Anda di halaman 1dari 78

Spesifikasi Teknis

Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas


Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

BAB. I
PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pasal 1

1. Uraian Pekerjaan
1.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi :
a. Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah
Dinas Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan
Ampana Timur) dengan bentuk dan ukuran seperti yang ditunjukan pada
gambar kerja dan dokumen lainnya.
b. Selain pekerjaan utama yang disebut diatas, maka Kontraktor wajib
melaksanakan pekerjaan lain yang merupakan pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mendukung terlaksananya pekerjaan tersebut atas
biaya kontraktor, misalnya :
1) Membuat Papan Nama Pekerjaan.
2) Pagar Pengaman Proyek
3) Mobilisasi Material
4) Mobilisasi Alat
5) Quality Control
6) Shop drawing
7) Foto dokumentasi
8) Pengurusan Ijin dan keselamatan kerja
c. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak disebutkan satu persatu, tetapi merupakan
suatu kesatuan sistem yang tak bisa dipisahkan.

1.2. Sarana Bekerja dan Tata Cara Pelaksanaan


a. Kelancaran pekerjaan Kontraktor harus menyediakan pelaksana yang
dianggap memadai sebagai penanggung jawab penuh dan dengan wewenang
penuh dilapangan. Pelaksana harus memenuhi kualifikasi minimal sebagai
Tenaga Ahli yang berpengalaman dalam Pembangunan Gedung Bertingkat
yang ditunjukkan dalam Curiculum Vitae yang bersangkutan. Kontraktor
harus mengajukan Curriculum Vitae Site Manager yang bersangkutan untuk
memperoleh persetujuan tertulis dari Direksi. Direksi Proyek/Konsultan
Pengawas berhak untuk menolak/meminta agar personil Site Manager dan
Personil Kontraktor lainnya diganti jika ternyata dianggap tidak memenuhi
kualifikasi atau tidak bisa bekerja sama membentuk team work demi
suksesnya proyek ini.
b. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Direksi berhak meminta kepada Kontraktor untuk
mengadakan peralatan pembantu pekerjaan yang dianggap perlu untuk
menjamin kecepatan, mutu dan ketepatan pekerjaan. Semua biaya mobilisasi
dan sewa pakai peralatan dianggap telah diperhitungkan dalam penawaran
Kontraktor. Sebagai gambaran, peralatan minimal yang harus digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
1) Alat Berat (Excafator)
2) Dump Truck
1
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

3) Concrette Vibrator d. Concrette Mixer


4) Mesin Listrik (Gen-set)
5) Mesin Pemadat (Stamper Compaction Equipment)
6) Pompa Air
7) Alat-alat ukur lengkap
8) Bor Listrik
9) Alat-alat pertukangan sederhana wajib dimiliki oleh setiap tukang
10) Dan alat-alat lainnya yang diperlukan
Semua peralatan yang telah diusulkan oleh pihak Kontraktor harus berada
dilokasi selama pekerjaan berjalan.
c. Kontraktor wajib meneliti situasi Tapak-Job Site dan hal lain yang dapat
mempengaruhi penawaran itu sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor
wajib melakukan survey ulang guna (MC-0) memperoleh akurasi data
yang up to date. Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini
tidak dapat diajukan sebagai alasan untuk mengajukan claim. Pekerjaan
harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasan,
Berita Acara Rapat Lapangan, serta petunjuk dari Konsultan Perencana,
Konsultan Pengawas dan Tim Teknis Pengelola Proyek.
d. Dalam melaksanakan pekerjaan Kontraktor wajib melakukan pendekatan
dengan Masyarakat dan Pegawai dilingkungan setempat untuk memperoleh
dukungan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
e. Selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus bisa mengatur dan
menjamen bahwa kegiatan dilingkungan RSUD MOYURLI Kabupaten Buol.

Pasal 2
Persyaratan Khusus

2.1. Standar-standar yang berlaku.


Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan-persyaratan teknis Gedung Negara dan peraturan-
peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan yaitu :
a. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung
b. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
c. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Pengaman terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.
d. Peraturan Daerah Setempat tentang Bangunan Gedung
e. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
f. Peraturan Umum untuk Bohan Bangunan lndonesla ((PUBB).
g. Peraturan muatan lndonesla 1970.
h. Petunjuk-petunjuk dari Direksi/Pengawas Lapangan Untuk pekerjaan-pekerjaan
yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut diatas, maupun
2
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

standar-standar Nasional lainnya maka diberlakukan standar Internasional


yang berlaku atas pekerjaan- pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya
berlaku standar-standar persyaratan teknis dari negara-negara asal bahan
pekerjaan yang bersangkutan.
i. Dokumen Lelang berupa gambar-gambar rencana kerja dan Spesifikasi Teknis.
j. Berita Acara Aanwijzing
k. Berita Acara Rapat Lapangan
l. Perintah tertulis Direksi Lapangan / Konsultan Pengawas yang
disampaikan pada Buku Harian Lapangan atau surat resmi.
m. Brosur resmi (user manual) dari Produsen yang materialnya digunakan.
n. Pada prinsipnya semua material yang akan digunakan harus mendapat
izin/persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas yang diaplikasikan
dalam bentuk “Surat Persetujuan Bahan”. Material yang masuk tanpa
persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas adalah tanggung jawab Kontraktor dan
Direksi berhak untuk menolak atau memerintahkan pembongkaran dan tidak
diprogres.
o. Semua material yang masuk kedalam area proyek (digudang dan
dilapangan terbuka) tidak bisa dikeluarkan dari area proyek tanpa izin dari
Direksi Proyek/Konsultan Pengawas.
p. Semua pekerjaan hanya bisa dilaksanakan atas izin dari Direksi /
Konsultan Pengawas yang diaplikasikan dalam bentuk “Surat Ijin Kerja”.
Pekerjaan yang dilaksanakan tanpa izin Direksi/Konsultan Pengawas adalah
tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan diprogres.

2.2. Ukuran dan Patokan.


Ukuran-ukuran dalam pekerjaan ini menggunakan sistem metrik, sebagai peil +
0,00 (datum line) dari pekerjaan ini mengikuti peil pada pekerjaan yang telah
ditentukan. Apabila Beanc Mark (BM) yang dipasang berubah letak atau rusak
maka dibawah pengawasan Konsultan Pengawas, Kontraktor wajib membuat BM
yang baru, dimana BM yang dibuat harus kokoh/kuat dan tidak bergerak selama
masa pelaksanaan. Kontraktor wajib menambahkan jika diperlukan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. BM yang baru tersebut terbuat dari balok beton
dengan titik yang terbuat dari besi dia. 14 cm. Selama pelaksanaan pekerjaan,
surveyor/juru ukur Kontraktor harus selalu standby di Job Site lengkap dengan
peralatannya. Semua pekerjaan yang akan dimulai harus diukur bidik ulang
sebelum diizinkan secara tertulis oleh Direksi untuk dilaksanakan.

Pasal 3
Pagar Pengaman dan Papan Nama Proyek

3.1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor lebih dulu membuat pagar untuk
pengaman, atas biaya kontraktor dan telah diperhitungkan dalam penawaran
kontraktor.
3.2. Papan Nama Proyek dipasang sesuai dengan petunjuk Direksi dan menjadi beban
Kontraktor dan telah diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor.

3
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

Pasal 4
Pekerjaan Persiapan

4.1. Sebelum Pekerjaan Dimulai.


Kontraktor harus melaksanakan pembersihan lapangan sebelum memulai pekerjaan
sehingga semua kotoran, puing-puing, sampah, rumput, batang kayu dan lain-lain
tidak ada lagi di Job Site. Dengan demikian seluruh Job Site terlihat denga jelas.
Demikian pula seluruh bekas pondasi, baik dari kayu maupun pasangan batu atau
beton harus dicabut/dibersihkan.

4.2.Setelah Pekerjaan Selesai.


Setelah pekerjaan selesai sebelum diadakan penyerahan pekerjaan kepada Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan, Kontraktor harus membersihkan seluruh site dari segala
macam kotoran, puing-puing dan semua peralatan yang digunakan selama masa
konstruksi. Kotoran-kotoran tersebut harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
sehingga bila hal ini belum diselesaikan secara tuntas, maka pekerjaan tidak akan
dianggap selesai 100 (seratus) %.

4.3. Selama Pekerjaan Berlangsung.


a. Kontraktor bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapian job site
selama pekerjaan berlangsung.
b. Kontraktor bertanggung jawab atas kebersihan jalan lingkungan yang dilalui
oleh kendaraan yang mengangkut material dari dan ke job site.
c. Kontraktor bertanggung jawab atas kelancaran jalan lingkungan di sekitar job
site.
d. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan jalan lingkungan di sekitar job
site yang diakibatkan oleh kegiatan Kontraktor.
e. Kontraktor harus berupaya sedemikian rupa, sehingga selama
masapelaksanaan, bangunan-bangunan disekitar pekerjaan tidak mengalami
kerusakan. Kontraktor harus menangani hingga tuntas semua claim dari
lingkungan sekitar akibat pelaksanaan pekerjaan ini.
f. Kontraktor harus menjamin bahwa selama pekerjaan berlangsung kegiatan lain
dirumah sakit tidak tergannggu.
g. Kebersihan yang dimaksud dalam pasal ini meliputi :
1. Kebersihan terhadap kotoran-kotoran yang ditimbulkan oleh sisa-sisa
pembuangan berbagai jenis sampah.
2. Kebersihan terhadap jenis kotoran-kotoran yang disebabkan oleh sampah
sisa-sisa bahan bangunan, pecahan-pecahan batu bata dan serpihan kayu,
dll.
3. Kebersihan dalam arti kata kerapihan pengaturan material dan peralatan
sehingga menunjang mobilisasi pelaksanaan di job site.

4.4. Gudang Material.


Kontraktor wajib membuat gudang material dan peralatan, Gudang tersebut
terutama dimaksudkan untuk penyimpanan material dan peralatan yang
memerlukan perlindungan dari alam ataupun terhadap pencurian.

4
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

4.5. Generator Set & Penyediaan Air Sementara.


a. Genset.
Untuk keperluan perlengkapan pada malam hari dan untuk keperluan
bekerja, Kontraktor wajib menyediakan dan mengoperasikan satu set
Generator dengan kapasitas sesuai keperluan
b. Untuk keperluan pekerja dan Direksi, Kontraktor wajib menyediakan
tempat penampungan air yang bersih. Kualitas air harus memenuhi syarat
kesehatan sesuai standar. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan
akibat yang timbul dari pemakaian air yang tidak memenuhi syarat tersebut.

4.6. Jalan Masuk Sementara.


Jika dianggap perlu, direksi berhak memerintahkan Kontraktor untuk membuat
jalan masuk sementara yang memungkinkan kelancaran pemasukan material dan
sebagainya. Sejauh mungkin jalan masuk sementara tersebut, dapat ditingkatkan
sebagai jalan yang memang menjadi bagian dari lingkup pekerjaan Kontraktor.

Pasal 5
Metode Pelaksanaan dan Gambar Kerja
5.1. Metode Pelaksanaan.
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor yang diwakili oleh Site
Manager harus memberikan rencana tertulis mengenai Metode Pelaksanaan.
Metode pelaksanaan harus dipresentasikan dihadapan Direksi, Konsultan Perencana
dan konsultan pengawas. Hasil dari presentasi metode pelaksanaan setelah
disetujui bersama oleh Direksi, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas
merupakan keputusan yang mengikat didalam pelaksanaan pekerjaan ini.

5.2. Gambar Kerja.


a. Kontraktor wajib membuat gambar kerja/shop drawing atas rencana pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
b. Direksi pekerjaan dan Konsultan Pengawas, berhak untuk memerintahkan
Kontraktor untuk membuat gambar kerja (shop drawing) atas bagian-bagian
pekerjaan yang memerlukan penjelasan lebih detail.
c. Pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud baru bisa dilaksanakan jika shop
drawing telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas, yang
ditandai dengan “tanda tangan” diatas gambar tersebut.

5
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

BAB II
PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal 1
Pekerjaan Pendahuluan
1.1. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
a. Pengukuran dan pemasangan bouwplank dilakukan sekaligus untuk seluruh
site, agar pengaturan perletakan bangunan tidak meleset serta menjaga
kemungkinan perubahan-perubahan atau pergeseran-pergeseran sesuai keadaan.
b. Untuk mendapatkan ukuran yang tepat sesuai rencana, pengukuran wajib
dilaksanakan dengan menggunakan waterpass dan atau theodolite.
c. Sebelum dipasang papan untuk bouwplank harus diserut rata dan lurus.
d. Patok-patok utama hendaknya ditanam/ditancapkan sedalam/sekuat mungkin
agar tidak terjadi pergeseran. Dan pada saat semua patok sudah terpasang
titik yang telak ditentukan, dianggap perlu untuk dicek kembali terhadap orientasi
sudut rencana.

Pasal 2
Pekerjaan Galian Tanah, Timbunan Dan Pemadatan
2.1. Umum
a. Uraian.
1. Pekerjaan ini mencakup penggalian, penimbunan pengambilan,
pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir
yang disetujui untuk konstruksi timbunan.
2. Segala perubahan dan spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara tertulis
kepada Konsultan dan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan untuk memulai pekerjaan.
3. Pekerjaan Galian Pondasi Batu Kali dan Pondasi Tapak Poor.
4. Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam pasal ini adalah timbunan
dari tanah. Adapun tanah hasil galian pondasi sebagian digunakan untuk
timbunan bangunan yang harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan oleh
Direksi/Konsultan dan sebagian pula dibuang. Timbunan tanah bekas galian
dibuang ketempat yang sudah ditentukan.
b. Survei.
1. Sebelum pekerjaan galian dan timbunan dimulai, harus dilakukan survei
topografi. Level yang disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh
Direksi/Konsultan dan Kontraktor.

2. Kontraktor harus memuat hasil survei dalam bentuk gambar tampak dan
penampang dengan skala yang disetujui oleh Konsultan. Konsultan akan
memverifikasi dan memeriksa gambar tampak dan penampang untuk
dijadikan acuan pekerjaan.

6
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

c. Peralatan.
Kontraktor harus mengajukan metode kerja termasuk output kerja harian,
jumlah, type dan kapasitas peralatan yang akan dioperasikan kepada
Direksi/Konsultan. Semua peralatan yang dipersyaratkan dalam dokumen lelang
harus berada di lokasi dan dapat beroperasi pada saat-saat yang diperlukan.
Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan
lingkungan.

2.2. Pekerjaan Timbunan.


a. Lingkup
1. Pekerjaan ini terdiri dari galian, pengambilan, pengangkutan, penempatan
dan pemadatan tanah untuk timbunan. Galian dan timbunan pada
umumnya diperlukan sesuai garis kelandaian dan ketinggian dari penampang
melintang yang telah disetujui.
2. Pekerjaan galian pondasi harus sesuai dengan gambar bestek baik
kedalamannya maupun dimensinya, dan dipastikan tetap terjaga dari
genangan air untuk memudahkan pengecorannya.
3. Timbunan/urugan kering menggunakan material Tasirtu sesuai gambar
rencana dan harus memenuhi kepadatan yang diisyaratkan pada spesifikasi
ini.
4. Pekerjaan timbunan kering harus dilakukan sesuai elevasi gambar rencana.

b. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak akan
melebihi tinggi 10 mm atau 20 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau
disetujui.
2. Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup
halus dan rata serta mempunyai kemiringan yang cukup untuk menjamin
pengaliran bebas dari air permukaan.
3. Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari garis profil
yang ditentukan dengan melebihi 10 cm dari ketebalan yang dipadatkan.
4. Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang
dipadatkan melebihi 30 cm.

c. Standar Rujukan.
1. Kontraktor harus menyelesaikan semua pengujian dibawah pengawasan
Konsultan dan harus mengajukan laporan dalam waktu 1 (satu) minggu
setelah masing-masing pengujian dilaksanakan.
2. Pengujian mencakup :
a) Analisis Saringan : AASHTO T 88 – 78
b) Pemadatan Lapangan : AASHTO T 99 – 74
c) Penetapan Batas Cair Tanah : AASHTO T 89 – 69
d) Penetapan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah : AASHTO T 90–
70
e) CBR : AASHTO T 193 – 72 f. Unit Weight :
f) Water Content : ASTM d 2216
7
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

d. Pengajuan Persetujuan Pekerjaan.


1. Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut kepada Konsultan
sebelum suatu persetujuan untuk memulai pekerjaan dapat diberikan oleh
Konsultan.
a) Gambar penampang melintang terinci yang menunjukkan permukaan
yang dipersiapkan bagi timbunan yang akan ditempatkan.
b) Hasil pengujian kepadatan yang memberikan hasil pemadatan yang baik
dari permukaan yang dipersiapkan dimana timbunan tersebut akan
ditempatkan.
2. Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut kepada Konsultan
sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal yang diusulkan dari
penggunaan bahan-bahan yang diajukan untuk digunakan sebagai
timbunan:
a. Dua contoh material timbunan masing-masing seberat 50 kg dari
bahan-bahan, salah satu akan ditahan oleh Konsultan untuk rujukan
selama periode kontrak.
b. Pernyataan tentang asal dan komposisi dari setiap bahan-bahan yang
diusulkan untuk digunakan sebagai timbunan bersama dengan data
pengujian laboratorium yang membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut
memenuhi sifat yang ditentukan.
3. Kontraktor harus mengajukan hal berikut secara tertulis kepada
Konsultan segera setelah penyelesaian setiap bagian pekerjaan dan sebelum
setiap persetujuan diberikan untuk penempatan bahan-bahan lain diatas
timbunan :
a. Hasil pengujian kepadatan.
b. Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data pengukuran
membuktikan bahwa permukaan berada dalam toleransi yang
ditentukan.

e. Kondisi Tempat Kerja.


1. Kontraktor harus menjamin lahan pekerjaan selalu kering sebelum dan selama
pekerjaan pemadatan.
2. Timbunan harus mempunyai kemiringan yang cukup untuk menunjang sistem
drainase dari aliran air hujan dan pekerjaan yang diselesaikan mempunyai
drainase yang baik. Air dari tempat kerja harus dikeluarkan kedalam sistem
drainase permanen. Penjebak lumpur harus disediakan pada sistem drainase
sementara yang mengalirkan kedalam sistem drainase permanen.
3. Kontraktor harus menjamin pada tempat kerja persediaan air yang cukup
untuk pengendalian kadar air timbunan selama operasi pemadatan.

f. Perbaikan Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Syarat.


1. Timbunan akhir yang tidak sesuai dengan penampang melintang yang
ditentukan atau disetujui atau dengan toleransi permukaan yang ditentukan,
harus diperbaiki dengan mengupas permukaan tersebut dan membuang atau
menambah material sebagaimana diperlukan, disusul dengan pembentukan
pemadatan kembali.
2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan dalam batas kadar air
yang ditentukan atau sebagaimana diarahkan oleh Konsultan, harus dikoreksi
8
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

dengan mengupas material disusul dengan penyiraman dengan jumlah


air secukupnya dan mencampur secara keseluruhan dengan sebuah mesin
perata (grader) atau peralatan lain yang disetujui.
3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan dalam batas kadar air
yang ditetapkan atau sebagaimana diarahkan oleh Konsultan, harus
dikoreksi dengan pengupas material disusul dengan pengerjaan dengan mesin
perata (grader) berulang-ulang atau peralatan lainnya yang disetujui,
dengan selang istirahat antara pekerjaan, dibawah kondisi cuaca kering.
Jika tidak atau jika pengeringan yang cukup tidak dapat dicapai dengan
pengerjaan dan membiarkan material terlepas, maka Konsultan dapat
memerintahkan agar material tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan
diganti dengan material kering yang memadai.
4. Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir atau sebaliknya
setelah dipadatkan secara memuaskan sesuai dengan spesifikasi ini, pada
umumnya tak akan memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat bahan-
bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi persyaratan dari
spesifikasi ini.
5. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi persyaratan sifat atau
kepadatan bahan-bahan dari spesifikasi ini sebagaimana yang diarahkan
oleh Konsultan, harus dilakukan pemadatan tambahan, penggarukan
kemudian disusul dengan pengaturan kadar air dan pemadatan kembali
atau pembuangan dan penggantian bahan-bahan.

g. Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian.


Semua lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat oleh pengujian kepadatan
atau lainnya harus ditimbun kembali oleh Kontraktor tanpa penundaan dan
dipadatkan sampai persyaratan toleransi permukaan dan kepadatan dari
spesifikasi ini.

h. Pembatasan Cuaca.
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan
turun, dan tak ada pemadatan yang boleh dilakukan setelah hujan atau
sebaliknya bila kadar air bahan-bahan material berada di luar batas yang
ditentukan.

i. Royalti Bahan-bahan.
Bila bahan-bahan timbunan didapat dari luar daerah milik, Kontraktor harus
membuat semua pengaturan yang diperlukan dan membayar semua biaya dan
royalti kepada pemilik tanah dan pejabat sebelum mengeluarkan bahan-bahan.

j. Bahan-Bahan.
1. Sumber Bahan-bahan.
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.

