Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN dan KASUS DENGAN DIAGNOSA MEDIK

“FLOUR ALBUS” pada stage MATERNITAS

Tanggal, 27 april-2 mei 2020

OLEH
Rahmawati.u S.Kep
Ns 19.051

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………………………….) (…………………………………)

YAYASAN PENDIDIKAN KASIH BUNDA KALALEMBANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN LAKIPADADA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

FLOUR ALBUS

I. KONSEP DASAR MEDIK

A. Defenisi

Flour albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina

selain darah. Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan salah satu tanda

dan gejala dari suatu penyakit reproduksi wanita (Rahmayanti, 2010). Flour

Albus adalah nama lain dari keputihan. Normalnya keputihan dialami sebelum

atau sesudah menstruasi. Namun, banyak juga wanita mengalami keputihan

abnormal yaitu keputihan yang menimbulkan rasa tak nyaman pada vagina, rasa

gatal, dan bau tak sedap (Dits,2010).

Keputihan adalah semacam slim yang keluar terlalu banyak, warnanya putih

seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika slim atau lendir ini tidak

terlalu banyak, tidak menjadi masalah (Sasmiyanti & Handayanti, 2011).

Keputihan adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang keluar dari alat-

alat genetalia yang tidak berupa darah.

B. Klasifikasi

Ada dau jenis keputihan yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan tidak

normal (patologis)

1. Keputihan normal (fisiologis)

Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus

yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, keputihan

fisiologis ditemukan pada :

a. Bayi yang baru lahir sampai umur kirakira 10 hari, disini sebabnya ialah

pengaruh esterogen dari plansenta terhadap uterus dan vagina janin.


b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh esterogen

keputihan disini hilang sendiri, akan tetapi dapt menimbulkan keresahan

pada orang tuanya.

c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,

disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.

d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks

uteri menjadi lebih encer.

Menurut Wijayanti (2010) keputihan normal ciri-cirinya ialah : warnanya

kuning, kadang-kadang putih kental, tidak berbau tanpa disertai keluhan

(misalnya gatal. Nyeri, rasa terbakar, dll), keluar pada saat menjelang dan

sesudah menstruasi atau pada saat stress atau kelelahan.

Keputihan ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari

bakteri yang menjaga kadar keasaman Ph wanita. Cairan ini selalu berada di

dalam alat genital tersebut. Keasamaan pada vagina wanita harus berkisar

antara 3,8 sampai 4,2 maka sebagian bakteri yang ada adalah bakteri

menguntungkan. Bakteri menguntungkan ini hampir mencapai 95%

sedangkan yang lain adalah bakteri merugikan dan menimbulkan penyakit

(patogen).

2. Keputihan tidak normal (patologis)

Penyebab paling penting dari keputihan patologi ialah infeksi. Disini cairan

mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan

sampai hijau, sering kali lebih kental dan berbau.

Keputihan yang tidak normal ialah keputihan dengan ciri-ciri : jumlahnya

banyak, timbul terus-menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau,


abu-abu) disertai adanya keluhan (seperti gatal, panas, nyeri) serta berbau

(apek,amis).

C. Etiologi

Ada beberapa penyebab flour albus seperti :

1. Infeksi Gonore, misalnya menghasilkan cairan kental, bernanah dan

berwarna kuning kehijauan.

2. Parasit Trichomonas Vaginalis menghasilkan banyak cairan, berupa cairan

encer berwarna kuning kelabu.

3. Keputihan yang disertai bau busuk dapat disebabkan oleh kanker

4. Kelelahan.

Menurut Maulana (2011) keputihan yang keluar dari mulut rahim dikenal

dengan serviks sensitis atau radang mulut rahim. Hal ini sering menyerang

wanita usia reproduktif dan biasanya diakibatkan oleh :

1. Jamur (candidiasis), biasanya bukan karena ditularkan oleh hubungan

seksual. Hal ini biasa disebabkan oleh ketidakseimbangan flora di vagina.

