Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Materi 1
Definisi Study Qur’an

Pengampu: Bpk.Saiful Bahri

Di susun oleh Kelompok 3 yaitu:


Miftah Hanifah
M.Zacky.Robbani
Syifaus Syarif
Definisi study Al Quran dan objek kajiannya

Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
(Nabi & roshul terakhir), melalui perantara Malaikat Jibril a.s. Kitab suci ini mempunyai
kekuatan luar biasa yang berada di luar kemampuan makhluk. Kandungan pesan Ilahi yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam bentuk Al-Quran ini telah menjadi landasan
kehidupan individual dan sosial kaum Muslimin dalam segala aspeknya, Itu sebabnya Al-
quran berada di jantung kehidupan umat Muslim. Namun tanpa pemahaman yang semestinya
terhadap Al-Quran ,kehidupan,pemikiran,dan kebudayaan kaum muslim sangat sulit
dipahami.

Kajian dalam rangka memahami Al Quran ini sangat penting di lakukan bagi umat islam
khususnya, karena seorang muslim sejak dini sudah di tuntut untuk dapat mengaplikasikan
pesan yang terkandung didalamnya. dalam upaya menjalankan petunjuk atau pesan dari Allah
SWT ini, maka yang perlu di lakukan adalah memahami isi kandungannya, melalui
pendekatan ayat per ayat maupun periwayatannya.

Mengenai hal ini Drs. Hafidz Abdurrohman, MA dalam bukunya berpendapat ada tiga
tahap pendekatan seorang muslim terhadap Al Quran:

Pertama, menerima pesan Al Quran setelah mendengar atau membacanya;

Kedua, memahami pesan Al Quran setelah merefleksikan dan mengkaji maknanya;

Ketiga, mengaplikasikan pesan Al Quran dengan mengatur kehidupan pribadi,


masyarakat, dan negara sesuai pesan tersebut1.

Usaha manusia dalam rangka memahami al-Quran inilah yang di maksud Ulumul Quran
atau Study Al Quran. Sebuah upaya yang di lakukan seorang muslim untuk memahami kajian
yang berkaitan dengan Al Quran seperti: kewahyuannya, pengumpulannya, sistem dan
susunannya, penulisannya, informasi seputar sebab dan waktu pewahyuannya, mengenai
mana yang diwahyukan di Makkah dan Madinah, mengenai nasikh dan mansukh, dan
mengenai mana yang muhkam dan mutasyabih2. Dari pemaparan ini berarti yang di maksud
Study Al Quran atau Ulumul quran adalah ilmu yang memepelajari atau membahas al-Quran
dari berbagai aspeknya.

1
Drs. Hafidz Abdurrahman, MA, Ulumul Quran Praktis, CV IdeA Putaka Utama, Bogor, 2003, hlm ii
2
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulumil Quran, Litera AntarNusa, Bogor, 2016, hlm 9
Mengenai tujuan mempelajari Ulumul Quran, Muhammad Amin Suma (2014) membagi
kedalam dua tujuan, yakni tujuan internal dan eksternal. Tujuan internal adalah untuk
memahami kalam Allah Azza wa Jalla (Al-Quran) menurut tuntunan dari Rasulullah SAW.
Meliputi keterangan dan penjelasan serta hal-hal yang di nukilkan dari para sahabat dan
tabi’in mengenai penafsiran mereka terhadap ayat-ayat al-Quran, mengenali cara-cara
mufassirin dalam menafsiri al-Quran serta persyaratan-persyaratan mufassir, dan lain-lain
yang berhubungan dengan ilmu ini.

Semenara tujuan eksternal ialah untuk membentengi kaum muslimin dari kemungkinan
usaha-usaha orang yang tidak mengimani atau bahkan memusuhi al-Quran dalam
mengkaburkan makna Al-Quran. Untuk itu, dengan memahami ‘Ulumul Quran’, kaum
muslimin bisa memahami dan mempertahankan keaslian serta keabadian kitab sucinya.

Definisi Al Quran

Al-Quran di ambil dari asal kata qara’a-yaqro’u-qira’atan-wa quranan yang secara


harfiah berarti bacaan. Quraish Shihab, dalam bukunya menjelaskan bahwa Al Quran adalah
“bacaan yang sempurna” nama ini merupakan pilihan Allah yang sangat tepat, karena tidak
ada satupun sejak lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi al Quran3. Di samping
itu Al-Quran juga tidak hanya dibaca oleh kalangan muslim tetapi banyak pula dari orang-
orang non muslim seperti Orintalis dan sebagainya . Pembaca Al-Quran benar-benar
Heterogen (terdiri atas berbagai unsur dan jenis yang beraneka ragam) tidak mengenal batas
usia dan jenis kelamin.