2. Bahan Timbunan.
a) Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang digali dan
disetujui oleh Konsultan sebagai bahan-bahan yang memenuhi syarat
untuk penggunaan dalam pekerjaan permanen. Material yang digunakan

9
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

adalah material silty clay yang memenuhi klasifikasi USCS sebagai


material CL, ML, atau SM (khusus untuk timbunan di bawah muka air
tanah). Clay fraction (< 0.002 mm) bahan-bahan timbunan harus
memenuhi minimal 25% yang ditunjukkan dari hasil analisis saringan.
b) Tanah yang mempunyai sifat mengembang (shrinkage) sangat tinggi
yang mempunyai suatu nilai aktivitas lebih besar daripada 1,0 atau
suatu derajat pengembangan yang digolongkan oleh AASHTO T 258
sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak akan digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai Aktivitas harus diukur sebagai Indeks Plastisitas,
IP (AASHTO T90) dan Persentase Ukuran Tanah Liat (AASHTO T88).
c) Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dari material timbunan harus lebih
kecil dari 15 % dan batas cair, LL harus lebih kecil dari 45 % (AASHTO
T90).
d) Bahan-bahan timbunan tidak mengandung mineral Montmorillonite yang
ditunjukkan dari hasil test mineralogi.
e) Material yang telah dipadatkan menurut Modified Proctor, harus
memiliki : ¾ Undrained Shear Strength (Cu) untuk sample tanah yang
dijenuhkan lebih besar dari 60 kPa atau sample tanah kering setelah
dipadatkan > 120 kPa. ¾ Specific Grafity (Gs) lebih besar dari 2,6. ¾
Kepadatan kering minimum harus mencapai kepadatan minimal 95 %
Modified Proctor maximum density untuk bahan timbunan umum, dan 98
% Modified Proctor maximum density untuk bahan timbunan subgrade
jalan.

k. Penempatan dan Pemadatan Timbunan.


1. Persiapan Tempat Kerja.
a) Sebelum menempatkan timbunan pada suatu daerah maka semua
operasi pembersihan dan pembongkaran, termasuk penimbunan lubang
yang tertinggal pada waktu pembongkaran akar pohon harus telah
diselesaikan dan bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat harus
telah dikeluarkan sebagaimana telah diperintahkan oleh Konsultan.
Seluruh areal harus diratakan secukupnya sebelum penimbunan dimulai.
b) Di mana ukuran tinggi timbunan adalah satu meter atau kurang,
maka daerah pondasi timbunan tersebut harus dipadatkan secara penuh
(termasuk penggarukan dan pengeringan atau pembasahan bila
diperlukan) sampai lapisan atas 15 cm dari tanah memenuhi persyaratan
kepadatan yang ditentukan untuk timbunan yang akan ditempatkan di
atasnya.
c) Bila timbunan tersebut akan dibangun di atas tepi bukit atau
ditempatkan pada timbunan yang ada, maka lerenglereng yang ada
harus dipotong untuk membentuk terasering dengan ukuran lebar yang
cukup untuk menampung peralatan pemadatan sewaktu timbunan
ditempatkan dalam lapisan horisontal.

2. Penempatan Timbunan.
a) Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang dipersiapkan
dan disebarkan merata serta bila dipadatkan akan memenuhi
toleransi ketebalan lapisan yang diberikan. Di mana lebih dari satu lapisan
10
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

yang akan ditempatkan, maka lapisan tersebut harus sedapat mungkin


sama tebalnya.
b) Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian
tambahan ke permukaan yang dipersiapkan dalam keadaan cuaca
kering. Penumpukan tanah timbunan tidak akan diizinkan selama musim
hujan, dan pada waktu lainnya hanya dengan izin tertulis dari Konsultan.
c) Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir atau
bahan-bahan drainase porous lainnya, maka harus diperhatikan untuk
menghindari pencampuran adukan dari kedua bahan-bahan tersebut.
Dalam hal pembentukan drainase vertikal, maka suatu pemisah yang luas
antara kedua bahan-bahan tersebut harus dijamin dengan menggunakan
acuan sementara dari lembaran baja tipis yang secara bertahap akan
ditarik sewaktu penempatan timbunan dan bahan drainase porous
dilaksanakan.
d) Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang ada
harus dipersiapkan dengan mengeluarkan semua tumbuhan permukaan
dan harus dibuat terasering sebagaimana diperlukan sehingga timbunan
yang baru terikat pada timbunan yang ada hingga disetujui oleh
Konsultan. Timbunan yang diperlebar kemudian harus dibangun dalam
lapisan horisontal sampai pada ketinggian tanah dasar. Tanah dasar harus
ditutup dengan sepraktis dan secepat mungkin dengan lapis pondasi
bawah sampai ketinggian permukaan jalan yang ada untuk mencegah
pengeringan dan kemungkinan peretakan permukaan.
e) Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh rumput dan
tumbuhan harus dibuang dari permukaan atas di mana timbunan
tersebut ditempatkan dan permukaan yang sudah dibersihkan
dihancurkan dengan pembajakan atau pengupasan sampai
kedalaman minimum 20 cm.

3. Pemadatan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka setiap
lapisan harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat yang
cocok dan layak serta disetujui oleh Konsultan sampai suatu kepadatan
yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
b) Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air
bahan-bahan berada dalam batas antara 2 % lebih daripada kadar air
optimum (wet of optimum). Kadar air optimum tersebut harus ditentukan
sebagai kadar air di mana kepadatan kering maksimum diperoleh bila
tanah tersebut dipadatkan sesuai dengan AASHTO T-180.
c) Semua timbunan batuan harus ditutup dengan lapisan dengan tebal 20
cm dari bahan-bahan yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak
lebih besar dari 5 cm dan mampu mengisi semua sela-sela bagian atas
timbunan batuan. Lapisan penutup ini harus dibangun sesuai dengan
persyaratan untuk timbunan tanah.
d) Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan
sebagaimana ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima oleh
Konsultan sebelum lapisan berikutnya ditempatkan.
11
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

e) Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan ke


arah sumbu areal reklamasi dengan suatu cara yang sedemikian rupa
sehingga setiap bagian menerima jumlah pemadatan yang sama.
f) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh alat
pemadat biasa, harus ditempatkan dalam lapisan horisontal dari bahan-
bahan lepas tidak lebih dari 15 cm tebal dan seluruhnya dipadatkan
dengan menggunakan alat pemadat tangan mekanis (mechanical
tamper) yang disetujui. Perhatian khusus harus diberikan guna menjamin
pemadatan yang memuaskan di bawah dan di tepi pipa untuk
menghindari rongga-rongga dan guna menjamin bahwa pipa ditunjang
sepenuhnya.

5. Perlindungan Timbunan Yang Sudah Dipadatkan


a) Kontraktor harus menjaga dan melindungi timbunan yang sudah
dipadatkan dari segala pengaruh yang merusak mutu timbunan.
b) Kontraktor harus memelihara talud dan timbunan terhadap
terjadinya longsoran lokal pada talud. Apabila terjadi kelongsoran
lokal pada talud, maka Kontraktor harus memperbaikinya dalam
waktu 24 jam setelah ada instruksi dari Direksi Teknik/Pengawas. Semua
biaya perbaikan talud yang diperlukan menjadi tanggungan Kontraktor.
c) Apabila Direksi Teknik memandang perlu, maka Direksi Teknik berhak
memerintahkan pengujian tambahan pada sebagian atau keseluruhan
timbunan yang sudah diuji dan diterima. Apabila terbukti bahwa
timbunan tersebut mengalami penurunan mutu sehingga tidak memenuhi
Spesifikasi Teknik ini, maka Kontraktor wajib atas biayanya sendiri
memperbaiki timbunan tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknik ini,
maka Kontraktor wajib atas biayanya sendiri memperbaiki timbunan
tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknik ini dan menanggung biaya
pengujian yang diperintahkan Direksi Teknik.

l. Jaminan Kualitas.
1. Pengawasan Kualitas Bahan
a) Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan untuk
persetujuan awal kualitas bahan-bahan harus sebagaimana diarahkan
oleh Konsultan, tetapi harus termasuk semua pengujian yang relevan yang
telah ditentukan, sekurang-kurangnya tiga contoh yang mewakili sumber
bahan-bahan yang diajukan yang terpilih untuk mewakili serangkaian
kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh dari sumber tersebut.
b) Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-bahan timbunan yang
diajukan, maka pengujian kualitas bahanbahan tersebut harus diulangi
lagi atas kebijaksanaan tenaga Konsultan, dalam hal mengenai
perubahan yang diamati pada bahan-bahan tersebut atau pada
sumbernya.
c) Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahan-bahan harus
dilaksanakan untuk mengendalikan keanekaragaman bahan yang
dibawa ke tempat proyek. Jangkauan pengujian tersebut harus
sebagaimana diarahkan oleh Konsultan tetapi untuk setiap 1000 meter
kubik timbunan yang diperoleh dari setiap sumber.
12
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

2. Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan Tanah


a) Ketebalan hamparan untuk setiap lapisan yang akan dipadatkan
adalah 30 cm.
b) Pemadatan setiap lapis yang telah ditentukan harus mencapai
kepadatan minimal 95 % Modified Proctor maximum density pada kadar
air optimum + 2%.
c) Lapisan yang lebih dari 30 cm di atas ketinggian elevasi muka air
rata-rata harus dipadatkan sampai 95 % dari standar maksimum
kepadatan kering yang ditentukan sesuai dengan AASHTO T-180. Untuk
tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan-bahan yang tertahan
pada ayakan 3/4 inch, kepadatan kering maksimum yang dipadatkan
harus disesuaikan untuk bahan-bahan yang berukuran lebih besar
sebagaimana diarahkan oleh Tenaga Ahli/Insinyur.
d) Pengujian kepadatan dengan uji sand cone harus dilaksanakan untuk
setiap 500 m2 pada setiap lapisan timbunan yang dipadatkan sesuai
dengan ASTM D-1556 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan bahwa
kepadatan kurang dari kepadatan yang disyaratkan maka Kontraktor
harus membetulkan pekerjaan tersebut.

3. Percobaan Pemadatan
a) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan
metoda untuk mencapai tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal
bahwa Kontraktor tidak mampu untuk mencapai kepadatan yang
disyaratkan, maka pemadatan berikutnya belum boleh dilaksanakan,
kecuali dengan seizin Konsultan Pengawas.
b) Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah
lintasan alat pemadat dan kadar air harus diubahubah sampai
kepadatan yang ditentukan tercapai dan disetujui Konsultan. Hasil
percobaan lapangan ini kemudian harus digunakan untuk
menentukan jumlah lintasan yang disyaratkan, jenis alat pemadat dan
kadar air untuk semua pemadatan yang selanjutnya.

m. Pengukuran.
1. Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan-bahan yang
dipadatkan yang diterima lengkap di tempat. Volume yang diukur harus
didasarkan pada gambar penampang melintang yang disetujui dari profil
tanah atau profil galian sebelum suatu timbunan ditempatkan serta pada
garis, kelandaian dan ketinggian dari pekerjaan timbunan akhir yang
ditentukan dan disetujui. Metode perhitungan volume bahan-bahan harus
merupakan metoda luas bidang ujung rata-rata, dengan menggunakan
penampang melintang dari pekerjaan yang berjarak tidak lebih dari 25
meter.
2. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap tambahan timbunan yang diperlukan sebagai
akibat pekerjaan terasiring atau pengikatan timbunan pada lereng yang ada
atau sebagai akibat penurunan pondasi, tidak akan diukur untuk
pembayaran, kecuali :
1. Timbunan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan yang kurang
13
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

sesuai atau lunak atau untuk mengganti bahan-bahan batuan atau


keras lainnya.
2. Tambahan timbunan diperlukan untuk membetulkan pekerjaan yang
kurang memuaskan atau kurang stabil atau gagal dalam hal bahwa
Kontraktor tidak dianggap bertanggung jawab.
3. Pekerjaan timbunan kecil yang menggunakan timbunan biasa
dinyatakan sebagai bagian dari item pekerjaan tanah tidak akan diukur
untuk pembayaran sebagai timbunan di bawah bab ini.
4. Timbunan yang digunakan diluar batas kontrak dari konstruksi
timbunan atau untuk mengubur bahan-bahan yang tidak memenuhi
syarat atau tidak terpakai, tidak akan dimasukkan dalam pengukuran
timbunan.
5. Bila bahan-bahan galian yang digunakan untuk timbunan, maka
bahan- bahan ini akan dibayar sebagai timbunan di bawah bab ini.
6. Jumlah hasil kerja yang diukur dengan cara di atas akan dibayarkan
berdasarkan mata pembiayaan di bawah ini. Biaya tersebut sudah
termasuk pekerjaan persiapan, penyelesaian dan penempatan material,
keuntungan jasa kontraktor serta semua kegiatan untuk mencapai hasil
kerja yang sebaik-baiknya.
7. Jumlah timbunan yang diukur akan dibayar untuk setiap meter kubik
timbunan.
8. Timbunan yang telah disetujui dan diterima oleh Konsultan sebagi
drainase porous akan diukur dan tidak akan dimasukkan ke dalam
pengukuran timbunan di dalam bab ini.

Pasal 3
Pekerjaan Beton Bertulang

3.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan beton bertulang yang akan dilaksanakan dengan mutu beton yang
akan dipersyaratkan dalam gambar kerja yaitu :
a. Lantai Kerja Beton 1 : 3 : 5 Bawah Poor Plat, t = 5 cm
b. Lantai Beton 1 : 3 : 5 Bawah Lantai Granit, t = 5 cm
c. Pondasi Batu Kali 1 : 5 (K-250) 21.7 Mpa
d. Pondasi Tapak Poor 100 x 100 cm (K-250) 21.7 Mpa
e. Sloof Beton 15 x 25 cm (K-250) 21.7 Mpa
f. Kolom Pedestal KU-1 30 x 30 (K-250) 21.7 Mpa
g. Kolom Pedestal KU-2 30 x 30 (K-250) 21.7 Mpa
h. Kolom KU-1 LT.1 30 x 30 (K-250) 21.7 Mpa
i. Kolom KU-2 LT.1 30 x 30 (K-250) 21.7 Mpa
j. Kolom Kp 12 x 12 t = 0.4 m (K-175) 14.5 Mpa
k. Kolom Kp 12 x 12 t = 1.2 m (K-175) 14.5 Mpa
l. Balok Latei 15/12 (K-175) 14.5 Mpa
m. Ring Balk RB – 4 (15 x 20) (K-250) 21.7 Mpa
n. Ring Balk RB – 3 (15 x 20) (K-250) 21.7 Mpa
o. Ring Balk RB – 2 (15 x 30) (K-250) 21.7 Mpa
p. Ring Balk RB – 1 (25 x 40) (K-250) 21.7 Mpa
14
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

q. Plat Lantai (K-250) 21,7 Mpa


r. Angkur
Sebelum melakukan pengecoran beton Kontraktor Pelaksana harus melakukan
Mix Design, untuk menguji material yang digunakan dalam pelaksanaan pembuatan
beton.
3.2. Persyaratan Material.
a. Referensi.
SKBI-2.3.53.1987
SNI 03-1727-1989
SNI 03-1728-1989
SNI 03-1736-1989
SNI 03-1750-1990
SNI 03-1756-1990
SNI 03-2461-1991
SNI 03-2495-1991
SNI 03-2834-1992
SNI 03-2847-1992
SNI 03-2854-1992 SPEK SMP 18 I/12
SNI 03-2914-1992
SNI 03-3976-1995
SK SNI S-36–1990–03
SK SNI T-28-1991-03
SK SNI T-15-1992-03

b. Persyaratan Material.
1. Portland Cement Composit (PCC).
Semua PCC yang digunakan harus PCC dengan merk standar yang disetujui
oleh badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan PCC tipe I sesuai
spesifikasi yang termuat dalam SNI dan harus sesuai dengan kondisi di
lapangan. Semua pekerjaan harus menggunakan satu macam merk PCC,
PCC harus disimpan dengan baik, dihindarkan dari kelembaban sampai tiba
saatnya untuk dipakai. PCC yang telah mengeras atau membatu tidak
boleh digunakan, PCC harus disimpan sedemikan rupa sehingga mudah
untuk diperiksa dan diambil contohnya.

2. Batu Split/Kerikil.
Batu split/kerikil dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak
mengandung bahan yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah yang
cukup banyak, yang dapat memperlemah kekuatan beton. Split/kerikil harus
memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada SNI 1734-1989, atau daftar
berikut ini :

Split/Kerikil Pasir
Ayakan % Lewat Ayakan (Berat Kering)
30 mm 100 - 10 mm 100
25 mm 90 – 100 5 mm 90 – 100
15 mm 25 – 60 2.5 mm 80 – 100
5 mm 0 – 10 1.2 mm 50 – 90
15
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

2.5 mm 0 – 5 0.6 mm 25 – 60
0.3 mm 10 – 30
0.15 mm 2 – 10

3. Air.
Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam, asam dan
sebaiknya air tersebut dapat diminum.

4. Bahan Pembantu (Admixture).


Atas pilihan Kontraktor atau permintaan Direksi/Konsultan Pengawas, bahan
pembantu boleh ditambahkan pada campuran beton untuk mengatur
pengerasan beton, efek penggunaan air atau penambahan mutu beton, biaya
penambahan bahan pembantu ditanggung oleh Kontraktor. Bahan
pembantu yang digunakan harus berkualitas baik dan dapat diterima dan
disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas, dan penggunaannya sesuai
dengan petunjuk penggunaan dari produk tersebut dan yang disyaratkan
dalam “ BAHAN PEMBANTU ” sesuai dengan SNI 03-2495-1991. Jumlah
penggunaan PC dalam adukan adalah tetap dan tidak tergantung
ada atau tidak adanya penggunaan bahan pembantu dan
pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik.

5. Besi Tulangan.
a) Tulangan besi harus mempunyai diameter yang sesuai dengan
gambar rencana dan bebas dari karat, dengan Mutu Baja
Tulangan dibawah Ø 10 mm, menggunakan jenis BJTP-24 (fy=240 MPa),
sedangkan diatas Ø 10 mm, menggunakan jenis BJTD-40 ((fy=400
MPa). Semua dimensi/ukuran besi tulangan yang akan digunakan
merupakan dimensi sebenarnya sesuai keterangan gambar
b) Besi untuk tulangan penyimpanannya harus bebas dari kontaminasi
langsung dengan udara, tanah lembab, aspal, oli (minyak) dan gemuk.

Pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang berukuran


garis tengah minimal 1 mm. Mutu beton/kuat tekan beton yang diinginkan
adalah untuk Pondasi Tapak Poor menggunakan Mutu Beton K-250,
dan untuk beton lainnya menggunakan Mutu Beton K- 250 dan K-
175, serta kolom praktis menggunakan Mutu Beton K-175, dengan
persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat
melaksanakan pekerjaan cor beton dengan menggunakan sistem beton
siap pakai (ready mix concrete) yang terlebih dahulu memberikan data
spesifikasi mutu beton yang dikehendaki kepada Konsultan Pengawas
sebelum pekerjaan pengecoran dilaksanakan.

3.3. Syarat dan Pengecoran.


Semua persyaratan bahan dan pelaksanaan harus memenuhi standar yang berlaku
di Indonesia dan merupakan pemilihan bahan yang terbaik dengan pengawasan
yang ketat dari Direksi/Konsultan Pengawas. Pemilihan bahan dan pelaksanaan
pekerjaan yang sesuai dengan standar pelaksanaan akan mendapatkan hasil
yang sempurna.
16
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

a. Rencana Kerja, Metode Pelaksanaan dan Ijin Pengecoran.


Kontraktor harus menyerahkan secara tertulis rencana kerja dan metode
pelaksanaan pengecoran caping beam kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapat persetujuan tertulis, sebelum pekerjaan pengecoran dimulai. Sebelum
dilaksanakan pengecoran, dilaksanakan pemeriksaan bersama Kontraktor dan
Konsultan Pengawas dan apabila telah memenuhi syarat ijin pengecoran dapat
dikeluarkan.

b. Trial Mix Design dan Perbandingan Adukan.


1. Sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecoran, Kontraktor harus
melaksanakan rencana pengadukan beton/ trial mixdesign untuk
mendapatkan mutu beton yang dikehendaki. Untuk itu Kontraktor perlu
melakukan pengujian material di laboratorium yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas untuk semua material beton, atas biaya kontraktor.
Berdasarkan analisa dan hasil test sampel tersebut, laboratorium akan
merencanakan suatu campuran beton (mix design) dengan slump yang
telah disyaratkan. Sebagai kontrol suatu campuran beton, data-data yang
harus tertulis dalam laporan mix design mencakup :
a) Tipe dan gradasi material agregat.
b) Aspal agregat.
c) Hasil pengujian material air dan agregat (berat jenis dan berat isi
agregat, modulus halus butir pasir, kadar lumpur, dll.
d) Tipe dan merk PC.
e) Tipe, merk dan komposisi bahan additives (apabila digunakan).
f) Komposisi takaran beton dan takaran dalam 1 m3.
g) Keterangan tentang beton (kemudahan pekerjaan, segregasi kohesi dan
lain-lain).
h) Hasil test silinder beton.

2. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang terhisap oleh
agregat) tidak boleh melampaui 0,50 (perbandingan berat). Perbandingan
campuran tersebut dapat diubah jika diperlukan untuk mendapatkan mutu
beton yang dikehendaki dengan kepadatan, kekedapan, keawetan dan
kekuatan yang lebih baik dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi yang disebabkan
oleh perubahan tersebut di atas.
3. Percobaan kekuatan beton di lapangan dalam N/mm2 (MPa) dengan
percobaan beton silinder (∅ 15 cm tinggi 30 cm), atas biaya dibuat kontraktor.
Jumlah silinder percobaan yang dibuat harus sesuai dengan SNI 03-2834-
1992. Copy hasil test harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas.
4. Percobaan yang dilakukan dilapangan, pengambilan contoh campuran dan
pengujian harus mengundang dan disaksikan oleh Konsultan Pengawas. Suatu
kali jika kekuatan beton umur 7 hari kekuatannya kurang dari 70% dari
beton umur 28 hari, maka Konsultan Pengawas berhak untuk
memerintahkan Kontraktor untuk menambah PC ke dalam campuran beton.
Dan apabila terdapat beton dengan umur 28 hari yang tidak mencapai mutu
beton yang dikehendaki, maka pengecoran selanjutnya harus dihentikan
17
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

sampai persoalan tersebut dapat diselesaikan oleh Kontraktor dan Konsultan


Pengawas.
5. Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup.
Waktu pengadukan beton harus tetap dan normal sehingga menghasilkan
beton yang homogen tanpa adanya bahan-bahan yang terpisah satu dengan
yang lainnya. Jumlah air dapat diubah sesuai dengan keperluannya dengan
melihat perubahan keadaan cuaca atau kelembaban bahan adukan
(agregat) untuk mempertahankan hasil yang homogen, kekentalan dan
kekuatan beton yang dikehendaki.
6. Pengujian kekentalan adukan beton (slump) dan pelaksanaannya sesuai
dengan SNI-3976-1995. Slump yang digunakan dalam proyek ini adalah 8 –
12 cm sesuai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas. Untuk maksud dan
alasan tertentu, dengan persetujuan Konsultan Pengawas dapat dipakai nilai
slump yang menyimpang dari ketentuan di atas asal dipenuhi hal-hal sebagai
berikut :
a) Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi.
b) Tidak terjadi pemisahan dari adukan.
c) Beton yang dapat dikerjakan dengan baik (workability).

b. Persyaratan Bekisting.
1. Bekisting atau perancah harus digunakan bila diperlukan untuk
membatasi adukan beton dan membentuk adukan beton menurut garis
dan permukaan yang diinginkan. Kontraktor harus bertanggungjawab atas
perencanaan yang memadai untuk seluruh bekisting.
2. Pada bagian tertentu Konsultan Pengawas akan memerintahkan
Kontraktor untuk membuat shop drawing dari bekisting.
3. Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
4. Papan bekisting harus terbuat dari polywood, papan yang rata dan
halus, dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan
permukaan yang sempurna seperti terperinci dalam spesifikasi ini.
5. Toleransi yang diijinkan adalah ± 3 mm untuk garis dan permukaan.
6. Bekisting harus demikian kuat dan kaku terhadap beban dan lendutan
adukan beton yang masih basah dan getaran terhadap beban konstruksi.
Bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas sebelum pengecoran.
7. Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip atau
adukan kelur dari sambungan.
8. Pembongkaran dilakukan setelah beton telah mencapai kekuatan setara
dengan umur beton 28 hari dan harus dengan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas. Pembongkaran dilaksanakan dengan statis, tanpa
goncangan atau kerusakan pada beton.

c. Pengecoran Beton.
1. Pengecoran harus dengan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas dan
dilaksanakan pada waktu Konsultan Pengawas atau Direksi yang ditunjuk
serta Pengawas Kontraktor yang ada di tempat kerja.
2. Beton tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk yang dapat
18
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik, seperti


ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
3. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke dalam
papan bekisting yang tinggi/dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya
split/kerikil dari adukan beton. Beton juga tidak boleh dicor dalam
bekisting yang dapat mengakibatkan penimbunan adukan pada
permukaan bekisting di atas beton yang sudah dicor.

d. Peralatan Ready Mix.


Kontraktor dapat menggunakan Beton Ready Mix setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Semua data spesifikasi dan
peralatan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas. Peralatan yang digunakan seperti truk molen, concrete pump dan
lain lain harus dalam keadaan baik, terawat dan berfungsi dengan baik
apabila digunakan.

e. Pemadatan dan Penggetaran.


1. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan
maksimum sehingga bebas dari kantong/sarang kerikil dan menutup rapat
pada semua permukaan dari cetakan dan material yang melekat.
2. Semua beton harus dipadatkan dengan vibrator dengan kekecepatan
minimum 7000 rpm yang bergetar pada bagian dalam (dari jenis alat
“tenggelam”) dalam waktu maksimal 10 detik setiap kali dibenamkan.
Pada waktu yang sama dilakukan pengetukan pada dinding bekisting
sampai betul-betul mengisi pada bekisting atau lubang galian dan
menutupi seluruh permukaan bekisting.
3. Penggunaan vibrator harus dilakukan dengan benar atau dengan
petunjuk dari Konsultan Pengawas dan tidak boleh mengenai bekisting
maupun penulangan.

f. Perawatan Beton.
Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah selama
sekurang-kurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan cara penyiraman air,
karung goni basah, atau cara-cara lain yang ditentukan oleh
Konsultan Pengawas. Air yang yang digunakan dalam perawatan harus
memenuhi spesifikasi air untuk campuran beton.

Pasal 4
Pekerjaan Struktur Atap

4.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan struktur atap yang akan dilaksanakan yaitu :
a. Untuk Rangka Kuda-kuda menggunakan rangka galvalum baja ringan Canal
C.75.100 dengan jarak antar kuda-kuda Maximal 150 cm.
b. Reng yang digunakan yaitu galvalum baja ringan 32.45 dipasang pada kuda-
kuda dengan jarak yang telah ditentukan dalam gambar kerja.
c. Lisplank Kalsiboard L 30 cm dengan notif adat Tojo Una-Una

19
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

BAB III
PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal 1
Pekerjaan Adukan Dan Campuran
1.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan Adukan Pasangan Batu Gunung/Batu Kali.
b. Pekerjaan Adukan Pasangan Batu Bata.
c. Pekerjaan Adukan Lain Seperti Tercantum Dalam Gambar Kerja.

1.2. Persyaratan Bahan.


a. Semen.
Sesuai persyaratan dalam Bab II Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Struktur.
b. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
keras, bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan- bahan
organis.
c. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa,
garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.

1.3. Persyaratan Pelaksanaan.


a. Campuran Dalam Adukan.
Campuran dalam adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
Cara pembuatannya menggunakan Mixer selama 3 (tiga) menit.
b. Jenis Adukan.
1. Adukan biasa adalah campuran 1Pc : 4Ps
Adukan ini untuk pasangan batu bata serta untuk menutup semua
permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan
tidak kedap air seperti tercantum didalam gambar kerja.
2. Adukan kedap air adalah campuran 1Pc : 3Ps.
Adukan plesteran ini untuk :
Menutup semua bagian permukaan dinding pasangan pada bagian luar/tepi
luar bangunan. Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding
pasangan yang disyaratkan harus kedap air seperti tercantum di dalam
gambar kerja hingga ketinggian 150 cm dari permukaan lantai. Semua
pasangan bata dibawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20 cm
dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja.
c. Jenis Adukan.
Semua jenis adukan tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu
pelaksanaan pemasangan.
d. Adukan Kedap Air.
Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu
pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama
untuk adukan kedap air.
20
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

Pasal 2
Pekerjaan Pasangan Batu Gunung/Batu Kali

2.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan Pondasi Pasangan Batu gunung.
b. Pekerjaan pasangan batu gunung lainnya seperti tercantum dalam
gambar kerja.

2.2. Persyaratan Bahan.


a. Batu gunung.
Batu gunung yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut
runcing dan tidak porous.
b. Semen.
Sesuai Pasal 1 Butir 1.2.a bab ini.
c. Pasir.
Sesuai Pasal 1 Butir 1.2.b bab ini.
d. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa,
garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.

2.3. Persyaratan Pelaksanaan.


a. Profil atau Bentuk Pondasi.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, harus dibuat profil/bentuk pondasi
dari bambu atau kayu pada setiap ujung yang bentuk dan ukurannya sesuai
dengan gambar kerja dan telah mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan
Pengawas.
b. Galian Pondasi.
Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan
Pengawas. Kemudian dasar galian harus diurug dengan pasir urug setebal 10 cm,
disiram sampai jenuh, diratakan dan dipadatkan sampai benar-benar padat.
Di atas lapisan pasir tersebut diberi pasangan batu gunung kosong yang
dipasang sesuai dengan gambar kerja.
c. Pasangan Batu gunung.
Pasangan batu gunung untuk pondasi menggunakan adukan dengan
campuran 1Pc : 4Ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam
gambar kerja.
d. Adukan.
Adukan harus membungkus batu gunung sedemikian rupa sehingga tidak
ada bagian dan pondasi yang berongga atau tidak padat khususnya pada
bagian tengah.
e. Jarak.
Pada perletakan kolom beton atau kolom praktis harus ditanamkan stek- stek
tulangan kolom dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan jumlah
tulangan pokok pada kolom beton atau kolom praktis tersebut. Stek-stek harus
tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam minimum 70 cm atau sesuai

21
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

dengan ukuran dalam gambar kerja. Demikian pula dengan bagian stek yang
tidak tertanam atau mencuat keatas sepanjang minimum 70 cm atau sesuai
dengan ukuran dalam gambar kerja.

Pasal 3
Pekerjaan Pasangan Batu Bata

3.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan Dinding Bata ½ Batu.
b. Pekerjaan pasangan batu lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja.

3.2. Persyaratan Bahan.


a. Batu Bata.
Batu bata yang dipakai adalah batu bata merah dari mutu yang terbaik,
dengan pembakaran sempurna dan merata.
b. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.a bab ini
c. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.b bab ini.
d. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.c bab ini.

3.3. Persyaratan Pelaksanaan Pasangan Batu Bata.


a. Detail Bentuk Profil
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail
bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan
melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum didalam gambar kerja.
a. Sebelum Pemasangan
Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga
jenuh. Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas batu bata
tersebut.
b. Aduk Perekat/Spesi
1. Aduk perekat/spesi untuk pasangan batu bata kedap air adalah
campuran 1Pc : 3Ps untuk :
a) Dinding pasangan bata daerah basah.
b) Dinding pasangan bata yang langsung berhubungan dengan luar.
c) Saluran.
2. Untuk semua pasangan batu bata terhitung dari P + 0.20 ke atas,
dipakai aduk perekat/spesi campuran 1Pc : 4Ps, terkecuali yang disyaratkan
kedap air seperti yang tercantum di dalam gambar kerja.
3. Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan Pasal 1 dalam bab ini.
c. Ketebalan Aduk Perekat/Spesi.
Pemasangan harus sedemikiin rupa sehingga ketebalan aduk perekat/spesi harus
sama setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan
baik dan penuh.
d. Pemasangan Dinding Pasangan Bata.
22
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

Pemasangan dinding pasangan bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri


maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom dan balok praktis.
Persyaratan pelaksanaan kolom dan balok praktis, mengacu pada pelaksanaan
pekerjaan beton di bab lain dalam buku ini.
e. Pelaksanaan Pemasangan Batu Bata.
Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapih, sama tebal, Iurus, tegak dan
pola ikatan harus terjaga baik diseluruh pekerjaan. Pertemuan sudut antara dua
dinding harus rapih dan siku seperti tercantum dalam gambar kerja.
f. Pekerjaan Pemasangan Batu Bata Vertikal dan Horizontal.
Pekerjaan pemasangan batu bata harus benar vertikal dan horizontal.
Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur tepat. Untuk
permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan
bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm vertikal dan
horizontal. Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar/memperbaiki dan
biaya untuk pekerjaan ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat diklaim
sebagai pekerjaan tambah.
g. Pasangan Bata Lapis Aduk Kasar.
Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar
sampai setinggi permukaan tanah.
h. Siar-Siar.
Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok dengan
kedalaman 1 cm dengan rapi dan dibersihkan dengan sapu lidi,
kemudian disiram air dan siap menerima plesteran.
i. Plesteran.
Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dahulu dan siar-siar
telah dikerok dan dibersihkan.
j. Lubang Dinding Pasangan Bata.
Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali
tidak diperkenankan.
k. Bata Yang Patah.
Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari
5 %. Bata yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh dipergunakan.
l. Pemeliharaan :
Selama pasangan dinding belum difinish, Kontraktor wajib untuk memelihara dan
menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada saat
difinish terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor harus
memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi/Konsultan
Pengawas. Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat diklaim
sebagai pakerjaan tambah.

Pasal 4
Pekerjaan Beton Non Struktural

4.1. Lingkup Pekerjaan.


a. Pekejaan Beton Bertulang. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1. Pembuatan pondasi Tapak Poor
2. Pembuatan Sloof
23
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

3. Pembuatan kolom utama


4. Pembuatan kolom praktis
5. Pembuatan plat lantai
6. Pembuatan ring balok
7. Pembuatan talang beton
b. Pekerjaan Beton Tumbuk. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1. Pembuatan lantai kerja Rabat beton tumbuk sekeliling bangunan.

4.2.Persyaratan Bahan.
a. Besi Beton.
Mutu tulangan yang dipakai adalah dari mutu BJTP-24 (fy=240 MPa) untuk
diameter yang lebih kecil dari 10 mm dan BJTP-40 (fy=400 MPa) untuk
diameter yang lebih besar dari 10 mm. Besi beton harus bersih dari lapisan
minyak, lemak, dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi harus
bulat serta memenuhi persyaratan NI-2. Diameter besi beton yang dipasang
harus sesuai dengan gambar kerja. Besi beton yang tidak memenuhi
persyaratan harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu
24 jam setelah ada perintah tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas. Kawat
pengikat besi beton adalah baja lunak dan tidak disepuh/dilapis seng.
Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.4 mm. Kawat pengikat harus
memenuhi syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1971).
b. Semen.
c. Pasir.
Pasir yang dipakai harus pasir beton.
d. Koral beton/split.
Koral beton/split yang dipakai harus barsih, bersudut tajam, tidak berpori
serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat NI-2.
Penyimpanan/ penimbunan koral beton/split dengan pasir harus dipisahkan satu
dengan yang lain, sehingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan
perbandingan adukan beton yang disyaratkan.
e. Air.
f. Acuan Bekisting dan Perancah.
Papan acuan/bekisting dibuat dari multiplex tebal 9 mm. Balok-balok
pengaku dan pengikat papan acuan dari kaso 5/7. Perancah disyaratkan
memakai perancah besi, tidak diperkenankan memakai bambu.

4.3. Persyaratan Pelaksanaan.


a. Beton Bertulang.
1. Campuran dan Mutu Beton.
Mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan bertulang non struktural ini
adalah Mutu K-175.

2. Pembesian.
Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,
sambungan, kait-kait dan sengkang (ring), persyaratannya harus sesuai
dengan NI-2 (PBI-1971). Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus
sesuai dengan gambar kerja. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk
menjamin agar besi- besi tersebut tidak berubah selama pengecoran dan harus
24
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

bebas dari papan acuan/bekisting atau lantai kerja dengan memasang selimut
beton dan bantalan tahu beton sesuai dengan NI-2 (PBI-1971).

3. Pekerjaan Acuan/Bekisting.
Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah ditetapkan dalam gambar kerja. Acuan harus dipasang sedemikian rupa
dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak
berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran berlangsung. Acuan
harus rapat (tidak bocor), permukaan licin, bebas dari kotoran tahi
gergaji, potongan kayu, tanah lumpur dan sebagainya.

4. Cara Pengadukan.
Cara pengadukan menggunakan beton molen. Takaran untuk semen portland,
pasir dan koral harus seijin Direksi/Konsultan Pengawas. Beton harus dilindungi
dari sinar matahari langsung, hingga terjadi penguapan terlalu cepat. Persiapan
perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus diperhatikan.

5. Pengecoran Beton.
Sebelum pelaksanaan pangecoran, Kontraktor diwajibkan melaksanakan
pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan
sampai jenuh, pemeriksaan ukuran- ukuran dan ketinggian, pemeriksaan
panulangan, dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat
dilaksanakan atas persetujuan Direksi/ Konsultan Pengawas. Pengecoran harus
dilakukan dengan menggunakan alat panggetar beton untuk menjamin beton
cukup padat dan harus dihindarkan dari terjadinya cacat pada beton seperti
keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi.
Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat penghentian tersebut harus disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas. Penyambungan beton lama dengan baton
baru harus memakai adukan perekat CALBOND. Permukaan beton lama
yang akan diteruskan pengecorannya harus dikasarkan, dilapis dengan adukan
perekat CALBOND yang pembuatannya sesuai dengan persyaratan pabrik
pembuat, selanjutnya langsung dilakukan pengecoran baru.

6. Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting.


Pekerjaan pembongkaran acuan/bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin
tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak
diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan baton tanpa
persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.

7. Pekerjaan Pembuatan Kolom Praktis.


Pemasangan kolom praktis untuk :
a. Setiap pertemuan dinding pasangan batu bata.
b. Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian dalam dan luar
bangunan sesuai yang dipersyratkan dalam gambar kerja.
c. Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian luar dan tepi luar
bangunan setiap luas 9 m2.
d. Dan atau seperti yang tercantum dalam gambar kerja.
25
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

e. Ukuran kolom praktis adalah sesuai pada gambar.

8. Pekerjaan Pembuatan Balok Praktis/Latei dan Ring balok.


a. Pemasangan balok praktis/latei dan ring balok.
b. Di atas lubang pintu, jendela dan bovenlicht.
c. Di tepi atas/akhir dari dinding pasangan batu bata yang bebas sebagai
ring balok.
d. Setiap luas 9 m2 pasangan dinding yang tinggi.
e. Dan atau superti yang tercantum dalam gambar kerja.
f. Ukuran balok praktis adalah sesuai gambar kerja.
1. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai dengan gambar
kerja dan atau seperti yang terurai dalam pekerjaan beton dalam
bab lain dalam buku ini.
2. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis/lintel separti yang
tercantum dalam butir 7 dan 8 di atas, terlepas apakah
pekerjaan tersebut tergambar atau tidak dalam gambar kerja.
3. Pada setiap pertemuan dinding pasangan bata dengan kolom praktis,
ring balok beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam
gambar kerja harus diperkuat angker diameter 10 mm tiap jarak
50 mm, yang terlebih dahulu telah ditanam dengan baik pada
bagian kolom dan balok praktis ini. Bagian yang tertanam dalam
pasangan bata minimal sedalam 30 cm kecuali ditentukan lain.

b. Pekerjaan Beton Tumbuk.


Campuran beton tumbuk adalah 1Pc : 2Ps : 3Kr. Lapisan beton tumbuk harus
padat, tidak berongga, tidak retak dan rata permukaan/waterpass dan atau
seperti tercantum didalam gambar kerja. Tebal lapisan beton tumbuk
adalah 7 cm, dan atau sesuai dengan gambar kerja.

Pasal 5
Pekerjaan Plesteran

5.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata dan permukaan beton.
b. Plesteran kedap air.
c. Plesteran biasa.
d. Plesteran kasar untuk dinding pasangan bata yang tertanam dalam tanah dan
untuk dinding batas dengan tetangga yang terlihat.
e. Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam gambar kerja.

5.2. Perawatan Bahan.


a. Semen.
Sesuai Pasal 1 Butir 1.2.a bab ini
b. Pasir.
Sesuai Pasal 1 Butir 1.2.b bab ini
c. Air.
Sesuai Pasal 1 Butir 1.2.c bab ini
26
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

5.3. Persyaratan Pelaksanaan.


a. Campuran Plesteran.
Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan
bata atau bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan
Pengawas.
b. Jenis Plesteran.
1. Plesteran kasar adalah pesteran permukaan tidak dihaluskan.
Campuran plesteran kasar adalah campuran kedap air, yaitu 1Pc : 2Ps
dipakai untuk menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam
didalam tanah hingga kepermukaan tanah dan atau lantai.
2. Plesteran biasa adalah campuran 1Pc : 4Ps.
Adukan plesteran ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk
menutup semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan,
yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum didalam gambar kerja.
3. Plesteran kedap air adalah campuran 1Pc : 2Ps.
Adukan plesteran ini untuk :
a. Menutup semua adukan dinding pasangan pada bagian luar dan tepi
luar bangunan.
b) Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang
disyaratkan harus kedap air seperti tercantum didalam gambar kerja
hingga ketinggian 150 cm dari permukaan lantai.
c) c. Semua pasangan bata dibawah permukaan tanah hingga
ketinggian minimal 20 cm dari permukaan lantai, kecuali
ditentukan lain dalam gambar kerja.
4. Plesteran halus/aci adalah campuran Pc dengan air yang dibuat
sedemikan rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen. Plesteran
halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan.
Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk plesteran sebagai
lapisan dasar berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering benar.

c. Waktu Pencampuran Aduk Plesteran.


Semua jenis plesteran tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu
pelaksanaan pemasangan. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang
waktu antara waktu pencampuran aduk plesteran dengan pemasangan tidak
melebihi 30 menit, terutama untuk plesteran kedap air. Kontraktor harus
menyediakan pekerja/tukang yang ahli untuk pelaksanaan plesteran ini,
khususnya untuk plesteran aci halus. Terkecuali plesteran kasar, permukaan
semua aduk plesteran harus diratakan. Permukaan plesteran tersebut khususnya
plesteran halus/aci halus, harus rata, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak
berongga dan berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain
yang membuat cacat. Untuk permukaan dinding pasangan sebelum diplester
harus dibasahi terlebih dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam 1 cm. Sedang
untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus
dibersihkan dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (scratched). Semua
lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau formtie harus tertutup aduk
plesteran. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat/wallpaper
27
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

dipakai plesteran aci halus diatas permukaan plesterannya. Untuk bidang dinding
pasangan yang menggunakan bahan/material akhir lain, permukaan
plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan ikatan
yang lebih baik terhadap bahan/material yang akan digunakan tersebut. Untuk
setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang
datar, harus diberi naat/celah dengan ukuran lebar 0.7 cm dalam 0.5 cm. Untuk
permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pecembungan bidang
tidak boleh melebihi 5 mm, untuk setiap jarak 2 m. Ketebalan plesteran harus
mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom seperti yang dinyatakan dan
dicantumkan dalam gambar kerja. Tebal plestetan adalah minimal 1,5 cm dan
maksimum 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan
menggunakan kawat yang diikatkan/dipaku kepermukaan dinding pasangan
yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran. Pekerjaan
plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi
pipa listrik, pipa plumbing untuk seluruh bangunan.

d. Pemeliharaan.
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
dengan wajar. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik panas matahari langsung
dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat.
Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai.
Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya 2 (dua) kali
sehari sampai jenuh, selama plesteran belum dilapis dengan bahan/material akhir,
Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan
dan pengotoran dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat
diklaim sebagai pekerjaan tambah. Tidak dibenarkan pakerjaan peyelesaian
dengan bahan/material akhir di atas permukaan plesteran dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu, cukup kering, bersih dari retak,
noda dan cacat lain superti yang disyaratkan tersebut diatas. Apabila hasil
pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Direksi/Konsultan
Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai
disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Biaya untuk perbaikan tersebut
ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat dijadikan sebagai pekerjaan
tambah.

Pasal 6
Pekerjaan Pasangan Keramik

6.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan Urugan Pasir di Bawah Pasangan Lantai.
b. Pekerjaan Lantai Kerja di Bawah Pasangan Keramik.
c. Pekerjaan Keramik Pada Dinding Km/Wc.
d. Pekerjaan Keramik Lainnya Seperti Tercantum Dalam Gambar Kerja.

28
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

6.2. Persyaratan Bahan.


a. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.a bab ini.
b. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.b bab ini.
c. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.c bab ini.
d. Keramik (Ceramic Tile).
1. Jenis Penutup lantai yang digunakan yaitu Granit 60 x 60 cm
Permukaan : Licin (Polished)
Jenis : Homogeneus Style
Warna : ditentukan pada saat pelaksanaan
Ukuran : 60 x 60 cm
Kualitas : Kelas 1
Produk : ditentukan oleh Direksi/Pengawas
2. Jenis Penutup Lavatory Non slip untuk km/wc, lazed untuk dinding km/wc.
Ketebalan : 6 mm.
Permukaan : Kasar (Unpolised)
Warna : Ditentukan pada saat pelaksanaan
Ukuran : 20 x 20 cm untuk lantai, 20 x 25 cm untuk dinding
Kualitas : Kelas 1
Produk : ditentukan oleh Direksi/Pengawas
e. Contoh Bahan.
Kontraktor harus mengajukan contoh bahan sebanyak 3 (tiga) set kepada
Pemberi Tugas untuk mendapatkan persetujuan (tekstur dan warna),
selanjutnya dipakai sebagai standard dalam memeriksa/menerima bahan yang
dikirim ke lapangan.
f. Keramik.
keramik yang akan dipasang, ukuran diagonalnya harus benar-benar
sama, masing-masing tepinya benar-benar menyiku dan tidak cacat.
6.3. Persyaratan Pelaksanaan Keramik.
a. Pemasangan.
Pada saat pemasangan, ubin keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak,
tidak cacat atau ternoda dan warna sesuai dengan yang disyaratkan.
b. Pola Pemasangan.
Pola pemasangan ubin keramik harus sesuai dengan gambar kerja/shop drawing
atau sesuai dengan petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
c. Pemotongan.
Bila diperlukan pemotongan ubin keramik, maka harus terlebih dahulu
dipergunakan alat pemotong khusus sesuai dengan petunjuk pabrik. Hasil
pemotongan harus siku dan lurus (tidak bergerigi), bagian sisi yang terpotong
dihaluskan dengan ampelas, sehingga membentuk pinggiran yang serupa
dengan sebelum dipotong.
d. Ketebalan Finish.
Pemasangan Granit harus benar-benar rata. Permukaannya harus tepat pada
peil finish atau ketebalan finish dan sesuai dengan kemiringan seperti
disyaratkan dalam gambar kerja.
29
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

e. Granit Bersih Dari Bercak Noda.


Granit yang telah terpasang harus segera dibersihkan dari bercak noda aduk
parekat dan aduk pengisi siar dengan lap/kain yang dibasahi dengan air
bersih dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan lain.
f. Setelah Pemasangan.
Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, Granit harus dihindarkan dari injakan/
pemberian beban.
g. Kerusakan atau Cacat.
Bila terjadi kerusakan/cacat, Kontaktor diwajibkan untuk memperbaiki kembali
dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan. Biaya untuk pekerjaan ini
adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan
tambah.

Pasal 7
Pekerjaan Pengecatan

7.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding.
Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata, beton yang
ditampakkan.
b. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Baja dan Besi (Poxy), bukan meni.
Pekerjaan pengecatan permukaan Baja dan Besi seperti tercantum dalam
gambar kerja.
c. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding.
Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata, beton yang
ditampakkan dan langit-langit. Semua permukaan dinding pasangan batu dan
permukaan beton yang tampak/exposed seperti yang tercantum dalam gambar
kerja.
d. Pekerjaan Pengecatan Baja dan Besi.
Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti yang tercantum dalam gambar
kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Semua bagian/permukaan yang tampak/exposed dicat sampai
dengan cat finish.
2. Semua bagian/permukaan yang tidak ditampakkan/unexposed dicat
hanya sampai dengan cat dasar.

7.2. Persyaratan Bahan.


a. Cat Tembok.
Ekterior : menggunakan jenis cat waterless
Interior : menggunakan jenis bahan easyclean
b. Cat Meni Besi dan baja
c. Kualitas Cat Tembok
Bahan cat adalah jenis terbaik yang mempunyai daya rekat dan tingkat
kerapatan yang baik.
d. Cat Politur.
Memakai melamik bahan dari produk yang cukup baik tingkat penyerapannya
30
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

e. Plamir.
Bahan dan kualitas utama, mutu terbaik.
f. Keaslian Cat.
Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dan produk tersebut diatas
mengenai kemurnian cat yang akan dipergunakan. Pembuktian berupa :
1. Segel kaleng.
2. Test BD.
3. Test laboratorium.
4. Hasil akhir pengecatan.
Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor. Hasil tes kemurnian
ini harus mendapatkan rekomendasi tertulis dari produsen dan diserahkan ke
Direksi/Konsullan Pengawas.

g. Contoh Pengecatan.
Kontraktor harus menyiapkan contah pengecatan tiap warna dan jenis cat pada
bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2 Pada bidang-bidang tersebut
harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis
lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan terakhir).

h. Cat Cadangan.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas, untuk
kemudian diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 2 Galon tiap warna dan jenis cat
yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
mencantumkan dengan identitas cat yang ada di dalamnya. Cat ini akan dipakai
sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.

7.3. Persyaratan Pelaksanaan.


a. Tebal Cat.
Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila
dispesifikasikan lain. Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (finish)
minimum sama dengan syarat yang dispesifikasikan pabrik. Pengecatan harus
rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran, atau ada bekas yang menunjukkan
tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.
b. Peralatan Pelindung.
Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun
atau membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus
menyediakan peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan
sebagainnya, yang harus dipakai waktu pelaksanaan pekerjaan.
c. Keadaan Cara Pengecatan.
Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang
lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk
pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau
membahayakan manusia, maka dalam ruangan tersebut harus mempunyai
ventilasi yang cukup atau pergantian udaranya lancar. Di dalam keadaan
tertentu, misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus memakai kipas
angin/fan untuk memperlancar pergantian/aliran udara.
d. Peralatan.
Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan/vacuum
31
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

cleaner, semprotan dan sebagainya harus tersedia dari mutu/kualitas terbaik dan
jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
e. Cat Dasar.
Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan
hanya boleh dilakukan bila disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
f. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan
kain kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas terkecuali disyaratkan lain dalam spesfikasi ini.
g. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen
bahan/material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.
h. Standard Pengecatan (Mock-Up)
Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada
satu bidang untuk setiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang
tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara
pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini
ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Jika masing-masing bidang
tersebut telah ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan Perencana, maka
bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan Pekejaan
Pengecatan.
i. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Direksil Konsultan Pengawas harus diulang
dan diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat
dasar atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukan
oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor dan
tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
j. Selama pelaksanaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli/supervisi
dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat di-
klaim sebagai pekerjaan tambah.
k. Pekejaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata, Beton, d a n
Langit- langit:
1. Sebelum pelaksanaan :
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak, kotoran atau noda
lain, bekas- bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat
dan dalam kondisi kering.
2. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin
menggunakan roller.

Pasal 8
Pekerjaan Kusen Dan Pintu Aluminium
8.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan kusen aluminium untuk pintu dan jendela.
b. Pekerjaan rangka daun pintu dan daun jendela aluminium.
c. Pekerjaan pintu kaca tempered pada pintu utama dan yg lainnya sesuai
petunuk pada gambar kerja
d. Pekerjaan kusen, rangka daun pintu dan jendela lengkap lainnya sesuai
tercantum dalam gambar kerja.
32
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

8.2. Persyaratan Bahan


a. Persyaratan Bahan.
1. Pintu Double kaca Entrance menggunakan Frameless Tempered 12 mm.
2. Spesifikasi Tempered Glass untuk pintu utama :
3. Jenis Tempered Glass tebal 12 mm Patc Pitting PT-30 (4 x 17 cm) Floorhinges
4. Handle Stainlessteel Pintu Kaca
5. Alumunium Lock
b. Kusen Pintu Alluminium
Spesifikasi Rangka Alluminium :
Jenis : Ranggka Alluminium white putih gading
Rangka : 40 x 120 mm
Kaca Pintu : 5 mm
Kaca Jendela : 5 mm
c. Daun pintu tiap ruangan
Spesifikasi daun pintu :
Rangka : Allumunium 5 cm X 2,5 cm (White Color)
Allumunium Hollow 1,5 cm X 1 cm (White Color)
Fhinishing : Multipleks 9 mm + HPL 0,6 mm
Handle : Pull Handel Stainlessteel
Engsel : Floor Hinges (Pintu), Casement (Daun Jendela)
Kunci : Alumunium lock

d. Kusen dan Rangka Daun Pintu/Jendela Aluminium.


Spesifikasi bahan kusen dan rangka daun jendela.
Jenis : Allumunium 5 cm X 2,5 cm (White Color)
Allumunium Hollow 1,5 cm X 1 cm (White Color)
Ukuran : 40 x 120 mm
Ketebalan : Minimum 1,5 mm.
Kunci : Alumunium lock
Dan lain-lain sesuai gambar kerja/shop drawing
Persyaratan untuk konstruksi kusen :
a. Sekrup terbuat dari Stainless steel.
b. Weather strip dari neopron rubber gasket.
c. Caulking dan sealant sebagai penutup pengikat alat penggantung dengan
alluminium.
d. Angker rangka kusen dati steel plate, tebal 2 mm dengan lapisan zinc
mimimal 13 mikron. Penempatan pada setiap jarak 30 mm.
e. Untuk rangka/profil kusen yang berhubungan dengan udara luar harus diberi
bahan kedap air dari jenis polysol sealant.

8.3. Persyaratan Pelaksanaan.


a. Umum.
Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar kerja
dan melakukan pengukuran lapangan. Tipe jendela yang terpasang harus
sesuai dengan Daftar Tipe yang tertera dalam gambar kerja dengan
memperhatikan ukuran-ukuran, bentuk profil, material, detail arah bukaan
dan lain-lain. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat “shop

33
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

drawing” dan membuat contoh jadi (mock- up) detail hubungan bagian tertentu
yang dimintakan oleh Direksi/Konsultan Pengawas untuk disetujui dengan
petunjuk sebagai berikut :
Gambar : Uraian/Informasi.
Denah : Lokasi, jenis bukaan, engsel-engsel.
Daftar jenis pintu : Merk, kualitas, bentuk, material, finish, tipe, jendela,
bovenlicht anti karat, anti yap, glass hardware, dll.
Shop drawing detail : Tipe/jenis ukuran, finish permukaan, glazing metode,
lokasi, metoda instalasi, hardware, dll. Dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor wajib
memperhatikan persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
Perlengkapan Pintu dan Jendela. Semua kusen dan
rangka daun harus dikerjakan selain pabrikasi dengan
teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Kusen dan
rangka daun harus dilindungi dari kerusakan, retak,
bercak, noda, lubang, goresan-goresan, pada
permukaan yang tampak selama fabrikasi maupun
pemasangan. Apabila ditemui kerusakan, cacat, salah
pemasangan, ketidak tepatan pemasangan, karena
Kontraktor kurang cermat dan teliti, maka Kontraktor
harus memperbaiki/ membongkar/mengganti hingga
memenuhi spesifikasi dengan biaya ditanggung
Kontraktor tanpa dapat di klaim sebagai pekerjaan
tambah. Pemasangan kusen bersamaan dengan
pelaksanaan pekerjaan dinding dan kolom praktis,
khususnya pada kusen-kusen yang langsung diapit oleh
kolom praktis. Prinsip pelaksanaan ini perlu
diperhatikan dan dijaga agar angker kusen tetap dapat
barfungsi.

b. Kusen, Rangka Daun Pintu/Jendela Aluminium.


Semua profil aluminium dikerjakan secara fabrikasi dengan teliti sesuai dengan
ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
Bahan yang akan diproses pabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan
bentuk, toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan dan kelengkungan yang
dipersyaratkan. Pemotongan aluminium hendaknya dikerjakan pada tempat
yang aman terlindung dari benda-benda yang dapat menyebabkan kerusakan
pada permukaan, terutama material besi.
Hasil pemotongan dengan mesin potong, mesin punch, drill setelah dirangkaikan
untuk pintu, jendela mempunyai toleransi ukuran untuk tinggi dan lebar adalah
1 mm dan untuk diagonal adalah 2 mm. Profil aluminium harus dilindungi
terutama dari retak, bercak noda atau goresan pada permukaan yang tampak
selama pabrikasi maupun pemasangan. Pengelasan diperkenankan
menggunakan Non Activated Gas (Argon) dari arah bagian dalam agar dalam
sambungan tidak tampak oleh mata. Sekrup harus dipasang sedemikian rupa,
sehingga tidak terlihat dari luar, menggunakan sekrup anti karat/stainless steel,
34
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

tiap sambungan harus kedap air. Untuk pemegang profil dan perlengkapan lain
dari profil aluminium yang akan kontak dengan permukaan metal (besi,
tembaga dan lain-lain), maka permukaan metal bersangkutan harus diteri
lapisan chromium untuk menghindari kontak korosi. Toleransi pemasangan profil
aluminium dengan dinding adalah 10-25mm, kemudian celah yang terjadi
diberi beton ringan (grout).
Agar kedap air dan kedap suara sekeliling tepi profil diberi lapisan sealant, profil
yang bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plesteran
diberi lapisan “Anti Corrosive Treatment” dengan insulating varnish seperti
Asphaltic Varnish. Setelah pemasangan profil-kusen aluminium dan jendela,
maka sekeliling kusen yang berhubungan langsung dengan permukaan dinding
perlu diberi lapisan Vynil tape untuk mencegah korosi selama masa
pembangunan.
Profil aluminium harus terpasang dengan kuat pada setiap hubungan
bersudut 90 derajat Apabila tidak terpenuhi, Kontraktor harus membongkar,
biaya yang timbul adalah tanggungan Kontraktor. Semua sistem dan mekanisme
yang disyaratkan dalam gambar kerja harus berfungsi dengan sempurna. Daun
pintu dan jendela harus dapat dibuka dengan sempurna, apabila terjadi
kemacetan Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki, biaya yang timbul
adalah tanggungan Kontraktor.
Pada daun pintu ganda/double door, untuk memperoleh kekedapan terhadap
kebocoran udara terutama pada ruang yang dikondisikan, hendaknya dipasang
Mohair, jika perlu dapat digunakan Synthetic Rubber atau bahan dari
Synthetic Resin. Kaca harus diteliti dengan seksama pada saat terpasang, tidak
boleh menimbulkan getaran. Apabila masih terjadi getaran, maka “Profil Rubber
Seal’ pemegang kaca harus diganti atas biaya Kontraktor.
Pemasangan bahankedap air antara kaca dan profil aluminium disyaratkan
tebal minimum 5 mm. Bahan sealant yang tampak harus merupakan garis Iurus,
sejajar garis profil, bahan yang mengenai kaca terpasang tidak melebihi 5 mm
dari garis profil. Kotor akibat noda-noda pada permukaan profil, setelah
pemasangan harus dibersihkan dengan “Volatile olie". Pintu-pintu dan jendela
harus dilindungi dengan “Corrugated Card Board” dengan hati-hati agar
terlindung dari bentutan alat-alat pada waktu pembangunan. Bila profil
ternoda oleh semen, adukan dan bahan lainnya, bahan pelindung harus
digunakan. Kemudian bercak noda tersebut dicuci dengan air bersih, sebelum
kering sapu dengan kain yang halus kemudian diberi material pelindung.

Pasal 9
Pekerjaan Perlengkapan Pintu Dan Jendela Alluminium
(Alat Penggantung Dan Kunci)

9.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan ini meliputi :
a. Pekerjaan Perlengkapan Pintu dan Jendela Aluminium.
b. Pekerjaan perlengkapan pintu dan jendela Alluminium seperti tercantum dalam
gambar kerja.

35
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

9.2. Persyaratan Bahan.


Semua alat penggantung dan pengunci (hardware) yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam buku spesifikasi ini. Apabila terjadi
perubahan atau penggantian, harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu
secara tertulis dari Pemberi Tugas. Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan
untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas dan Direksi/Konsultan
Pengawas. Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen yang lengkap
(anak kunci). Pemilihan “hardware” pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis
bahan pintu.

9.3. Perlengkapan Pintu Ayun.


a. Engsel (Hinge)
Mekanisme : Ayun dua arah (double swing).
Spesifikasi : Floorheinges Tanam

Memenuhi standard SII -0407-80.


Pemakaian : Pintu aluminium.
Ukuran : Standard produk (45 x 75 mm).
Jumlah : 3 (tiga) set per daun pintu.
Warna : Ditentukan kemudian.

b. Kotak Kunci (Lockcase).


Mekanisme : Ayun satu arah (single swing).
Pemakaian : Pintu aluminium.
Spesifikasi : Lockcase yang mempunyai lidah siang (latch bolt) Dan
mempunyai lidah malam (tolling dead bolt)
Warna : Ditentukan kemudian.

c. Silinder (Cylinder).
1. Spesiflkasi : Sistem anak kunci dua arah.
Pemakaian : Pintu kayu pada setiap bangunan.
2. Spesifikasi : Pegangan dalam/luar yang dapat diputar dengan tombol
penekan pada pegangan dalam Jika dalam keadaan darurat, pintu dapat
dibuka dan sisi luar dengan “emergency pin”
Pemakaian : Pintu kamar mandi.

d. Pegangan Pintu Alluminium Jenis PHD 718 / 50 cm dipasang pada pintu kaca
tempered 12 mm
Spesiflkasi : Pegangan dalam yang dapat diputar dengan tombol
penekan pada pegangan dalam, indikator isi/kosong pada
sisi luar
Pemakaian : Pada semua pintu ruangan
Spesifikasi : Pegangan dalam/luar dengan pull handel stainlessteel

e. Grendel Putih + Handle


Pemakaian : Pada semua daun jendela pintu ruangan dan daun jendela

36
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

9.4. Perlengkapan Jendela Jungkit.


a. Casement.
Mekanisme : Kombinasi dari prinsip engsel dan hak angin, sudut
bukaan hingga 135 derajat
Pemakaian : Jendela Aluminium Jungkit
Spesifikasi : Bahan dari baja difinish dengan Elektor Galvanized
Ukuran : 900 mm.

Kemampuan menahan beban daun jendela untuk :


Maks. Tinggi : 1525 mm, Maks. berat : 14,50 kg.
Agar dapat sesuai dengan jendela, Kontraktor harus meminta kejelasan
tipe ini kepada pabrik pembuat.

b. Slot
Spesifikasi : Spring knip.
Pemakaian : Semua jendela jungkit.
Warna : Ditentukan kemudian.

9.5. Kehandalan Kerja.


Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan baik
sebelum dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara
kasar dan halus.

9.6. Persyaratan Pelaksanaan.


a. Shop Drawing.
Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan
dilapangan. Di dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang
diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail
khusus yang belum tercakup secara lengkap didalam gambar dokumen kontrak
sesuai dengan standarisasi pabrikasi, dan pemasangannya untuk setiap pintu dan
jendela. Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Direksi/Konsultan Pengawas
sebelum dilaksanakan. Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu,
jendela dan bovenlicht khususny lockcase, handle dan blackplate harus rapi dan
sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan dalam gambar kerja dan atau
petunjuk Direksi/Konsullan Pengawas. Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka
Kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
b. Engsel.
Pemasangan :
Engsel atas : + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu.
Engsel bawah : + 28 cm (as) dari permukaan bawah pintu.

Khusus pintu toilet/peturrasan dan janitor ,adalah + 32 cm (as) dari


permukaan bawah pintu.

37
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

Pasal 10
Pekerjaan Plafond

10.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan Plafon Gybsumboard tebal 9 mm dan untuk semua ruangan
b. Pekerjaan Plafon Gybsumboard tebal 12 mm Type Wet
c. Pekerjaan (GRC) Glass-fibre Reinforced Cement Board 4 mm pada sisi luar
banguan.
d. Pekerjaan langit-langit untuk luar ruangan atau sesuai gambar kerja.
e. Perawatan Bahan.
f. Gypsumboard
Tebal : 9,00 mm dan 12 mm
Ukuran panel : 120 x 240 cm.
g. Glass-fibre Reinforced Cement Board (GRC) 4 mm
Tebal : 4,00 mm.
Ukuran panel : 120 x 240 cm.
h. Rangka Langit-langit.
Konstruksi Metal Furing.
Ukuran dan dimensi sesuai dengan gambar kerja.
Bahan harus memenuhi persyaratan bahan dengan kuat tekan

10.2. Persyaratan Pelaksanaan.


a. Rangka Langit-langit.
Persyaratan pelaksanaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : Bahan
rangka yang digunakan untuk pemasangan plafond adalah Baja Ringan Pola
rangka penggantung langit langit sesuai dengan gambar rencana dan
diperhatikan benar-benar peilnya. Bagian permukaan rangka langit-langit
yang akan dipasang rangka langit-langit harus rata permukaan, Penggantung
rangka langit-langit adalah klem besi strip dengan kawat/kabel baja yang
diikatkan ke stek penggantung langit- langit dengan wartelmur. Stek
penggantung langit-langit dari besi beton berdiameter 6 mm, diikatkan
ketulangan pelat lantai atau balok beton, telah dipasang pada saat
pengeoxan. Panjang stek dan jarak penggantungan sesuai dengan
gambar kerja.
b. Langit-langit .
Plafon Gibsumboard 9 mm yang dipasang yang telah dipilih dengan baik,
bentuk, dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang retak,
gompal atau cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas. Gibsumboard dan Plafon GRC dipasang dengan
cara pemasangan sesuai dengan standard yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya, pemakuan dengan paku khusus untuk Gibsumboard Plafon GRC,
dan pola pemasangan sesuai gambar kerja. Setelah selesai terpasang, bidang
permukaan langit-langit harus lurus, rata waterpass dan tidak bargelombang,
sambungan antar panel saling tegak lurus. Toleransi kecembungan adalah 0,5
mm untuk jarak 2 m. Penyelesaian akhir (finishing) adalah dicat. Pekerjaan
pengecatan harus sesuai dengan Pasal Pekerjaan Cat.

38
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

c. Peralatan-peralatan Yang Terpasang.


Pada pekerjaan ini, Kontraktor harus mengadakan koordinasi dari berbagai
disiplin lain untuk dapat mengkoordinasikan peralatan- peralatan yang harus
terpasang pada panel langit-langit tersebut, seperti armatur lampu, Kabel
instalasi, dan lain-lain.

Pasal 11
Pekerjaan Alluminium Compossit Panel (ACP)

11.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang ACP (Alluminium Compossit Panel) meliputi :
a. Pekerjaan rangka ACP menggunakan besi Holow 5 x 5 Tebal 4,5 mm
b. Pekerjaan panel ACP
c. Pekerjaan Finishing Nat ACP

11.2. Persyaratan Bahan.


Jenis, ukuran, warna sesuai dengan petunjuk gambar serta Spesifikasi Teknis ini
dan telah disetujui oleh Pemberi Tugas. Segala contoh yang telah disetujui oleh
Pemberi Tugas harus diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas. Semua bahan
yang terpasang sesuai dengan contoh yang telah disetujui. Pemasangan semua unit
ACP harus lengkap dengan sistem pabrikasi.

11.3. Persyaratan Pelaksanaan.


a. Koordinasi Kerja.
Pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti gambar, uraian dan persyaratan
pekerjaan, spesifikasi serta patunjuk Direksi/Konsultan Pengawas. Diperlukan
koordinasi kerja dengan disiplin lain terutama yang bersangkutan dengan
pekerjaan pemasangan, baik jadwal pekerjaan maupun posisi meletakkan
peralatan ditempat.
b. Pemasangan Bahan.
Semua peralatan sebelum dan sesudah dipasang harus disetujui Direksi/Konsultan
Pengawas dan dijaga dari kerusakan atau hilang sebelum masa penyerahan tiba.
Pada saat pemasangan peralatan, perhatikan semua ukuran, peil, pola dan
syarat lain untuk pemasangan pada rangka ACP. Peralatan harus dipasang
dengan rapi sesuai dengan pola ACP yang tertera pada gambar. Pemasangan
ACP dan Nat harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat agar tidak terdapat
bekas carat atau noda.
c. Pemasangan Rangka Hollow.
Pemasangan rangka harus dibuat secara presisi untuk mendapatkan garis tengah
besi hollow sebagai dudukan ACP supaya tidak miring, panel ACP dapat
terpasang dengan rapi jika rangka yang terpasang cukup baik dan dapat
menyatu (tidak miring) pada sisinya.
d. Pemeriksaan atau Pengujian
Sebelum pekerjaan Nat ACP diadaka pemeriksaan/ pengujian oleh
Direksi/Konsultan Pengawas untuk memriksa sekrup jangan sampai ada yang
terpasang miring.

39
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

Pasal 12
Pekarjaan Sanitair

12.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi pengadaan dan pernasangan :
a. Pekerjaan Kloset Jongkok
b. Pekerjaan Kran Air Stainless Stell
c. Pekerjaan Bak Air
d. Floor Drain

12.2. Persyaratan Bahan.


Jenis, ukuran, warna sesuai dengan petunjuk gambar serta Spesifikasi Teknis ini
dan telah disetujui oleh Pemberi Tugas. SegaIa contoh yang telah disetujui oleh
Pemberi Tugas harus diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas. Semua bahan
yang terpasang sesuai dengan contoh yang telah disetujui. Pemasangan semua unit
sanitair harus lengkap dengan fixtures (kran, pipa drain dan sebagainya)

12.3. Persyaratan Pelaksanaan.


a. Koordinasi Kerja.
Pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti gambar, uraian dan persyaratan
pekerjaan, spesifikasi serta patunjuk Direksi/Konsultan Pengawas. Diperlukan
koordinasi kerja dengan disiplin lain terutama yang bersangkutan dengan
pekerjaan pemasangan, baik jadwal pekerjaan maupun posisi meletakkan
peralatan ditempat.
b. Peralatan Yang Disetujui.
Semua peralatan sebelum dan sesudah dipasang harus disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas dan dijaga dari kerusakan atau hilang sebelum
masa penyerahan tiba. Pada saat pemasangan peralatan, perhatikan semua
ukuran, peil, pola dan syarat lain untuk pemasangan di lantai maupun di
dinding/meja beton. Peralatan harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak
ada sumbatan-sumbatan. Pemasangan unit saniter dan “accesoriesnya” harus
dilakukan dengan hati-hati dan cermat agar tidak terdapat bekas carat
atau noda. Semua peralatan yang sudah tertanam dalam beton harus bersih
dari kotoran dan tidak cacat.
c. Sambungan Ulir.
Sambungan pipa dengan “accessories” unit saniter pada umumnya
menggunakan sambungan ulir. Penyambungan dengan ulir ini terlebih dahulu
dilapisi dengan “Red Lead Cement” dan memakai pintalan serat
halus.Pada tempat-tempat khusus digunakan sambungan “flanged”.
Pada penyambungan dengan “Ranged” perlu dilengkapi dengan “ring type
gasket” untuk lebih menjamin kekuatan sambungan.
d. Pemeriksaan atau Pengujian
Dilarang menutup dengan plesteran sebelum diadakan pemeriksaan/pengujian
oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
e. Fires.
Semua “fires” yang terpasang di dinding harus diusahakan tepat ditengah
atau pada nat keramik.

40
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

Pasal 13
Pekerjaan Perlindungan

13.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi pengadaan dan pemasangan :
a. Pekerjaan Sealant.
1. Semua celah pada sambungan unit saniter dan “accesoriesnya” terhadap
dinding lantai maupun antara pipa.
2. Semua celah pada kaca dengan rangka dan dinding.
3. Semua celah pada kusen alluminium.
b. Pekerjaan Grouting.
Semua pekerjaan penutup celah yang terjadi pada bahan material metal
yang tertanam dalam beton maupun pasangan bata.
c. Pekerjaan Waterprofing.
Pelapisan dengan bahan/material waterprofing untuk :
Bahan/material waterprofing cair untuk permukaan atas plat atap beton
dan permukaan atas lantai 1 (satu) semua km/wc.

13.2. Persyaratan Bahan.


a. Pekerjaan Sealant.
Bahan sealant harus sesuai dengan kegunaan, fungsi dan bahan/material, tahan
cuaca, kedap air, tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastis untuk
menghadapi perubahan temperatur, tahan benturan, dan berdaya lekat tinggi
dan berbahan dasar dari silikon.
b. Pekerjaan Grouting.
Bahan grouting dari jenis non shrink dan non-metalic dengan pemakaian
dicampur semen.
c. Pekerjaan Waterprofing.
Tipe waterprofing yang digunakan adalah jenis bubuk semen dengan campuran
liquid kemudian dicampur dengan merata menggunakan mesin pengaduk
sehingga merata dengan baik. Waterprofing diaplikasikan dengan kuas pada
plat atap dengan merata dilakukan sebanyak 2 (dua) kali.
Produk : Tipe bubuk dengan cairan (liquid)
d. Penyerahan Bahan/Material.
Penyerahan bahan/material ditempat pekejaan harus dalam keadaan masih
utuh, tertutup baik dan tersegel dalam kemasannya serta berlabel seperti
waktu diterima dari distributor/pabrik. Jika dalam keadaan cacat atau rusak,
maka bahan/material tersebut tidak diperkenankan untuk dipakai.

13.3. Persyaratan Pelaksanaan.


a. Kebersihan Bahan/Material.
Sebelum pelaksanaan, permukaan dan semua bahan/material yang termasuk
dalam pekerjaan harus bersih dan bebas dari debu, minyak, air dan noda
maupun kotoran lainnya, pail atau elevasi permukaan tersebut sudah disetujui
Direksi/Konsultan Pengawas.
Apabila dari bahan/material yang dipakai ada yang mengandung bahan
dasar yang beracun atau membahayakan kesehatan keselamatan manusia,
41
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung (seperti : masker,


sarung tangan, dan sebagainnya) yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan
pekerjaan. Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga
ahli/supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor,
tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. Prosedur palaksanaan harus
sesuai dengan spesifikasi pabrik.

b. Pekerjaan Sealant.
Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus kering betul, bersih bebas
dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partikel bahan/material
yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya. Permukaan bahan harus sudah
difinish. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini di dalam ruangan
tertutup karena sealant memerlukan kelembaban atmosfir untuk mengeras.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan cara
pemasangan dan jenis sealant yang dibedakan berdasarkan macam/jenis
material yaitu :
1. Material keramik/kaca.
2. Material metal.
3. Material kayu.
4. Material beton.
5. Material Alluminium Compossit Panel
6. Material Acrylic
7. Permukaan aduk plestetan dan lain-lain.

Kontraktor harus mengikuti semua persyaratan/spesifika pabrik. Konraktor harus


melaksanakan pekerjaan ini dengan cermat dan teliti sehingga sealant yang
terpasang mempunyai permukaan yang rapih, halus, rata permukaan dan
bersih dari segala noda, kotoran maupun goresan.

c. Pekerjaan Grouting.
1. Persiapan Permukaan.
Metal yang tertanam telah diberi cat dasar atau cat anti karat, terkecuali
untuk baja stainless steel, persyaratan ini tidak berlaku. Permukaan lubang
pada beton maupun pasangan batu bata harus bersih dan bebas dari debu,
minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan/semen, partikel bahan/material
yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya. Sebelum pemberian
grouting, permukaan lubang harus dibasahi terlebih dahulu tetapi tidak
diperkenankan ada butiran air diatas permukaan tersebut pada waktu
pelaksanaan grouting.
2. Pelaksanaan.
Aduk grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh celah/lubang
tertutup padat, tidak ada rongga, rata permukaan agar tidak terbentuk
rongga udara. Apabila celah/lubang berukuran kecil, pengisian aduk grouting
dapat mempergunakan corong/alat lain.
3. Perawatan/curing dan Perbaikan.
Permukaan aduk grouting harus dilindungi dari pengeringan dan pengerasan
yang terlalu cepat dengan cara ditutup dengan kain basah.

42
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

d. Pekerjaan Waterprofing.
1. Persiapan permukaan.
Bekisting pada bagian/sisi bawah pelat lantai dan pelat atap beton harus
sudah dilepas agar tidak menghambat butir-butir air dalam beton untuk
keluar. Perawatan beton minimum telah melewati 7 hari dari yang
disyaratkan pekerjaan beton struktural.
Permukaan harus betul-betul kering sebelum pelaksanaan lapisan
waterprofing. Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak, retak atau
lubang, serbuk beton, debu gumpalan/aduk beton, atau bagian-bagian yang
menonjol tajam, permukaan halus dan rata. Retak, lubang yang tidak
berguna dan sebagainya harus ditutup dengan adukan kedap air 1 Pc : 3
Psr hingga padat dan diratakan permukaannya.

2. Pekerjaan Waterprofing Cair.


Perbandingan campuran semen dengan waterprofing cair adalah 2:1 tanpa
menggunakan air. Pelaksanaan pekerjaan waterprofing cair dilakukan
dengan dituangkan atau memakai kuas dengan volume 1 galon untuk 10 - 15
m2. ¾ Aplikasi/pemasangan pada pelat beton.
a) Plat beton harus sudah berumur 28 hari, atau bila memakai
bahan pemadat (densifier) plat beton telah benar- benar mengeras,
sesuai dengan hasil tes laboratorium.
b) Kemiringan ideal menuju arah roof drain (sesuai yang dicantumkan
da!am gambar kerja).
c) Semua dudukan instalasi/pipa dan lain-lain harus sudah terpasang.
d) Ujung pemberhentian sepanjang bidang tegak / parapet / dinding
dibuat groove + 2 mm.
e) Pada bidang pertemuan antara plat lantai dan dinding atau parapet
serta semua dudukan beton atau instalasi akan diisi adukan 5 x 5 cm.
¾ Lapisan pelindung.
f) Apabila diperlukan lapisan pelindung, dibuat dari lapisan (screed) kedap
air 1Pc : 3Ps dengan tulangan kawat kasa ayam. Tebal lapisan minimal 3
cm dan maksimal 8 cm. ¾ Pengujian.
g) Kontrator harus melaksanakan pengujian kebocoran setelah selesai
pekerjaan lapisan waterprofing.
h) Cara pengujian dengan menuangkan air kepermukaan yang telah
tertutup lapisan waterprofing hingga ketinggian + 50 mm dan dibiarkan
selama 3 x 24 jam. ¾ Perbaikan Lapisan Waterprofing.
i) Apabila terjadi ketidak sempurnaan dalam pelaksanaan (terjadi)
kebocoran, maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali
pekerjaan tersebut hingga sempurna dan disetujui Direksi/Konsultan
Pengawas dan biaya perbaikan tersebut menjadi tangung jawab
Kontraktor. Metoda pelaksanaan parbaikan waterprofing harus
mengikutl petunjuk dan saran dari pakarnya dan disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.

e. Jaminan/Garansi.
Kontraktor wajib menyerahkan jaminan/garansi tertulis bahwa pekerjaan,
perbaikan dan perawatan dari bagianbagian pekerjaan perlindungan ini telah
43
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

dilaksanakan dengan standard sesuai spesifikasi teknis dari pabrik pembuat.


Jaminan/garansi untuk pekerjaan perlindungan tersebut tidak kurang dari
5 tahun setelah masa pemeliharaan.

Pasal 14
Sistem Plumbing

14.1. Lingkup Pekerjaan.


Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan oleh
manusia untuk melakukan kegiatannya, agar supaya bangunan gedung yang
dibangundapat dipakai, dihuni, dan dinikmati oleh pengguna, perlu dilengkapi
dengan prasaranalain, yang disebut prasarana bangunanatauutilitas bangunan.
Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari suatu bangunan gedung,
agarbangunan gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal. Disamping itu
penghuninyaakan merasa nyaman, aman, dan sehat.

14.2.Uraian Pekerjaan Plumbing


a. Air Bersih Sistem
1. Pipa distribusi dalam gedung diambil dari Ground Watertank dipompa
menggunakan pipa utama Gip Ø 3/4”, distribusi air bersih menggunakan pipa
Gip ½” penyediaan air (PDAM/Sumur Suntik).
2. Sistem tangki atap, Air bersih dari sumber air akan dipompa melalui pipa
menuju Top Watertank, dengan kapasitas penampungan atap +/-4.000
Liter. Akan dialirkan menuju lantai-lanta bangunan menggunakan pompa
tekan sehingga tekanannya dapat terjaga.

b. Kotoran Cair
1. Sistem pendistribusian air kotor dari lavatory dari floor drain dialirkan
langsung kedalam Saft menuju pipa pembuangan Ø 4”, menuju saluran
keliling bangunan dan disalurkan menuju Riol Kota.
2. Sistem pendistribusian air kotor dari lavatori dari Wastafel dan Urinoir
dialirkan langsung menuju pipa pembuangan Ø 4”, melalui shaft menuju
saluran keliling bangunan.
3. Sistem pendistribusian kotoran padat dari KM/WC dari Closet dialirkan
langsung menuju pipa pembuangan Ø 4”, melalui shaft menuju septicktank
bangunan.

c. Kotoran Padat (Tinja)


Bak penampung kotoran padat menggunakan Biological Filter Septic Tank
yang terbuat dari bahan fiberglass, dan merupakan Septic Tank Fiber Glass,
yang mengusung produk ramah lingkungan. dilengkapi media kontak yang
dirancang khusus dan dilengkapi dengan system disinfektan yang
penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan sehingga buangannya
tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dengan spesifikasi :
1. Kapasitas : 6-8 Orang
2. Dimensi : 200 x 100 150 Cm
3. Volume : 2 m3 dan 5m3
44
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

4. Bahan : Fiebrglass Tebal 3 mm


Pendistribusian kotoran padat dari closet dengan pipa Ø 4”, melalui
pipa menuju septick Tank Biofill.

45
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

BAB 4
PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL
Pasal 1
Sistem Elektrikal

4.1. Lingkup Pekerjaan.


a. Umum.
Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik
dalam spesifikasi ini maupun yang tertera dalam gambar, dimana bahan dan
peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi
ini. Bila ternyata terdapat perbedaan-perbedaan antara spesifikasi bahan atau
peralatan yang dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal
dibawah ini, maka merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan
atau peralatan tersebut sehinggai sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan
disetujui Direksi/Pengawas Lapangan.
b. Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan Mekanikal Electrikal.
Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, Kontraktor pekerjaan ME ini
harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam
keadaan baik dan siap dipergunakan. Garis besar lingkup pekerjaan yang
dimaksud adalah sebagai betikut (Pengadaan dan Pemasangan) :
1. Instalasi Tata Lampu
a) Pengadaan dan pemasangan Panel Distribusi PUTR
b) Instalasi pengkabelan.
c) Instalasi penerangan dan kotak kontak.
d) Armature lampu dan lampu-lampu lainnya seperti yang ditunjukkan
dalam gambar rencana.
e) Instalasi penerangan luar.
f) Instalasi grounding.
g) Melakukan testing dan commissioning.

4.2.Standard/Rujukan.
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987)
b. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)
c. International Electrotechnical Commission (IEC)
d. SPLN.

4.3. Ketentuan Bahan dan Peralatan.


a. Panel Tegangan Rendah.
Panel tegangan rendah harus mengikuti standard VDE/DIN dan juga harus
mengikuti peraturan IEC dan PUIL.
1. Konstruksi dalam parel – panel serta letak dari komponen- komponen dan
sebagainya harus diatur sedemikian rupa dan setiap kabel diberikan nomor
terminal/kabel, sehingga bila akan dilaksanakan perbaikan - perbaikan,
penyambungan- penyambungan pada komponen-komponen dapat
dengan mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-komponen
lainnya.
2. Pengaturan/ penempatan komponen atau peralatan harus
46
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

mempertimbangkan juga kemungkinan kenaikan temperatur yang


ditimbulkan, baik oleh komponen - komponen itu sendiri ataupun karena
keterbatasan ruang panelnya.
3. Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-
S-T, 1 busbar neutra1 dan 1 busbar untuk grounding, kecuali untuk panel 1
phasa, cukup menggunakan 3 busbar. Besarnya busbar harus diperhitungkan
untuk besar arus tanpa menyebabkan suhu yang lebih dati 65° C.
4. Setiap busbar copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, lapisan yang
dipergunakan untuk memberi warna busbar dan saluran harus dari jenis yang
tahan terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan.
5. Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam
kotak tahan getaran, untuk Ampermeter dan Voltmeter dengan ukuran 96 x
96 mm dengan skala linear dan ketelirian 1% dan bebas dari pengarus
induksi serta ada sertifikasi tera dari LMK/PLN (minimum 1 buah untuk setiap
jenis alat ukur).
6. Ukuran dari tiap-tiap panel harus disesuaikan dengan keadaan dan
keperluan serta semua persyaratan yang berlaku sesuai dengan yang telah
disetujui Perencana.

b. Kabel Tegangan Rendah.


Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan
min. 0,6 KV untuk kabel NYM, NYY, NYMHY, Coaxial Kabel, Kabel UTP Cat6
dengan spesifikasi :
1. Conductor : Plain wpper (NYM & NYY), solid or stranded (NYY),
2. Insultaion : PVC
3. Core Filter : Compound Elastic/Soft PVC
4. Sheat : PVC.
Pada prinsipnya kabel-kabel yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Untuk kabel-kabel instalasi daya dipergunakan jenis NYA dan NYY 2,5
mm.
2. Untuk kabel-kabel instalasi penerangan dipergunakan jenis NYM.
3. Untuk kabel instalasi Tata Suara menggunakan jenis NYMHY.
4. Untuk kabel MATV dan CCTV menggunakan kabel Coaxial
5. Untuk kabel network menggunakan kabel UTP Cat 6
Kabel-kabel daya yang ke sub-sub panel harus disertai dengan kabel BC
atau NYA sebagai kawat pentanahan dengan diameter sama dengan diameter
kabel feedernya.
Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan
persetujuan terlebih dahulu.
Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm2.
Syarat Khusus (lampu, saklar, kotak kontak, cable ladder/tray, dll).
1. Lampu SL pada tiap ruangan dan luar ruangan. TebaI plat besi untuk
lighting fixtures tersebut minimum 0,7 mm.
2. Ballast (Transformator) untuk lampu SL harus dari bahan Low Loss Type.
3. Condensor yang dipasang seri pada lampu-lampu SL harus dapat
memberikan koreksi factor (cos phi) total minimal 0,85. Fitting lampu SL
47
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

type.
4. Finishing untuk lampu SL harus di Cat Oven/Powder Coating.

Syarat Umum.
1. Semua lighting fixtures menggunakan cat bakar bebas dan karat, dengan
ICI acrylic paint warna putih susu, contoh harus disetujui deh
Perencana/Direksi Pengawas.
2. Konstruksi lighting fixtures pada umumnya harus memberikan efisiensi
penerangan yang maksimal, rapih kuat sera sedemikian rupa hingga
pekerjaan-pekerjaan seperti panggantian lampu, pembersihan,
pemeriksaan dan pekerjaan pemeliharaan dengan mudah dapat
dilaksanakan.
3. Pada semua lighting fixtures harus ditanahkan (grounding).

c. Kotak Kontak dan Saklar.


1. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipasang pada dinding tembok
bata adalah type pemasangan masuk/inbow (Rush- mounting).
2. Kotak-kontak rating 16 A dan mengikuti standard VDE.
3. Flush-box (inbouw doss) untuk tempat saklar, kotak-kontak dinding
dan push button harus dipakai dan jenis bahan bakely atau metal dari
produk yang sama.
4. Kotak-kontak dinding yang dipasang 50 cm dan permukaan lanlai.
Pada ruang-ruang yang basah/lembab harus dan jenis water dicht (WD)
sedang untuk saklar dan isolating switch dipasang maksimal 130 cm dan
permukaan lantai.
5. Kodak kontak khusus/Industrial type, untuk area tertentu, akan
ditentukan kemudian. Spesifikasi dan kotak kontak industrial type adalah
sebagai barikut :
Type : Surface mounting socket Outlets c/w plug
Material : Polyester-polyamide cover slainless steel screw
parts
Protection Index : IP 66
Operation temperature : - 600 - + 600°C
Vollage operation : 220-240 V atau 380-415 V
Rated Current : 16 A & 63 A.
Pole of Configurations : 2P + E, 3P + E atau 3P + E + N.

d. Konduit.
1. Konduit yang digunakan, harus memenuhi standard yang berlaku
(British Standard-BS dan Elecbonical Standardization CENELEC) untuk
pengujian karakteristik bahan antara lain, tahan terhadap bahaya
kebakaran tingan kelenturannya dan lahan terhadap getaran mekanis
(tidak mudah pecah) pada saat pengecoran lantai atau kolom beton.
2. Konduit yang dipakai adalah dan jenis PVC High Impact atau metal
conduit, dimana diameter dalam dari konduit minimum 1,5 kali diameter
kabel dan minimum diameter dalam adalah 10 mm, atau dinyatakan lain
pada gambar. Sedangkan untuk FRC (Fina Recistance Cable)
menggunakan G.1.P dengan diameter 2 ½ kali diameter kabel.
48
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

3. Konduit yang dipasang harus dilengkapi dengan segala


Accessoriesnya dan material/ bahan yang sama dengan konduitnya seperti;
coupling, saddles, inspecbon elbows, reducens, locknuts, terminal boxes dan
berbagai perlengkapan lainnya, untuk memudahkan baik pada saat
pelaksanaan maupun saat perawatan.

e. Grounding.
1. Kawat grounding menggunakan kawat telanjang (Bare Copper
Conductor).
2. Besarnya kawat grounding minimal berpenampang sama dengan
penampang kabel masuk (incoming feeder).
3. Elektroda pentanahan untuk grounding digunakan pipa
galvanized minimal berdiameter 11/4”, diujung pipa dipasang copper rod
sepanjang 0,5 meter.
4. Nilai tahanan grounding untuk panel-panel maksimum 2 ohm, diukur
setelah tidak turun hujan selama 3 hari berturut-turut.
5. Kedalaman grounding minimum 6 meter.

4.4. Perawatan Teknis Pemasangan.


a. Panel-panel.
1. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya dan harus rata (horizontal/waterpas).
2. Setiap kabel yang masuk/keluar dan panel harus dilengkapi dengan gland
dan karet atau panutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang tajam.
3. Pada lokasi-lokasi yanq khusus (shaft listrik, gudang atau
penerangan luar), panel-panel harus diperlengkapi dengan lubang- lubang
ventilasi yang cukup.
4. Khusus untuk panel-panel type free standing, harus diberi alas dengan
menggunakan besi kanal UNP 100 x 50 x 5 mm.
5. Untuk panel-panel yang banyak menggunakan komponen
kontroll/busbar atau banyak menggunakan alat ukur harus dilengkapi
dengan terminal blok yang baik mutunya (lihat item produk).
6. Panel-panel yang dilengkapi dengan magnetic contactor dan
start/stop push button, harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dalam
mengoperasikannya dan estetik.
7. Ketinggian panel-panel type wall mounting harus menurut PUIL 1987.
8. Semua panel harus ditanahkan.

b. Kabel-kabel.
1. Semua kabel dikedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark
yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengidentifikasikan arah beban.
2. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan phasanya sasuai dengan WIL 1987 pasal 701. Sedangkan
untuk kabel instalasi penerangan (NYM) yang digunakan harus terdiri dari 4
macam warna sesuai dengan ketentuan PUIL (R, S, T, Neutra1 dan grounding).
3. Kabel daya yang dipasang pada shaft/dinding bangunan harus
diletakkan diatas tangga kabel (cable leadder) atau cable tray yang
semuanya ditata dan diklem dengan rapi.
49
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

4. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali


pada kabel penerangan.
5. Untuk kabel dengan diameter 16 mm2 atau lebih harus dilengkap dengan
sepatu kabel untuk terminasinya.
6. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm2 atau lebih harus
mempergunakan alat pres hidraulis yang kemudian disolder dengan timah
pateri.
7. Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman 80 cm minimum,
8. dimana sebelum kabel ditanam ditempatkan lapisan pasir setebal 15 cm dan
diatasnya diamankan dengan batu tata Cikarang sebagai pelindungnya.
Lebar galian minimum adalah 40 cm atau disesuaikan dengan jumlah
kabel.
9. Untuk kabel feeder yang dipasang didalam trench harus
mempergunakan kabel support, minimum setiap jarak 50 cm.
10. Pada route kabel setiap 25 m dan disetiap belokan harus ada tanda arah
jalannya kabel.
11. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi
lainnya harus ditanam lebih dalam dan 60 cm dan diberikan
pelindung pipa galvanized dengan diameter minimum 2½ kali panampang
kabel.
12. Semua kabel yang dipasang diatas langit-langit harus diletakkan pada
Cable Ladder.
13. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beron harus
dibuatkan sleeve dan pipa galvanis dengan diameter minimum 2 ½
kali penampang kabel.
14. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak kontak harus didalam
kotak terminal yang terbuat dan bahan yang sama dengan bahan
konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal
kotak terminal tadi minimum 4 cm.
15. Setiap pamasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih
1m disetiap ujungnya.
16. Penyusunan konduit diatas cable leadder harus rapi dan tidak saling
menyilang.
17. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak kontak harus didalam
kotak penyambungan dan memakai alat penyambung
18. barupa las-dop merk Legrand atau 3 m dengan memberi isolasi terlebih
dahulu. Warna isolasi harus sama dengan warna kabelnya.
c. Lampu Penerangan.
1. Jenis lampu yang digunakan yaitu jenis lampu SL
2. Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafond
dan tata lampu serta disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
3. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka
plafond yang terbuat dari bahan aluminium.
d. Kotak Kontak dan Saklar.
1. Kotak kontak dan saklar yang akan dipakai adalah type pemasangan masuk
dan dipasang pada ketinggian 50 cm dari level lantai, untuk kotak kontak
biasa 150 cm dari level lantai, dan untuk kotak kontak AC dipasang dengan
ketinggian yang sesuai dari lantai.
50
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

2. Kotak kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab harus
type water dicht (bila ada).
e. KWH Meter.
1. Penempatan KWH meter baik dalam panel-panel utama maupun yang
terpasang dalam sub-sub panel harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
mudah dilihat/dibaca dengan baik.
2. Koordinasi penempatan KWH meter ditentukan kemudian
3. dilapangan setelah disepakati barsama Arsitek.
f. Lampu Penerangan.
1. Pemasangan lampu penerangan disesuaikan dengan rencana plafond
Arsitek dan disetujui Pengawas Lapangan.
2. Lampu tidak diperkenankan memberi beban pada rangka plafond
3. yang terbuat dan bahan aluminium.
4. Tiang lampu penerangan luar dipasang tegak lurus.
5. Lampu penerangan luar dibuat dengan pondasi dan dipasang kotak
pengaman (fuse box ) pada ketinggian maximum 50 cm dari tanah.

4.5. Pengujian.
a. Umum.
Sebelum semua peralatan utama dan sistem dipasang, harus diadakan pengujian
secara individual. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah dilengkapi
dengan sertifikatkat pangujian yang baik dari pabrik yang bersangkutan dan
LMK/PLN sarta instansi lain yang berwenang untuk itu. Setelah paralatan
tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara menyeluruh dari sisbm,
untuk menjamin bahwa sistem berfungsi dengan baik. Semua biaya untuk
mendapatkan sertifikat Iulus pengujian dan peralatan untuk pengujian yang
perlu disediakan oleh Kontraktor menjadi tanggung jawab Kontraktor sandiri.
b. Peralatan dan Bahan.
Peralatan dan bahan Instalasi Listrik yang harus diuji.
1. Panel-panel tegangan rendah.

Panel-panel tersebut harus dilengkapi dengan sertifikat Iulus pengujian dan


pembuat panel yang menjamin bahwa setiap peralatan dalam panel
tersebut berfungsi baik dan bekerja sempurna dalam keadaan operasional
maupun gangguan berupa undervoltage, over current, overthennis, short
circuit dan lain-lain serta merger antara fasa, fasa netral, fasa nol.

2. Kabel-kabel tegangan rendah.


Untuk kabel tegangan rendah, sertifikat Iulus pengujian harus dari PLN yang
terutama menjamin bahan isolasi kabel baik serta tidak melanggar
ketentuan-ketentuan PLN tentang isolasi kabel tegangan rendah, pengujian
dengan megger tetap harus dilaksanakan, dengan nilai tahan isolasi minimum
50 mega Ohm. Penyalaan baru boleh diiaksanakan apabila dinyatakan Iulus
oleh Direksi Lapangan yang didasarkan pada hasil pergukuran (data)
langsung dari semua instalasi.

3. Lighting Fixtures.
Setiap lighting fixtures yang menggunakan ballast dan kapasitor harus
51
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

dilakukan pengujian atau pengukuran faktor daya (cos phi). Dalam hal ini
faktor daya yang diperbolehkan minimal 0,85.
4. Motor-motor Listrik.
a) Motor-motor listrik yang terpasang, harus dari type yang sesuai dengan
pemakaian dan lokasi dimana motor-motor tersebut dipasang.
b) Pengukuran tahanan isolasi motor-motor listrik harus dilakukan.
c) Pemasangan motor-motor listriik bisa dilaksanakan setelah penunjukkan
hasil pengukuran tidak melanggar ketentuan- ketentuan PUIL 1987.

4.6. Peralatan Maintenance.


Kontraktor diwajibkan menyerahkan peralatan Maintenace (Tools kit) untuk semua
system yang terpasang sesuai dengan produknya masing-masing. Semua
peralatan tersebut harus baru dan asli.

4.7. Produk.
a. Bahan atau peralatan harus memenuhi spesifikasi.
b. Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang setara
dengan yang dispesifikasikan ke MK. Kontraktor baru bisa mengganti bila ada
persetujuan resmi dan tertulis.
c. Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut :
Bahan/Peralatan Merk/Pembuat
1. Terminal Block
2. MCCB, MCB
3. Pembuat Panel
4. Kabel
5. Conduit High Impact
6. Konduit PVC, AW
7. GIP Med. Class
8. Cable Mark
9. Lampu :
a. RMI AL + Keranjang
b. SL Type Downlight
c. SL Bulb Type Baret
d. SL Type Spot Flood Light
10. Kotak Kontak
11. Kotak Kontak Industry/Isolating Switch
12. Saklar Biasa
13. Saklar Photosell untuk lampu yang berada diluar gedung
14. Metal Conduit
15. Cable Leadder/Tray

52
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

Pasal 2
Sistem Penangkal Petir

2.1. Lingkup Pekerjaan.


a. Umum.
Penangkal petir Konvensional adalah sistem instalasi penangkal petir yang sangat
lama dikenal oleh masyarakat. Kelebihan dari sistem ini karena merupakan sistem
yang sangat murah dibandingkan dengan sistem modern dan materialnya mudah
didapatkan. Instalasi ini terdiri atas dua sistem yaitu :
1. Instalasi penangkal petir franklyn system yang ditemukan oleh Benyamin
Franklyn pada tahun 1755 dengan penelitian bahwa petir mengandung listrik.
2. Instalasi penangkal petir faraday merupakan pengembangan dari penangkal
petir franklyn yang mana dikembangkan pada tahun 1843

b. Uraian Pekerjaan Instalasi Penakal Petir.


Sistem Penangkal Petir yang digunakan yaitu jenis penangkal petir Konvensional
dengan menggunakan 2 tombak splitzen sesuai dengan yang tertera dalam
gambar-gambar rencana, Kontraktor pekerjaan instalasi penangkal petir ini
harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam
keadaan baik dan siap dipergunakan.
Garis besar lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai betikut : Pengadaan
dan Pemasangan :
1. Pengadaan
2. Instalasi kabel konduktor tembaga.
4. Pembumian (grounding).
5. Pemasangan Tongkat Kepala Tembaga.

2.2. Standard/Rujukan.
a. Undang-Undang No. 12 Tahun 1967
b. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999
d. Permen No. PER. 02/MEN/1989

2.3. Cara Kerja Penangkal Petir jenis Elekctrosatatis


Cara kerja penangkal petir konvensional adalah sebuah jalur rangkaian kabel
tembaga yang difungsikan sebagai jalan atau aliran bagi petir menuju ke permukaan
bumi atau ground, sehingga petir tidak akan merusak benda-benda yang
dilewatinya.

Ada bagian utama pada cara kerja penangkal petir konvensional: Batang penangkal
petir dan cara kerja penangkal petir konvensional, Tempat pembumian penangkal
petir cara kerja penangkal petir konvensional.

Cara kerja penangkal petir konvensional berupa batang tembaga murni yang
ujungnya tembaganya runcing. Batang penangkal petir dan cara kerja penangkal
petir konvensional dibuat menjadi runcing karena muatan listrik mempunyai sifat
mudah berkumpul dan lepas pada ujung logam penangkal petir. Dengan demikian
53
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik yang ada di awan.
Cara kerja penangkal petir konvensional ini biasa berkerja pada bagian puncak
sebuah bangunan atau gedung.

Kabel konduktor atau kabel tembaga dibuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter
jalinan kabel konduktor tembaga ini sekitar 1 cm hingga 2 cm . Kabel konduktor
tembaga berfungsi meneruskan aliran muatan listrik dari batang penangkal petir
yang bermuatan listrik ke tanah. Kabel konduktor penangkal petir dan cara kerja
penangkal petir konvensional dipasang dan berkerja pada dinding di bagian luar
bangunan.

Tempat pembumian (grounding) berfungsi mengalirkan muatan listrik dari kabel


konduktor penangkal petir yang disebut dengan cara kerja penangkal petir konverter
ke batang pembumian (ground rod) yang ditanam di tanah. Batang pembumian
terbuat dari bahan tembaga berlapis baja, dengan diameter 1,5 cm dan panjang
sekitar 1,8 - 3 m .

Saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan
listrik positif di tanah akan segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera merambat
naik melalui kabel konduktor penangkal petir menuju ke ujung batang alat
penangkal petir. Ketika muatan listrik negatif berada cukup dekat di atas atap, daya
tarik menarik antara kedua muatan semakin kuat, muatan positif di ujung-ujung
alat penangkal petir tertarik ke arah muatan negatif. Pertemuan kedua muatan
menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik yang melewati kabel tembaga penangkal
petir dan cara kerja penangkal petir konvensional itu akan mengalir ke dalam tanah,
melalui kabel konduktor penangkal petir yang disebut cara kerja penangkal petir
konvensional. Dengan demikian sambaran petir tidak mengenai bangunan yang
dilewati cara kerja penangkal petir konvensional. Tetapi sambaran petir
dapat merambat ke dalam bangunan melalui kawat jaringan listrik dan bahayanya
dapat merusak alat-alat elektronik di bangunan yang terhubung ke jaringan listrik
itu, selain itu juga dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Untuk mencegah
kerusakan akibat jaringan listrik tersambar petir, biasanya di dalam bangunan
dipasangi alat yang disebut penstabil arus listrik (surge arrestor), yaitu semacam
internal proteksi penangkal petir yang tergantung pada cara kerja penangkal petir
konvensional.

Pemasangan penangkal petir dan cara kerja penangkal petir konvensional adalah
memberikan saluran elektrik dari atas bangunan ke tanah menggunakan kawat
tembaga dengan tujuan bila ada sambaran petir yang mengenai atas bangunan
maka arus petir bisa mengalir ke bumi atau ground dengan baik. Standart kabel yg
di gunakan adalah minimal 50 mm” (SNI), untuk memilih kabel di bawah 50 mm”
tidak di sarankan walau kenyataan di lapangan banyak di gunakan dan dipastikan
penangkal petir tersebut tidak akan bekerja efektif dan efisien. Ingat cara kerja
penangkal petir konvensional yang bekerja sempurna harus mempunyai nilai
hambatan jauh dibawah satu ohm atau mendekati nilai nol ohm.

54
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

Cara kerja penangkal petir konvensional yang benar adalah sebagai beikut. Langkah
pertama yang harus di lakukan adalah memilih jalur penurunan kabel, ada 2 hal
penting dalam pemilihan jalur kabel ini. Pertama jalur kabel tembaga penangkal
petir dan cara kerja penangkal petir konvensional yang paling pendek dengan
pertimbangan lebih hemat dan hambatan kabel tembaga yang paling kecil, hal
kedua yang juga harus diperhatikan adalah diusahakan sedikit mungkin
belokan/tekukan agar tidak terjadi loncatan keluar jalur kabel (Site Flasing) dan
pekerjaan pemasangan penangkal petir dan cara kerja penangkal petir konvensional
dimulai dari bawah / ground.

Pasal 3
Sistem Pencegah Kebakaran
(Fire Suppression)

3.1. Lingkup Pekerjaan.


Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan adalah setiap ketentuan atau syarat-syarat teknis yang harus dipenuhi
dalam rangka mewujudkan kondisi aman kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungannya, baik yang dilakukan pada tahap perencanaan, perancangan,
pelaksanaan konstruksi dan pemanfaatan bangunan.
Jenis pencegah kebakaran yang akan digunakan dalam gedung ini yaitu Fire
Protection Portable atau biasa juga dikenal dengan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR)

3.2. Uraian Pekerjaan Fire Protection Jenis Portable Catridge System


Tabung pemadam yang mudah untuk dibawa dan dapat digunakan/dioprasikan
oleh seorang saja. Ukuaran dari tabung pemadam api portable unit dihitung mulai
dari 1 kilogram sampai dengan 9 kilogram. Catatan : Khusus untuk tabung
pemadam api dengan media (isi) Carbon dioxide dihitung mulai dari ukuran 3
kilogram sampai dengan 6,8 kilogram (standart).
Biasa disebut juga sebagai “portable fire extinguisher”, adalah alat pemadam yang
mudah dibawa/dipindahkan oleh satu orang (portable) karena ukurannya
(dalam pengertian dimensi) tidak terlalu besar dan tidak terlalu berat.

3.3. Standard/Rujukan.
a. Permen PU No. 26/PRT/M/2008
b. NFPA (National Fire Protection Association)

3.4. Lingkup Pekerjaan Pemadam kebakaran


Adapun lingkup pekerjaannya yaitu Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis
portable yang dipasang pada daerah yang mudah terjangkau.

3.5. Cara Kerja Fire Protection Portable Catridge System


Pada silinder system cartridge sebetulnya terdiri dari dua tabung, tabung yang besar
yang terlihat sebagai silinder alat pemadam hanya berfungsi sebagai wadah bagi
media pemadam, di dalam tabung ini terdapat satu tabung lagi yang berukuran
55
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

kecil sebagai penampung gas pemberi tekanan (biasanya CO2). Tabung ini
terdapat di bagian dalam sebelah atas persis dibawah valve, saat valve ditekan ia
akan menekan membran pada tabung CO2 sehingga terjadi lubang, CO2 akan
keluar mengisi tabung yang besar dan memberi tekanan yang akan mendorong
media keluar lewat valve.Untuk tabung jenis ini tidak terdapat pressure gauge.
Media pemadam yang umum digunakan untuk jenis ini adalah ABC Dry Chemical
powder.
Tabung portable ini dipasang pada daerah-daerah tertentu yang membutuhkan
tingkat kondisi kebakaran tinggi dan mudah dijangkau, seperti ruang pantry, dan
area publik yang dianggap perlu.

