harus ditentukan
sebagai kadar air di mana kepadatan kering maksimum diperoleh bila
tanah tersebut dipadatkan sesuai dengan AASHTO T-180.
c) Semua timbunan batuan harus ditutup dengan lapisan dengan tebal 20
cm dari bahan-bahan yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak
lebih besar dari 5 cm dan mampu mengisi semua sela-sela bagian atas
timbunan batuan. Lapisan penutup ini harus dibangun sesuai dengan
persyaratan untuk timbunan tanah.
d) Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan
sebagaimana ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh
Konsultan sebelum lapisan berikutnya ditempatkan.
11
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
l. Jaminan Kualitas.
1. Pengawasan Kualitas Bahan
a) Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk
persetujuan awal kualitas bahan-bahan harus sebagaimana diarahkan
oleh Konsultan, tetapi harus termasuk semua pengujian yang relevan yang
telah ditentukan, sekurang-kurangnya tiga contoh yang mewakili sumber
bahan-bahan yang diajukan yang terpilih untuk mewakili serangkaian
kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh dari sumber tersebut.
b) Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-bahan timbunan yang
diajukan, maka pengujian kualitas bahanbahan tersebut harus diulangi
lagi atas kebijaksanaan tenaga Konsultan, dalam hal mengenai
perubahan yang diamati pada bahan-bahan tersebut atau pada
sumbernya.
c) Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan keanekaragaman bahan yang
dibawa ke tempat proyek. Jangkauan pengujian tersebut harus
sebagaimana diarahkan oleh Konsultan tetapi untuk setiap 1000 meter
kubik timbunan yang diperoleh dari setiap sumber.
12
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
3. Percobaan Pemadatan
a) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan
metoda untuk mencapai tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal
bahwa Kontraktor tidak mampu untuk mencapai kepadatan yang
disyaratkan, maka pemadatan berikutnya belum boleh dilaksanakan,
kecuali dengan seizin Konsultan Pengawas.
b) Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah
lintasan alat pemadat dan kadar air harus diubahubah sampai
kepadatan yang ditentukan tercapai dan disetujui Konsultan. Hasil
percobaan lapangan ini kemudian harus digunakan untuk
menentukan jumlah lintasan yang disyaratkan, jenis alat pemadat dan
kadar air untuk semua pemadatan yang selanjutnya.
m. Pengukuran.
1. Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan-bahan yang
dipadatkan yang diterima lengkap di tempat. Volume yang diukur harus
didasarkan pada gambar penampang melintang yang disetujui dari profil
tanah atau profil galian sebelum suatu timbunan ditempatkan serta pada
garis, kelandaian dan ketinggian dari pekerjaan timbunan akhir yang
ditentukan dan disetujui. Metode perhitungan volume bahan-bahan harus
merupakan metoda luas bidang ujung rata-rata, dengan menggunakan
penampang melintang dari pekerjaan yang berjarak tidak lebih dari 25
meter.
2. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap tambahan timbunan yang diperlukan sebagai
akibat pekerjaan terasiring atau pengikatan timbunan pada lereng yang ada
atau sebagai akibat penurunan pondasi, tidak akan diukur untuk
pembayaran, kecuali :
1. Timbunan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan yang kurang
13
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 3
Pekerjaan Beton Bertulang
b. Persyaratan Material.
1. Portland Cement Composit (PCC).
Semua PCC yang digunakan harus PCC dengan merk standar yang disetujui
oleh badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan PCC tipe I sesuai
spesifikasi yang termuat dalam SNI dan harus sesuai dengan kondisi di
lapangan. Semua pekerjaan harus menggunakan satu macam merk PCC,
PCC harus disimpan dengan baik, dihindarkan dari kelembaban sampai tiba
saatnya untuk dipakai. PCC yang telah mengeras atau membatu tidak
boleh digunakan, PCC harus disimpan sedemikan rupa sehingga mudah
untuk diperiksa dan diambil contohnya.
2. Batu Split/Kerikil.
Batu split/kerikil dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak
mengandung bahan yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah yang
cukup banyak, yang dapat memperlemah kekuatan beton. Split/kerikil harus
memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada SNI 1734-1989, atau daftar
berikut ini :
Split/Kerikil Pasir
Ayakan % Lewat Ayakan (Berat Kering)
30 mm 100 - 10 mm 100
25 mm 90 – 100 5 mm 90 – 100
15 mm 25 – 60 2.5 mm 80 – 100
5 mm 0 – 10 1.2 mm 50 – 90
15
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
2.5 mm 0 – 5 0.6 mm 25 – 60
0.3 mm 10 – 30
0.15 mm 2 – 10
3. Air.
Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam, asam dan
sebaiknya air tersebut dapat diminum.
5. Besi Tulangan.
a) Tulangan besi harus mempunyai diameter yang sesuai dengan
gambar rencana dan bebas dari karat, dengan Mutu Baja
Tulangan dibawah Ø 10 mm, menggunakan jenis BJTP-24 (fy=240 MPa),
sedangkan diatas Ø 10 mm, menggunakan jenis BJTD-40 ((fy=400
MPa). Semua dimensi/ukuran besi tulangan yang akan digunakan
merupakan dimensi sebenarnya sesuai keterangan gambar
b) Besi untuk tulangan penyimpanannya harus bebas dari kontaminasi
langsung dengan udara, tanah lembab, aspal, oli (minyak) dan gemuk.
2. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang terhisap oleh
agregat) tidak boleh melampaui 0,50 (perbandingan berat). Perbandingan
campuran tersebut dapat diubah jika diperlukan untuk mendapatkan mutu
beton yang dikehendaki dengan kepadatan, kekedapan, keawetan dan
kekuatan yang lebih baik dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi yang disebabkan
oleh perubahan tersebut di atas.
3. Percobaan kekuatan beton di lapangan dalam N/mm2 (MPa) dengan
percobaan beton silinder (∅ 15 cm tinggi 30 cm), atas biaya dibuat kontraktor.