Sementara definisi Al-Quran sendiri adalah kalam Allah SWT yang (memiliki) mukjizat,
diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul, dengan melalui perantara malaikat
jibril,ditulis dalam berbagai mushhaf, diteruskan kepada kita dengan cara tawatur
(mutawatir), yang dianggap ibadah dengan membacanya,dimulai dengan surat Al-Fatihah,
dan ditutup dengan surat An-Nas4. Di dalam Al-Qur’an pun terdapat berita kebenaran (yang
terjadi) sebelum kamu dan berita (yang akan terjadi) sesudah kamu,memutuskan perselisihan
(yang terjadi) diantara kamu. Dia (Al-Quran) memisahkan (antara hak dan yang batil) bukan
suatu permainan. Dialah kitab yang siapa meninggalkannya karena sombong niscaya Allah
akan menimpakan bencana kepadanya,dan siapan menjadikan petunjuk5

3
Dr. M. Quraish Shihab, M.A. Wawasan Al-Quran, Mizan, Bandung, 1997, hlm 3
4
Muhammad Ali Al-shabuni,al-Tibyan fi”Ulum Al-Qur’an,(Damsyik-Syiria:Maktabah Al-Ghazali 1401 H/1981
M),hlm.6.
5
Abdul Hamid, Lc, M.A., Pengantar study Al-Quran, hlm 4
Sejarah singkat kodifikasi

Pengumpulan al-Quran semasa hidup Rasulullah SAW adalah di lakukan dengan cara
hafalan dan penulisan pada lembaran-lembaran (shuhuf). ketika nabi menyampaikan wahyu
(al-Quran) beliau selalu menginstruksikan kepada para sahabatnya untuk menghafalkan dan
meminta kepada para penulis wahyu untuk mendokumentasikannya. oleh sebab itu, jumlah
para sahabat yang hafal Al-Quran pada saat itu sangat banyak dan al-Quran pun sudah
berhasil di dokumentasikan pada mushaf-mushaf. Namun, pada saat itu al-Quran belum
terkumpul dalam satu kitab.

Usaha pengumpulan al-Quran untuk menjadi satu kitab baru di usahakan setelah wafatnya
Rasulullah SAW, yaitu setelah terjadinya perang Riddah pada tahun 10 H/632 M dan perang
yamamah pada tahun 1 H/633 M. Dimana pada perang tersebut banyak sahabat penghafal dan
qurra’ yang tewas terbunuh. Kondisi demikian sempat mencemaskan khalifah Umar Bin
Khatab, beliau khawatir akan berdampak pada hilangnya sebagian shuhuf, dari situ kemudian
beliau berfikir untuk mengajukan hal itu pada Abu Bakar agar supaya mengumpulkan Al-
Quran.

Usaha yang di lakukan sahabat Abu Bakar bin Khatab di antaranya ialah beliau
memerintahkan sahabat Zaid bin Tsabit untuk meneliti dan megumpulkan shuhuf-shuhuf
Quran menjadi satu mushaf yang utuh. Usaha ini yang di lakukan sahabat Abu bakar ini
mendapatkan dukungan dari para sahabat lainnya, yang sehingga mereka ikut andil
membantu meneliti naskah-naskah Al-Quran dan menuliskannya kembali.

Setelah Abu Bakar wafat, mushaf yang sudah terkumpul dan di simpan itu di berikan
kepada khalifah sesudahnya yaitu sahabat Umar Bin Khatab, beliau mengemban amanat dari
sahabat Abu Bakar untuk menyebarkan Islam dan menyosialisasikan sumber utama
ajarannya, usaha beliau di lakukan dengan cara mengirim para sahabat yang memiliki
kapabilitas dan kapasitas yang bisa di pertanggungjawabkan di dalam ilmu Al-Quan. Menurut
catatan Prof. Dr. H.A. Athoillah, M.Ag (sejarah Alquran, 2010), perhatian Umar terhadap Al-
Quran di arahkan pada aspek pengajarannya secara merata ke seluruh negeri Islam dan
pengawasan terhadap qiraat yang di gunakan kaum muslim dalam membaca Al-Quran agar
tidak menyimpang. Umar memerintahkan agar semua guru Quran mengajarkan dengan logat
Quraisy dengan alasan bahwa wahyu tersebut di turunkan menggunkan logat Quraisy.

Setelah wafatnya sahabat Umar Bin Khatab, kekholifahan di lanjutkan sahabat Utsma bin
Affan pada masa inilah terjadi banyak perselisihan mengenai logat al-Quran, hal ini di
karenakan kedaulatan umat islam tidak dari satu suku melainkan berangkat dari suku,
kabilah, dan provinsi yang berbeda. Di samping itu, nabi Muhammad SAW saat masih berada
di tengah-tengah mereka telah mengajarkan cara baca Al-Quran dengan dialek masing-
masing karena dirasa sulit untuk meninggalkan dialeknya secara spontan.

Perselisihan mengenai logat baca Al-Quran yang terjadi di tengah sahabat berhasil di
redam oleh sahabat Utsman dengan usahanya yaitu membentuk panitia untuk menyalin Al-
Quran agar bisa di terima oleh logat lain selain Quraisy. Panitia yang di tugaskan tersebut di
antaranya adalah; Zaid bin Tsabit, Abdulloh bin Zubair, Sa’id bin Al-‘Ash, dan Abdurohman
bin Al-Haris. Di samping membentuk panitia sahabat Utsman juga berpesan kepada mereka,
apabila terjadi perbedaan dalam pelafalan al-Quran agar mengacu pada dialek dan logat
bahasa Arab yang di gunakan oleh suku Quraisy. Mushaf yang berhasil di tulis oleh panitia
itu berjumlah 6 mushaf6. Dari sinilah yang kemudian dikenal dengan istilah Rasm Utsmany
yang mencakup tujuh bacaan (qiraah sab’ah) yang berhasil menjadi rujukan hingga sekarang.

