Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

DENGAN REMATIK

A. KONSEP DASAR LANSIA

1. Pengertian Lansia

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter,

2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah,

yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua

(Nugroho, 2008).

Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-
manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam Maryam
(2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
(Maryam, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu (Stanley, 2006).

Menurut Fatmawati (2010) lanjut usia adalah proses alamiah dan berkesinambungan yang
mengalami perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh yang akan berpengaruh
pada fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan

2. Karakteristik Lansia

Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai

berikut:

1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan

biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi maladaptif

3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

3. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.

1) Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2) Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3) Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)

4) Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

5) Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

4. Tipe Lansia

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe usia

lanjut. Yang menonjol antara lain:

1) Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,

bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2) Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,

selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.

3) Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses

penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut,

sulit dilayani dan pengkritik.

4) Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep

habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa

saja dilakukan.

5) Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa

minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).

5. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas

perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.

Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :

1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.

2) Mempersiapkan diri untuk pensiun.

3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.

4) Mempersiapkan kehidupan baru.

5) Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.

6) Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).

6. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Proses Menua


1. Perubahan-perubahan Biologis (Fisik)
a.Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya
2) Lebih besar ukurannya
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraselular
4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
5) Jumlah sel otak menurun
6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel
7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%
b. Sistem Persarafan
1) Berat otak menurun 10-20%.
2) Cepatnya menurun hubungan persarafan
3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress
4) Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5) Kurang sensitif terhadap sentuhan
c.Sistem Pendengaran
1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata.
2) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
3) Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin
4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stress
d. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan
penglihatan.
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat,dan
susah melihat dalam cahaya gelap.
5) Hilangnya daya akomodasi
6) Menurunnya lapangan pandang: berkurang luas pandangannya.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
e.Sistem Kardiovaskuler
1) Elastisitas, dinding aorta menurun
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal
ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah : kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak)
5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer; sistolis normal ± 170 mmHg. Diastolis normal ± 90 mmHg.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Yang sering ditemui, antara lain :
1) Temperatur tubuh menurun secara fisiologik ± 35°C ini diakibatkan metabolisme tubuh yang
menurun
2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot
g. Sistem Respirasi
1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2) Menurunnya aktivitas dari silia
3) Paru-paru kehilangan elastisitas ; kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafsan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5) O₂ pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6) CO₂ pada arteri tidak berganti.
7) Kemampuan untuk batuk berkurang.
8) Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
h. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan gigi ; penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur
30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (± 80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit.
3) Esofagus melebar
4) Lambung ; rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).
7) Liver (hati) ; makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah.
8) Menciutnya ovari dan uterus.
9) Atrofi payudara.
10) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
11) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi baik), yaitu :
- Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
- Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual.
- Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami.
12) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi
sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.
i. Sistem genitourinaria
1) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah yang masuk
ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya +1); BUN (Blood Urea Nitrogen)
meningkat sampai 21% mg; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi
buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
4) Atrofi vulva
5) Vagina
Orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih juga membutuhkannya; tidak ada
batasan umur tertentu fungsi seksual seseorang berhenti; frekuensi sexual intercourse
cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan
menikmati berjalan terus sampai tua.
j. Sistem Endokrin
1) Produksi dari hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3) Pituitari
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah;
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya
pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron
6) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen, dan testoteron.
k. Sistem Kulit (Integumentary System)
1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan
ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis).
3) Menurunnya respon terhadap trauma.
4) Mekanisme proteksi kulit menurun :
- Produksi serum menurun.
- Penurunan produksi VTD.
- Gangguan pegmentasi kulit.
5) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
6) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
7) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.
8) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
9) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
10) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
11) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
12) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
l. Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system)
1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
2) Kifosis.
3) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
5) Persendian membesar dan menjadi kaku.
6) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
7) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil): serabut-serabut otot mengecil sehingga
seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.
8) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
2. Perubahan-perubahan Psikologis (Mental)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a.Pertama-tama peruabahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c.Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e.Lingkungan
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih sering berupa ungkapan
yang tulus dari perasaan seseorang, kekuatan mungkin karena faktor lain seperti penyakit-
penyakit.
a.Kenangan (Memory)
1) Kemampuan jangka panjang:
Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan.
b. IQ (Intellgentia Quantion)
1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor: terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan-perubahan Psikososial
a.Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan
dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-
kehilangan, antara lain:
1) Kehilangan finansial (income berkurang).
2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala
fasilitasnya).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
c.Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
d. Ekonomi menurun akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation. Meningkatnya
biaya hidup pada penghasilan yang sulit, dan bertambahnya biaya pengobatan.
e.Penyakit kronis dan ketidakmampuan
f. Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan kosep
diri.
4. Perubahan Spiritual
a.Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970).
b. Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).
c.Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler: Universalizing, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara
mencintai dan keadilan.
5. Perubahan Kultural
a.Kolektifitas Etnis
Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan memiliki standart perilaku
yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh
norma-norma yang menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka. (Harwood, 1981).

