Anda di halaman 1dari 14

Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No.

2, Desember 2018, pp 106-119


p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT


TEGURAN, SURAT PAKSA, DAN PENYITAAN DAN
KONTRIBUSINYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI
KPP PRATAMA SEMARANG TENGAH SATU

Nirsetyo Wahdi
Fakultas Ekonomi, Universitas Semarang,
nswahdi.feusm@gmail.com

Ratna Wijayanti
Fakultas Ekonomi, Universitas Semarang

Danang
Fakultas Ekonomi, Universitas Semarang

ABSTRAK
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa, utang pajak merupakan dasar penagihan pajak. Dengan penagihan pajak, khususnya
penagihan pajak aktif, diharapkan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak membayar utang pajaknya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan efektivitas penagihan pajak aktif melalui
Surat Teguran, Surat Paksa, dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dan kontribusinya
terhadap optimalisasi penerimaan pajak di KPP Pratama Semarang Tengah Satu. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa efektivitas penagihan pajak melalui Surat Teguran tidak
efektif, melalui Surat Paksa tidak efektif, dan melalui Penyitaan kurang efektif. Kontribusi
penerimaan penagihan pajak melalui Surat Teguran, Surat Paksa, dan Penyitaan terhadap
penerimaan pajak KPP Pratama Semarang Tengah Satu tergolong sangat kurang. Penelitian ini
juga bertujuan mendeskripsikan hambatan yang dihadapi oleh Seksi Penagihan dalam melakukan
penagihan pajak dan solusi yang telah dilakukan dalam menghadapi hambatan/kendala
tersebut.
Kata kunci: Efektivitas, Kontribusi, Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan

106
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

PENDAHULUAN Kondisi yang diinginkan dalam Rencana


Sebagaimana halnya perekonomian Strategis tersebut adalah penerimaan pajak
dalam suatu rumah tangga ataukeluarga, optimal. Dalam Rencana Strategis DJP, telah
perekonomian negara juga mengenal dituangkan Destination Statement DJP bahwa
sumber-sumber penerimaan danpos-pos Tax Ratio yang ingin dicapai pada tahun
pengeluaran. Indonesia dalam mewujudkan 2019adalah sebesar 15%. Namun faktanya,
pembangunan nasionalmenggunakan Anggaran Tax Ratio Indonesia saat ini adalah sebesar
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang 10,3%.
bersumberdari dua hal yaitu sumber dana Untuk mencapai penerimaan pajak
luar negeri dan sumber dana dalam negeri. yang optimalsasaran strategis yang ingin
Sumberdana luar negeri berupa pinjaman dicapai oleh DJP adalah kepatuhan Wajib
luar negeri atau hibah, dan sumber dana Pajak yang tinggi. Kepatuhan pajak menjadi
dalamnegeri diperoleh dari penjualan minyak salah satu bagian dari Key Performance
dan gas (migas), non migas serta pajak(Saputra Indicator (KPI) yang harus dicapai dan
dkk., 2016; 1). selalu dievaluasi oleh Direktorat Jenderal
Seiring dengan meningkatnya Pajak karena penerimaan pajak sangat
tuntutan pemenuhan pendanaan dipengaruhi oleh kepatuhan Wajib Pajak
pembangunan nasional yang berasal dari dalam melaporkan dan menyetorkan pajak.
sumber penerimaan dalam negeri, pajak Ukuran kepatuhan yang digunakan saat ini
memegang peranan dan fungsi yang sangat adalah kepatuhan formal saja, yaitu
strategis. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan kepatuhan pelaporan/penyampaian SPT. Rasio
negara sulit untuk dapat dilaksanakan. kepatuhan penyampaian SPT Kanwil DJP
Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari Jawa Tengah I di tahun 2017 mencapai
belanja pegawai sampai dengan pembiayaan 89,80% atau meningkat 33,49% dari tahun
berbagai proyek pembangunan.Pajak juga 2016 yakni sebesar 67,27%. Realisasi
digunakan untuk mensubsidi barang-barang penyampaian SPT di Kanwil DJP Jawa
yang sangat dibutuhkan masyarakat serta Tengah I mencapai 689.387 dari 767.708 Wajib
membantu UMKM baik dalam hal Pajak terdaftar yang wajib SPT.
pembinaan dan modal.Pencapaian target Namun demikian, tingkat penyampaian
penerimaan pajak merupakan ukuran SPT yang tinggi tidak berbanding lurus dengan
kuantitatif kinerja Direktorat Jenderal Pajak jumlah penerimaan pajak yang tinggi juga. Dari
yang harus diamankan dengan baik. total 1.646.583 Wajib Pajak yang terdaftar di
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Kanwil DJP Jawa Tengah I, hanya 67.765 Wajib
Pajak, sesuai dengan fungsinya berkewajiban Pajak yang melaporkan SPT dan melakukan
melakukan pembinaan/penyuluhan, pelayanan, pembayaran pajak. Penerimaan pajak Kanwil
dan pengawasan dalam rangka DJP Jawa Tengah di tahun 2017 adalah
mengoptimalkan penerimaan pajak. Sesuai sebesar Rp2 5.546.060.761.155 atau mencapai
dengan Rencana Strategis Direktorat Jenderal 82,33% dari total target penerimaan
Pajak tahun 2015-2019, tujuan yang ingin yakni sebesar Rp31.029.877.358.000.
dicapai adalah optimalisasi penerimaan negara. Penerimaan ini turun sebesar 14,38% dari

107
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

penerimaan di tahun 2016 sebesar negara sebagai penegak hukum untuk


Rp29.838.202.458.136. Hal ini dimungkinkan memaksa Wajib Pajak agar kepatuhan pajak
karena Wajib Pajak selama ini hanya patuh tercapai dengan melaksanakan tindakan
secara formal (tepat waktu pelaporan dan penagihan pajak. Penagihan pajak adalah
pembayaran) namun belum patuh secara material serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak
(kebenaran pelaporan dan pembayaran) melunasi utang pajak dan biaya penagihan
Wajib Pajak tersebut selanjutnya pajak dengan menegur atau
perlu dibangun dan dibina kepatuhannya mengingatkan, melaksanakan penagihan
dengan menggunakan fungsi-fungsi yang seketika dan sekaligus, memberitahukan
dimiliki oleh DJP, yaitu pelayanan, Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,
penyuluhan, pengawasan, pemeriksaan, dan melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penegakan hukum agar menjadi Wajib Pajak penyanderaan, serta menjual barang yang
yang patuh baik secara formal maupun telah disita. Penjualan barang yang telah
material.Wajib Pajak yang sudah patuh, maka disita biasanya dilakukan melalui pelelangan
kepadanya cukup diberikan pelayanan yang kecuali untuk aset-aset tertentu seperti surat
baik agar dapat menghitung, melapor, dan berharga, piutang, dan penyertaan modal pada
membayar pajak dengan mudah, murah dan perusahaan lain.
cepat.Wajib Pajak yang cukup patuh maka TUJUAN PENELITIAN
fungsi yang perlu diterapkan adalah Proses sita hingga lelang tersebut
pengawasan. Wajib Pajak yang kurang patuh, merupakan bagian dari upaya penagihan pajak
maka tindakan yang perlu diterapkan adalah yang hingga kini belum dilunasi utang
pemeriksaan. Sedangkan bagi Wajib Pajak yang pajaknya oleh wajib pajak yang bersangkutan.
tidak patuh atau diduga melakukan tindakan Tindakan sita dan lelang harta penunggak
pidana perpajakan, maka fungsi yang perlu pajak tersebut dilakukan karena upaya
diterapkan adalah penegakan hokum. penagihan aktif lainnya tidak dapat
Tujuan pemeriksaan pajak adalah membuat penunggak pajak melunasi utang
untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak serta pajaknya. Dengan adanya tindakan
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan penagihan pajak berupa penerbitan surat
ketentuan peraturan perundang- undangan teguran, surat paksa, hingga berupa sita
perpajakan. Menurut Anggraini (2016; 2), dan lelang tersebut, diharapkan agar Wajib
pemeriksaan pajak sebagai penguji Pajak atau Penanggung Pajak melunasi
kepatuhan Wajib Pajak merupakan utang pajaknya sehingga optimalisasi penerimaan
keharusan. Fiskus melakukan pemeriksaan pajak dapat tercapai.
pajak dari tahun ke tahun secara Tujuan penelitian ini untuk
berkesinambungan sebagai perwujudan bentuk menganalisis efektivitas penagihan pajak, dan
pengawasan dan pembinaan kepada Wajib kendala serta bagaimana cara mengatasi
Pajak dalam pelaksanaan pemungutan pajak di kendala yang timbul dalam pelaksanaan
Indonesia. Penagihan Pajak dengan Surat Teguran,
Direktorat Jenderal Pajak, melalui Surat Paksa, dan Penyitaan di Kantor
Kantor Pelayanan Pajak (KPP), ditunjuk oleh Pelayanan Pajak Pratama Semarang Tengah

108
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Satu. Dan seberapa besar kontribusi tidak dapat ditunjukkan adanya


penerimaan pajak melalui tindakan penagihan kontraprestasi individual oleh pemerintah.
pajak dengan Surat Teguran, Surat Paksa, 4. Digunakan untuk membiayai
dan Penyitaan terhadap penerimaan pajak rumah tangga negara, yakni
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat
Tengah Satu. bagi masyarakat luas.
TINJAUAN PUSTAKA Menurut Mardiasmo (2009; 7), sistem
Pajak pemungutan pajak dibagi menjadi 3
Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. yaitu:
Dr. Rochmat Soemitro, S.H.(dalam 1. Official Assessment System, adalah suatu
Mardiasmo, 2009): “Pajak adalah iuran sistem pajak yang memberi wewenang
rakyat kepada kas negara berdasarkan kepada pemerintah (fiskus) untuk
undang-undang (yang dapat dipaksakan) menentukan besarnya pajak yang
dengan tiada mendapat jasa timbal terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya:
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan a. Wewenang untuk menentukan besarnya
dan yang digunakan untuk membayar pajak terutang ada pada fiskus.
pengeluaran umum.” Sedangkan definisi b. Wajib Pajak bersifat pasif.
pajak menurut Undang- Undang Nomor 6 c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan
Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana 2. Self Assessment System, adalah suatu
telah diubah terakhir dengan Undang- sistem pemungutan pajak yang
Undang Nomor 16 memberi wewenang kepada Wajib Pajak
Tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib untuk menentukan sendiri besarnya
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi pajak yang terutang. Ciri-cirinya:
atau badan yang bersifat memaksa a. Wewenang untuk menentukan
berdasarkan undang-undang, dengan tidak besarnya pajak terutang ada pada
mendapatkan imbalan secara langsung dan Wajib Pajak sendiri.
digunakan untuk keperluan negara bagi
b. Wajib Pajak aktif, mulai dari
sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Dari
menghitung, menyetor, dan
definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
melaporkan sendiri pajak yang
pajak memiliki unsur-unsur:
terutang.
1. Iuran dari rakyat kepada negara Yang
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya
berhak memungut pajak hanyalah negara.
mengawasi.
Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
3. Withholding System, adalah suatu
2. Berdasarkan undang-undang Pajak dipungut
sistem pemungutan pajak yang
berdasarkan atau dengan kekuatan
memberi wewenang kepada pihak ketiga
undang-undang serta aturan pelaksanannya.
(bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari
yang bersangkutan) untuk menentukan
negara yang secara langsung dapat
besarnya pajak yang terutang oleh
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak
Wajib Pajak. Ciri-cirinya: wewenang
109
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

menentukan besarnya pajak yang besar output yang dihasilkanterhadap


terutang ada pada pihak ketiga, selain pencapaian tujuan dan sasaran yang
fiskus dan Wajib Pajak. ditentukan, maka semakin efektif proses kerja
Hambatan terhadap pemungutan suatu unit organisasi.
pajak menurut Mardiasmo (2009; 8) dapat Kontribusi dalam KBBI berarti
dikelompokkan menjadi: sumbangan. Sumbangan dalam arti ini bisa
1. Perlawanan pasifMasyarakat enggan diberi makna sebagai apa yang bisa
(pasif) membayar pajak, yang dapat diberikan secara nyata, umumnya kepada
disebabkan antara lain: bangsa dan negara. Berikut adalah
a. Perkembangan intelektual dan moral pengertian kontribusi menurut para ahli:
masyarakat. Dany H. (2006) dalam pemahamannya,
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit definisi kontribusi adalah suatu bentuk
dipahami masyarakat. sumbangan berupa material (uang) yang bisa

c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau sokongan atau sumbangan.Yandianto (2000)

dilaksanakan dengan baik. makna kontribusi adalah kumpulan adanya

2. Perlawanan aktif Perlawanan aktif meliputi uang iuran yang di dapatkan dari anggota atau

semua usaha dan perbuatan yang secara masyarkat yang bentuknya sumbangan.Dengan

langsung ditujukan kepada fiskus demikian pengertian kontribusi ditarik

dengan tujuan untuk menghindari pajak. kesimpulan bahwa kontribusi adalah sumbangan,

Bentuknya antara lain: sokongan atau dukungan terhadap sesuatu

a. Tax avoidance, yaitu usaha kegiatan.

meringankan beban pajak dengan Penagihan Pajak

tidak melanggar Undang-Undang. Menurut Undang-undang Nomor 19

b. Tax evasion, yaitu usaha Tahun 2000 definisi penagihan pajak adalah

meringankan pajak dengan cara serangkaian tindakan yang dilakukan oleh

melangar Undang- Undang DJP agar penanggung pajak melunasi utang

(menggelapkan pajak). pajak dan biaya penagihan pajak

Efektivitas dan Kontribusi dengan menegur/ memperingatkan,

Efektivitas berasal dari kata efektif yang melaksanakan penagihan seketika

memiliki makna tercapainya suatukeberhasilan dan sekaligus, memberitahukan surat paksa,

sesuai tujuan yang telah ditetapkan mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,

sebelumnya. Menurut Mahmudi dalam Giroth melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang

(2016), efektivitas digunakan untuk mengukur telah disita.

hubungan antara hasil pungutan suatu pajak Dasar hukum pelaksanaan penagihan

dengan tujuan atau target yang telah pajak diatur dalam Undang-Undang Nomor

ditetapkan. Efektivitas merupakan hubungan 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak

antara keluaran dengan tujuan atau sasaran dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah

yang harus dicapai. Dikatakan efektif apabila dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran 2000 (selanjutnya disebut UU PPSP),

akhir kebijakan (spending wisely). Semakin Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

110
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Melaksanakan Penyitaan (SPMP),


Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali ternyata penanggung pajak belum juga
diubah terakhir dengan Undang-Undang melunasi utang pajaknya, maka
Nomor 16 Tahun 2009 (selanjutnya pejabat menerbitkan surat perintah tentang
disebut UU KUP), UndangUndang Nomor pengumuman lelang.
8 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan 5. Pejabat dapat melaksanakan penjualan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan barang sitaan penanggung pajak melalui
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Kantor Lelang Negara apabila setelah
(selanjutnya disebut UU PBB), dan diterbitkannya suratperintah tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun pengumuman lelang tetapi penanggung
2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak pajak masih belum juga melunasi utang
dan Kewajiban Perpajakan (selanjutnya disebut pajaknya.
PP-74/2011). Penelitian Terdahulu
Berdasarkan Peraturan Menteri Penelitian mengenai efektivitas
Keuangan No. 24/PMK.03/2008 tahapan penagihan pajak dengan Surat Teguran,
atau proses penagihan pajak adalah sebagai Surat Paksa dan Penyitaan dan
berikut: kontribusinya terhadap penerimaan pajak
1. Pejabat menerbitkan Surat Teguran, mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Hasil
Surat Peringatan, ataupun surat dari penelitian Rifqiansyah dkk. (2014),
lainnya yang sejenis apabila dalam jangka penagihan pajak aktif dengan surat teguran
waktu 7 hari setelah jatuh tempo dinyatakan tidak efektif, dengan surat paksa
penanggung pajak tidak atau belum melunasi dinyatakan kurang efektif, dan dengan
utang pajaknya. penyitaan dinyatakan sudah efektif. Tingkat
2. Setelah itu apabila dalam jangka waktu kontribusi penagihan pajak aktif melalui
21 hari sejak diterbitkannya Surat surat teguran, surat paksa maupun surat
Teguran, Surat Peringatan, atau surat perintah melaksanakan penyitaan kurang
lain yang sejenis diterima oleh dapat berkontribusi terhadap penerimaan
penanggung pajak namun penanggung pajak. Penelitian yang dilakukan oleh
pajak masih belum juga melunasi utang Destriyatna dkk. (2014) diperoleh hasil
pajaknya maka akan diterbitkan Surat Paksa. penagihan pajak yang dilakukan dengan surat
3. Selanjutnya apabila Surat Paksa telah teguran tidak efektif, dengan surat paksa
diterbitkan dan telah diterima oleh tergolong cukup efektif, dan dengan penyitaan
Penangggung Pajak tetapi dalam jangka tergolong sangat tidak efektif dengan kontribusi
waktu 2x24 jam masih belum melunasi ketiganya sangat kurang.
utang pajaknya, maka pejabat dapat Hasil pengujian yang dilakukan oleh
menerbitkan Surat Perintah Madjid dan Kalangi (2015) menunjukan
Melaksanakan Penyitaan (SPMP). penagihan pajak dengan surat teguran dan
4. Setelah itu apabila dalam jangka waktu surat paksa tergolong tidak efektif dan
14 hari setelah dilakukannya penagihan memberikan kontribusi yang sangat kurang
pajak dengan Surat Perintah terhadap penerimaan pajak penghasilan.

