Anda di halaman 1dari 12

POLRI DAERAH JAWA TIMUR

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


RS. BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU

PERATURAN TENTANG MANAJEMEN


FASILITAS RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU


2018
1

POLRI DAERAH JAWA TIMUR


BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RS. BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT


DENGAN FASILITAS RUMAH SAKIT

1. Landasan Perundang-undangan Tentang Bahan Berbahaya dan Beracun.


a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Pasal 22 ayat 1: Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal.
2) Pasal 34 ayat 1: Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk
dalam kriteria wajib amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat
(1) wajib memiliki UKLUPL.
3) Pasal 59 ayat 1: Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib
melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
4) Pasal 59 ayat 4: Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
5) Pasal 69 butir f: Setiap orang dilarangmembuang B3 dan limbah B3 ke
media lingkungan hidup.

b. PP No 18 1999 Tentang pengeloaan limbah B3


1) Pasal 9 sd 26:
Pelaku pengelolaan limbah B3 (Penghasil, Pengumpul, Pengangkut,
pemanfaat, Pengolah dan atau penimbun limbah B3) wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Pasal 40 ayat 1 point a dan b: Setiap badan usaha yang melakukan
kegiatan:
a) penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau
penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari Kepala
instansi yang bertanggung jawab.
b) pengangkut limbah B3 wajib memi1iki izin pengangkutan dari
Menteri Perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari Kepa1a
instansi yang bertanggung jawab.

/ c) pemanfaatan.....

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT


DENGAN FASILITAS RUMAH SAKIT
2

c) pemanfaatan limbah B3 sebagai kegiatan utama wajib memiliki izin


pemanfaatan dari instansi yang berwenang memberikan izin
pemanfaatan setelah mendapat rekomendasi dari Kepala instansi
yang bertanggung jawab
3) pasal 43 ayat 1: Untuk kegiatan pengumpulan, pemanfaatan,
pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 sebagai kegiatan utama
wajib dibuatkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
4) Pasal 43 ayat 2: Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup
diajukan bersama dengan permohonan izin operasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 ayat (4) kepada instansi yang bertanggung
jawab.
5) Pasal 45 ayat 1: Kegiatan baru yang menghasilkan limbah B3 yang
melakukan pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 yang lokasinya
sama dengan kegiatan utamanya, maka analisis mengenai dampak
lingkungan hidup untuk kegiatan pengolahan limbah B3 dibuat secara
terintegrasi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup untuk
kegiatan utamanya.
6) Pasal 45 Ayat 2: Apabila pengolahan limbah B3 dilakukan oleh penghasil
dan pemanfaat limbah B3 di lokasi kegiatan utamanya, maka hanya
rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan
lingkungan hidup yang telah disetujui yang diajukan kepada instansi
yang bertanggung jawab bersama dengan permohonan izin operasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasa140.

c. Keputusan Kepala Bapedal No. 2 tahun 1995 tentang Dokumen limbah bahan
berbahaya dan beracun
1) Pasal 2
Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Dokumen limbah B3 merupakan dokumen yang senantiasa dibawa
daritempat asal pengangkutan limbah B3 ke tempat
tujuan.Dokumendiberikan pada waktu penyerahan limbah B3.Dokumen
limbah B3tersebut meliputi juga dokumen muatan.
Dokumen limbah B3 terdiri dari 7 (tujuh) rangkap apabila
pengangkutanhanya satu kali dan apabila pengangkutan lebih dari satu
kali (antarmuda), maka dokumen terdiri dari 11 (sebelas) rangkap
dengan perinciansebagai berikut:
a) lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah
ditandatangani oleh penghasil, pengumpul, dan pengolah limbah
B3 (warna putih);

