Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
4. Yuningsih (23176186A)
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2020
I. Judul
Identifikasi dan Penetapan Kadar Benzoat Dalam Obat Trasisional
II. Tujuan
1. Untuk mengetahui sediaan obat batuk tradisional dalam bentuk tablet yang
mengandung asam benzoat.
2. Untuk mengetahui kadar asam benzoat dalam sediaan obat batuk tradisional
III. Dasar teori
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Depkes RI, 1994). Dalam pembuatan dan pengolahan obat
tradisional biasanya ditambahkan zat tambahan atau eksipien agar obat tradisional
yang dihasilkan memiliki penampakan atau rasa yang lebih menarik, lebih awet dalam
penyimpanan, dan menstabilkan senyawa yang dikandungnya. Bahan tambahan yang
biasa digunakan dapat dibedakan menjadi bahan tambahan alami dan bahan tambahan
kimia. Bahan tambahan kimia pada umunya bersifat racun karena itu perlu ada
pembatasan penggunaanya serta sejauh mungkin agar dihindari. Bahan tambahan
yang biasa digunakan dalam obat tradisional antara lain bahan pengawet, pewarna,
dan bahan pengisi (Wasito, 2011).
Bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau
menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau peruraian lain terhadap makanan
yang disebabkan oleh mikroorganisme (PerMenkes No.722, 1988). Zat pengawet
terdiri dari senyawa organik dan anorganik dalam bentuk asam dan garamnya.
Aktivitas-aktifitas bahan pengawet tidaklah sama, misalnya ada yang efektif terhadap
bakteri, khamir, ataupun kapang (Cahyadi, 2009).
Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas
penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan yang asam. Bahan ini
digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada pH
2,5 – 4,0. Karena kelarutannya garamnya lebih besar, maka biasanya digunakan
dalam bentuk garam Na-benzoat. Sedangkan dalam bahan, garam benzoat terurai
menjadi bentuk efektif, yaitu bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi (Winarno,
1992). Di dalam tubuh, asam benzoat tidak akan mengalami penumpukan sehingga
aman untuk dikonsumsi. Asam benzoat termasuk senyawa kimia pertama yang
diizinkan untuk dimakanan. Pengawet ini mempunyai toksisitas sangat rendah
terhadap hewan maupun manusia, karena hewan dan manusia mempunyai mekanisme
detoksifikasi benzoat yang efisien (Yuliarti, 2007).
Struktur kimia dan sifat-sifat asam benzoat :
Rumus Bangun :
B. Bahan
1. Metanol
2. Natrium Hidroksida 0,1 N
3. Asam Benzoat 0,2%
4. Pentana
5. Asam Asetat Glasial
6. Etanol
7. Aquadest.
V. Cara Kerja
A. Pembuatan Natrium Hidroksida 0,1N
Menimbang seksama 4 gr kristal Natrium Hidroksida
B. Cara Penetapan
a. Persiapan larutan uji
Menimbang seksama sejumlah satu dosis cuplikan
Menambahkan larutan dapar sitrat pH 4 dan diekstraksi 3 kali, setiap kali dengan 30 ml eter
Ekstrak eter dikumpulkan dan diuapkan sampai kering menggunakan penguapan rotasi vakum
Dengan cara yang sama ekstraksi cuplikan yang telah ditambahkan 5,0 mg larutan baku asam
benzoat BPFI 0,2 % b/v dalam etanol (B).
c. Identifikasi
1. Cara Kromatografi Lapis Tipis
Totolkan secara terpisah Larutan A, B, dan C dan lakukan kromatografi lapis
tipis sebagai berikut:
Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : pentana – asam asetat glasial ( 88 : 12 )
Penjenuhan : dengan kertas saring
Volume penotolan: larutan A, B, dan C masing-masing 50µl
Jarak rambat : 15 cm
Penampak bercak : cahaya ultraviolet 254 nm, terjadi peradaran fluoresensi
Melarutkan larutan A, B, dan C dikromatografi lapis tipis seperti tersebut diatas dengan
volume penotolan disesuaikan hingga diperoleh bercak setara denga 50µg asam benzoat
Bercak baku dan bercak senyawa yang mempunyai harga Rf sama ditandai dan dikerok
Mengukur serapan filtrat pada panjang gelombang antara 254 nm dan 366 nm
Asam benzoat akan menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang lebih
kurang 225 nm
3. Penetapan Kadar
Serapan larutan A, B, dan C diukur pada panjang gelombang lebih kurang 225
nm. Kadar asam benzoat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Au : serapan larutan uji
Ab : serapan larutan baku
Kb : konsentrasi larutan baku
Vtb : volume penotolan larutan baku ( mikroliter )
Vtu : volume penotolan larutan uji ( mikroliter )
Veu: volume awal ekstrak ( mililiter )
B : bobot cuplikan ( miligram )
F : faktor pengenceran
VI. Hasil
A. Uji Kualitatif
Uji kualitatif dilakukan dengan kromatografi lapis tipis. Data hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel Data Uji Kualitatif Sampel yang Mengandung Asam Benzoat
8,1
1. Baku Asam Benzoat : =0,54
15
7,8
2. Harga Rf Jamu Shi Re Qing (1) : =0,52
15
7,9
3. Harga Rf Jamu Shi Re Qing (2) : =0,53
15
7,6
4. Qing Fei Yi Hoo Pian (1) : =0,51
15
7,5
5. Harga Rf Jamu Qing Fei Yi Hoo Pian (2) : =0,50
15
7,6
6. Harga Rf Jamu Ching Fei Yi Huo Pien (1) : =0,51
15
7,5
7. Harga Rf Jamu Ching Fei Yi Huo Pien (2) : =0,50
15
7,5
8. Harga Rf Jamu Yin Qioo Jie Du Pian (1) : =0,50
15
7,6
9. Harga Rf Jamu Yin Qioo Jie Du Pian (2) : =0,51
15
B. Uji Kuantitatif
Uji kuantitatif dilakukan untuk sampel yang positif mengandung asam
benzoat. Dimana uji kuantitatif dilakukan dengan Spektrofotometer UV. Data
hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel Data Pengukuran Absorbansi Sampel yang Mengandung Asam
Benzoat
Perhitungan:
Baku pembanding :
VII. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sediaan obat batuk tradisional
dalam bentuk tablet yang mengandung asam benzoat dan mengetahui kadar asam
benzoat dalam sediaan obat batuk tradisional bentuk tablet. Digunakan 4 sampel obat
batuk tradisional dimana dalam penentuan asam benzoat dilakukan secara kualitatif
dengan kromatografi lapis tipis menggunakan fase gerak pentana : asam asetat glasial
(88:12) dan fase diam silika gel GF 254. Untuk sampel yang positif mengandung
asam benzoat dilakukan uji kuantitatif dengan spektrofotometer ultraviolet
menggunakan larutan baku asam benzoat 0,2% sebagai pembanding pada panjang
gelombang 225 nm.
Dari hasil pengujian kromatografi lapis tipis, pada jamu Shi Re Qing diperoleh
harga Rf 0,52 dan 0,53. Pada jamu Qing Fei Yi Hoo Pian diperoleh harga Rf 0,50 dan
0,51. Pada jamu Ching Fei Yi Huo Pien diperoleh harga Rf 0,50 dan 0,51. Dan pada
jamu Yin Qioo Jie Du Pian diperoleh harga Rf 0,50 dan 0,51.
Dari hasil pengujian di atas sampel yang positif mengandung asam benzoat
adalah jamu Shi Re Qing, karena harga Rf baku asam benzoat hampir sama dengan
harga Rf sampel jamu Shi Re Qing dengan menggunakan eluen pentana : asam asetat
glasial (88 : 12) dimana didapat harga Rf baku asam benzoat ialah 0,54 dan harga Rf
untuk sampel jamu ialah 0,52 dan 0,53. Untuk membuktikan hasil KLT atau untuk
memperjelas seberapa besar kadar asam benzoat dalam sampel, maka dilanjutkan
pengujian dengan spektrofotometri UV.
Penetapan kadar dilakukan melalui perhitungan dan diperoleh kadar asam
benzoat dalam sampel sebesar 0,012%. Persyaratan Metode Analisa Pusat Pengujian
Obat dan Makanan 35/Obat Tradisional/1993 (MA.PPOM 35/OT/93) bahan pengawet
asam benzoat yang boleh digunakan dalam obat tradisional tidak boleh lebih dari
0,1%. Dan menurut Wasito (2011), secara umum bahan pengawet seperti asam
benzoat yang biasa ditambahkan dalam obat tradisional tidak boleh lebih dari 0,1%.
Dengan demikian kadar asam benzoat dalam jamu Shi Re Qing memenuhi standar,
dan baik untuk dikonsumsi.
Penggunaan bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena bahan
pengawet dapat mencegah kehidupan mikroba, baik yang bersifat patogen yang dapat
menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun mikrobial yang
nonpatogen yang dapat menyebabkan kerusakan produk/sediaan. Namun dari sisi lain,
bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing
yang masuk bersamaan dengan sediaan yang dikonsumsi. Apabila pemakaian tidak
diatur dan diawasi maka akan menimbulkan keracunan atau terakumulasinya
pengawet dalam organ tubuh dan bersifat karsinogenik (Cahyadi, 2008).
Jika kadar asam benzoat lebih dari persyaratan yang ditetapkan maka akan
memberikan efek terhadap kesehatan bagi pemakainya, timbulnya reaksi alergi pada
mulut dan kulit, terutama orang penderita asma, urticaria, dan yang sensitif terhadap
aspirin akan memberikan reaksi alergi pada mulut dan kulit.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, kadar asam benzoat
sebagai pengawet dalam sediaan obat batuk tradisional bermerk Shi Re Qing
memenuhi syarat penggunaan asam benzoat sebagai pengawet dalam obat tradisional
sehingga obat tersebut aman untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan efek reaksi
alergi pada mulut dan kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Pengawas Obat dan Pangan Departemen Kesehatan R.I. (1988). Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/Per/IX/88
tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta.
Khopkar, S.M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarrta: UI-Press. Hal. 90
– 135.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hal. 353-362
Sudjadi, dan Rohman. (2007). Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hal. 18.
Wasito, H. (2011). Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 52
55
Yuliarti, N. (2007) Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: ANDI. Hal. 71.