Nama-nama Al Quran

Al-Qur’an mempunyai banyak nama dan julukan. Ini menunjukan kemuliaan Al-Qur’an.
Sebab, seperti dinyatakan Al-Sayuthi, fa’inna katsrat al-asma’ tadullu ‘ala syarafi al-
musamma. Maksudnya, sesungguhnya banyak nama itu mengisyaratkan kemuliaan sesuatu
yg diberi nama7.
Dalam pada itu Ibn Jazzi Al-Kilabi (741-792 H) menegaskan bahwa yang tepat, Al-Qur’an
hanya memiliki empat macam nama yakni Al-Qur’an, Al-Kitab, Al-Furqan,dan Al-Dzikr,
Allah SWT. Juga menyebutnya dengan nama-nama yang lain. Dalam hal ini, bisa disebutkan
sebagai berikut:
1. Al-Kitab: Allah menyebut Al-Qur’an dengan sebutan Al-Kitab(tulisan yang ditulis),
sebagaimana yang dinyatakan dalam surah Al-Jatsiyah: 2

“Kitab (ini) diturunkan dari Allah yang maha perkasa lagi maha bijaksana”.

6
Mukhlisin Purnomo, S.TH.I, M.pd.I, sejarah kitab-kitab suci, FORUM, Yogyakarta 2012, hlm297.
7
Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Ulumul Qur’an PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2014,
Hlm. 32.
2. Al-Dzikr: Allah menyebut Al-Qur’an dengan sebutan Al-Dzikr(peringatan),
sebagaimana yang dinyatakan dalam surah Al-Hijr: 9

“Sesunguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami


benar-benar memeliharanya”.

3. Al-Furqan: Allah juga menyebut Al-Qur’an dengan sebutan Al-Furqan(pembeda),


sebagaimana yang dinyatakan dalam surat Al-Furqan:1

“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur’an) kepada


hamba-Nya, agar agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”.

4. Al-Tanzil: Al-Qur’an disebut Al-Tanzil(yang diturunkan) oleh Allah SWT. Dalam


banyak ayat, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat As-Syu’ara:192

“Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar


diturunkan oleh tuhan semesta alam”

BAB III

PENUTUP

Al-Quran adalah kitab yang diturunkan oleh allah kepada Malaikat Jibril yang untuk di
wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur, dan
pada awalnya Al-Quran saat belum dibukukan itu bernama lembaran-lembaran mushaf.Al-
Quran pun kalam Allah yang memiliki mukzizat yang teramat sangat indah.Al-Quran
diturunkan di Kota Mekah dan Madinah Pengumpulan al-Quran semasa hidup Rasulullah
SAW adalah di lakukan dengan cara hafalan dan penulisan pada lembaran-lembaran (shuhuf).
ketika nabi menyampaikan wahyu (al-Quran) beliau selalu menginstruksikan kepada para
sahabatnya untuk menghafalkan dan meminta kepada para penulis wahyu untuk
mendokumentasikannya. Usaha pengumpulan al-Quran untuk menjadi satu kitab baru di
usahakan setelah wafatnya Rasulullah SAW, yaitu setelah terjadinya perang Riddah pada
tahun 10 H/632 M dan perang yamamah pada tahun 1 H/633 M. Dimana pada perang tersebut
banyak sahabat penghafal dan qurra’ yang tewas terbunuh. Kondisi demikian sempat
mencemaskan khalifah Umar Bin Khatab, beliau khawatir akan berdampak pada hilangnya
sebagian shuhuf, dari situ kemudian beliau berfikir untuk mengajukan hal itu pada Abu Bakar
agar supaya mengumpulkan Al-Quran. Dan Al-Quran pun memiliki nama lain atau yang
biasa di sebut 4 Julukan Al-Quran yaitu ; Al-Kitab,Al-Furqan, dan Al-Dzikr.

Daftar pustaka

Drs. Hafidz Abdurrahman, MA, Ulumul Quran Praktis, CV IdeA Putaka Utama, Bogor,
2003,
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulumil Quran, Litera AntarNusa, Bogor, 2016, hlm 9
Dr. M. Quraish Shihab, M.A. Wawasan Al-Quran, Mizan, Bandung, 1997.
Muhammad Ali Al-shabuni,al-Tibyan fi”Ulum Al-Qur’an,(Damsyik-Syiria:Maktabah Al-
Ghazali 1401 H/1981 M).
Abdul Hamid, Lc, M.A., Pengantar study Al-Quran.
Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Ulumul Qur’an PT RajaGrafindo
Persada,Jakarta 2014.

Mukhlisin Purnomo, S.TH.I, M.pd.I, sejarah kitab-kitab suci, FORUM, Yogyakarta 2012,

Anda mungkin juga menyukai