/ c) lembar.....
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT
DENGAN FASILITAS RUMAH SAKIT
3

b) lembar kedua yang sudah ditandatangani pengangkut limbah B3,


oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul dikirim kepada Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (warna kuning);
c) lembar ketiga yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah
B3 disimpan oleh penghasil atau pengumpul limbah B3 yang
menyerahkan limbah B3 untuk diangkut oleh pengangkut limbah B3
(warna hijau);
d) lembar keempat setelah ditandatangani oleh pengumpul atau
pengolah limbah B3 oleh pengangkut diserahkan kepada
pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3 yang menerima
limbah B3 dari pengangkut limbah B3 (warna merah muda);
e) lembar kelima dikirim kepada Badan Penngendalian Dampak
Lingkungan setelah ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atau
pengolah limbah B3 (warna biru);
f) lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I yang bersangkutan, setelah ditandatangani oleh
pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3 (warna krem);
g) lembar ketujuh dikirim oleh pengangkut kepada penghasil limbah
B3 oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3, setelah
ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3
(warna ungu);
h) lembar kedelapan s/d lembar kesebelas dikirim oleh pengangkut
kepada penghasil atau pengumpul setelah ditandatangani oleh
pengangkut terdahulu dan diserahkan kepada pengangkut
berikutnya.

d. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 18 tahun 2009 Tentang Cara


perizinan pengelolaan Limbah B3
1) Pasal 6 ayat 1: usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan produk
dan/atau produk antara yang dihasilkan dari suatu usaha dan/atau
kegiatan pemanfaatan limbah B3 tidak di wajibkan memiliki izin
2) Produk dan/atau produk antara sebagaimana dimaksud diatas harus
telah memenhi standar nasional atau standar lain yang telah di akui oleh
nasional maupun internasional.
Keterangan :
Usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan produk dan/atau produk
antara yang dihasilkan dari usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan
limbah B3 tetap diwajibkan memiliki izin apabila produk antara tersebut
belum atau tidak memenuhi standar Nasional Indonesia (SNI) atau
standar lain yang diakui oleh nasional maupun internasional.

/ e. Prosedur.....

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT


DENGAN FASILITAS RUMAH SAKIT
4

e. Prosedur perizinan pengelolaan limbah B3


Persyaratan pengajuan izin pengelolaan limbah B3 adalah sebagai berikut
1) Pemohon untuk mengajukan izin pengumpulan limbah B3 skala nasional
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah B3
mengajukan permohonan dengan mengisi formulir sesuai dengan
lampiran Peraturan Mentei Lingkungan Hidup Nomor 18 tahun 2009
tentang Tata cara perizinan pengelolaan limbah B3.
2) Pemohon untuk mengajukan izin penyimpanan sementara limbah B3,
izin pengumpulan limbah B3 skala provinsi dan kabupaten/kota, dan
rekomendasi pengumpullan skala nasional mengisi formulir sesuai
dengan lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30
Tahun 2009 tentang tata laksana perizinan dan pengawasan limbah B3
serta pengawasan pemulihan akibat pencemaran limbah

2. Peraturan Perundang-Undangan tentang Kesiapan menghadapi Bencana.


a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana
1) Pasal 1 Ayat 1: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alamdan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
2) pasal 1 ayat 2: Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor.
3) Pasal 1 ayat 3: Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa
gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
4) Pasal 1 ayat 4: Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia
yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas
masyarakat, dan teror.
5) Pasal 1 Ayat 5: Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan
yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi.
6) Pasal 1 ayat 10: Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
/ 7) Pasal.....

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT


DENGAN FASILITAS RUMAH SAKIT
5

7) Pasal 4
Penanggulangan bencana bertujuan untuk:
a) memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
bencana;
b) menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
c) menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;
d) menghargai budaya lokal;
e) membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f) mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan
kedermawanan; dan menciptakan perdamaian dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
8) Pasal 35
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi
bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a meliputi:
a) perencanaan penanggulangan bencana;
b) pengurangan risiko bencana;
c) pencegahan;
d) pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
e) persyaratan analisis risiko bencana;
f) penegakan rencana tata ruang;
g) pendidikan dan pelatihan; dan
h) persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
9) pasal 48 Pasal 48
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b meliputi:
a) pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,
dan sumber daya;
b) penentuan status keadaan darurat bencana;
c) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
d) pemenuhan kebutuhan dasar;
e) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
1) Pasal 5 ayat 1: Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam
situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
a meliputi:
a) perencanaan penanggulangan bencana;
b) pengurangan risiko bencana;
c) pencegahan; pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
d) persyaratan analisis risiko bencana;
/ e) pelaksanaan.....
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT
DENGAN FASILITAS RUMAH SAKIT
6

e) pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;


f) pendidikan dan pelatihan; dan
g) persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
2) Pasal 7 ayat 1: Pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b merupakan kegiatan untuk mengurangi ancaman
dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menghadapi bencana.
3) Pasal 7 ayat 2: Pengurangan risiko bencana dilakukan melalui kegiatan:
a) pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
b) perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
c) pengembangan budaya sadar bencana;
d) peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana;
dan
e) penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan
bencana
4) Pasal 14 ayat 1: Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf g ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kepedulian, kemampuan, dan kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana.
5) Pasal 14 Ayat 2: Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dalam
bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal yang berupa pelatihan
dasar, lanjutan, teknis, simulasi, dan gladi.
6) Pasal 21 ayat 1 : Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
saat tanggap darurat meliputi: pengkajian secara cepat dan tepat
terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber daya;
a) penentuan status keadaan darurat bencana;
b) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
c) pemenuhan kebutuhan dasar;
d) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
e) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor per.05/men/1996 Tentang sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
1) Pasal 1 ayat 1
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yangmeliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif;
/ 2) Pasal.....

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT


DENGAN FASILITAS RUMAH SAKIT
7

2) Pasal 2
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja
yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.

3) Pasal 3
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus
orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan
oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan
penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3.
Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga kerja
sebagai satu kesatuan

3. Peraturan Perundang-Undangan tentang Penanggulangan kebakaran


a. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan umum Nomor: 10/KPTS/2000 tentang
Ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran Pada bangunan
gedung dan lingkungan
1) Pasal 1 ayat 1
Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan adalah segala upaya yang menyangkut ketentuan dan
persyaratan teknis yang diperlukan dalam mengatur dan mengendalikan
penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung, termasuk dalam
rangka proses perizinan, pelaksanaan dan pemanfaatan/pemeliharaan
bangunan gedung, serta pemeriksaan kelaikan dan keandalan
bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran.
2) Pasal 2 ayat 1
Pengaturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan dimaksudkan untuk mewujudkan
penyelenggaraan bangunan gedung yang aman terhadap bahaya
kebakaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai
pada tahap pemanfaatan sehingga bangunan gedung senantiasa andal
dan berkualitas sesuai dengan fungsinya
3) Pasal 3 ayat 1
Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan
meliputi: Perencanaan tapak untuk proteksi kebakaran,
a) Sarana penyelamatan,
/ b) Sistem.....

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT


DENGAN FASILITAS RUMAH SAKIT
8

b) Sistem proteksi pasif,


c) Sistem proteksi aktif,
d) Pengawasan dan pengendalian

b. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/Kpts/2000 Tentang


Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
1) Pasal 1 Ayat 1:Manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan
adalah segala upaya yang menyangkut sistem organisasi, personel,
sarana dan prasarana, serta tata laksana untuk mencegah,
mengeliminasi serta meminimasi dampak kebakaran di bangunan,
lingkungan dan kota.
2) Pasal 1 ayat 2: Bangunan gedung adalah bangunan yang didirikan dan
atau diletakkan dalam suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya
pada, di atas, atau di dalam tanah dan/atau perairan secara tetap yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya.
3) Pasal 2 ayat 1: Pengaturan manajemen penanggulangan kebakaran di
perkotaan dimaksudkan untuk mewujudkan bangunan gedung,
lingkungan, dan kota yang aman terhadap bahaya kebakaran melalui
penerapan manajemen penanggulangan bahaya kebakaran yang efektif
dan efisien.
4) Pasal 2 Ayat 2: Pengaturan manajemen penanggulangan kebakaran di
perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
terwujudnya kesiapan, kesigapan dan keberdayaan masyarakat,
pengelola bangunan, serta dinas terkait dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No.kep.186/men/1999 tentang Unit
penanggulangan kebakaran di tempat kerja
1) Pasal 1 ayat 3
Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap
perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana
penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk
memberantas kebakaran
2) Pasal 2 ayat 2
Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di
tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) Pengendalian setiap bentuk energi;
b) penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan
sarana evakuasi;
c) pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d) pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja

/ e) penyelenggaraan.....

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT


DENGAN FASILITAS RUMAH SAKIT
9

e) penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran


secara berkala;
f) memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50
(lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat yang berpotensi
bahaya kebakaran sedang dan berat.

3) Pasal 4
a) Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 terdiri
(a) klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan;
(b) klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang I
(c) klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II
(d) klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang III dan;
(e) klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat.
b) Jenis tempat kerja menurut klasifikasi tingkat resiko bahaya
kebakaran sebagaimana dimaksud ayat (1) seperti tercantum
dalam Lampiran I Keputusan Menteri ini.
c) Jenis tempat kerja yang belum termasuk dalam klasifikasi tingkat
resiko bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan sendiri oleh Menteri atau pejabat yang di tunjuk
4) Pasal 5
Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
terdiri dari:
a) Petugas peran kebakaran;
b) Regu penanggulangan kebakaran;
c) Koordinator unit penanggulangan kebakaran;
d) Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung
jawab teknis.

MENGETAHUI Batu , 8 Januari 2018


KETUA TIM POKJA MFK
KARUMKIT BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU

drg. WAHYU ARI PRANANTO, MARS MITA EKA BUDIARTI


KOMISARIS POLISI NRP 76030927 NIK 20149105003

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT


DENGAN FASILITAS RUMAH SAKIT
POLRI DAERAH JAWA TIMUR
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RS. BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU

DAFTAR PERUNDANGAN DAN PERATURAN REGULASI NASIONAL


POKJA MFK

NO UNDANG DAN PERATURAN MENKES DLL


PERATURAN PEMERINTAH
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang
1.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
2. PP No 18 1999 Tentang pengeloaan limbah bahan berbahaya beracun
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
3.
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor per.05/men/1996 Tentang Sistem
4.
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer
5.
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1989 tentang penyediaan dan pemanfaatan
6.
tenaga listrik.
Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan
7.
undang-undang no. 28 th 2002 tentang Bangunan gedung.
Peraturan menteri pekerja umum nomor 24/PRT/M/2008 tentang pedoman dan
8.
pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung.
Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 54 tahun 2015 tentang
9.
pengujian dan kalibrasi alat kesehatan.
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomer
10. 188/MENKES/PB/I/2011 dan/atau Nomer 7 tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.
Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 84/MENKES/Inst/II/2002
11.
tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi
12.
Kesehatan.
UNDANG-UNDANG
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
3.
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
4.
Penanggulangan Bencana
2

NO UNDANG DAN PERATURAN MENKES DLL


KEPUTUSAN MENTERI
Keputusan Kepala Bapedal No. 2 tahun 1995 tentang Dokumen limbah bahan
1.
berbahaya dan beracun.
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan umum Nomor: 10/KPTS/2000 tentang
2. Ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran Pada bangunan
gedung dan lingkungan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No.kep.186/men/1999 tentang Unit
3.
penanggulangan kebakaran Ditempat kerja
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
4.
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer
5. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang
6. Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan, Menteri
Kesehatan RI.
Kepmenkes No. 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang Pedoman Pengamanan
7.
Dampak Radiasi.
Kepmenkes No. 1335/Menkes 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar
8. Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Ruangan Rumah
Sakit
Kepmenkes RI No.1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
9.
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
Keputusan menteri kesehatan no 432 tahun 2007 ttg pedoman manajemen
10.
kesehatan dan keselamatan kerja.
BUKU PEDOMAN
International Health and Safety at Work for the NEBOSH International General
1. Certificate.
Phil Hughes dan Ed Ferrett, 2013.
Arsitektur Rumah Sakit.
2.
Adi Utomo Hatmoko, dkk; 2010

Batu , 8 Januari 2018

KARUMKIT BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU

drg. WAHYU ARI PRANANTO, MARS


KOMISARIS POLISI NRP 76030927

Anda mungkin juga menyukai