Normalnya vagina memiliki jamur dan bakteri perusak tetapi apabila

keduanya tidak seimbang akan menyebabkan peradangan pada vagina

(vaginistis). Keputihan yang disebabkan oleh jamur ini terlihat agak tebal dan

kental atau biasa juga terlihat tipis seperti susu basi. Keputihan ini bisa jadi

kehijauan, jika terjadi infeksi sekunder dan menimbulkan rasa gatal serta

vagina berwarna kemerahan dan bengkak.

2. Bakteri ( vaginosis) gejala bakteri vaginosis biasanya dicirikan dengan

adanya noda (keputihan) hingga kekuningan dengan bau kurang sedap.

Wanita akan merasa gatal disekita vagina.


3. Parasit (trikomoniasis), keputihan karena parasit biasanya menyerang wanita

atau pria. Trichkomnas biasanya berpindah melalui hubungan seksual, juga

dapt berpindah jika seseorang bergantian menggunakan handuk, underwear,

atau benda basah/lembab. Biasanya keputihan terlihat seperti busa dan

berbau tidak sedap. Mungkinada sedikit rasa gatal dan kemerhan disekitar

vagina.

D. Patofisiologi

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa

dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan

penderita sebagai suatu infeksi, khsususnya oleh jamur. Lingkungan vagina yang

normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara Lactobalicullus

acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil

metabolit lain. Lactobalicullus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang

toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina,

produksi glikogen, lactobacillus dan produksi asam laktat yang menghasilkan Ph

Vagina rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan

lain.

kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp.

Terutama C, albicans.infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina.

Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-

hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang

bersprektum luas, pengunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan,

diabetes yang tidak terkontrol. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan

produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon estrogen dan

progesteron karena kontrasepsi oral menyebabkan perelngketan candida albicans


pada sel eitel vagina dan merupakan media bagi pertumbuhan jamur. Candida

Albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa

asimtomatis atau sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat

immunosuppresan juga menjadi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis. Pada

penderita dengan Trikomoniasis , perubahan kadar estrogen dan progesterone

menyebabkan peningkatan Ph vagina dan kadar glikogen sehinnga berpotensi

bagi pertumbuhan dan vurulensia dari Thrichomonas vaginalis.,

vaginitis sering disebabkan oleh flora normal vagina berubah karena pengaruh

bakteri paatogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri

pathogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri

pathogen itu mengalami proliferasi. Anibiotik kontrasepsi, hubungan seksual atau

stress dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu

pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bachterial, di yakini bahwa faktor-

faktor itu dapat menunrunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh

Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan Ph dan memacu

pertumbuhan gardnerella vaginalis, mycoplasma hominis dan mobiluncus yang

normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit

misalnya amin, yang menaikkan Ph vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel

vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada

vaginosus bacterial.

Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita Tuberculosis,

anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan

keadaan umum yang jellek, higiene yng buruk dan pada perempuan yang sering

menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat


E. Pathway

Faktor resiko : gangguan hormon,infeksi (jamur, bakteri, parasit) kanker


Kurang perhatian hygiene alat kelamin

Terganggunya keseimbangan ekosistem dalam vagina

Tumbuh jamur & kuman (patogen)

Tingkaat keasaaman dalam vagina terganggu

Flora normal dalam vagina mati

Timbul keputihan abnormal : leukorea patologis ansietas

Cairan keputihan berbau Gatal pada kemaluan

Gangguan kenyamanan

Iritasi pada kulit Resiko infeksi

Tidak mengetahui cara perawtanya

Kerusakan integritas kulit

Kurang pengetahuan
F. Manifestasi klinis

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari secret vagina

merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering

kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan

memberikan beberapa gejala flour albus:

1. Keputihan disertai gatal, ruam kulit dan nyeri.

2. Sekret vagina yang bertambah banyak.

3. Rasa panas saat miksi

4. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal.

5. Berwarna putih keabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

6. Vaginosis bacterial sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abuhingga

kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah

setelah hubungan seksual.

7. Trikomoniasis sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan,

berbusa, dan berbau amis.