b. Shok Budaya
Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang kulturnya berbeda.
Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi
disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau
secara efektif dengan kelompok yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan
kepercayaan. ( Leininger, 1976) Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari
tentang perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat. Pemting untuk perawat
mengembangkan hormat kepada orang lain yang berbeda budaya sambil menghargai perasaan
dirinya. Praktik perawatan kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan
dengan perawat.
c.Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa ang berbeda.
Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk melihat isi dari budaya. Menurut
Kluckhohn 1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk meneropong dan
interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak
disadari tetang dunia dan penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun
individu berbicara dengan bahasa yang sama.
Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang sederhana, bebas
dari bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting untuk menentukan ahwa
pesan kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya .
d. Jarak Pribadi dan Kontak
Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel. Pengertian tentang jarak pribadi
bagi perawat kesehatan masyarakat memungkinkan proses pengkajian dan peningkatan
interaksi perawat klien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin
keseluruh daerah badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan perawat saat pemeriksaan
fisik, perawat hendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan mengenal kebutuhan
individu akan jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak privasi.
e.Pandangan Sosiokultural tentang Penyakit dan Sakit
Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi orang mengenai gejala cra memberi etika kepada
penyakit, juga mempengaruhi bilamana, dan kepada siapa mereka harus mengkomunikasikan
masalah-masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada dalam pelayanan. Karena
kesehatan dibentuk oleh faktor-faktor budaya, maka terdapat variasi dari perilaku pelayanan
kesehatan, status kesehatan, dan pola-pola sakit dan pelayanan didalam dan diantara budaya
yang berbeda-beda.
6.Batasan-batasan lansia
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:

1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas

2) Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium

3) Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium

Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut usia dikelompokkan menjadi

1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 sampai 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 sampai 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.

B. KONSEP DASAR REUMATIK

1. Pengertian

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,

progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad

Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses

inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).


Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.

Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo,

1999).

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui

penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang

mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin Tucker,

1998).

Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran

sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi,

penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman, 2000).

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama

poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour, 2001)

2. Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko

yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

1.      Usia lebih dari 40 tahun

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat.

Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang

rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.

2.      Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering

terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45

tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats
usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada

pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3.      Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini

mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan

kongenital dan pertumbuhan tulang.

4.      Genetik

Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama

kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko

relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.

5.      Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya

osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan

oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis

sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang

berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang

berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.

6.      Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan

peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang

berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

7.      Kelainan pertumbuhan


Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis paha

pada usia mudah

8.      Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal

ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi

benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi

lebih mudah robek.

3. Jenis Reumatik

Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:

1.      Reumatik Sendi (Artikuler)

Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik

artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:

2.      Artritis Reumatoid

Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar

diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar

persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang

terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus.Peradangan

terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan pannus yang

mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di

persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).Penyebab Artritis

Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena mikoplasma, virus, dan

sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor termasuk kecenderungan

genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah
ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan suami

atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak yang disayangi, hancurnya perusahaan yang

dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran

(Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian

(nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi

oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga

semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan

akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).

4. Manifestasi klinis

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama

waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian

timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,

kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat

pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan,

mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa

hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;

1.      Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit

berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri

yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.

2.      Hambatan gerakan sendi


Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan

bertambahnya rasa nyeri.

3.      Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari kursi,

atau setelah bangun dari tidur.

4.      Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5.      Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling sering)

secara perlahan-lahan membesar

6.      Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang

menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman

yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

5. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,

eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi

menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi

membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub

chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi

kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.


Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila

kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan

fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon

dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. 

Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya

serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama

dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid

(seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

6. Pemeriksaan penunjang

1.      Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi,

dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi

kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi

secara bersamaan.

2.      Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

3.      Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi

tulang pada sendi

4.      Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:

buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk pembuangan

degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).

5.      Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
6.      Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;

cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding

cairan sendi yang normal.

7.      Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang

mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6

minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto

rontgen

7. Penatalaksanaan

1.      Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat

antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi

peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis

2.      Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.

3.      Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

4.      Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

5.      Dukungan psikososial

6.      Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat

7.      Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan

8.      Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri

9.      Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin

10.  Diet
C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S

Anda mungkin juga menyukai