Pasal 4
Instalasi Mesin Pompa Air

4.1. Lingkup Pekerjaan.


a. Umum.
Mesin Pompa Air adalah adalah bagian-bagian dasar yang sangat berfungsi
untuk menghisap dan sekaligus mendorong air dengan bantuan sumber daya
listrik. Fungsi motor listrik atau dinamo untuk menggerakan pompa air, merubah
energi listrik menjadi energi putar untuk menggerakan.

b. Uraian Pekerjaan Mesin Pompa Air


1) Pembuatan 1 Menara + Tandon Air Kapasitas 1100 2 buah

4.2. Uraian.
1. Tiang menara toren menggunakan besi siku minimal 50 X 50 mm
2. Tebal Tiang besi siku 5 mm
3. Jaro palang tiang bisa menggunakan besi siku 40 X 40 mm

Menara tandon air atau toren air ini banyak yang menggunakan bahan besi dengan
dirancang khusus supaya mampu menahan beban banyak air. Semakin besar tandon
air yang anda miliki maka semakin besar pula ukuran dari menara tersebut.

Pasal 5
Pekerjaan Ruang Genset

5.1. Pekerjaan Ruang Genset.


A. Pekerjaan Pondasi
1. Galian Tanah
2. Lapisan Pasir T = 100 mm
3. Pasangan Batu Kosong T = 150 mm
4. Pasangan Batu Kali Campuran 1 : 4
5. Tanah Timbunan

56
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

B. Pekerjaan Beton, Atap, dan Plafond


1. Sloof 15 cm x 20 cm
2. Kolom 20 cm x 20 cm
3. Ring Balk 11 cm x 18 cm
4. Balok Latei Kusen Pintu 11 cm x 18 cm
5. Atap Genteng Metal + Rangka
6. Pasangan Alucopan
7. Pasangan Plafond Gypsum + Rangka
8. Cor Lantai Rabat T = 7 cm
9. Cor Beton Bertulang Dudukan Mesin
C. Pekerjaan Pasangan dan Pelesteran
1. Pasangan Batu Bata 1 : 4
2. Plesteran
3. Acian Dinding
D. Pekerjaan Pasangan dan Pelesteran
1. Cat Dinding dan Plafond (Luar Dalam)
E. Pekerjaan Kusen dan Pintu
1. Pintu P1 Besi Hollow
• Uraian Pekerjaan
1. PEKERJAAN GALIAN
A. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan/peralatan-peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan
untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan galian pondasi untuk
pekerjaan sub-struktur, seperti yang disebutkan/ ditunjukkan
pada gambar atau sesuai dengan Pemberi Tugas/ Pengawas
c. Juga termasuk didalamnya adalah pekerjaan galian untuk
saluran-saluran dan pekerjaan- pekerjaan lain sesuai gambar yang
memerlukan pekerjaan galian
d. Pembuangan sisa galian ke tempat yang disetujui Pemberi
Tugas/Pengawas
B. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Galian untuk reservoir, saluran air, pondasi dan galian-galian
lainnya harus sesuai dengan peil-peil yang tercantum digambar.
Semua bekas-bekas pondasi bangunan lama, batu ,jaringan
jalan/aspal, akar dan pohon-pohon yang terdapat di bagian
galian yang akan dilaksanakan dibongkar dan dibuang
57
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

b. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan,kabel listrik,


telepon dan lain-lain yang masih digunakan maka pemborong
harus secepatnya memberitahukan kepada Pemberi
Tugas/Pengawas atau kepada penguasa/instansi yang berwenang
untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya. Pemborong
bertanggung jawab atas segala kerusakan- kerusakan sebagai
akibat dari pekerjaan galian tersebut
c. Pemborong harus bertanggung jawab untuk mengambil setiap
langkah apapun untuk menjamin bahwa pekerjaan yang telah
sedang berlangsung tersebut tidak terganggu
d. Apabila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah
ditentukan maka pemborong harus mengisi/mengurug kembali
daerah tersebut dengan bahan pondasi yang sejenis untuk daerah
ang bersangkutan. Misalnya untuk daerah pondasi batu kali,
pengisian/pengurug kelebihan galian harus dilakukan dengan
pondasi batu kali
e. Pengisian/pengurugan kembali bekas galian harus dilakukan
selapis demi selapis, dan ditumbuk sampai padat sesuai dengan
yang diisyaratkan mengenai Pekerjaan Urugan dan Pemadatan.
Pekerjaan pengisian/pengurug kembali ini hanya boleh dilakukan
setelah diadakan pemeriksaan dan mendapatkan persetujuan
tertulis dari Pemberi Tugas/Pengawas
f. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar
galian masih terdapat akar- akar tanaman atau bagian-bagian
gembur, maka harus digali ke luar sedangkan lubang- lubang diisi
kembali dengan pasir, disiram dan dipadatkan sehingga
mendapatkan kembali dasar yang waterpass. Pemadatan
dilakukan secara berlapis lapis dengan tebal lapisan 15 cm lepas,
dengan cara pemadatan dan pengujian sesuai dengan spesifikasi
struktur

g. Apabila terdapat air di dasar galian, baik pada waktu penggalian


maupun pada waktu pekerjaan struktur harus disediakan pompa
air dengan kapasitas yang memadai atau pompa Lumpur yang
jika diperlukan dapat bekerja terus menerus untuk menghindari
tergenangnya air dan lumpur pada dasar galian. Sebelum
pekerjaan dewatering dimulai, Pemborong wajib menyerahkan
perhitungan yang mendasari penentuan kapasitas dan jumlah
pompa yang akan dipergunakan serta kedalaman dan jumlah

58
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

pit/sumur, dengan memperhatikan data tanah yang tersedia


termasuk penyediaan pompa cadangan untuk mengganti yang
rusak. Pemborong akan mendapatkan laporan pumping test
Direksi/ Pengawas/Perencana Struktur. Permukaan air tanah
pada setiap saat harus ada pada 50 cm di bawah muka galian
yang terendah. Pengawasan terhadap dewatering harus oleh
orang yang berpengalaman, untuk itu harus dilakukan 24 jam dan
dibuatkan daftar pengalaman yang setiap saat dapat diperiksa.
h. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian,
setelah mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari
halaman pekerjaan pada setiap saat yang dianggap perlu dan
atas petunjuk direksi/pengawas.
i. Pemborong harus memberikan perlindungan terhadap benda-
benda berfaedah yang ditemui selama pekerjaan galian. Kecuali
ditujukan untuk dipindahkan, seluruh barang-barang berharga
yang mungkin ditemui di lapangan harus dilindungi dari
kerusakan, dan bila sampai menderita kerusakan harus
direparasi/diganti oleh Pemborong atas tanggungannya sendiri.
j. Jika terdapat kedalaman yang berbeda dari galian yang
berdekatan, maka galianharus dilakukan terlebih dahulu pada
bagian yang lebih dalam dan seterusnya.

2. PEKERJAAN URUGAN & PEMADATAN


A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan, dan alat-alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya
pekerjaan ini dengan baik. Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan
urugan dan pemadatan kembali untuk pekerjaan substruktur yang
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi/Pengawas
B. Syarat-syarat Pelaksanaan

1. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan


tebal maksimum tiap- tiap lapisan 20 cm lepas dan dipadatkan
sampai mencapai Kepadatan Maksimum pada Kadar Air
Optimum, dan mencapai peil permukaan tanah yang
direncanakan. Test Kepadatan Optimum harus mengikuti STM.D-
1557-70.
2. Pada lokasi yang diurug harus diberi patok-patok, ketinggian
sesuai ketinggian rencana. Untuk daerah-daerah dengan
59
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

ketinggian tertentu, dibuat patok dengan warna tertentu pula.


3. Pada daerah yang basah/ada genangan air, pemborong harus
membuat saluran-saluran sementara untuk mengeringkan lokasi-
lokasi tersebut, misalnya dengan bantuan pompa air. Lokasi yang
akan diurug harus bebas dari Lumpur atau kotoran, sampah dan
sebagainya
4. Jika tidak ada persetujuan tertulis sebelumnya dari Direksi/
Pengawas maka pemadatan tersebut tidak boleh dibasahi dengan
air. Pemadatan urugan dilakukan dengan mamakai alat
Stemper/ Compactor yang disetujui oleh Direksi/ Pengawas.
5. Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan, harus diurug
kembali sehingga mencapai kerataan yang ditetapkan dengan
bahan urugan yang dipadatkan kecuali untuk daerah galian pondasi
harus mengikuti spesifikasi mengenai “Pekerjaan Galian”.
6. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan
pengurugan adalah ± 50 mm terhadap kerataan yang ditentukan.
Semua Drainase darurat harus disetujui oleh Direksi/Pengawas.
Cara kerja yang dilakukan oleh pemborong harus disetujui oleh
Direksi/Pengawas.
7. Untuk mencapai kepadatan yang optimal, bahan harus di test di
laboratorium, untuk mendapatkan nilai Standard Proctor/
Kepadatan Maksimum Pada Kadar Air Optimum Laboratorium
yang memeriksa harus laboratorium yang disetujui oleh
Direksi/Pengawas.
8. Untuk bahan yang sama, untuk setiap lapis tanah tebal 20 cm ang
sudah dipadatkan harus ditest juga di lapangan, yaitu 1 (satu) test
untuk setiap 750 m2, yaitu dengan Sand Cone Test dengan hasil
kepadatan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk lapisan yang didalamnya sampai 30 cm dari permukaan
rencana, kepadatannya 95% dari Standard Proctor.
b. Untuk lapisan yang didalamnya lebih dari 30 cm dari
permukaan rencana, kepadatannya 90% dari Standard
Proctor.
9. Hasil test di lapangan harus tertulis dan diketahui oleh
Direksi/Pengawas. Semua hasil- hasil pekerjaan harus diperiksa
kembali terhadap patok-patok referensi untuk mengetahui
samapi di mana kedudukan permukaan tanah tersebut.
10. Bagian permukaan yang telah dinyatakan padat harus
dipertahankan, dijaga dan dilindungi agar jangan sampai rusak
60
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

akibat pengaruh luar misalnya basah oleh air huajn, panas


matahasri dan sebagainya. Perlindungan dapat dilakukan dengan
menutupi permukaan dengan plastik. Pekerjaan pemadatan
dianggap cukup setelah hasil test memenuhi sarat dan mendapat
persetujuan tertulis Direksi/Pengawas.
11. Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan
tersebut harus dicampur dengan cara menggaruk atau sejenisnya
sehingga diperoleh lapisan yang kepadatannya sama. Setiap
lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kepadatan yang
dibutuhkan dan diperiksa melalui pengujian lapangan yang
memadai, sebelum dimulai lapisan berikutnya.
12. Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kepadatan yang
dibutuhkan dan diperiksa melalui pengujian lapangan yang
memadai, sebelum dimulai lapisan berikutnya. Bilamana bahan
tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki, lapisan
tersebut harus diulang l kembali pekerjaannya atau duganti,
dengan cara-cara pelaksanaan yang telah ditentukan, guna
mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan. Jadwal pengujian
harus diajukan oleh pemborong kepada Direksi/ Pengawas/
Perencana Struktur.
13. Setelah Pemadatan selesai, sisa urugan tanah harus dipindahkan
ke tempat tertentu yang disetujui oleh Direksi/ Pengawas.
Pemborong harus mangadakan drainase yang sempurna setiap
saat. Ia harus membangun saluran-saluran, memasang parit-parit,
memompa dan atau mengeringkan drainase

3. PEKERJAAN BETON
• Beton
a. Umum
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan dari semua macam
beton biasa dengan mutu beton fc’ = 21,7 Mpa untuk struktur utama
(kecuali ditentukan lain), beton bertulang dengan penulangannya,
bekisting, finishing dan pekerjaan-pekerjaan lain sesuai dengan
gambar-gambar dan persyaratan.
b. Material
Semua bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini terdiri dari :

Agregat
Agregat harus terdiri dari gradasi-gradasi yang terhalus sampai kasar
61
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

dan harus sesuai dengan persyaratan di dalam NI – 2 Bab 3.3, Bab 3.4
dan Bab 3.5.

Agregat harus disimpan sedemikian rupa sehingga bebas dari


kontaminasi oleh bahan-bahan yang dapat merusak. Agregat halus
(pasir) dan agregat kasar (koral atau split) harus disimpan dalam
tempat-tempat yang terpisah.

Semen
• Semen yang dipakai harus dari mutu terbaik seperti disyaratkan
dalam NI – 8 Bab 3.2.
• Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja yang
dipakai untuk seluruh pekerjaan beton.
• Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang
tertutup oleh pabrik dan terlindung.
• Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat yang tidak
terkena air (dengan lantai terangkat) dan ditumpuk dalam urutan
pengiriman.
• Tinggi penumpukan tidak boleh lebih dari 2 m. Semen yang rusak
atau tercampur apapun tidak boleh dipakai.

Pembesian
• Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian
rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab
maupun basah, aspal, oli/minyak gemuk (fat).
• Juga besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan
ukuran masing-masing.
• Besi penulangan harus sesuai dengan persyaratan dalam NI – 2 Bab
3.7 yang dinyatakan sebagai U – 32 (Besi Ulir), untuk diameter diatas
13 mm sedangkan untuk dibawah 13 mm adalah U-24 (Besi Polos),
sesuai dengan keterangan pada gambar perencanaan.
• Kawat pengikat harus berukuran minimal garis tengah 1 mm seperti
yang disyaratkan dalam NI – 2 Bab 3.7.
• Penggunaan besi ulir atau besi polos harus memperhatikan gambar
detail pada gambar rencana.

Air
• Air yang dipakai untuk pengecoran harus bersih sesuai dengan
persyaratan dalam NI – 2 Bab 3.6.
• Sebelum air untuk pengecoran dipergunakan, harus terlebih dahulu
62
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

diperiksa pada Laboratorium Penelitian Masalah Air.


c. Pelaksanaan
1. Proporsi
Kecuali disebutkan lain, maka campuran beton harus sedemikian
rupa sehingga mencapai kekuatan beton karakteristik 250
kg/cm2 kecuali disebutkan lain pada gambar.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus mengadakan
trial test yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang
disyaratkan dapat tercapai. Dari hasil trial test tersebut
ditentukan oleh Direksi Pengawas “Deviasi Standard” yang akan
dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan, sesuai
dengan syarat-syarat PBI – 71 Pasal 4.6 dan 4.7.
2. Pengecoran Beton
Kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain harus dibuang dari
dalam bekisting. Alat-alat pengaduk (beton molen) dan alat
pembawa harus bersih.
Penulangan harus dimatikan pada posisinya dan diperiksa
sebelum pengecoran dilakukan.
Direksi Pengawas harus menerima pemberitahuan minimal 2 x 24
jam sebelum pengecoran dilakukan, agar pemeriksaan dan
persetujuan dapat diberikan pada waktunya.
Pelaksanaan Pengecoran harus sesuai dengan persyaratan dalam
PBI 1971 kecuali dipersyaratkan lain.

Beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1,50


meter dan segera sesudah pengecoran, lapisan-lapisan beton ini
harus dipadatkan dengan penggetar (internal concrete vibrator).
Tidak diperbolehkan melakukan pengetokan untuk hal ini.
Kecepatan vibrator dalam adukan harus tetap dan lebih besar
dari 7000 impuls per menit. Penggunaan alat penggetar tidak
boleh mengenai besi penulangan. Pemadatan dengan
penggetaran ini harus dilakukan sesuai dengan PBI 1971 Bab 6.4.
3. Penyambungan Beton
Sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang telah
mengeras, permukaan yang lama dibersihkan dan dikasarkan,
bekisting harus dikencangkan kembali dan penyambungannya
dengan menggunakan air semen, jika umur beton lebih dari 3
hari penyambungannya harus menggunakan Bonding Agent

63
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

yang disetujui oleh Direksi Pengawas.


4. Slump
Slump yang diizinkan untuk beton dalam keadaan mix yang
normal adalah sesuai dengan PBI 1971 Bab 4.4.
Pemakaian nilai slump harus teratur dan disesuaikan dengan
kebutuhannya, misalnya : untuk daerah-daerah yang
pembesiannya rapat menggunakan slump yang tinggi.
5. Lantai Kerja
Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai
dasarnya, harus diberikan pasir 10 cm dan lantai kerja minimal 5
cm, dengan menggunakan beton fc = 7.4MPa
Sebelum pengecoran lantai kerja dilakukan, lapisan pasir
tersebut harus dipadatkan terlebih dahulu.
d. Pelaksanaan
1. Proporsi
Kecuali disebutkan lain, maka campuran beton harus sedemikian
rupa sehingga mencapai kekuatan beton karakteristik 250
kg/cm2 kecuali disebutkan lain pada gambar.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus mengadakan
trial test yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang
disyaratkan dapat tercapai. Dari hasil trial test tersebut

ditentukan oleh Direksi Pengawas “Deviasi Standard” yang akan


dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan, sesuai
dengan syarat-syarat PBI – 71 Pasal 4.6 dan 4.7.
2. Pengecoran Beton
Kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain harus dibuang dari
dalam bekisting. Alat-alat pengaduk (beton molen) dan alat
pembawa harus bersih.
Penulangan harus dimatikan pada posisinya dan diperiksa
sebelum pengecoran dilakukan.
Direksi Pengawas harus menerima pemberitahuan minimal 2 x 24
jam sebelum pengecoran dilakukan, agar pemeriksaan dan
persetujuan dapat diberikan pada waktunya.
Pelaksanaan Pengecoran harus sesuai dengan persyaratan dalam
PBI 1971 kecuali dipersyaratkan lain.
Beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1,50
meter dan segera sesudah pengecoran, lapisan-lapisan beton ini
harus dipadatkan dengan penggetar (internal concrete vibrator).
64
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

Tidak diperbolehkan melakukan pengetokan untuk hal ini.


Kecepatan vibrator dalam adukan harus tetap dan lebih besar
dari 7000 impuls per menit. Penggunaan alat penggetar tidak
boleh mengenai besi penulangan. Pemadatan dengan
penggetaran ini harus dilakukan sesuai dengan PBI 1971 Bab 6.4.
3. Penyambungan Beton
Sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang telah
mengeras, permukaan yang lama dibersihkan dan dikasarkan,
bekisting harus dikencangkan kembali dan penyambungannya
dengan menggunakan air semen, jika umur beton lebih dari 3
hari penyambungannya harus menggunakan Bonding Agent
yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
4. Slump
Slump yang diizinkan untuk beton dalam keadaan mix yang
normal adalah sesuai dengan PBI 1971 Bab 4.4.
Pemakaian nilai slump harus teratur dan disesuaikan dengan
kebutuhannya, misalnya : untuk daerah-daerah yang
pembesiannya rapat menggunakan slump yang tinggi.

5. Lantai Kerja
Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai
dasarnya, harus diberikan pasir 10 cm dan lantai kerja minimal 5
cm, dengan menggunakan beton fc = 7.4 MPa di bawah
konstruksi beton tersebut.
Sebelum pengecoran lantai kerja dilakukan, lapisan pasir
tersebut harus dipadatkan terlebih dahulu.
6. Kolom dan Balok Praktis
Kontraktor harus memberikan/merencanakan kolom-kolom
praktis untuk pemasangan dinding seluas 10 m2 atau dimana
dianggap perlu harus dipasang kolom praktis.
7. Pemeliharaan Beton
Beton yang sudah dicor pada tempatnya harus dijaga agar selalu
lembab dengan jalan menutup beton dengan karung basah atau
menyiram dengan air secara rutin, sehingga beton berumur satu
minggu. Pada umur 24 jam harus dijaga dari air hujan yang
deras, air mengalir, getaran-getaran dan sinar matahari.
8. Masa Pelaksanaan
Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara
kontinyu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Paling sedikit
65
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

setiap 5 m3 beton harus dibuat benda uji untuk ditest di


laboratorium.
Penyerahan dan pengambilan benda uji harus disertai Direksi
Pengawas. Jumlah benda uji yang dibuat sesuai dengan
permintaan Direksi Pengawas. Setelah berumur 7 (tujuh) hari,
benda uji harus diperiksa kekuatan tekannya di laboratorium.
Ketentuan-ketentuan lainnya sesuai PBI 1971 Bab 4.7 harus
dipenuhi.
9. Pemeriksaan Lanjutan
Apabila hasil pemeriksaan pada Bab 4.7 PBI 1971 masih
meragukan, maka pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan
menggunakan concrete gun atau kalau perlu dengan core drilling
untuk meyakinkan penilaian terhadap kualitas beton yang
sudah ada, sesuai pasal 4.8 PBI 1971.
Biaya pekerjaan dalam pasal-pasal ini menjadi tanggungan
Kontraktor. Hal-hal yang bersangkutan dengan mutu beton
hendaknya mengikuti NI – 2 pasal yang bersangkutan.

e. Bahan Additive
Pemakaian bahan additive harus disertai percobaan laboratorium
guna mendapatkan hasil yang baik yang disetujui Direksi Pengawas.
Bahan additive ini harus memenuhi persyaratan ASTM atau JIS.
f. Bekisting
1. Umum
Bekisting harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan
sedemikian rupa agar pada waktu pengecoran dan
pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-cacat, gelombang-
gelombang maupun perubahan-perubahan bentuk, ukuran-
ukuran, ketinggian-ketinggian serta posisi daripada beton yang
dicor. Perencanaan pelaksanaan, serta pembongkaran bekisting
harus sesuai dengan cara- cara yang disarankan dan kriteria di
dalam NI – 2 Bab 5.8.
Permukaan bekisting yang berhubungan dengan beton harus
benar-benar bersih sebelum digunakan.
Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara, yang dapat
mencegah defleksi bahan-bahan bekisting. Bekisting beserta
sambungan-sambungannya harus rapat sehingga dapat
mencegah kebocoran-kebocoran adukan selama pengecoran.
Lubang-lubang permukaan sementara harus disediakan di dalam
66
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

bekisting untuk memungkinkan pembersihan bekisting.