8. Kandidiasis sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang

hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak diadaerah genital

tidak ada komplikasi yang serius.

9. Infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna

kining seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang

abnormal.

G. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalis

2. Kultur urine untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius


3. Sitologi vagina

4. Kultur sekret vagina

5. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis.

6. USG abdomen

7. Sitology dan biopsy jaringan abnormal.

8. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes.

9. Pemeriksaan ph vagina

10. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan gram fisiologis dan KOH

10%.

11. Pap smear.

H. Penatalksanaan

Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (flour Albus), sebaiknya

penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan

kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga

memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat

mengandung darah atau hitam sera bau busuk.

Pentalaksanaan keputihan terantung dari penyebab ifeksi seperti jamur, bakteri

atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan

menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Pbat-obatan yang

digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazal

untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral

(tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan

langsung kedalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubngan

seksual terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak

berhubungan seksual selama dalam masa pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk
selalu menjagakebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus

mencegah berulangnya keputihan.

Tujuan pengobatan :

1. Menghilangkan gejala

2. Memberanta penyebabnya

3. Mencegah terjadinya infeksi ulang

I. Komplikasi

Pada kebanyakan kasus, bakterial vaginosis tidak menimbulkan komplikasi

setelah pengobtan. Namun pada keadaan tertentu, dapat terjadi komplikasi yang

berat. Bakterial vaginosis sering dikaitkan dengan penyakit radang panggul

(pelvic inflamatory disiasse), diamana angka kejadian baktei vaginosis tinggi

pada penderita PID. Prinsip bahwa konsentrasi tinggi bakteri pada suatu tempat

meningkatkan frekuensi ditempatyang berdekatan. Terjadi peningkatan infeksi

traktus genetakis atas berhubungan dengan bakterial vaginosis. Lebih muda

terjadi infeksi Gonorrhoea dan Klamidia. Meningkatkan ketentuan terhadap HIV

dan infeksi penyakiot menular seksual lainnya.


II. Konsep dasar keperawatan

A. Pengkajian

1. Usia

Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Wanita dalam usia

reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual

dan penyakit infeksi lainnya. Pada wanita yang usianya lebih tua harus

dipikirkan kemungkinan terjadinya keganasan terutama kanker serviks.

2. Metode kontrasepsi yang dipakai

Pada penggunaan kontrasebsi yang abnormal dapat meningkatkan sekresi

kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengn adanya infeksi jamur.

Pemeriksaan IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks

menjadi meningkat.

3. Kontak seksual

Untuk mengantisipasi flour albus akibat PHS seperti gonorea, kondiloma

Akuminta, Herpes Genetalis dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan

kontak seksual terakhir.

4. Perilaku

Pasien yang tinggal diasrama atau bersama temannya kemungkinan tertular

penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya flour albus cukup besar.

5. Sifat flour albus

Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,

keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah berapa lama kejadian

tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan

mengetahui hal-hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.

6. Hamil taua mnestruasi


Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi, karena pada

keadaan ini flour albus yang terjadi adalah fisiologis.

7. Masa inkubasi

Bila flour albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh

rangsangan fisik:

 Penyakit yang diderita

 Pengunaan oabt antibiotik atau kortikosteroid

8. Pemeriksaan fisik dan genital

Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya

kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya yang

mungkin berkaitan dengan flour albus.

Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan gebetalia

meliputi :

 Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna

 Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks

 Pemeriksaan pelvis bimanual

B. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan kenyamanan

2. Ansietas

3. Kurang pengetahuan

4. Kerusakan integritas kulit

5. Resiko infeksi
C. Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Noc Nic


1 Gangguan kenyamanan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji sumber ketidaknyamanan.
keperawatan selama.......pasien 2. Anjurkan pasien menggunakan
diharapkan akan : pakaian dalam yang dapat
 Pasien merasa nyaman menyerab keringat.
3. Ajarkan pasien cara
membersihkan area genetalia.
4. Anjurkan pasien untuk tidak
menggunakan sabun saat
membersihkan vagina.
2 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan kebersihan,
keperawatan selama ......... kekeringan, dan kelembapan
diharpakan pasien akan : kulit, gunakan air hangat saat
 Tidak ada lesi pada vagina mandi.
 Tidak ada tanda-tanda 2. Anjurkan intake nutrisi yang
inttegritas kulit. adekuat
3. Edukasi pasien dan keluarga
untuk menjaga pasien
terhindar dari bahan kimia
seperti detergen dan tidak
mengunakan sabun serta
pelembab kulit yang
mengandung alcohol, serta
menjaga kebersihan vagina.
4. Kolaborasi pemberian
antibiotik.