Jumlah silinder percobaan yang dibuat harus sesuai dengan SNI 03-2834-
1992. Copy hasil test harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas.
4. Percobaan yang dilakukan dilapangan, pengambilan contoh campuran dan
pengujian harus mengundang dan disaksikan oleh Konsultan Pengawas. Suatu
kali jika kekuatan beton umur 7 hari kekuatannya kurang dari 70% dari
beton umur 28 hari, maka Konsultan Pengawas berhak untuk
memerintahkan Kontraktor untuk menambah PC ke dalam campuran beton.
Dan apabila terdapat beton dengan umur 28 hari yang tidak mencapai mutu
beton yang dikehendaki, maka pengecoran selanjutnya harus dihentikan
17
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
b. Persyaratan Bekisting.
1. Bekisting atau perancah harus digunakan bila diperlukan untuk
membatasi adukan beton dan membentuk adukan beton menurut garis
dan permukaan yang diinginkan. Kontraktor harus bertanggungjawab atas
perencanaan yang memadai untuk seluruh bekisting.
2. Pada bagian tertentu Konsultan Pengawas akan memerintahkan
Kontraktor untuk membuat shop drawing dari bekisting.
3. Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
4. Papan bekisting harus terbuat dari polywood, papan yang rata dan
halus, dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan
permukaan yang sempurna seperti terperinci dalam spesifikasi ini.
5. Toleransi yang diijinkan adalah ± 3 mm untuk garis dan permukaan.
6. Bekisting harus demikian kuat dan kaku terhadap beban dan lendutan
adukan beton yang masih basah dan getaran terhadap beban konstruksi.
Bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas sebelum pengecoran.
7. Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip atau
adukan kelur dari sambungan.
8. Pembongkaran dilakukan setelah beton telah mencapai kekuatan setara
dengan umur beton 28 hari dan harus dengan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas. Pembongkaran dilaksanakan dengan statis, tanpa
goncangan atau kerusakan pada beton.
c. Pengecoran Beton.
1. Pengecoran harus dengan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas dan
dilaksanakan pada waktu Konsultan Pengawas atau Direksi yang ditunjuk
serta Pengawas Kontraktor yang ada di tempat kerja.
2. Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk yang dapat
18
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
f. Perawatan Beton.
Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah selama
sekurang-kurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan cara penyiraman air,
karung goni basah, atau cara-cara lain yang ditentukan oleh
Konsultan Pengawas. Air yang yang digunakan dalam perawatan harus
memenuhi spesifikasi air untuk campuran beton.
Pasal 4
Pekerjaan Struktur Atap
19
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
BAB III
PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal 1
Pekerjaan Adukan Dan Campuran
1.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan Adukan Pasangan Batu Gunung/Batu Kali.
b. Pekerjaan Adukan Pasangan Batu Bata.
c. Pekerjaan Adukan Lain Seperti Tercantum Dalam Gambar Kerja.
Pasal 2
Pekerjaan Pasangan Batu Gunung/Batu Kali
21
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
dengan ukuran dalam gambar kerja. Demikian pula dengan bagian stek yang
tidak tertanam atau mencuat keatas sepanjang minimum 70 cm atau sesuai
dengan ukuran dalam gambar kerja.
Pasal 3
Pekerjaan Pasangan Batu Bata
Pasal 4
Pekerjaan Beton Non Struktural
4.2.Persyaratan Bahan.
a. Besi Beton.
Mutu tulangan yang dipakai adalah dari mutu BJTP-24 (fy=240 MPa) untuk
diameter yang lebih kecil dari 10 mm dan BJTP-40 (fy=400 MPa) untuk
diameter yang lebih besar dari 10 mm. Besi beton harus bersih dari lapisan
minyak, lemak, dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi harus
bulat serta memenuhi persyaratan NI-2. Diameter besi beton yang dipasang
harus sesuai dengan gambar kerja. Besi beton yang tidak memenuhi
persyaratan harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu
24 jam setelah ada perintah tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas. Kawat
pengikat besi beton adalah baja lunak dan tidak disepuh/dilapis seng.
Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.4 mm. Kawat pengikat harus
memenuhi syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1971).
b. Semen.
c. Pasir.
Pasir yang dipakai harus pasir beton.
d. Koral beton/split.
Koral beton/split yang dipakai harus barsih, bersudut tajam, tidak berpori
serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat NI-2.
Penyimpanan/ penimbunan koral beton/split dengan pasir harus dipisahkan satu
dengan yang lain, sehingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan
perbandingan adukan beton yang disyaratkan.
e. Air.
f. Acuan Bekisting dan Perancah.
Papan acuan/bekisting dibuat dari multiplex tebal 9 mm. Balok-balok
pengaku dan pengikat papan acuan dari kaso 5/7. Perancah disyaratkan
memakai perancah besi, tidak diperkenankan memakai bambu.
2. Pembesian.
Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan, kait-kait dan sengkang (ring), persyaratannya harus sesuai
dengan NI-2 (PBI-1971). Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus
sesuai dengan gambar kerja. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk
menjamin agar besi- besi tersebut tidak berubah selama pengecoran dan harus
24
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
bebas dari papan acuan/bekisting atau lantai kerja dengan memasang selimut
beton dan bantalan tahu beton sesuai dengan NI-2 (PBI-1971).
3. Pekerjaan Acuan/Bekisting.
Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah ditetapkan dalam gambar kerja. Acuan harus dipasang sedemikian rupa
dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak
berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran berlangsung. Acuan
harus rapat (tidak bocor), permukaan licin, bebas dari kotoran tahi
gergaji, potongan kayu, tanah lumpur dan sebagainya.
4. Cara Pengadukan.
Cara pengadukan menggunakan beton molen. Takaran untuk semen portland,
pasir dan koral harus seijin Direksi/Konsultan Pengawas. Beton harus dilindungi
dari sinar matahari langsung, hingga terjadi penguapan terlalu cepat. Persiapan
perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus diperhatikan.
5. Pengecoran Beton.
Sebelum pelaksanaan pangecoran, Kontraktor diwajibkan melaksanakan
pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan
sampai jenuh, pemeriksaan ukuran- ukuran dan ketinggian, pemeriksaan
panulangan, dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat
dilaksanakan atas persetujuan Direksi/ Konsultan Pengawas. Pengecoran harus
dilakukan dengan menggunakan alat panggetar beton untuk menjamin beton
cukup padat dan harus dihindarkan dari terjadinya cacat pada beton seperti
keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi.
Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat penghentian tersebut harus disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas. Penyambungan beton lama dengan baton
baru harus memakai adukan perekat CALBOND. Permukaan beton lama
yang akan diteruskan pengecorannya harus dikasarkan, dilapis dengan adukan
perekat CALBOND yang pembuatannya sesuai dengan persyaratan pabrik
pembuat, selanjutnya langsung dilakukan pengecoran baru.
Pasal 5
Pekerjaan Plesteran
dipakai plesteran aci halus diatas permukaan plesterannya. Untuk bidang dinding
pasangan yang menggunakan bahan/material akhir lain, permukaan
plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan ikatan
yang lebih baik terhadap bahan/material yang akan digunakan tersebut. Untuk
setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang
datar, harus diberi naat/celah dengan ukuran lebar 0.7 cm dalam 0.5 cm. Untuk
permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pecembungan bidang
tidak boleh melebihi 5 mm, untuk setiap jarak 2 m. Ketebalan plesteran harus
mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom seperti yang dinyatakan dan
dicantumkan dalam gambar kerja. Tebal plestetan adalah minimal 1,5 cm dan
maksimum 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan
menggunakan kawat yang diikatkan/dipaku kepermukaan dinding pasangan
yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran. Pekerjaan
plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi
pipa listrik, pipa plumbing untuk seluruh bangunan.
d. Pemeliharaan.
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
dengan wajar. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik panas matahari langsung
dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat.
Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai.
Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya 2 (dua) kali
sehari sampai jenuh, selama plesteran belum dilapis dengan bahan/material akhir,
Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan
dan pengotoran dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat
diklaim sebagai pekerjaan tambah. Tidak dibenarkan pakerjaan peyelesaian
dengan bahan/material akhir di atas permukaan plesteran dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu, cukup kering, bersih dari retak,
noda dan cacat lain superti yang disyaratkan tersebut diatas. Apabila hasil
pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Direksi/Konsultan
Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai
disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Biaya untuk perbaikan tersebut
ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat dijadikan sebagai pekerjaan
tambah.
Pasal 6
Pekerjaan Pasangan Keramik
28
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 7
Pekerjaan Pengecatan
e. Plamir.
Bahan dan kualitas utama, mutu terbaik.
f. Keaslian Cat.
Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dan produk tersebut diatas
mengenai kemurnian cat yang akan dipergunakan. Pembuktian berupa :
1. Segel kaleng.
2. Test BD.
3. Test laboratorium.
4. Hasil akhir pengecatan.
Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor. Hasil tes kemurnian
ini harus mendapatkan rekomendasi tertulis dari produsen dan diserahkan ke
Direksi/Konsullan Pengawas.
g. Contoh Pengecatan.
Kontraktor harus menyiapkan contah pengecatan tiap warna dan jenis cat pada
bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2 Pada bidang-bidang tersebut
harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis
lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan terakhir).
h. Cat Cadangan.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas, untuk
kemudian diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 2 Galon tiap warna dan jenis cat
yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
mencantumkan dengan identitas cat yang ada di dalamnya. Cat ini akan dipakai
sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.
cleaner, semprotan dan sebagainya harus tersedia dari mutu/kualitas terbaik dan
jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
e. Cat Dasar.
Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan
hanya boleh dilakukan bila disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
f. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan
kain kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas terkecuali disyaratkan lain dalam spesfikasi ini.
g. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen
bahan/material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.
h. Standard Pengecatan (Mock-Up)
Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada
satu bidang untuk setiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang
tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara
pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini
ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Jika masing-masing bidang
tersebut telah ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan Perencana, maka
bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan Pekejaan
Pengecatan.
i. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Direksil Konsultan Pengawas harus diulang
dan diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat
dasar atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukan
oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor dan
tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
j. Selama pelaksanaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli/supervisi
dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat di-
klaim sebagai pekerjaan tambah.
k. Pekejaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata, Beton, d a n
Langit- langit:
1. Sebelum pelaksanaan :
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak, kotoran atau noda
lain, bekas- bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat
dan dalam kondisi kering.
2. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin
menggunakan roller.
Pasal 8
Pekerjaan Kusen Dan Pintu Aluminium
8.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan kusen aluminium untuk pintu dan jendela.
b. Pekerjaan rangka daun pintu dan daun jendela aluminium.
c. Pekerjaan pintu kaca tempered pada pintu utama dan yg lainnya sesuai
petunuk pada gambar kerja
d. Pekerjaan kusen, rangka daun pintu dan jendela lengkap lainnya sesuai
tercantum dalam gambar kerja.
32
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
33
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
drawing” dan membuat contoh jadi (mock- up) detail hubungan bagian tertentu
yang dimintakan oleh Direksi/Konsultan Pengawas untuk disetujui dengan
petunjuk sebagai berikut :
Gambar : Uraian/Informasi.
Denah : Lokasi, jenis bukaan, engsel-engsel.
Daftar jenis pintu : Merk, kualitas, bentuk, material, finish, tipe, jendela,
bovenlicht anti karat, anti yap, glass hardware, dll.