2. Referensi
Seluruh bekisting harus mengikuti persyaratan-persyaratan dalam
normalisasi NI – 2 dan NI – 3.
3. Material
Bekisting untuk Beton.
Seluruh bekisting untuk beton harus terbuat dari papan minimal
kls II, Multiplex 9 mm dan balok ukuran 5/10 digunakan pada
rangka utama dan kayu 5/7 untuk rangka pengisi, kecuali
dipersyaratkan lain oleh Direksi Pengawas.
Sebelum pemasangan bekisting, kontraktor harus memberikan
gambar perencanaan bekisting secara lengkap untuk disetujui
Direksi Pengawas.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pemakaian bekisting
beton adalah sebagai berikut :
a. Tidak akan mengalami deformasi, sehingga bekisting harus cukup

tebal dan terikat kuat.


b. Harus kedap air dengan menutup semua celah-celah secara
mekanis atau dengan bahan kimia.
c. Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam
bekisting.
d. Permukaan bekisting harus rata dan licin serta diberi releasing
agent yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
e. Ukuran jarak harus disesuaikan dengan rencana dalam gambar.
4. Pembongkaran Bekisting
Bekisting harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa sehingga
dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang
dicetak dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan
minimum sebagai berikut : Bagian struktur beton vertikal boleh
dibongkar bekistingnya setelah 7 hari, dengan syarat bahwa
betonnya telah cukup keras dan tidak cacat karena
pembongkaran tersebut.
Bagian struktur beton yang disangga dengan penumpu tidak
boleh dibongkar, sebelum betonnya mencapai kekuatan yang
cukup untuk menyangga beratnya sendiri dan beban-beban
pelaksanaan atau beban-beban lain yang akan menimpa bagian
struktur beton tersebut.

67
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

Dalam hal apapun bekisting pada jenis struktur ini tidak boleh
dibongkar sebelum berumur 14 hari, demikian juga bekisting-
bekisting yang dipakai untuk mematangkan (curing) beton tidak
boleh dibongkar sebelum beton ditentukan matang.

4. PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN


Pekerjaan Dinding

a. Lingkup Pekerjaan
Pengadaan tenaga kerja, peralatan, dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk pekerjaan pasangan bata sesuai gambar rencana
dan RKS.
Pelaksanaan

Semua pasangan blok hebel dibuat dengan ketebalan yang ditentukan


sesuai spek bahan, Pekerjaan dinding harus dipatok (diukur) dan
dibangun sesuai ukuran, ketebalan dan ketinggian yang tercantum
dalam gambar-gambar serta memberi bidang yang rata.
Siar-siar untuk mengikat lantai, sloof, kolom praktis, ringbalk praktis
menggunakan PRIME MORTAR – PM 200 yaitu Ready Mix Plas yang
mempunyai tebal 10 – 20 mm yang merata serta padat.
Untuk Pengikat/Siar antara Blok Hebel menggunakan PRIME
MORTAR–PM 100 yaitu Thin Bed Mortar, dengan tebal aplikasi 2 – 3
mm.

Pengerukan Siar ;
Semua dinding siar harus dikeruk dengan menggunakan pecahan blok
hebel atau dengan papan amplas, untuk menjamin melekatnya
plesteran ke dinding dengan baik.

Perlindungan ;
Pada tahap pelaksanaan pekerjaan dinding yang tidak terlindung,
bilamana hujan perlu diberi perlindungan pada bagian atasnya.

Pemeliharaan ;
Dinding harus dijaga agar tetap lembab selama min. 7 hari setelah
dilaksanakan.

Angker dan Ikatan ;


Angker-angker yang dijelaskan dalam bestek ini harus tertanam dalam

68
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

pertemuan blok hebel dengan beton setelah membersihkan angker-


angker tersebut dari kerak-kerak, karat dan kotoran lainnya.
Pemasangan angker dipasang setiap 3 (tiga) susun blok hebel sampai ke
batas ringbalk yang telah ditentukan.
Permukaan beton harus dibuat kasar pada sambungan-sambungan
tegak dengan tembok supaya terjadi ikatan bagi adukan pekerjaan
pasangan.

Kolom Praktis
Pada tiap jarak 3 meter dalam blok hebel (atau pada sambungan-
sambungan antara, sehingga luas bidang blok hebel max. 12 m2) dan
pada semua pertemuan dinding, harus dibuat kolom praktis dari beton
dengan lebar 15 cm setebal blok hebel. Kolom ini harus dibuat sesuai
dengan kemajuan pekerjaan blok hebel, diberi tulangan pokok 4 dia. 8
mm serta beugel dia. 6 pada tiap jarak 20 cm, atau seperti tercantum
dalam gambar.

Pekerjaan Pelesteran
Pelaksanaan.
Tebal plesteran 10 mm dan harus menghasilkan permukaan sesuai
persetujuan Direksi. Harus dipasang aduk-adukan patokan untuk
mendapatkan permukaan yang rata.
Plesteran diratakan dengan menggunakan papan kayu yang lurus.
Plesteran harus dijaga agar tetap dalam keadaan lembab selama
minimum 7 hari setelah dipasang. Pembasahan permukaan plesteran
harus segera dimulai pasa saat plesteran mulai mengeras untuk
mencegah terjadinya cacat-cacat pada keadaan cuaca panas plesteran
harus dilindungi terhadap pengeringan yang tidak merata atau
berlebihan.

Memperbaiki dan Membersihkan.


Pemborong wajib memperbaiki plesteran dinding yang kurang
sempurna dengan cara membuang bagian-bagian tersebut dengan
bentuk persegi panjang serta diplester kembali.
Pekerjaan plesteran yang telah selesai harus bebas dari retak-retak, noda
dan cacat lain.
Pada waktu-waktu tertentu selama pelaksanaan, dan bila pekerjaan
telah selesai semua plesteran yang tampak harus dibersihkan dari

69
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

kotoran-kotoran akibat pekerjaan.

5. PEKERJAAN PENGECATAN
a) Bahan dan Syarat-syarat ;
Semua bahan cat harus dari penyalur yang disetujui MK/Konsultan
Pengawas. Pengerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk-
petunjuk dari pabrik yang bersangkutan. Sebelum pengecatan,
maka cat dalam kaleng harus diaduk secara baik sebelum
dituangkan dalam tempat cat yang disediakan. Tanpa petunjuk
dari pabrik maka penggunaan zat-zat pengering dan lain- lain
tidak dibenarkan.
b) Pekerjaan Permulaan Cat Dasar Kayu ;

Pemborong wajib memeriksa sebelum pengecatan serta menjamin


permukaan kayu licin, serta siap untuk dicat. Permukaan harus
dibersihkan dari debu dan kotoran lain. Selanjutnya pengerjaan
Wood Stain atau Water Stain, Wood Filler dan Ultran Politur sesuai
petunjuk pabrik.
• Cat Dasar Besi ;
Segera setelah besi dibersihkan permukaan besi diberi cat dasar
meni sebanyak dua lapis dengan tebal 30-35 micron. Besi yang
telah diberi cat dasar sebelum pengiriman harus diperiksa
terhadap cacat. Cat dasar yang tidak memenuhi syarat harus
dibersihkan dengan sikat baja sampai bersih. Semua
pengecatan yang cacat harus dikerok dan semua karat
dilepaskan dengan sikat baja sampai bersih. Semua besi yang
menjadi terbuka harus segera ditutup dengan cat dasar seperti
disebut diatas. Besi galvanis dicat dengan zinchromat tanpa
dimeni lebih dahulu.
• Cat Dinding Tembok
Plesteran harus diberi kesempatan yang maksimum untuk
mengering sebelum pengecatan dimulai. Semua plesteran atau
dasar semen yang cacat harus dibuang dan diperbaiki dahulu
dengan plesteran yang sejenis. Retak-retak kecil harus ditutup
sedang retak besar harus dibongkar dan diisi kembali rata
permukaan sekitarnya. Sebelum permukaan diberi satu cat
dasar (tahan alkali), semua kotoran pada permukaan harus
dibersihkan. Sebaiknya jangan menggunakan plamur setelah

70
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

acian dilaksanakan.

• Pengecetan (Finishing)
Pengecetan harus dilakukan sebagai berikut:
a. Tembok
Dua Lapis cat emulsi untuk dinding dalam dan luar, untuk
dinding harus menggunakan cat khusus untuk luar.

71
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

BAB 5
PEKERJAAN SARANA LUAR
Pasal 1
Pekerjaan Septictank dan Peresapan

5.2. Lingkup Pekerjaan.


a. Umum.
Septic tank adalah bak untuk menampung air limbah yang digelontorkan dari
WC (water closet), konstruksi septic tank ada disekat dengan dinding bata dan
diatasnya diberi penutup dengan pelat beton dilengkapi penutup kontrol dan
diberi pipa hawa T dengan diameter ø1 ½“, menjadi hubungan agar ada udara /
oksigen ke dalam septictank yang bertujuan untuk bakteri – bakteri menjadi
subur sehingga bakteri itu menjadi pemusnah kotoran – kotoran atau peses yang
masuk ke dalam bak penampungannya.

b. Uraian Pekerjaan Septick Tank dan Peresapan (3 Buah)


1) Pas. ½ Bata 1 Pc : 3 Psr (transram)
2) Plesteran 1 Pc : 3 Psr (transram)
3) Acian Semen
4) Beton Plat Penutup t = 8 cm
5) Pipa PVC ø 4
6) Pipa Penguapan

c. Pelaksanaan Pekerjaan Septick Tank dan Peresapan (3 Buah)


1) Gali tanah dengan sesuai dengan ukuran dalam 1,5 meter, lebar satu koma
tiga meter dan panjangnya dua koma dua meter membentuk persegi panjang.
Galian ini harus tegak lurus untuk mempermudah dalam proses pemasangan
batu bata nantinya.
2) Jika galian sudah siap segera pasang dindingnya dengan batu bata untuk
menghindari air hujan yang masuk atau air tanah yang semakin banyak jika
daerah yang dipakai memiliki curah air tanah yang tinggi.
3) Pasang batu bata dengan menggunakan batuan perekat campuran seman
pasir dan air. Pemasangan dinding septictank ini hampir sama dengan
pemasangan dinding rumah. Pada bagian dasar gunakan pasangan satu batu
bata dengan alasa nat adonan perekat tadi pasangan selanjutnya dengan
setengah bata seperti memasang dinding rumah.
4) Dengan panjang 2,2 meter beri satu penyekat di tengah-tengahnya nantinya
ruang itu akan berfungsi sebagai penampung cairan limbah dan ruang
resapan. Maka pada sekat diberi lubang kecil.
5) Bagian alas dan dinding septictank diplester dengan campuran pelekat tadi
tapi tidak untuk ruang resapan karena ruang resapan ini akan berfungsi untuk
menyerap air.
6) Sisakan kurang lebih 15 cm untuk bagian cor beton. Buat rangkaian kawat
beton seperti jaring-jaring namun ukurannya lebih besar kurang lebih 10 cm
dengan bantuan pengikat kawat.
7) Lakukan pengecoran dengan maksimal ketebalan sepuluh cm
perbandingannya satu banding dua banding tiga. Beri lubang pada bagian
72
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

atas ruang limbah cair lalu pasang dengan tutup yang telah terbuat dari pipa
PVC. Gunanya untuk membuka tutup septictank jadi sewaktu-waktu
septictank penuh bisa dengan mudah di sedot.
8) Menyambung pipa dari WC ke septictank, penyambungan harus lurus jangan
berngko karena akan menyebabkan kemacetan.

Pasal 2
Pekerjaan Saluran Air Hujan

2.1. Lingkup Pekerjaan.


a. Umum.
Pekerjaan yang dimaksud adalah pemasangan instalasi perlengkapannya yang
meliputi penyediaan dan pemasangan sesuai gambar rencana (shop drawing ) dan
peraturan teknis.

b. Uraian Pekerjaan Septick Tank dan Peresapan (3 Buah)


1) Pas 1/2 Bata 1 Pc : 3 Psr (Trasram)
2) Lantai Beton 1 : 3 : 5 T= 5 cm
3) Plesteran 1 Pc : 3 Psr (Trasram)
4) Acian Semen
5) Rabat Beton Keliling Bangun Camp. 1 : 3 : 5 T = 7 cm
6) Rabat Beton Keliling Bangun Camp. 1 : 3 : 5 T = 10 cm
7) Pas. Gril Besi Penutup Saluran Depan

c. Pelaksanaan Pekerjaan Septick Tank dan Peresapan (3 Buah)


1) Dilantai dasar pipa talang tegak harus diberi bantalan yang kuat.
2) Sambungan – sambungan antara pipa PVC diberi solvent cement dari kwalitas
baik yang disetujui oleh pengawas.
3) Bila terjadi pertemuan antara pipa PVC dan pipa ABS atau fitting
logam,maka menggunakan sambungan ulir atau flend dengan fitting antara
lain faucet elbow valve socket faufet socket dan lain –lain dan sambungan
tersebut diberi lem khusus.
4) Semua ujung pipa atau fitting yang terakhir yang tidak dilanjutkan lagi harus
ditutup doop atau plug dengan bahan material yang sama.
5) Pipa – pipa sebelum disambung harus ditest dahulu terhadap kebocoran hal ini
dilakukan sebelum pekerjaan finishing dilaksanakan.
6) Pipa PVC untuk saluran air bekas dan air kotor yang tertanam di tanah pada
saat jarak 3 m harus diberikan pondasi bantalan beton 1 pc + 3 ps + 5 krl,
pondasi ini juga dipasang pada bagian sambungan pipa percabangan dan
belokan.
7) Pipa tegak (riser) harus diberikan bantalan beton pondasi pada bagian
pertemuan antara pipa tegak dan datar dilantai dasar.

73
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

BAB 6
PEKERJAAN PAGAR
Pasal 1
Pekerjaan Pagar

6.1. Lingkup Pekerjaan.


a. Uraian Pekerjaan Pagar
A. Pekerjaan Tanah, Pondasi, dan Sloof Pagar
1) Galian Tanah (Poor Plat)
2) Galian Tanah (Pondasi Lajur)
3) Urugan Kembali Bekas Galian
4) Urugan Pasir Bawah Poor Plat
5) Urugan Pasir Bawah Baru Kosong
6) Lantai Kerja Beton 1 : 3 : 5 Bawah Poor Plat, T 10 cm
7) Batu Kosong
8) Pondasi Batu Kali 1 : 5
9) Pondasi Tapak Poor 70 x 90 cm Tiang Gapura K 250
10) Pondasi Tapak Poor 50 x 50 cm Pagar Beton K 250
11) Kolom Pedestal 30 x 50 Kolom Gapura K 250
12) Kolom Pedestal 15 x 25 Kolom Pagar Beton K 250
13) Sloof Beton 11 x 15 (SL 1) K 175
B. Pekerjaan Beton Pagar
1. Sloof 15 cm x 20 cm
2. Kolom 20 cm x 20 cm
3. Ring Balk 15 cm x 20 cm
C. Pekerjaan Pasangan dan Pelesteran Pagar
1. Pasangan Batu Bata 1 : 4 (T = ½ Batu)
2. Plesteran 1 : 4 (T = 1,5 cm)
3. Acian Dinding
D. Pekerjaan Pengecatan Pagar
1. Cat Dinding
• Uraian Pekerjaan Pagar Keliling

1) Adukan untuk Dinding Bata

a. Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati diaduk dalam bak kayu
yang besarnya memenuhi syarat. Mencampur semen dan pasir harus dalam
keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang
74
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

plastis. Adukan yang sudah mengeras/kering tidak dicampur dengan


adukan yang baru.
b. Tempat-tempat yang harus dibuat lubang harus dipersiapkan dulu
dengan menyumbat memakai batang pisang untuk diameter besar atau
bambu untuk diameter lebih kecil.

2) Pelaksanaan Membuat Dinding Bata :


a. Kontraktor akan mengerjakan pengukuran (uit-set) secara teliti dan sesuai
dengan gambar, sebelah mana dinding-dindingnya dipasang. Dalam satu
hari pasangan batu bata tidak boleh lebih tinggi dari satu meter dan
pengakhiran pasangan pada satu hari itu harus dibuat bertangga menurun
dan tidak tegak bergigi untuk menghindari retaknya dinding di kemudian
hari. Semua pasangan harus rata (horizontal) dan tiap-tiap kali diukur rata
dengan lantai dengan menggunakan benang, pemasangan benang tidak
boleh lebih dari 30 cm di atas pasangan di bawahnya. Pada semua
pasangan bata setengah batu satu sama lain harus terdapat pengikatan
yang sempurna, tidak dibenarkan menggunakan/memakai batu bata
pecahan separo panjang, kecuali sesuai peraturannya (di sudut), lapisan
yang satu dengan lapisan yang di atasnya harus berbeda setengah panjang
bata. Pada pasangan satu batu dan pasangan lebih tebal harus disusun
sesuai dengan petunjuk/ peraturan yang berlaku.
b. Sebelum dimulai pemasangan, batu batanya harus direndam lebih dahulu
dalam air selama setengah jam dan permukaan yang akan dipasang harus
juga basah. Tebalnya siar batu bata tidak boleh kurang dari 1 cm (10 mm)
dan siarnya harus benar-benar padat adukannya.
c. Semua pasangan bata, harus dijaga jangan terkena sinar matahari langsung
dan kontraktor berkewajiban menyediakan karung-karung basah yang
digunakan untuk menutup pasangan tersebut.
d. Sebagai persiapan untuk plesteran, maka siarnya harus dikorek sedalam 0,5
cm sehingga adukan plesteran yang dipasang akan cukup mengikat.
e. Bilamana di dalam pasangan ternyata terdapat batu bata yang cacat atau
tidak sempurna, maka ini harus diganti dengan yang baik atas biaya
kontraktor.

• Pekerjaan Plesteran Dinding Beton


1. Lingkup pekerjaan ini adalah meliputi penyediaan bahan plesteran,
penyiapan dinding tempat yang akan diplester, serta pelaksanaan
pekerjaan pemelesteran itu sendiri pada dinding-dinding yang akan

diselesaikan dengan cat, satu dan lain hal sesuai dengan yang tertera
dalam gambar denah dan notasi penyelesaian dinding.
75
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

2. Bahan yang harus disediakan antara lain :


a. Semen yang dapat dipergunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Merk/hasil produksi pabrik dari semen
untuk pekerjaan ini ditentukan Portland Semen Type-1 atau setara.
b. Pasir yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus halus dengan
warna asli dan mendapat persetujuan dari Pengawas.
c. Air untuk mengaduk kedua bahan tersebut di atas harus bebas dari
segala macam zat yang dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
3. Persiapan dinding yang akan diplester
a. Semua siar permukaan dinding batu bata hendaknya dikerok sedalam
± 0,5 cm sebelum diplester.
b. Permukaan dinding beton yang akan diplester harus diketrik (dibuat
kasar) agar bahan plesternya dapat merekat.
c. Semua permukaan yang akan diplester harus bersih dan disiram
air sebelum bahan plesternya ditempelkan (permukaan dindingnya
harus basah pada waktu diplester). Semua bidang plesteran harus
dipelihara kelembabannya selam seminggu sejak penempelan
plesterannya.
4. Pelaksanaan pekerjaan antara lain harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Sudut-sudut plesteran
Semua sudut horizontal, luar maupun dalam serta garis tegaknya
dalam pekerjaan plesteran harus dilaksanakan secara sempurna, tegak
dan siku. Sudut luar hendaknya dibuat agak bulat.
b. Perbaikan bidang plesteran.
Bilamana terdapat bidang plesteran yang bergelombang harus
diusahakan memperbaikinya secara sempurna. Bagian-bagian yang
harus diperbaiki hendaknya dibobok secara teratur (dibuat bobokan
yang berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata dengan
sekitarnya.
c. Adukan plesteran
• Semua bahan plesteran harus diaduk di dalam bak kayu dengan
tangan. Kontraktor akan mendapatkan kesempatan untuk
penggunaan bahan kimia tambahan yang diperlukan asal tidak
menyimpang dari ketentuan-ketentuan.
• Plesteran biasa dilaksanakan dengan adukan bahan semen, pasir
perbandingan 1 Pc : 4 Ps.

76
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

d. Untuk dapat mencapai tebal yang rata dari suatu plesteran, sebaiknyd
diadakan pemeriksaan secara silang. Pekerjaan ini harus dilaksanakan
oleh yang mengerjakannya sendiri dengan menggunakan garis benang
panjang yang digerakkan secara vertikal (silang). Tebal plesteran yang
dibutuhkan sesuai petunjuk gambar rencana atau peraturan yang
berlaku.

77
Spesifikasi Teknis
Perencanaan Teknis Pembangunan Baru Puskesmas Dan Rumah Dinas
Tenaga Kesehatan Di 3 Lokasi (Puskesmas Wakai, Matako, dan Ampana Timur)

BAB 7
PENUTUP

a. Semua sisa-sisa bahan bangunan dan sampah lainnya serta alat-alat bantu harus
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan, segera setelah pekerjaan selesai atas biaya
Kontraktor. Untuk itu Kontraktor harus memperhitungkannya dalam penawaran
khusus mengenai mobilisasi/demobilisasi peralatan serta pembersihan seluruh lokasi
sebelum dan setelah pekerjaan selesai.

b. Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam spesifikasi teknis ini dan
memerlukan penyelesaian di lapangan, maka akan diatur/dibicarakan kemudian
dalam rapat-rapat koordinasi lapangan oleh Direksi, Konsultan Pengawas, Kontraktor
Pelaksana, Konsultan Perencana dan atas persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen
atau pihak Penyedia Jasa.

78

Anda mungkin juga menyukai