3 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan.

keperawatan selama 2. Berikan kesempatan pada

..........diharapkan pasien akan : pasien untuk

 Pasien menjelaskan kembali mnegungkapkanperasaanya.

tentang penyakitnya. 3. Berikan informasi akurat

 Pasien berpartisipasi dalam tentang penyakit pasien.

perawatan.

4 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kecemasan klien.


keperawatan 2. Berikan kesempatan pada

selama.........diharapkan pasien pasien untuk mengungkapkan

akan : perasaanya.

 Pasien rileks 3. Berikan informasi akurat

 Ekspresi wajah ceria tentang perawatan atau

tindakan yang dilakukan.

5 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda infeksi

keperawatan selama 2. Observasi TTV

........diharapkan pasien akan : 3. Gunakan antiseptik dalam

 Tidak ada tanda-tanda infeksi merawat pasien.

 Hasl laboratorium dalam 4. Anjurkan pasien atau keluarga

batas normal. untuk mencuci tangan yang

benar.

5. Berikan edukasi tentang

perawatan organ reproduksi

6. Kolaborasi pemberian

antibiotik.

D. Contoh kasus
Hubungan pengetahuan, vulva hygiene, stressdan pola makan dengan

kejadian flour Albus.

Kesehatan reproduksi remaja mempunyai makna suatu kondisi sehat yang

menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) yang dimiliki oleh

remaja baik secara fisik, mental, sosial dan spritual. Masalah organ reproduksi

pada remaja perlu mendapat perhatian yang serius, karena masalah tersebut

paling sering muncul pada negara-negara berkembang termasuk indonesia. Salah

satu masalah kesehatan reproduksi wanita adalah flour albus. Angka kejadian

flour Albus di dunia sangat besar. Rata-rata lebi dari 50% perempuan disetiap

dunia mengalaminya. Selain sangat mengganggu, flour albus juga merupakan

salah satu tanda keganasan. Flour albus adalah cairan putih yang keluar dari

vagina secara berlebihan. Infeksi flour albus dapat juga disebabkan oleh

kurangnya perawatan remaja terhadap alat genital seperti mencuci vagina dngan

air yang teregenang di ember, memakai pembilas secra berlebihan, menggunakan

celana ketat yang tidak menyerap keringat, jarang mencuci celana dalam, dan

tidak sering menggunakan pembalut. Kasus keputihan di Indonesia semakin

meningkat. Penelitian menyebutkan bahwa tahun 2010, 52% wanita diindonesia

mengalami keputian.

1. Hubungan pengetahuan dengan kejadian infeksi flour albus.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Membentuk perilaku yang baik pada remaja putri harus menambah

pengetahuannya dengan cara remaja putei menerima input dan untuk itu
seseorang harus mempertimbangkan logika dalam pengambilan keputusan

untuk berperilaku yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

yang berpengetahuan dengan kategori cukup terdapat responden yag tidak

mengalami flour albus. Disisi lain ada responden yang berpengetahuan cukup

akan tetapi masih mengalami infeksi flour albus, hal ini disebabkan

responden tersebut kurang menjaga pola makan dan kondisi tubuhnya,

sehingga stress dapat mudah terjadi.