Shop drawing detail : Tipe/jenis ukuran, finish permukaan, glazing metode,
lokasi, metoda instalasi, hardware, dll. Dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor wajib
memperhatikan persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
Perlengkapan Pintu dan Jendela. Semua kusen dan
rangka daun harus dikerjakan selain pabrikasi dengan
teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Kusen dan
rangka daun harus dilindungi dari kerusakan, retak,
bercak, noda, lubang, goresan-goresan, pada
permukaan yang tampak selama fabrikasi maupun
pemasangan. Apabila ditemui kerusakan, cacat, salah
pemasangan, ketidak tepatan pemasangan, karena
Kontraktor kurang cermat dan teliti, maka Kontraktor
harus memperbaiki/ membongkar/mengganti hingga
memenuhi spesifikasi dengan biaya ditanggung
Kontraktor tanpa dapat di klaim sebagai pekerjaan
tambah. Pemasangan kusen bersamaan dengan
pelaksanaan pekerjaan dinding dan kolom praktis,
khususnya pada kusen-kusen yang langsung diapit oleh
kolom praktis. Prinsip pelaksanaan ini perlu
diperhatikan dan dijaga agar angker kusen tetap dapat
barfungsi.
tiap sambungan harus kedap air. Untuk pemegang profil dan perlengkapan lain
dari profil aluminium yang akan kontak dengan permukaan metal (besi,
tembaga dan lain-lain), maka permukaan metal bersangkutan harus diteri
lapisan chromium untuk menghindari kontak korosi. Toleransi pemasangan profil
aluminium dengan dinding adalah 10-25mm, kemudian celah yang terjadi
diberi beton ringan (grout).
Agar kedap air dan kedap suara sekeliling tepi profil diberi lapisan sealant, profil
yang bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plesteran
diberi lapisan “Anti Corrosive Treatment” dengan insulating varnish seperti
Asphaltic Varnish. Setelah pemasangan profil-kusen aluminium dan jendela,
maka sekeliling kusen yang berhubungan langsung dengan permukaan dinding
perlu diberi lapisan Vynil tape untuk mencegah korosi selama masa
pembangunan.
Profil aluminium harus terpasang dengan kuat pada setiap hubungan
bersudut 90 derajat Apabila tidak terpenuhi, Kontraktor harus membongkar,
biaya yang timbul adalah tanggungan Kontraktor. Semua sistem dan mekanisme
yang disyaratkan dalam gambar kerja harus berfungsi dengan sempurna. Daun
pintu dan jendela harus dapat dibuka dengan sempurna, apabila terjadi
kemacetan Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki, biaya yang timbul
adalah tanggungan Kontraktor.
Pada daun pintu ganda/double door, untuk memperoleh kekedapan terhadap
kebocoran udara terutama pada ruang yang dikondisikan, hendaknya dipasang
Mohair, jika perlu dapat digunakan Synthetic Rubber atau bahan dari
Synthetic Resin. Kaca harus diteliti dengan seksama pada saat terpasang, tidak
boleh menimbulkan getaran. Apabila masih terjadi getaran, maka “Profil Rubber
Seal’ pemegang kaca harus diganti atas biaya Kontraktor.
Pemasangan bahankedap air antara kaca dan profil aluminium disyaratkan
tebal minimum 5 mm. Bahan sealant yang tampak harus merupakan garis Iurus,
sejajar garis profil, bahan yang mengenai kaca terpasang tidak melebihi 5 mm
dari garis profil. Kotor akibat noda-noda pada permukaan profil, setelah
pemasangan harus dibersihkan dengan “Volatile olie". Pintu-pintu dan jendela
harus dilindungi dengan “Corrugated Card Board” dengan hati-hati agar
terlindung dari bentutan alat-alat pada waktu pembangunan. Bila profil
ternoda oleh semen, adukan dan bahan lainnya, bahan pelindung harus
digunakan. Kemudian bercak noda tersebut dicuci dengan air bersih, sebelum
kering sapu dengan kain yang halus kemudian diberi material pelindung.
Pasal 9
Pekerjaan Perlengkapan Pintu Dan Jendela Alluminium
(Alat Penggantung Dan Kunci)
35
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
c. Silinder (Cylinder).
1. Spesiflkasi : Sistem anak kunci dua arah.
Pemakaian : Pintu kayu pada setiap bangunan.
2. Spesifikasi : Pegangan dalam/luar yang dapat diputar dengan tombol
penekan pada pegangan dalam Jika dalam keadaan darurat, pintu dapat
dibuka dan sisi luar dengan “emergency pin”
Pemakaian : Pintu kamar mandi.
d. Pegangan Pintu Alluminium Jenis PHD 718 / 50 cm dipasang pada pintu kaca
tempered 12 mm
Spesiflkasi : Pegangan dalam yang dapat diputar dengan tombol
penekan pada pegangan dalam, indikator isi/kosong pada
sisi luar
Pemakaian : Pada semua pintu ruangan
Spesifikasi : Pegangan dalam/luar dengan pull handel stainlessteel
36
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
b. Slot
Spesifikasi : Spring knip.
Pemakaian : Semua jendela jungkit.
Warna : Ditentukan kemudian.
37
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 10
Pekerjaan Plafond
38
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 11
Pekerjaan Alluminium Compossit Panel (ACP)
39
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 12
Pekarjaan Sanitair
40
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 13
Pekerjaan Perlindungan
b. Pekerjaan Sealant.
Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus kering betul, bersih bebas
dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partikel bahan/material
yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya. Permukaan bahan harus sudah
difinish. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini di dalam ruangan
tertutup karena sealant memerlukan kelembaban atmosfir untuk mengeras.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan cara
pemasangan dan jenis sealant yang dibedakan berdasarkan macam/jenis
material yaitu :
1. Material keramik/kaca.
2. Material metal.
3. Material kayu.
4. Material beton.
5. Material Alluminium Compossit Panel
6. Material Acrylic
7. Permukaan aduk plestetan dan lain-lain.
c. Pekerjaan Grouting.
1. Persiapan Permukaan.
Metal yang tertanam telah diberi cat dasar atau cat anti karat, terkecuali
untuk baja stainless steel, persyaratan ini tidak berlaku. Permukaan lubang
pada beton maupun pasangan batu bata harus bersih dan bebas dari debu,
minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan/semen, partikel bahan/material
yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya. Sebelum pemberian
grouting, permukaan lubang harus dibasahi terlebih dahulu tetapi tidak
diperkenankan ada butiran air diatas permukaan tersebut pada waktu
pelaksanaan grouting.
2. Pelaksanaan.
Aduk grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh celah/lubang
tertutup padat, tidak ada rongga, rata permukaan agar tidak terbentuk
rongga udara. Apabila celah/lubang berukuran kecil, pengisian aduk grouting
dapat mempergunakan corong/alat lain.
3. Perawatan/curing dan Perbaikan.
Permukaan aduk grouting harus dilindungi dari pengeringan dan pengerasan
yang terlalu cepat dengan cara ditutup dengan kain basah.
42
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
d. Pekerjaan Waterprofing.
1. Persiapan permukaan.
Bekisting pada bagian/sisi bawah pelat lantai dan pelat atap beton harus
sudah dilepas agar tidak menghambat butir-butir air dalam beton untuk
keluar. Perawatan beton minimum telah melewati 7 hari dari yang
disyaratkan pekerjaan beton struktural.
Permukaan harus betul-betul kering sebelum pelaksanaan lapisan
waterprofing. Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak, retak atau
lubang, serbuk beton, debu gumpalan/aduk beton, atau bagian-bagian yang
menonjol tajam, permukaan halus dan rata. Retak, lubang yang tidak
berguna dan sebagainya harus ditutup dengan adukan kedap air 1 Pc : 3
Psr hingga padat dan diratakan permukaannya.
e. Jaminan/Garansi.
Kontraktor wajib menyerahkan jaminan/garansi tertulis bahwa pekerjaan,
perbaikan dan perawatan dari bagianbagian pekerjaan perlindungan ini telah
43
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 14
Sistem Plumbing
b. Kotoran Cair
1. Sistem pendistribusian air kotor dari lavatory dari floor drain dialirkan
langsung kedalam Saft menuju pipa pembuangan Ø 4”, menuju saluran
keliling bangunan dan disalurkan menuju Riol Kota.
2. Sistem pendistribusian air kotor dari lavatori dari Wastafel dan Urinoir
dialirkan langsung menuju pipa pembuangan Ø 4”, melalui shaft menuju
saluran keliling bangunan.
3. Sistem pendistribusian kotoran padat dari KM/WC dari Closet dialirkan
langsung menuju pipa pembuangan Ø 4”, melalui shaft menuju septicktank
bangunan.
45
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
BAB 4
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL
Pasal 1
Sistem Elektrikal
4.2.Standard/Rujukan.
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987)
b. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)
c. International Electrotechnical Commission (IEC)
d. SPLN.
type.
4. Finishing untuk lampu SL harus di Cat Oven/Powder Coating.
Syarat Umum.
1. Semua lighting fixtures menggunakan cat bakar bebas dan karat, dengan
ICI acrylic paint warna putih susu, contoh harus disetujui deh
Perencana/Direksi Pengawas.
2. Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan efisiensi
penerangan yang maksimal, rapih kuat sera sedemikian rupa hingga
pekerjaan-pekerjaan seperti panggantian lampu, pembersihan,
pemeriksaan dan pekerjaan pemeliharaan dengan mudah dapat
dilaksanakan.
3. Pada semua lighting fixtures harus ditanahkan (grounding).
d. Konduit.
1. Konduit yang digunakan, harus memenuhi standard yang berlaku
(British Standard-BS dan Elecbonical Standardization CENELEC) untuk
pengujian karakteristik bahan antara lain, tahan terhadap bahaya
kebakaran tingan kelenturannya dan lahan terhadap getaran mekanis
(tidak mudah pecah) pada saat pengecoran lantai atau kolom beton.
2. Konduit yang dipakai adalah dan jenis PVC High Impact atau metal
conduit, dimana diameter dalam dari konduit minimum 1,5 kali diameter
kabel dan minimum diameter dalam adalah 10 mm, atau dinyatakan lain
pada gambar. Sedangkan untuk FRC (Fina Recistance Cable)
menggunakan G.1.P dengan diameter 2 ½ kali diameter kabel.
48
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
e. Grounding.
1. Kawat grounding menggunakan kawat telanjang (Bare Copper
Conductor).
2. Besarnya kawat grounding minimal berpenampang sama dengan
penampang kabel masuk (incoming feeder).
3. Elektroda pentanahan untuk grounding digunakan pipa
galvanized minimal berdiameter 11/4”, diujung pipa dipasang copper rod
sepanjang 0,5 meter.
4. Nilai tahanan grounding untuk panel-panel maksimum 2 ohm, diukur
setelah tidak turun hujan selama 3 hari berturut-turut.
5. Kedalaman grounding minimum 6 meter.
b. Kabel-kabel.
1. Semua kabel dikedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark
yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengidentifikasikan arah beban.
2. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan phasanya sasuai dengan WIL 1987 pasal 701. Sedangkan
untuk kabel instalasi penerangan (NYM) yang digunakan harus terdiri dari 4
macam warna sesuai dengan ketentuan PUIL (R, S, T, Neutra1 dan grounding).
3. Kabel daya yang dipasang pada shaft/dinding bangunan harus
diletakkan diatas tangga kabel (cable leadder) atau cable tray yang
semuanya ditata dan diklem dengan rapi.
49
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
2. Kotak kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab harus
type water dicht (bila ada).
e. KWH Meter.
1. Penempatan KWH meter baik dalam panel-panel utama maupun yang
terpasang dalam sub-sub panel harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
mudah dilihat/dibaca dengan baik.
2. Koordinasi penempatan KWH meter ditentukan kemudian
3. dilapangan setelah disepakati barsama Arsitek.
f. Lampu Penerangan.
1. Pemasangan lampu penerangan disesuaikan dengan rencana plafond
Arsitek dan disetujui Pengawas Lapangan.
2. Lampu tidak diperkenankan memberi beban pada rangka plafond
3. yang terbuat dan bahan aluminium.
4. Tiang lampu penerangan luar dipasang tegak lurus.
5. Lampu penerangan luar dibuat dengan pondasi dan dipasang kotak
pengaman (fuse box ) pada ketinggian maximum 50 cm dari tanah.
4.5. Pengujian.
a. Umum.
Sebelum semua peralatan utama dan sistem dipasang, harus diadakan pengujian
secara individual. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah dilengkapi
dengan sertifikatkat pangujian yang baik dari pabrik yang bersangkutan dan
LMK/PLN sarta instansi lain yang berwenang untuk itu. Setelah paralatan
tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara menyeluruh dari sisbm,
untuk menjamin bahwa sistem berfungsi dengan baik. Semua biaya untuk
mendapatkan sertifikat Iulus pengujian dan peralatan untuk pengujian yang
perlu disediakan oleh Kontraktor menjadi tanggung jawab Kontraktor sandiri.
b. Peralatan dan Bahan.
Peralatan dan bahan Instalasi Listrik yang harus diuji.
1. Panel-panel tegangan rendah.
3. Lighting Fixtures.
Setiap lighting fixtures yang menggunakan ballast dan kapasitor harus
51
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
dilakukan pengujian atau pengukuran faktor daya (cos phi). Dalam hal ini
faktor daya yang diperbolehkan minimal 0,85.
4. Motor-motor Listrik.
a) Motor-motor listrik yang terpasang, harus dari type yang sesuai dengan
pemakaian dan lokasi dimana motor-motor tersebut dipasang.
b) Pengukuran tahanan isolasi motor-motor listrik harus dilakukan.
c) Pemasangan motor-motor listriik bisa dilaksanakan setelah penunjukkan
hasil pengukuran tidak melanggar ketentuan- ketentuan PUIL 1987.
4.7. Produk.
a. Bahan atau peralatan harus memenuhi spesifikasi.
b. Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang setara
dengan yang dispesifikasikan ke MK. Kontraktor baru bisa mengganti bila ada
persetujuan resmi dan tertulis.
c. Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut :
Bahan/Peralatan Merk/Pembuat
1. Terminal Block
2. MCCB, MCB
3. Pembuat Panel
4. Kabel
5. Conduit High Impact
6. Konduit PVC, AW
7. GIP Med. Class
8. Cable Mark
9. Lampu :
a. RMI AL + Keranjang
b. SL Type Downlight
c. SL Bulb Type Baret
d. SL Type Spot Flood Light
10. Kotak Kontak
11. Kotak Kontak Industry/Isolating Switch
12. Saklar Biasa
13. Saklar Photosell untuk lampu yang berada diluar gedung
14. Metal Conduit
15. Cable Leadder/Tray
52
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Pasal 2
Sistem Penangkal Petir
2.2. Standard/Rujukan.
a. Undang-Undang No. 12 Tahun 1967
b. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999
d. Permen No. PER. 02/MEN/1989
Ada bagian utama pada cara kerja penangkal petir konvensional: Batang penangkal
petir dan cara kerja penangkal petir konvensional, Tempat pembumian penangkal
petir cara kerja penangkal petir konvensional.
Cara kerja penangkal petir konvensional berupa batang tembaga murni yang
ujungnya tembaganya runcing. Batang penangkal petir dan cara kerja penangkal
petir konvensional dibuat menjadi runcing karena muatan listrik mempunyai sifat
mudah berkumpul dan lepas pada ujung logam penangkal petir. Dengan demikian
53
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik yang ada di awan.
Cara kerja penangkal petir konvensional ini biasa berkerja pada bagian puncak
sebuah bangunan atau gedung.
Kabel konduktor atau kabel tembaga dibuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter
jalinan kabel konduktor tembaga ini sekitar 1 cm hingga 2 cm . Kabel konduktor
tembaga berfungsi meneruskan aliran muatan listrik dari batang penangkal petir
yang bermuatan listrik ke tanah. Kabel konduktor penangkal petir dan cara kerja
penangkal petir konvensional dipasang dan berkerja pada dinding di bagian luar
bangunan.
Saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan
listrik positif di tanah akan segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera merambat
naik melalui kabel konduktor penangkal petir menuju ke ujung batang alat
penangkal petir. Ketika muatan listrik negatif berada cukup dekat di atas atap, daya
tarik menarik antara kedua muatan semakin kuat, muatan positif di ujung-ujung
alat penangkal petir tertarik ke arah muatan negatif. Pertemuan kedua muatan
menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik yang melewati kabel tembaga penangkal
petir dan cara kerja penangkal petir konvensional itu akan mengalir ke dalam tanah,
melalui kabel konduktor penangkal petir yang disebut cara kerja penangkal petir
konvensional. Dengan demikian sambaran petir tidak mengenai bangunan yang
dilewati cara kerja penangkal petir konvensional. Tetapi sambaran petir
dapat merambat ke dalam bangunan melalui kawat jaringan listrik dan bahayanya
dapat merusak alat-alat elektronik di bangunan yang terhubung ke jaringan listrik
itu, selain itu juga dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Untuk mencegah
kerusakan akibat jaringan listrik tersambar petir, biasanya di dalam bangunan
dipasangi alat yang disebut penstabil arus listrik (surge arrestor), yaitu semacam
internal proteksi penangkal petir yang tergantung pada cara kerja penangkal petir
konvensional.
Pemasangan penangkal petir dan cara kerja penangkal petir konvensional adalah
memberikan saluran elektrik dari atas bangunan ke tanah menggunakan kawat
tembaga dengan tujuan bila ada sambaran petir yang mengenai atas bangunan
maka arus petir bisa mengalir ke bumi atau ground dengan baik. Standart kabel yg
di gunakan adalah minimal 50 mm” (SNI), untuk memilih kabel di bawah 50 mm”
tidak di sarankan walau kenyataan di lapangan banyak di gunakan dan dipastikan
penangkal petir tersebut tidak akan bekerja efektif dan efisien. Ingat cara kerja
penangkal petir konvensional yang bekerja sempurna harus mempunyai nilai
hambatan jauh dibawah satu ohm atau mendekati nilai nol ohm.
54
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Cara kerja penangkal petir konvensional yang benar adalah sebagai beikut. Langkah
pertama yang harus di lakukan adalah memilih jalur penurunan kabel, ada 2 hal
penting dalam pemilihan jalur kabel ini. Pertama jalur kabel tembaga penangkal
petir dan cara kerja penangkal petir konvensional yang paling pendek dengan
pertimbangan lebih hemat dan hambatan kabel tembaga yang paling kecil, hal
kedua yang juga harus diperhatikan adalah diusahakan sedikit mungkin
belokan/tekukan agar tidak terjadi loncatan keluar jalur kabel (Site Flasing) dan
pekerjaan pemasangan penangkal petir dan cara kerja penangkal petir konvensional
dimulai dari bawah / ground.
Pasal 3
Sistem Pencegah Kebakaran
(Fire Suppression)
3.3. Standard/Rujukan.
a. Permen PU No. 26/PRT/M/2008
b. NFPA (National Fire Protection Association)
kecil sebagai penampung gas pemberi tekanan (biasanya CO2). Tabung ini
terdapat di bagian dalam sebelah atas persis dibawah valve, saat valve ditekan ia
akan menekan membran pada tabung CO2 sehingga terjadi lubang, CO2 akan
keluar mengisi tabung yang besar dan memberi tekanan yang akan mendorong
media keluar lewat valve.Untuk tabung jenis ini tidak terdapat pressure gauge.
Media pemadam yang umum digunakan untuk jenis ini adalah ABC Dry Chemical
powder.
Tabung portable ini dipasang pada daerah-daerah tertentu yang membutuhkan
tingkat kondisi kebakaran tinggi dan mudah dijangkau, seperti ruang pantry, dan
area publik yang dianggap perlu.
Pasal 4
Instalasi Mesin Pompa Air
4.2. Uraian.
1. Tiang menara toren menggunakan besi siku minimal 50 X 50 mm
2. Tebal Tiang besi siku 5 mm
3. Jaro palang tiang bisa menggunakan besi siku 40 X 40 mm
Menara tandon air atau toren air ini banyak yang menggunakan bahan besi dengan
dirancang khusus supaya mampu menahan beban banyak air. Semakin besar tandon
air yang anda miliki maka semakin besar pula ukuran dari menara tersebut.
Pasal 5
Pekerjaan Ruang Genset
56
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
58
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
3. PEKERJAAN BETON
• Beton
a. Umum
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan dari semua macam
beton biasa dengan mutu beton fc’ = 21,7 Mpa untuk struktur utama
(kecuali ditentukan lain), beton bertulang dengan penulangannya,
bekisting, finishing dan pekerjaan-pekerjaan lain sesuai dengan
gambar-gambar dan persyaratan.
b. Material
Semua bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini terdiri dari :
Agregat
Agregat harus terdiri dari gradasi-gradasi yang terhalus sampai kasar
61
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
dan harus sesuai dengan persyaratan di dalam NI – 2 Bab 3.3, Bab 3.4
dan Bab 3.5.
Semen
• Semen yang dipakai harus dari mutu terbaik seperti disyaratkan
dalam NI – 8 Bab 3.2.
• Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja yang
dipakai untuk seluruh pekerjaan beton.
• Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang
tertutup oleh pabrik dan terlindung.
• Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat yang tidak
terkena air (dengan lantai terangkat) dan ditumpuk dalam urutan
pengiriman.
• Tinggi penumpukan tidak boleh lebih dari 2 m. Semen yang rusak
atau tercampur apapun tidak boleh dipakai.
Pembesian
• Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian
rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab
maupun basah, aspal, oli/minyak gemuk (fat).
• Juga besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan
ukuran masing-masing.
• Besi penulangan harus sesuai dengan persyaratan dalam NI – 2 Bab
3.7 yang dinyatakan sebagai U – 32 (Besi Ulir), untuk diameter diatas
13 mm sedangkan untuk dibawah 13 mm adalah U-24 (Besi Polos),
sesuai dengan keterangan pada gambar perencanaan.
• Kawat pengikat harus berukuran minimal garis tengah 1 mm seperti
yang disyaratkan dalam NI – 2 Bab 3.7.
• Penggunaan besi ulir atau besi polos harus memperhatikan gambar
detail pada gambar rencana.
Air
• Air yang dipakai untuk pengecoran harus bersih sesuai dengan
persyaratan dalam NI – 2 Bab 3.6.
• Sebelum air untuk pengecoran dipergunakan, harus terlebih dahulu
62
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
63
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
5. Lantai Kerja
Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai
dasarnya, harus diberikan pasir 10 cm dan lantai kerja minimal 5
cm, dengan menggunakan beton fc = 7.4 MPa di bawah
konstruksi beton tersebut.
Sebelum pengecoran lantai kerja dilakukan, lapisan pasir
tersebut harus dipadatkan terlebih dahulu.
6. Kolom dan Balok Praktis
Kontraktor harus memberikan/merencanakan kolom-kolom
praktis untuk pemasangan dinding seluas 10 m2 atau dimana
dianggap perlu harus dipasang kolom praktis.
7. Pemeliharaan Beton
Beton yang sudah dicor pada tempatnya harus dijaga agar selalu
lembab dengan jalan menutup beton dengan karung basah atau
menyiram dengan air secara rutin, sehingga beton berumur satu
minggu. Pada umur 24 jam harus dijaga dari air hujan yang
deras, air mengalir, getaran-getaran dan sinar matahari.
8. Masa Pelaksanaan
Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara
kontinyu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Paling sedikit
65
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
e. Bahan Additive
Pemakaian bahan additive harus disertai percobaan laboratorium
guna mendapatkan hasil yang baik yang disetujui Direksi Pengawas.
Bahan additive ini harus memenuhi persyaratan ASTM atau JIS.
f. Bekisting
1. Umum
Bekisting harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan
sedemikian rupa agar pada waktu pengecoran dan
pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-cacat, gelombang-
gelombang maupun perubahan-perubahan bentuk, ukuran-
ukuran, ketinggian-ketinggian serta posisi daripada beton yang
dicor. Perencanaan pelaksanaan, serta pembongkaran bekisting
harus sesuai dengan cara- cara yang disarankan dan kriteria di
dalam NI – 2 Bab 5.8.
Permukaan bekisting yang berhubungan dengan beton harus
benar-benar bersih sebelum digunakan.
Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara, yang dapat
mencegah defleksi bahan-bahan bekisting. Bekisting beserta
sambungan-sambungannya harus rapat sehingga dapat
mencegah kebocoran-kebocoran adukan selama pengecoran.
Lubang-lubang permukaan sementara harus disediakan di dalam
66
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
67
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Dalam hal apapun bekisting pada jenis struktur ini tidak boleh
dibongkar sebelum berumur 14 hari, demikian juga bekisting-
bekisting yang dipakai untuk mematangkan (curing) beton tidak
boleh dibongkar sebelum beton ditentukan matang.
a. Lingkup Pekerjaan
Pengadaan tenaga kerja, peralatan, dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk pekerjaan pasangan bata sesuai gambar rencana
dan RKS.
Pelaksanaan
Pengerukan Siar ;
Semua dinding siar harus dikeruk dengan menggunakan pecahan blok
hebel atau dengan papan amplas, untuk menjamin melekatnya
plesteran ke dinding dengan baik.
Perlindungan ;
Pada tahap pelaksanaan pekerjaan dinding yang tidak terlindung,
bilamana hujan perlu diberi perlindungan pada bagian atasnya.
Pemeliharaan ;
Dinding harus dijaga agar tetap lembab selama min. 7 hari setelah
dilaksanakan.
68
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
Kolom Praktis
Pada tiap jarak 3 meter dalam blok hebel (atau pada sambungan-
sambungan antara, sehingga luas bidang blok hebel max. 12 m2) dan
pada semua pertemuan dinding, harus dibuat kolom praktis dari beton
dengan lebar 15 cm setebal blok hebel. Kolom ini harus dibuat sesuai
dengan kemajuan pekerjaan blok hebel, diberi tulangan pokok 4 dia. 8
mm serta beugel dia. 6 pada tiap jarak 20 cm, atau seperti tercantum
dalam gambar.
Pekerjaan Pelesteran
Pelaksanaan.
Tebal plesteran 10 mm dan harus menghasilkan permukaan sesuai
persetujuan Direksi. Harus dipasang aduk-adukan patokan untuk
mendapatkan permukaan yang rata.
Plesteran diratakan dengan menggunakan papan kayu yang lurus.
Plesteran harus dijaga agar tetap dalam keadaan lembab selama
minimum 7 hari setelah dipasang. Pembasahan permukaan plesteran
harus segera dimulai pasa saat plesteran mulai mengeras untuk
mencegah terjadinya cacat-cacat pada keadaan cuaca panas plesteran
harus dilindungi terhadap pengeringan yang tidak merata atau
berlebihan.
69
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
5. PEKERJAAN PENGECATAN
a) Bahan dan Syarat-syarat ;
Semua bahan cat harus dari penyalur yang disetujui MK/Konsultan
Pengawas. Pengerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk-
petunjuk dari pabrik yang bersangkutan. Sebelum pengecatan,
maka cat dalam kaleng harus diaduk secara baik sebelum
dituangkan dalam tempat cat yang disediakan. Tanpa petunjuk
dari pabrik maka penggunaan zat-zat pengering dan lain- lain
tidak dibenarkan.
b) Pekerjaan Permulaan Cat Dasar Kayu ;
70
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
acian dilaksanakan.
• Pengecetan (Finishing)
Pengecetan harus dilakukan sebagai berikut:
a. Tembok
Dua Lapis cat emulsi untuk dinding dalam dan luar, untuk
dinding harus menggunakan cat khusus untuk luar.
71
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
BAB 5
PEKERJAAN SARANA LUAR
Pasal 1
Pekerjaan Septictank dan Peresapan
atas ruang limbah cair lalu pasang dengan tutup yang telah terbuat dari pipa
PVC. Gunanya untuk membuka tutup septictank jadi sewaktu-waktu
septictank penuh bisa dengan mudah di sedot.
8) Menyambung pipa dari WC ke septictank, penyambungan harus lurus jangan
berngko karena akan menyebabkan kemacetan.
Pasal 2
Pekerjaan Saluran Air Hujan
73
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
BAB 6
PEKERJAAN PAGAR
Pasal 1
Pekerjaan Pagar
a. Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati diaduk dalam bak kayu
yang besarnya memenuhi syarat. Mencampur semen dan pasir harus dalam
keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang
74
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
diselesaikan dengan cat, satu dan lain hal sesuai dengan yang tertera
dalam gambar denah dan notasi penyelesaian dinding.
75
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
76
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
d. Untuk dapat mencapai tebal yang rata dari suatu plesteran, sebaiknyd
diadakan pemeriksaan secara silang. Pekerjaan ini harus dilaksanakan
oleh yang mengerjakannya sendiri dengan menggunakan garis benang
panjang yang digerakkan secara vertikal (silang). Tebal plesteran yang
dibutuhkan sesuai petunjuk gambar rencana atau peraturan yang
berlaku.
77
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)
BAB 7
PENUTUP
a. Semua sisa-sisa bahan bangunan dan sampah lainnya serta alat-alat bantu harus
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan, segera setelah pekerjaan selesai atas biaya
Kontraktor. Untuk itu Kontraktor harus memperhitungkannya dalam penawaran
khusus mengenai mobilisasi/demobilisasi peralatan serta pembersihan seluruh lokasi
sebelum dan setelah pekerjaan selesai.
b. Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam spesifikasi teknis ini dan
memerlukan penyelesaian di lapangan, maka akan diatur/dibicarakan kemudian
dalam rapat-rapat koordinasi lapangan oleh Direksi, Konsultan Pengawas, Kontraktor
Pelaksana, Konsultan Perencana dan atas persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen
atau pihak Penyedia Jasa.
78