111
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Penelitian Purnawardhani dkk. (2015) bertanggung jawab langsung kepada Direktorat


mengenai penagihan pajak dengan surat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Jawa Tengah I.
teguran dan surat paksa diperoleh hasil yang KPP Pratama Semarang Tengah Satu berlokasi di
tidak efektif dengan kontribusi yang sangat Jalan Pemuda No. 2 Semarang. Telepon. 024-
kurang terhadap penerimaan pajak secara 3520211/3584536, faksimile 024-
keseluruhan. Dalam penelitian yang 3520211/3584536, kode pos 50138.
dilakukan Arief dkk. (2015), efektivitas Jenis dan Sumber Data
penagihan pajak dengan surat paksa dapat Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
dikategorikan kurang efektif dan tidak terdiri dari:
efektif. Kontribusi penagihan pajak dengan 1. Data Kualitatif Data yang berupa data verbal
surat paksa terhadap penerimaan pajak atau keterangan, seperti sejarah singkat
memperlihatkan bahwa kontribusi yang instansi, struktur organisasi beserta
diberikan dari realisasi penagihan pajak pembagian tugas, Undang-Undang No.19
dengan menggunakan surat paksa tergolong tahun
rendah. Sedangkan hasil daripenelitian 1997 sebagaimana telah dirubah terakhir
Kurniasari dkk. (2016) menunjukkan Undang-undang No.19 Tahun 2000 tentang
bahwa penerapan penagihan pajak dengan penagihan pajak dengan surat paksa,
surat teguran dan surat paksa terbukti cukup Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan
efektif dengan kontribusi yang sangat kurang. menteri Keuangan, dan data lain yang relevan
METODE PENELITIAN dengan objek penulisan.
Jenis Penelitian 2. Data Kuantitatif Data yang berupa angka-
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka seperti, jumlah penerbitan Surat
gambaran penagihan pajak aktif di KPP Pratama Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah
Semarang Tengah Satu, yang meliputi tingkat Melaksanakan Penyitaan dan pencairan
efektivitas melalui penerbitan Surat Teguran, Surat tunggakan, serta data lainnya yang dibutuhkan
Paksa dan Penyitaan, serta kontribusinya dalam dalam rangka penulisan Penelitian ini.
mengoptimalkan penerimaan pajak. Sesuai dengan Sumber data yang digunakan dalam penelitian
rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ini terdiri dari:
ditetapkan, jenis penelitian yang digunakan adalah 1. Data Primer Merupakan data yang
penelitian deskriptif. Tujuan dari penelitian diperoleh secara langsung dari instansi
deskriptif adalah menggambarkan dan melalui hasil pengamatan dan wawancara
menjelaskan tentang suatu fenomena, di mana dengan karyawan di Seksi Penagihan
fenomena tersebut dapat berupa karakteristik, Seksi dan Seksi Pengolahan Data dan
bentuk, aktivitas suatu fenomena (Sukmadinata Informasi pada instansi tersebut.
dalam Purnawardhani, 2015; 4). 2. Data SekunderMerupakan data yang
Objek Penelitian diperoleh dari sumber di luar instansi
Penelitian ini dilakukan di Kantor dalam bentuk literatur-literatur akuntansi
Pelayanan Pajak Pratama Semarang Tengah Satu. maupun informasi lain yang berhubungan
KPP Pratama Semarang Tengah Satu merupakan dengan penulisan penelitian ini.
instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang Metode Pengumpulan Data

112
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Studi Pustaka Melaksanakan Penyitaan dan Pencairan


Dalam metode ini penulis Tunggakan.
mempelajari dan mengumpulkan literatur
seperti Undang-Undang Perpajakan, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Metode Analisis
Keputusan Dirjen Pajak, Surat Edaran Dirjen
Untuk mengetahui gambaran penagihan
Pajak, dan peraturan pelaksanaan lainnya, serta
pajak aktif di KPP Pratama Semarang Tengah
buku-buku literatur lainnya sehingga dapat
Satu, metode yang digunakan dalam penelitian ini
digunakan penulis untuk memperoleh
adalah metode analisis deskriptif rasio efektivitas
pengetahuan dasar, teori dan bahan-bahan yang
dan rasio kontribusi (Handayaningrat dalam
akan digunakan sebagai landasan teori
Purnawardhani, 2015; 4).Dengan metode ini,
penelitian dan acuan analisis permasalahan yang
penulis menggambarkan efektivitas dan kontribusi
dibahas.
penerbitan surat paksa terhadap pencairan
Studi Lapangan (field search)
tunggakan pajak berdasarkan data yang
Penelitian ini dilakukan terhadap dikumpulkan berupa data mengenai Surat
kegiatan dari seluruh objek penelitian yang Teguran, Surat Paksa, dan Surat Perintah
meliputi: Melaksanakan Penyitaan yang terbit pada tahun
a. Metode Observasi atau Pengamatan 2015 dan 2016.
1) Yaitu dengan mengadakan pengamatan dan 1. Efektivitas
pengumpulan data secara langsung ke
Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran
lapangan untuk memperoleh data yang
dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai
berkaitan dengan pelaksanaan penagihan
dalam kegiatan operasional, dikatakan efektif
pajak oleh Jurusita Pajak di KPP Pratama
apabila suatu proses kegiatan mencapai tujuan
Semarang Tengah Satu.
dan akhir kebijakan (Mardiasmo, 2004:132).
2) Membandingkan fakta-fakta dengan di
Rasio efektivitas penerbitan Surat Teguran,
lapangan dengan teori.
Surat Paksa, dan Surat Perintah Melaksanakan
b. Metode Interview atau WawancaraPenulis Penyitaan dihitung dengan menggunakan rumus:
mengumpulkan data dengan cara
melakukan wawancara langsungdengan
Fiskus di KPP Pratama Semarang Tengah ݉ ݉݉‫ܬ ݑ‬
Satu dan Jurusita sertapihak-pihak terkait
Setelah itu barulah diukur dengan skala
pada Seksi Penagihan dan Seksi Pengolahan
tingkat efektivitas dengan indikator sebagai
Data danInformasi
berikut:
c . Dokumentasi
1. Persentase < 60% (Tidak Efektif)
Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-
2. Persentase 60% - 80% (Kurang Efektif)
bahan yang tertulis berupa datayang
3. Persentase 80% - 90% (Cukup efektif)
diperoleh dari perpustakaan maupun dari
4. Persentase 90% - 100% (Efektif)
KPP Pratama SemarangTengah Satu yaitu
5. Persentase > 100% (Sangat Efektif)
data laporan realisasi penerbitan Surat
2. Kontribusi
Teguran, SuratPaksa, Surat Perintah

113
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Guna mengukur besarnya kontribusi 4. Menghitung pengukuran kontribus pencairan


penerimaan pajak yang berasal daripenerimaan tunggakan pajak yang berasal dari Surat
tunggakan pajak dalam mengoptimalkan Paksa, Surat Teguran dan Penyitaan
penerimaan pajak di KPPPratama Semarang terhadap penerimaan pajak tahun 2015-
Tengah Satu diperlukan sebuah analisis Rasio 2016.
PenerimaanTunggakan Pajak (RPTP). Rumus yang 5. Mencari informasi mengenai faktor-faktor
digunakan dalam menganalisis RPTPmenurut yang menjadi kendala dalam upaya
Halim dalam Purnawardhani (2015; 3) adalah penagihan pajak di KPP Pratama Semarang
sebagai berikut: Tengah Satu dengan wawancara.

PEMBAHASAN
Setelah menghitung menggunakan rumus RPTP,
Efektivitas Penagihan Pajak melalui Surat
maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
Teguran
dan menentukan klasifikasi kriteria kontribusi.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa
Berikut klasifikasi kriteria kontribusinya:
penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran
1. Persentase 0 - 10% (Sangat Kurang)
dapat dikatakan efektif jika mencapai angka 90%.
2. Persentase 10 - 20% (Kurang)
Namun, penerbitan Surat Teguran oleh KPP
3. Persentase 20 - 30% (Sedang)
Pratama Semarang Tengah Satu termasuk dalam
4. Persentase 30 - 40% (Cukup Baik)5. kriteria tidak efektif karena hasil perhitungan
Persentase 40 - 50% (Baik) tingkat efektivitas masih di bawah 60%. KPP
6. Persentase diatas 50% (Sangat Baik) Pratama Semarang Tengah Satu telah menerbitkan
Teknik Analisis Data Surat Teguran dengan nilai penagihan pada
Teknik analisis data dalam penelitian ini tahun 2015 sebesar Rp 26.958.198.292 dan pada
adalah sebagai berikut: tahun 2016 sebesar Rp 29.024.833.282. Namun

1. Menyajikan data tentang rancangan yang dapat direalisasikan hanya sebagian kecil

penerimaan pajak dan realisasi penerimaan dari target tersebut dengan jumlah penagihan

pajak selama tahun 2015-2016. yang dibayar pada tahun 2015 sebesar Rp

2. Mengklasifikasikan laporan tindakan 4.438.757.607 dan pada tahun 2016 sebesar Rp

penagihan pajak berdasarkan jumlah 3.296.729.459. Sehingga tingkat efektivitas

penerbitan Surat Paksa, Surat Teguran, dan penagihan pajak aktif dengan penerbitan Surat

Penyitaan selama tahun 2015-2016 dan Teguran pada tahun 2015 mencapai persentase

nominal tunggakan pajak, serta jumlah hanya sebesar 16,47% dan tahun 2016 sebesar

pelunasan tunggakanpajak yang disebabkan 11,36%, dimana keduanya tergolong dalam kriteria

Surat Paksa, Surat Teguran dan Penyitaan. tidak efektif.

3. Menghitung pengukuran tingkat efektivitas Hasil ini sejalan dengan penelitian yang

penagihan pajak dengan Surat Paksa, Surat dilakukan oleh Rifqiansyah dkk.(2014),

Teguran dan Penyitaan selama periode Destriyatna dkk. (2014), Madjid dan Kalangi

2015-2016 terhadap pencairan tunggakan (2015), serta Purnawardhanidkk. (2015) yang

pajak tahun 2015-2016. menyatakan bahwa penagihan pajak aktif yang


dilakukan melalui Surat Teguran tergolong tidak

114
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

efektif. Berdasarkan hasil wawancara yang Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan terhadap Juru Sita Pajak KPP Pratama dilakukan oleh Madjid dan Kalangi (2015),
Semarang Tengah Satu, hal ini disebabkan oleh Purnawardhani (2015), serta Arief dkk. (2015)
beberapa faktor yaitu: yang menyatakan bahwa penagihan pajak aktif
1. Wajib Pajak pindah alamat dan tidak dapat yang dilakukan melalui Surat Paksa tergolong
ditemukan keberadaannya, sehingga Surat tidak efektif. Berdasarkan hasil wawancara yang
Teguran kembali ke KPP Pratama Semarang dilakukan terhadap Juru Sita Pajak KPP Pratama
Tengah Satu. Semarang Tengah Satu, hal ini disebabkan oleh
2. Wajib Pajak yang sudah tidak aktif/bubar beberapa faktor yaitu:
usahanya. 1. Wajib Pajak pindah alamat dan tidak dapat

3. Wajib Pajak sudah meninggal dan ahli waris ditemukan keberadaannya, sehingga Surat

tidak bersedia menanggungkewajiban Paksa kembali ke KPP Pratama Semarang

perpajakannya. Tengah Satu.

4. Penanggung Pajak mengajukan permohonan 2. Wajib Pajak yang sudah tidak aktif/bubar
angsuran atau penundaanpembayaran utang usahanya.
pajak5. Wajib Pajak tidak mempunyai 3. Penanggung Pajak tidak mengakui memiliki
kemampuan bayar lagi. utang pajak.
Efektivitas Penagihan Pajak melalui Surat 4. Wajib Pajak tidak mempunyai kemampuan
Paksa bayar lagi.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa
penagihan pajak aktif dengan Surat Paksa dapat
dikatakan efektif jika mencapai angka 90%.
Efektivitas Penagihan Pajak melalui Penyitaan
Namun, penerbitan Surat Paksa oleh KPP
KPP Pratama Semarang Tengah Satu telah
Pratama Semarang Tengah Satu belum dapat
menerbitkan Surat PerintahMelaksanakan
dikatakan efektifkarena hasil perhitungan tingkat
Penyitaan kepada Wajib Pajak dengan nilai
efektivitas yang belum mencapai persentase
penagihan pada tahun2015 sebesar Rp
tersebut. KPP Pratama Semarang Tengah Satu
15.066.268.201 dan pada tahun 2016 sebesar Rp
telah menerbitkan Surat Paksa kepada Wajib Pajak
16.885.520.967.Jumlah penagihan yang dapat
dengan nilai penagihan pada tahun 2015 sebesar Rp
direalisasikan dari target tersebut pada tahun
22.962.675.217 dan pada tahun 2016 sebesar Rp
2015sebesar Rp 18.189.982.175 dan pada tahun
22.686.904.588. Namun yang dapat direalisasikan
2016 sebesar Rp 12.797.076.596.Sehingga tingkat
hanya sebagian dari target tersebut dengan jumlah
efektivitas penagihan pajak aktif dengan penerbitan
penagihan yang dibayar pada tahun 2015 sebesar
SuratPerintah Melaksanakan Penyitaan pada tahun
Rp 1.199.275.108 dan pada tahun 2016 sebesar Rp
2015 sebesar 120,73% tergolong sangat efektif
256.131.089. Sehingga tingkatefektivitas
karena melebihi angka 100% dan pada tahun 2016
penagihan pajak aktif dengan penerbitan Surat
sebesar 75,79% sehingga tergolong kurang efektif.
Paksa pada tahun 2015 sebesar 5,22% dan tahun
Hasil ini sejalan dengan penelitian
2016 sebesar 1,13%, dimana keduanya tergolong
yang dilakukan oleh Rifqiansyah dkk. (2014)
dalam kriteria tidak efektif.
yang menyatakan bahwa penagihan pajak aktif
yang dilakukan melalui Penyitaan tergolong sudah
115
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

efektif meskipun di tahun 2016 tergolong keberadaan Wajib Pajak melalui tetangga atau
kurang efektif. Berdasarkan hasil wawancara saudara Wajib Pajak.
yang dilakukan terhadap Juru Sita Pajak KPP Kontribusi Penerimaan Pajak melalui Surat
Pratama Semarang Tengah Satu, pencapaian Paksa
realisasi pencairan tunggakan pajak melalui Pada tabel 5.8, pada tahun 2015
Penyitaan dapat melebihi 75% karena Wajib diperoleh kontribusi penerimaan pajak melalui
Pajak bersikap kooperatif saat dilakukan penerbitan Surat Paksa sebesar 0,33% dan
Penyitaan. Dalam beberapa kasus, Wajib Pajak tergolong dalam kriteria sangat kurang. Pada
juga menolak penyitaan atas asetnya dan lebih tahun 2016, diperoleh kontribusi penerimaan
memilih melunasi utang pajaknya setelah pajak melalui penerbitan Surat Paksa sebesar
disampaiakan Surat Perintah Melaksanakan 0,05% dan tergolong dalam kriteria sangat kurang.
Penyitaan oleh Juru Sita Pajak KPP Pratama Hal tersebut disebabkan karena jumlah pencairan
Semarang Tengah Satu. tunggakan pajak oleh Wajib Pajak melalui
Kontribusi Penerimaan Pajak melalui Surat Surat Paksa tidak terlalu besar, sehingga hasil
Teguran pencairan tunggakanatas penerbitan Surat Paksa
Sebagaimana tertera pada tabel 5.7, tidak sebanding dan tidak memiliki kontribusi
pada tahun 2015 diperoleh kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan pajak di
penerimaan pajak melalui penerbitan Surat KPP Pratama Semarang Tengah Satu.
Teguran sebesar 1,21% dan tergolong dalam Menyadari bahwa kontribusi surat paksa
kriteria sangat kurang. Pada tahun 2016, diperoleh masih sangat kurang, pihak KPP Pratama
kontribusi penerimaan pajak melalui penerbitan Semarang Tengah Satu perlu
Surat Teguran sebesar 0,62% dan tergolong dalam mengadakan evaluasi agar dapat
kriteria sangat kurang. Hal tersebut disebabkan dilakukan perbaikan-perbaikan kinerja di bidang
karena jumlah pencairantunggakan pajak oleh penagihan serta melakukan upaya-upaya yang
Wajib Pajak melalui Surat Teguran tidak terlalu dapat meningkatkan kesadaran penanggung pajak
besar, sehingga hasil pencairan tunggakan atas sehingga dapat memperbesar jumlah pencairan
penerbitan Surat Teguran tidak sebanding dan tunggakan pajak melalui Surat Paksa dan
tidak memiliki kontribusi yang cukup besar memaksimalkan kontribusi terhadap penerimaan
terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama pajak di KPP Pratama Semarang Tengah Satu
Semarang Tengah Satu. Menyadari bahwa masih misalnya dengan membuat surat himbauan dan
banyak tunggakan yang belum mampu dicairkan konseling terhadap Wajib Pajak yang menunggak
dengan surat teguran, maka perlu adanya evaluasi pajak secara bertahap.
agar dapat dilakukan perbaikan-perbaikan Kontribusi Penerimaan Pajak melalui Penyitaan
khususnya di bidang penagihan sehingga Sebagaimana tertera pada tabel 5.9,
diharapkan mampu meningkatkan kontribusi pada tahun 2015 diperoleh kontribusi
penagihan pajak aktif melalui Surat Teguran di penerimaan pajak melalui penerbitan Surat
KPP Pratama Semarang Tengah Satu misalnya Perintah Melaksanakan Penyitaan sebesar 4,94%
dengan melakukan penelitian administrasi lebih dan tergolong dalam kriteria sangat kurang.
intensif terhadap Wajib Pajak yang tidak dapat Pada tahun 2016, diperoleh kontribusi
ditemukan lagi dengan mencari data informasi penerimaan pajak melalui penerbitan Surat

116
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Perintah Melaksanakan Penyitaan sebesar 2,42% pajak aktif dengan penerbitan Surat Teguran
dan tergolong dalam kriteria sangat kurang. tidak efektif.
Hal tersebut disebabkan karena jumlah 3. Tingkat efektivitas penagihan pajak aktif
pencairan tunggakan pajak oleh Wajib Pajak dengan Surat Paksa pada tahun 2015 dan
melaluiPenyitaan tidak terlalu besar, sehingga hasil 2016 adalah 5,22% dan 1,13%. Hasil
pencairan tunggakan atas penerbitan Surat tersebut menunjukkan bahwa penagihan
Perintah Melaksanakan Penyitaan tidak sebanding pajak aktif dengan penerbitan Surat Paksa
dan tidak memiliki kontribusi yang cukup besar tidak efektif.
terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama 4. Tingkat efektivitas penagihan pajak aktif
Semarang Tengah Satu. Menyadari bahwa dengan Penyitaan pada tahun 2015 dan 2016
masih terdapat tunggakan yangbelum mampu adalah 120,73% dan 75,79%. Hasil tersebut
dicairkan dengan Surat Perintah Melaksanakan menunjukkan bahwa penagihan pajak aktif
Penyitaan, maka perlu adanya evaluasi agar dapat dengan Penyitaan di tahun 2015 sangat efektif
dilakukan perbaikan-perbaikan khususnya di dan di tahun 2016 kurang efektif.
bidang penagihan sehingga mampu meningkatkan 5. Pada tahun 2015 diperoleh kontribusi
kontribusi penagihan pajak aktif melalui Penyitaan penerimaan pajak melalui penerbitan Surat
di KPP Pratama Semarang Tengah Satu misalnya Teguran sebesar 1,21% dan tergolong dalam
dengan memaksimalkan penagihan aktif berupa kriteria sangat kurang. Pada tahun 2016
pemblokiran, pencegahan dan penyanderaan diperoleh kontribusi penerimaan pajak
terhadap Wajib Pajak besar yang tidak mempunyai melalui penerbitan Surat Teguran sebesar
itikad baik dalam melunasi tunggakan pajaknya. 0,62% dan tergolong dalam kriteria sangat
KESIMPULAN kurang.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini 6. Pada tahun 2015 diperoleh kontribusi
adalah: penerimaan pajak melalui penerbitan Surat
1. Realisasi penerimaan pajak di KPP Pratama Paksa sebesar 0,33% dan tergolong dalam
Semarang Tengah Satu belum mencapai kriteria sangat kurang. Pada tahun 2016
target yang telah ditetapkan dengan adanya diperoleh kontribusi penerimaan pajak
tunggakan pajak sebesar Rp 14.332.979.964 melalui penerbitan Surat Paksa sebesar
pada tahun 2015. Pada tahun 2016, realisasi 0,05% dan tergolong dalam kriteria sangat
penerimaan pajak KPP Pratama Semarang kurang.
Tengah Satu adalah sebesar Rp 7. Pada tahun 2015 diperoleh kontribusi
528.825.764.900 dan telah melewati target penerimaan pajak melalui Penyitaan
yang ditetapkan yaitu sebesar Rp sebesar 4,94% dan tergolong dalam kriteria
503.854.475.000 sehingga tidak terdapat sangat kurang. Pada tahun 2016 diperoleh
tunggakan pajak. kontribusi penerimaan pajak melalui
2. Tingkat efektivitas penagihan pajak aktif Penyitaan sebesar 2,42% dan tergolong
dengan Surat Teguran pada tahun 2015 dan dalam kriteria sangat kurang
2016 adalah 16,47% dan 11,36%. Hasil Saran
tersebut menunjukkan bahwa penagihan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
pelaksanaan penagihan pajak melaluiSurat Teguran

117
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Surat Paksa, dan Penyitaan di KPP Pratama “Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan
Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah
Semarang Tengah masih belum efektif. Saran yang
Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II
diberikan dalam penelitian ini adalah: dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta, Serta
1. Untuk menunjang keberhasilan pencairan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor
piutang pajak, Juru Sita Pajak sebaiknya Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan di Lingkungan Kantor
mengetahui karakteristik masing-masing
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa
Wajib Pajak terlebih dahulu, karena Tengah I, Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor
kondisi dan karakteristik Wajib Pajak satu
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah
dengan yang lain berbeda. Istimewa Yogyakarta”.
Kurniasari, Putri dkk. 2016. “Efektivitas
2. Perlu dilakukan profilling terhadap 100
Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan
penunggak pajak terbesar dan melakukan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak
Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
pengawasan prioritas terhadap Wajib Pajak
Pratama di Balikpapan.” Jurnal Ekonomi
tersebut3. Ketersediaan data dan dan Keuangan, Volume 13, Nomor 1.
Madjid, Olvi dan Lintje Kalangi. 2015.
informasi yang lengkap dan akurat sangat
“Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat
diperlukan dalam proses penagihan pajak, Teguran dan Surat Paksa Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Pada
sehingga Juru Sita Pajak perlu dibekali
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung.”
berbagai teknik pencarian data. Jurnal EMBA 478, Volume 3, Nomor 4,
Desember, halaman 478-487. Mardiasmo.
DAFTAR PUSTAKA
2009. Perpajakan: Edisi Revisi 2009.
Anggraini, Devi Septya dkk. 2016. “Efektivitas Yogyakarta:Andi. Pedoman Penagihan Pajak. 2015.
Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Dalam Jakarta: Direktorat Pemeriksaan dan
Rangka Meningkatkan Penerimaan Pajak Penagihan. Peraturan Menteri Keuangan
(Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang
Pratama Malang Selatan).” Jurnal “Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Perpajakan (JEJAK), Volume 8, Nomor 1. Direktorat Jenderal Pajak”.
Arief, Revvica Firmannisya dkk. 2015. “Analisis Purnawardhani, Restika dkk. 2015. “Efektivitas
Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Penagihan Pajak Aktif Dengan Surat
Paksa Dalam Meningkatkan Penerimaan Teguran dan Surat Paksa Dalam Upaya
Pajak (Studi Pada KPP Pratama Malang Optimalisasi Penerimaaan Pajak (Studi
Selatan Tahun 2012-2014).” Jurnal Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya
Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB), Malang).” Jurnal Perpajakan (JEJAK),
Volume 6, Nomor 1. Data dari Kantor Volume 1, Nomor 1.
Pelayanan Pajak Pratama Semarang Tengah Rifqiansyah, Hasbi dkk. 2014. “Analisis
Satu. Efektivitas dan Kontribusi Penagihan Pajak
Destriyatna, Gilang dkk. 2014. “Efektivitas Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak
Penagihan Pajak dengan Surat Teguran, (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surat Paksa dan Penyitaan dalam Malang Utara).” Jurnal Administrasi Bisnis
Mengoptimalkan Penerimaan Pajak di (JAB), Volume 15, Nomor 1, OktoberSaputra,
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Rachman Bawono Sidiq dkk. 2016.
Selatan.” Jurnal “Implementasi Penagihan Pajak Sesuai
Perpajakan, Volume 3, Nomor 1, Desember. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Jo.
Giroth, David dkk. 2016. “Analisis Efektivitas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000
Pemeriksaan Pajak Dalam Upaya (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Meningkatkan Penerimaan Pajak Pada Mojokerto).” Jurnal Perpajakan (JEJAK),
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado.” Volume 8, Nomor 1.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Volume 16, Tambunan, Bonifasius H. 2016. “Efektivitas
Nomor 04. Penagihan Pajak Penghasilan Pasal 21
Halim, Abdul, Icuk Rangga Bawono, dan Amin Terhadap Penerimaan Pajak Melalui Surat
Dara. 2014. Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Paksa (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan
Contoh, dan Studi Kasus. Jakarta: Salemba Pajak Pratama (KPP) Medan Petisah.” Jurnal
Empat. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Akuntansi dan Bisnis, Volume 2, Nomor 2,
Nomor KEP-141/PJ/2007 tentang Nopember.
118
Dinamika Sosial Budaya, Vol 20, No. 2, Desember 2018, pp 106-119
p-ISSN: 1410-9859& e-ISSN: 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang


Perpajakan. 2013. Jakarta: Direktorat
Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan
Masyarakat. Undang-undang Nomor 19
Tahun 1997 tentang “Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa” sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 19
Tahun 2000.

119

Anda mungkin juga menyukai