2. Hubungan vulva higiene dengan kejadian infeksi flour albus.

Vulva hygiene adalah tindkan memelihara kebersihan organ kewanitaan

bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankankesehatan dengan

mencegah infeksi seperti tindakan membasuh kemaluan dari arah uretra ke

arah anus menggunakan air yang bersih, tanpa memakai antiseptic,

mengeringkannya dengan handuk kering dan bersih atau tissue, mencuci

tangan sebelum membersihkan daerah kewanitaan. Berdasarkan hasil yang

didapatkan peneliti bahwa sebagian besar responden memiliki vilva hygiene

yang baik, kondisi ini didukung oleh tingkat pendidikan responden. Siswi

SMA telah mendapatkan dasar-dasar kesehatan resproduksi melalui pelajaran

di SMP maupun SMA. Selain itu keberadaan saran prasarana berupa fasilitas

kesehatan an fasilitas lain yang mendukung perilaku vulva gygiene juga

menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku vulva hygiene.

3. Hubungan stress dengan kejadian flour albus.

Stress adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kenutuhan

yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya. Kondisi

tubuh yang kelelahan dan stress baik fisik maupun psikologis dapat
mempengaruhi kerja hormon-hormon didalam tubuh perempuan termasuk

memicu peningktan hormon estrogen. Orang yang berusia lebih muda akan

mengalami stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berusia

lebih tua. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Irawati

(2004) yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka

makin tinggi kecemasan remaja yang mengalami keputihan semakin rendah.

4. Hubungan pola makan dengan kejadian infeksi flour albus.

Pola makan adalah bebrbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai macam dan jumlah makanansetiap hari oleh satu orang dan

mempunyai ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat. Pola makan yang

dimaksud disini adalah konsumsi makanan yang dapat memicu kejadian

infeksi flour albus meliputi makanan yang proses pengelolaanya

menggunakan tepung, jenis buah tertentu yang mengandung gula, dan

makanan olahan kemasan dengan kadar gula tinggi, serta minuman bersoda.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi makanan dengan

jumlah gula yang berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada bakteri

yang bermanfaat yang tinggal di vagina. Bakteri yang hidup divagina disebut

lactobacillus (bakteri baik) yang mampu meraagikan gula menjadi asam

laktat. Proses ini menghambat pertumbuhan jamur dan menahan

perkembangan infeksi vagina. Flour albus akan tetap tekendali bila makanan

yang dikonsumsi adalah karbohidrat dengan kadar gula yang rendah

misalnya kol, wortel, kangkung, bayam,kacang panjang, tomat dan seledri.

Salah satu yang mempengaruhi timbulnya penyakit flour albus yaitu

mengkonsumsi jenis buah tertentu yang mengandung fruktosa yang

merupakan makanan bagi bakteri candida sehingga dengan mengkonsumsi


jenis buah ini dapat memudahkan pertumbuhan bakteri didaerah vagina.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pola makan yang

baik sudah terhindar dari infeksi flour albus. Hal ini menunjukkan bahwa

penerpan pola makan yang baik dalam kehidupan sehari-hari sudah cukup

memadai sehingga dapat terhindar dari penyakit infeksi flour albus, akan

tetapi ada responden yang mengal;ami infeksi flour albus, pola maknnya

masih buruk, hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan responden

mengenai makanan yang dapat memicu kejadian infeksi flour albus. Selain

itu juga mengkonsumsi makanan dan minuman mengandung gula yang tinggi

dapat menyebabkan bakteri lactobacillus tidak dapat meragikan semua gula

kedalam asam laktat dan tidak dapat menahan pertumbuhan penyakit, maka

jumlah gula menjadi meningkat dan jamur atau bakteri perusak akan

bertambah banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin.(2010).Flour Albus Penyakit Menular Seksual.Yogyakarta:LKIS


Manoe, I.(2011).Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi.Ujung
pandang:fakultas kedokteran UNHAS
Maulana.(2010).Buku Pnduan Ibu Lengkap Kehamilan.Yogyakarta: Kata Hati
Sarwono.(2011).Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Wijayanti.(3023). Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita.Yoyakarta :
Book Mars
Wiknjosastro, H, Saifuddin.(2011).Radang dan Beberapa Penyakit Lain Pada Alat
Genital Wanita in Ilmu Kandungan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai