Anda di halaman 1dari 30

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2019

UNIVERSITAS PATTIMURA

TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK UNTUK PEREMAJAAN

KULIT

Disusun oleh:
FAUZI MAHMUD

(2016-84-060)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

Oksigen adalah gas hambar yang tidak berwarna dan tidak berbau.

Oksigen bisa ada dalam monatomik yaitu yaitu hanya satu atom yang berada

dalam satu unsur atau dikenal sebagai ion sederhana, tetapi keadaan yang

diinginkan adalah diatomik yaitu molekul yang terdiri dari dua atom (O2). Ada

juga dalam bentuk triatomik, atau lebih dikenal sebagai ozon dan ditemukan di

batas atas atmosfer.1,2 Sejak awal, oksigen telah digunakan dalam pengobatan

medis. Penggunaan hiperbarik pertama sebagai terapi dicatat ada 1662 oleh

Nathaniel Henshaw untuk mengobati kondisi kronis, tetapi pada tahun 1920

Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) benar-benar mendapat perhatian dan secara

luas diperhatikan karena laporan toksisitas oksigen sebelumnya. 1 Ruang HBOT

pertama dibuat di Amerika Serikat pada tahun 1861 di New York tetapi yang

paling terkenal adalah chamber yang dibangun pada tahun 1921 di Kansas.1

Namun karena lebih banyak laporan konsentrasi toksisitas oksigen, HBOT tidak

sepenuhnya disetujui dan dipraktekkan sampai tahun 1937 oleh Behnke dan Shaw

untuk penyakit dekompresi.2 Setelah keberhasilan HBOT tercatat, penggunaannya

sebagai perawatan untuk banyak kondisi medis tumbuh dan penelitian tentang

subjek ini meluas seiring dengan perawatan menjanjikan. Saat ini, HBOT telah

tumbuh dan berkembang lebih dari sekedar pengobatan untuk penyakit

dekompresi. Mulai dari akhir tahun 1950-an hingga sekarang, HBOT digunakan

2
untuk mengobati gangren, stroke, pasien pasca serangan jantung, dan keracunan

karbon monoksida.1-3

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Hiperbarik

1. Sejarah Hiperbarik

Pengobatan oksigenasi hiperbarik sudah sejak abad ke-16 digunakan

sebagai salah satu metode untuk menyembuhkan penyakit dan pengobatan.

Tepatnya, di Inggris tahun 1662 oleh Henshaw, Ruang Udara Bertekanan Tinggi

(RUBT/ Hyperbaric Chamber) digunakan untuk mengobati beberapa penyakit

kulit dan rickets. Di Perancis tahun 1834 dr. Junot menyatakan adanya

penyembuhan bermakna pada pasien dengan penyakit kardiopulmoner yang

diobati oleh hiperbarik. Sedangkan pada awal tahun 1900 di Inggris dr. John

Haldane, berhasilmenemukan tabel rekompresi dan penyelaman, sampai sekarang

tabel rekompresiini masih dipakai dalam pelayanan pengobatan.3

Pengobatan hiperbarik semakin berkembang pesat tahun 1956, dr. I.

Boereina dari Belanda, melaporkan keberhasilan suatu tindakan pembedahan

jantung paru yang dilakukan dalam Ruang Udara Bertekanan Tinggi

(RUBT).Indonesia juga telah sejak lama ikut berperan dalam penggunaan

pengobatan hiperbarik. Tepatnya tahun 1960, pengobatan hiperbarik mulai

digunakan oleh TNI AL yang selanjutnya dikembangkan di Tanjung Pinang,

Jakarta, Ambon dan Lakesla Surabaya, yang digunakan untuk menangani kasus-

4
kasus cedera penyelaman seperti keracunan gas-gas pernapasan dan penyakit

dekompresi.4

Terapi oksigen hiperbarik pertama kali digunakan oleh Behnke pada tahun

1930 untuk menghilangkan simptom penyakit dekompresi (Caisson’s disease)

setelah menyelam. Penyakit dekompresi adalah penyakit yang terjadi karena

perubahan tekanan, misalnya saat menyelam atau naik pesawat terbang, yakni

terjadi pelepasan dan mengembangnya gelembung gas dalam organ. Jika kita

kembali ke tekanan awal, maka akan terjadi perubahan tekanan yang dapat

mengganggu fungsi beberapa organ tubuh atau penyakit dekompresi.5

Kondisi ruang terapi oksigen hiperbarik harus memiliki tekanan udara

yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam jaringan tubuh (1

ATA/atmosfir absolut). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu

menyelam atau dalam ruang udara yang bertekanan tinggi yang dirancang baik

untuk kasus penyelaman maupun pngobatan klinis. Setiap penurunan kedalaman

33 kaki (10 meter), tekanan akan naik 1 atm. Tiap terapi diberikan 2-3 ATA,

menghasilkan 6 ml oksigen terlarut dalam 100 ml plasma, dan durasi rata-rata

terapi sekitar 60-90 menit. Dosis yang digunakan pada perawatan tidak boleh

lebih dari 3 ATA karena tidak aman untuk pasien selain berkaitan dengan

lamanya perawatan yang dibutuhkan, juga dikatakan bahwa tekanan di atas 2,5

ATA mempunyai efek imunosupresif.26Disamping sebagai terapi untuk penyakit

akibat penyelaman, saat ini hiperbarik juga telah digunakan di Indonesia sebagai

pengobatan dalam terapi untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit klinis,

seperti penyembuhanluka infeksi, luka bakar, membantu penyembuhan

5
komplikasi diabetes melitus,serta untuk kesehatan dan kebugaran, terutama untuk

pasien lanjut usia.6

2. Definisi

Kesehatan hiperbarik adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah

kesehatan yang timbul akibat pemberian tekanan lebih dari 1 Atmosfer (Atm)

terhadap tubuh dan aplikasinya untuk pengobatan. Kesehatan hiperbarik,

khususnya terapi oksigen hiperbarik merupakan terapi yang sudah banyak

digunakan untuk penyakit penyelaman maupun penyakit bukan penyelaman baik

sebagai terapi utama maupun terapi tambahan.7

Yang dimaksud dengan terapi oksigen hiperbarik adalah tindakan

pengobatan dimana pasien menghirup oksigen murni (100%) secara berkala ketika

menyelam atau di dalam RUBT dengan tekanan lebih besar daripada 1 ATA.8

Tekanan 1 atmosfer (760 mmHg) adalah tekanan udara yang dialami oleh

semua benda, termasuk manusia, diatas permukaan laut, bersifat tetap dari semua

jurusan dan berada dalam keseimbangan. Meskipun banyak keuntungan dari

terapi oksigen hiperbarik yang dapat diperoleh, cara ini pun juga mengandung

resiko. Sebab itu terapi oksigen harus dilaksanakan secara hati-hati sesuai

prosedur yang berlaku, sehingga mencapai hasil yang maksimal dengan resiko

minimal.9

3. Hyperbarik Chamber

Terapi oksigen hiperbarik pada suatu ruang hiperbarik (hyperbaric

chamber) yang dibedakan menjadi 2, yaitu:10

a) Monoplace : pengobatan satu penderita

6
b) Multiplace : pengobatan untuk beberapa penderita pada waktu bersamaan

dengan bantuan masker tiap pasiennya

Pasien dalam suatu ruangan menghisap oksigen 100% bertekanan tinggi

>1 ATA. Tiap terapi diberikan selama 2-3 ATA, menghasilkan 6 ml oksigen

terlarut dalam 100 ml plasma, dan durasi rata-rata terapi 60-90 menit. Jumlah

terapi bergantung dari jenis penyakit. Untuk akut sekitar 3-5 kali dan untuk kasus

kronik bisa mencapai 50-60 kali. Dosis yang digunakan pada perawatan tidak

boleh lebih dari 3 ATA karena tidak aman untuk pasien dan mempunyai efek

imunosupresif.11

4. Fisiologi Terapi Hiperbarik

Terdapat 3 hukum yang berperan dalam terapi oksigen hiperbarik, yaitu:

a) Hukum Boyle

Pada suhu tetap, tekanan berbanding terbalik dengan volume.

P1V1 = P2V2 = P3V3.....= K

Ini adalah dasar untuk banyak aspek terapi hiperbarik. Dasar ini terjadi

ketika tuba eustachius tertutup mencegah pemerataan tekanan gas

sehingga kompresi gas memberikan rasa nyeri di telinga bagian tengah.

Pada pasien yang tidak bisa secara independen melakukan ekualisasi

tekanan, tympanostomy harus dipertimbangkan untuk menyediakan

saluran antara bagian dalam dan ruang telinga bagian luar. Demikian pula,

gas yang terperangkap dapat membesar dan membahayakan selama

dekompresi, seperti pada pneumotoraks yang terjadi selama pemberian

tekanan.12

7
b) Hukum Dalton

Tekanan total suatu campuran gas adalah sama dengan jumlah tekanan

parsial dari masing – masing bagian gas.13

P = P1 + P2 + P3 +.....

c) Hukum Henry

Jumlah gas terlarut dalam cairan atau jaringan berbanding lurus

dengan tekanan parsial gas tersebut dalam cairan atau jaringan pada suhu

yang tetap.14

Ini adalah dasar teori untuk meningkatkan tekanan oksigen jaringan dengan

pengobatan HBO. implikasi pada kasus dimana seseorang bernafas menggunakan

oksigen 100% bertekanan tinggi, sehingga konsentrasi gas inert pada jaringan

(terutama nitrogen) juga akan meningkat. Nitrogen dapat larut dalam darah dan

juga dapat keluar dari plasma membentuk emboli gas arterial selama fase

dekompresi.15

Fisiologi dari HBO bermacam-macam yakni :

a) Peningkatan jumlah oksigen terlarut dalam jaringan

Sebagian besar oksigen yang dibawa dalam darah terikat pada

hemoglobin, dimana 97% tersaturasi pada tekanan atmosfer, Namun

beberapa oksigen dibawa oleh plasma. Pada bagian ini akan meningkat

pada terapi hiperbarik sesuai dengan hukum Henry yang akan

memaksimalkan oksigenasi jaringan. Ketika menghirup udara normobaric,

tekanan oksigen arteri adalah sekitar 100 mmHg, dan tekanan oksigen

jaringan sekitar 55 mmHg. Namun, oksigen 100% pada tekanan 3 ATA

8
dapat meningkatkan tekanan oksigen arteri 2000 mmHg, dan tekanan

oksigen jaringan menjadi sekitar 500 mmHg, dan hal ini memungkinkan

pengiriman 60 ml oksigen per liter darah (dibandingkan dengan 3 ml/l

pada tekanan atmosfer), yang cukup untuk mendukung jaringan

beristirahat tanpa kontribusi dari hemoglobin. Karena oksigen terlarut

banyak di dalam plasma maka dapat menjangkau daerah-daerah yang

terhambat di mana sel-sel darah merah tidak bisa lewat, dan juga dapat

mengaktifkan oksigenasi jaringan bahkan meskipun terdapat gangguan

hemoglobin yang berperan dalam pengangkutan oksigen, seperti pada

keracunan gas karbon monoksida dan anemia berat.16

b) Peningkatan gradien difusi oksigen ke dalam jaringan

Tekanan partial oksigen yang tinggi dalam kapiler darah memberikan

gradien yang besar untuk poses difusi oksigen dari darah ke jaringan.

keadaan tersebut sangat berguna untuk jaringan yang hipoksia akibat

angiopati mikrovaskular seperti pada diabetes dan radiation necrosis.

Selain itu, HBO juga membantu menstimulasi angiogenesis dan mengatasi

defek patologis primer karena penurunan infiltrasi leukosit dan

vasokonstriksi dalam jaringan iskemik.3

c) Vasokonstriksi arteriolar

Hyperoxic menyebabkan vasokonstriksi yang cepat dan signifikan

pada sebagian besar jaringan. HBO juga biasanya meningkatkan resistensi

vaskular sistemik, bradikardi serta menurunkan CO sebesar 10-20%,

dengan Stroke Volume masih terpelihara. Meskipun demikian, hal ini

9
masih dikompensasi oleh peningkatan pengangkutan oksigen plasma yang

2 kali lebih besar daripada biasanya.3

d) Efek terhadap pertumbuhan bakteri

HBO meningkatkan pembentukan radikal bebas oksigen, yang

mengoksidasi protein dan lipid membran, yang kemudian akan

menyebabkan kerusakan DNA sehingga mencegah multiplikasi,

menghambat fungsi metabolisme bakteri serta memfasilitasi sistem

peroksidase yang digunakan leukosit untuk membunuh bakteri. HBO

sangat efektif terhadap bakteri anaerob dan bakteri mikroaerofilik.3

e) Efek pada reperfusion injury

HBO menstimulasi pertahanan melawan radikal bebas oksigen dan

peroksidase lipid yang terjadi. Pada reperfusion injury, leukosit menempel

pada endotel venule, kemudian terjadi pengeluaran unidentified humoral

mediators yang menyebabkan konstriksi arteriol lokal. HBO mencegah

proses tersebut dengan memperbaiki hidup dari kulit atau bahkan tungkai

yang diimplatasi.3

5. Indikasi

Indikasi mengacu pada lingkup dan standar untuk penggunaan yang sesuai

dengan terapi oksigen hiperbarik. Di Cina indikasi dari terapi oksigen hiperbarik

awalnya dirilis pada tahun 1982. Dengan praktek dan pengakuanChinese Medical

Association (CMA) merevisi indikasi yang direkomendasikan pada tahun 2004

untuk memasukkan 12 indikasi darurat dan indikasi non-darurat. Indikasi darurat

10
adalah penyakit di mana terapi oksigen hiperbarik harus diberikan sesegera

mungkin. Berikut ini adalah indikasi darurat :3

a) Karbon monoksida keracunan akut dan keracunan gas berbahaya lainnya;

b) Gangren gas, tetanus dan infeksi bakteri anaerob lainnya;

c) Penyakit dekompresi;

d) Sindrom emboli udara;

e) Setelah resusitasi cardiopulmonary (CPR) karena berbagai risiko disfungsi

otak akut;

f) Bantuan dalam pengobatan syok;

g) Edema otak;

h) Edema paru (kecuali edema paru jantung);

i) Crush injury

j) Suplai darah setelah transplantasi kulit;

k) Keracunan obat dan kimia;

l) Acute ischemia anoxic encephalopathy

Selain itu, indikasi non-darurat yang disetujui untuk digunakan:3

1) Keracunan karbon monoksida atau ensefalopati beracun lainnya

2) Tuli mendadak

3) Penyakit iskemik serebrovaskular (cerebral arterioclerosis transient

ischemic attack, trombosis serebral, infark serebral)

4) Craniocerebral injury (gegar otak, memar otak dari operasi

pengangkatan hematoma intrakranial,cedera batang otak)

5) Pemulihan pendarahan otak

11
6) Fraktur penyembuhan

7) Serosa sentral peradangan retina

8) Keadaan vegetatif

9) Sindrom insufisiensi adaptasi dataran tinggi

10) Cedera saraf perifer

11) Intrakranial operasi tumor jinak

12) Penyakit periodontal

13) Ensefalitis virus

14) Kelumpuhan wajah

15) Osteomyelitis

16) Osteonekrosis aseptik

17) Cerebral palsy

18) Keterlambatan perkembangan janin

19) Diabetes dan kaki diabetik

20) Penyakit jantung koroner aterosklerotik (angina dan infark miokard)

21) Kecepatan aritmia (fibrilasi atrium, denyut prematur, takikardia)

22) Miokarditis

23) Penyakit pembuluh darah perifer, vaskulitis, misalnya, trombosis vena

dalam, Raynaud

24) Vertigo

25) Ulkus kulit kronis (hambatan suplai darah arteri, kongesti vena, luka

baring)

26) Cedera tulang belakang

12
27) Ulkus peptikum

28) Kolitis ulserativa

29) Hepatitis menular (Menggunakan ruang khusus penyakit menular)

30) Luka bakar

31) Radang dingin

32) Operasi plastik

33) Pencangkokan kulit

34) Cedera olahraga

35) Kerusakan radioaktif (tulang danjaringan lunak, sistitis, dll)

36) Tumor ganas (dengan radioterapi atau kemoterapi)

37) Cedera saraf optik

38) Sindrom kelelahan

39) Angioneurotic headache

40) Pustular

41) Psoriasis

42) Pityriasisrosea

43) Multiple sclerosis

44) Sindrom Guillain Barre akut

45) Ulkus mulut berulang

46) Ileus paralitik

47) Asma bronkial

48) Sindrom gangguan pernapasan akut

13
6. Kontraindikasi

CMA menerbitkan kontraindikasi dari pengobatan oksigen hiperbarik pada

tahun 2004, yang meliputi 4 kontraindikasi absolut dan 10 kontraindikasi relatif.

Kontraindikasi absolut adalah mereka di mana penggunaan terapi oksigen

hiperbarik dilarang jika pasien disertai dengan berikut:3

a) Pneumotoraks yang tidak diobati, pneumomediastinum diobati;

b) Pulmonarry bulla;

c) Perdarahan aktif dan penyakit hemoragik; atau

d) Pembentukan rongga TB dan hemoptisis.

Kontraindikasi relatif mengacu pada kondisi dimana penggunaan terapi oksigen

hiperbarik pada pasien perlu diperhatikan dan mungkin dapat menyebabkan efek

samping yang meningkatkan ketidaknyamanan atau komplikasi. Terapi oksigen

hiperbarik harus digunakan dengan hati-hati jika pasien memiliki salah satu

kondisi berikut:3

a) Infeksi saluran pernapasan atas yang parah;

b) Emfisema berat;

c) Penyakit bronkiektasis;

d) Infeksi sinus;

e) Semua tingkatan atrioventrikular

f) Tekanan darah tinggi (> 160/100 mmHg);

g) Bradikardia (<50 kali / menit);

h) Tumor ganas yang tidak diobati;

i) Ablasi retina;

14
j) Tahap awal kehamilan (3 bulan).

Pada tahun 2013, kontraindikasi baru untuk terapi oksigen hiperbarik dirilis oleh

CMA. Kontraindikasi baru termasuk kontraindikasi mutlak dan kontraindikasi

relatif. Satu-satunya kontraindikasi mutlak yaitu ketegangan pneumotoraks tanpa

pengobatan. Kontraindikasi relatif sebagai berikut:3

a) Intraventricular external drainage;

b) Fraktur dasar tengkorak dengan kebocoran cairan serebrospinal;

c) Berat lahir <2000 gram pada prematur dan bayi lahir rendah berat;

d) Infeksi serius dari saluran pernapasan atas:

e) Tekanan darah tinggi (SBP> 180 mmHg, DBP> 110 mmHg;

f) Pasien dengan obstruktif kronik penyakit paru dengan retensi

karbondioksida

7. Komplikasi

Meskipun terapi oksigen hiperbarik memiliki aplikasi luas, komplikasi

dalam penggunaan dapat terjadi. Dalam terapi oksigen hiperbarik, terdapat

masalah pemerataan tekanan yang dominan mempengaruhi telinga tengah dan

sinus hidung yang menyebabkan lesi barotraumatik. Dalam sebuah penelitian

yang dilakukan untuk menganalisa efek samping dari terapi oksigen

hiperbarik,dilaporkan adanya toksisitas oksigen dan gangguan mata. Pada pasien

yang dirawat secara rutin dengan terapi oksigen hiperbarik, dimana oksigen

diberikan melalui masker wajah yang memiliki risiko toksisitas oksigen tiga kali

lipat lebih besar dari biasanya.3

B. Penggunaan Oksigen Untuk Peremajaan

15
Sebagai kemajuan industrialisasi, pasokan udara segar terus menurun,

membuat kualitas udara yang lebih baik menjadi lebih mahal. Tempat-tempat

penjualan oksigen telah tersedia di beberapa kota besar seperti Los Angeles dan

Tokyo yang menyediakan pasokan oksigen murni pada orang dengan tarif

tertentu. Tempat-tempat ini menjual oksigen untuk keperluan rekreasi dan tersedia

berbagai aroma yang dapat di pilih sendiri oleh pelanggan. Para penjual ini

mengklaim bahwa penggunaan oksigen murni dapat meningkatkan kesehatan

dengan memperkuat system kekebalan tubuhm, mengurangi stres, meningkatkan

energi, dan mengurangi sakit kepala dan masalah sinusitis. Namun, penelitian

khusus pada manfaat yang di klaim oleh para penjual ini belum seleseai dan tidak

hanya terbatas pada itu saja.

Karena penampilan pada masyarakat modern dewasa ini menuntut bukan

hanya penampilan luar saja tetapi juga penampilan dari dalam yaitu tetap terlihat

muda, inovasi dalam bidang dermatologis terus berkembang salah satunya yaitu

dengan peremajaan wajah yang menua. Cukup banyak dari prosedur minimal

invasif ini telah dikembangkan secara efektif seperti chemical peeling, filler yaitu

menyuntikkan cairan asam hialuronat ke lapisan kulit, dan suntik botoks, tapi

yang belum sepenuhnya dipahami adalah HBOT.4,5,6 HBOT sebagai terapi untuk

estetika penggunaannya relatif baru jadi belum ada banyak penelitian yang

dilakukan secara khusus pada penggunaan terapi oksigen untuk pengurangan

kerutan pada kulit. Namun, dari beberapa yang telah melakukan penelitian, hasil

positif tercapai dan penggunaan terapi oksigen untuk perawatan kerutan pada kulit

tampaknya merupakan pilihan yang menarik.7,8 mendapatkan perawatan rutin

16
HBOT diperkirakan meningkatkan elastisitas kulit dan merangsang produksi

kolagen, dapat mengurangi kerutan, garis halus dan meremajakan tekstur kulit.9

Banyak klinik dermatologi dan bahkan spa yang telah menggunakan mesin yang

memberikan oksigen terkonsentrasi kepada pasien atau klien untuk mengobati

masalah kulit yang berkaitan dengan usia. Oksigen digunakan dalam perawatan

kulit karena dianggap bahwa hantaran oksigen alami meningkatkan metabolisme

sel. Penggunaan terapi oksigen sebagai proses peremajaan kulit dan mengurangi

hilangnya elastisitas kulit yang mengarah ke terbentuknya garis kerutan menjadi

semakin tersebar luas di klinik dermatologi karena semakin hasilnya semakin baik

seiring dengan perkembangan teknologi.9

C. Penyebab Tebentuknya Kerutan

Kesehatan kulit berkaitan dengan kesehatan seluruh tubuh karena kulit

tidak hanya bertindak sebagai penghalang fisik terhadap infeksi dari luar, tetapi

juga untuk mengontrol sistem kekebalan tubuh, menghasilkan hormon dan

neurotransmitter.10 Masalah kerutan kulit dan estetika, seperti noda dan bekas

jerawat, disebabkan oleh banyak faktor seperti penuaan, paparan lingkungan,

terutama overexposure ke matahari, merokok, jenis kelamin, dan gizi buruk.

Kerutan disebabkan faktor intrinsik yang akibat bertambahnya usia, atau penuaan

yang diprogram secara genetis, yang terjadi seiring waktu. Penuaan yang

diprogram secara genetik ini terutama menyebabkan penurunan produksi

fibroblast, kolagen, dan elastin, yang menghasilkan kerutan kulit dan elastisitas

kulit berkurang.11 Selain itu, merokok dapat menyebabkan penuaan kulit dan

kerutan karena tembakau menghambat produksi kolagen dan meningkatkan MMP

17
dan produksi elastosis, yang menurunkan protein matriks penting

untuk elastisitas kulit.12 Kerutan tampaknya paling bayak terjadi pada kulit wanita

daripada pria karena mungkin tingkat estrogen pada wanita. Estrogen berfungsi

untuk meningkatkan produksi kolagen dan ketebalan kulit sehingga seiring

dengan bertambahnya usia terjadi penurunan produksi estrogen, sehingga

terbentuknya kerutan lebih menonjol pada wanita daripada pria. 13 Adapun asupan

makanan, konsumsi vitamin C dan asam linoleat dikaitkan dengan penuaan kulit

yang lebih lambat, sedangakan konsumsi banyak makanan yang berlemak dan

karbohidrat dapat menyebabkan penuaan kulit lebih cepat.14

Radiasi sinar UV dapat menyebabkan kerutan dan kerusakan kulit, dimana

ini adalah gejala dari photoaging.15 Photoaging ditandai dengan hiperplasia atau

atrofi epidermal, penebalan membran basal dan stratum korneum, kehilangan

papila dermal, keratinosit dan melanosit yang tidak biasa, degradasi molekul

matriks ekstraseluler seperti kerusakan pada serabut kolagen, deposisi abnormal

serat elastis yang berlebihan, dan peningkatan glikosaminoglikan. Photoaging

juga ditandai dengan kulit kering, kulit kasar, pigmentasi abnormal, penebalan

epidermis, dapat terlihatnya kerutan.16

UV-B menginduksi matriks metalloproteinase (MMPs), yang menurunkan

membran basal dan yang mengatur ulang matriks ekstraseluler (ECM) dan

kolagen tipe 1, yang dimana kolagen tipe 1 penting untuk mendukung kulit, dan

penurunan kolagen tipe 1 ini juga menjadi penyebab pembentukan kerutan. 17

Selain itu, telah ditemukan bahwa radiasi sinar UV bisa menyebabkan

angiogenesis kutaneus, pembentukan pembuluh darah baru dari pembuluh yang

18
sudah ada sebelumnya, yang dapat menyebabkan pembentukan kerutan dengan

menginduksi faktor hipoksia (HIF-1) dan peningkatan factor pertumbuhan endotel

vascular (VEGF).18,19

Telah dikemukakan bahwa adanya korelasi antara angiogenesis dengan

kerutan pada kulit dan dapat disebabkan oleh tidak hanya melalui radiasi sinar

UV-B tetapi juga melalui kondisi hipoksia. Telah ada penelitian dan bukti-bukti

yang ditemukan bahwa kondisi hipoksia menyebabkan kerutan melalui

angiogenesis dengan mempengaruhi dan meningkatkan HIF, yang mengatur

jaringan vaskular.15 VEGF adalah factor angiogenesis utama dan gen target

protein HIF.20,21 Telah dilakukan penelitian, tingkat VEGF telah terbukti terjadi

peningkatan regulasi di area nekrosis dan di bawah kondisi hipoksia.22-24

D. Mekanisme Untuk Peremajaan Kulit dengan HBOT

a. HIF-1α

Seperti disebutkan di atas, radiasi sinar UV-B dapat menyebabkan

angiogenesis melalui induksi protein HIF-1, yang mengarah kerutan pada kulit.

Terdapat dua subunit HIF-1 protein yaitu α dan β. Dari dua subunit ini yang

terlibat langsung dengan kondisi hipoksia adalah HIF-1α. MRNA HIF-1α

biasanya dibuat dalam sel. Di beberapa Sel, mRNA HIF-1α meningkat selama

hipoksia menyebabkan terjadinya peningkatan transkripsi gen termasuk VEGF.

Tetapi pada kebanyakan sel di bawah kondisi hipoksia, tingkat mRNA tetap sama

tetapi tingkat Protein HIF-1α meningkat, menunjukkan bahwa selama kondisi

oksigen normal, protein HIF-1α biasanya mengalami degradasi proteasomal.

19
Tekanan oksigen yang rendah menstabilkan subunit HIF-1α dan mempromosikan

angiogenesis untuk kompensasi kondisi hipoksia.11,15

Semenjak subunit HIF-1α terdegradasi dibawah kadar oksigen normal, hal

ini menunjukkan bahwa peningkatkan tekanan oksigen di sel epidermis melalui

penggunaan terapi oksigen dapat meningkatkan degradasi proteasomal subunit

HIF-1α, yang akan menurunkan angiogenesis dan memperlambat kerutan kulit.

Tingkat oksigen yang lebih tinggi meningkatkan degradasi protein HIF-1α dan

menunjukkan bahwa peningkatkan tekanan oksigen yang dapat mengurangi

pembentukan kerutan karena angiogenesis menurun. Oleh karena itu, ada

kemungkinan hiperoksia menurunkan pembentukan kerutan melalui penekanan

signal angiogenesis HIF-1α.16

b. MMP-2 & MMP-9

Matriks Metaloproteinase (MMP) adalah kelompok protein zinc-

dependent yang terlibat dalam remodelling matriks ekstraseluler dan berperan

penting dalam angiogenesis, morfogenesis, dan metastasis.17 Protein terdiri dari

beberapa domain, terutama propeptida, katalitik, dan domain hemopeksin. MMP

juga terlibat dalam degradasi kolagen, proteoglikan, dan banyak glikoprotein.

MMP disekresikan sebagai zymogen aktif (pro-MMP) dan harus diaktifkan untuk

berfungsi secara penuh. Faktor pertumbuhan dan Sitokin adalah molekul yang

mengatur rangsangan atau penghambatan sintesis pro-MMP, biasanya pada

tingkat transkripsi. MMP yang terlibat dengan fotoaging menunjukkan

peningkatan level selama percobaan dengan fibroblast manusia setelah radiasi

sinar UV, yang meningkat adalah MMP-1, 2, 3, dan 9. 17 Dalam penelitian lain

20
yang dilakukan di epidermis kulit tikus tanpa rambut, setelah periode panjang

Radiasi sinar UV tingkat MMP-1 dan MMP-3 tidak mengalami peningkatan yang

signifikan. Namun, level aktif MMP-2 dan MMP-9, selain meningkatkan pro-

MMP-2 dan tingkat pro-MMP-9, ditemukan secara signifikan lebih tinggi pada

paparan radiasi sinar UVB yang mengekrutkan kulit tikus dibandingkan pada kulit

tikus normal yang tidak terpajan.10 MMP-2 dan MMP-9, juga dikenal sebagai

gelatinase A dan gelatinase B, yang fungsi utamanya adalah untuk mencerna

kolagen tipe IV dan VII, yang merupakan komponen utama dari membrana

basalis. Meskipun MMP-2 dan MMP-9 telah ditemukan memainkan peran penting

dalam menginduksi kerutan kulit dan angiogenesis, hasil yang diperoleh dalam

penelitian dari tikus tanpa bulu dangan radiasi sinar UVB melalui hyperoxic (HO)

tidak menunjukkan penurunan kondisi yang signifikan dalam tingkat MMP. 16,21

Level MMP-9 ditemukan sama untuk kelompok UVB dan UVB + HO dan Level

MMP-2 ditemukan sedikit menurun pada keduanya Kelompok UVB dan UVB +

HO. Karena level MMP-2 di kedua kelompok UVB dan UVB + HO ditemukan

berkurang, apakah kondisi hiperoksik mempengaruhi level MMP-2 masih perlu di

peljaari lebih lanjut.16 Supresi dari gen CTGF menurunkan level MMP-2 dan gen

CTGF menginduksi kondisi hipoksia, kondisi hiperoksik berpotensi menurunkan

level MMP-2 dan menghambat pembentukan kerutan melalui penghambatan gen

CTGF.12

21
Gambar 1. Mekanisme HBOT untuk mengurangi pembentukan kerutan kulit akibat

paparan radiasi sinar UVB. 18,19

c. Infiltrasi sel inflamasi

Sel-sel inflamasi terutama neutrofil, memiliki kemampuan menjadi

destruktif dan dapat menyebabkan kerusakan pada matriks ekstraseluler. 13 Kondisi

kesehatan seperti emfisema, sindrom gangguan pernapasan, periodontitis,

rheumatoid arthritis, kolitis ulserativa, dan melepuhnya kulit diperantarai neutrofil

sehingga menyebabkan dektstruktifnya jaringan.14 Neutrofil yang paling banyak

pada sel darah putih dan meningkat ketika suatu jaringan tertentu mengalami

kerusakan, neutrofil akan dengan cepat dari aliran pembuluh darah, bergerak

menuju lokasi terjadi kerusakan jaringan. Akibat paparan sinar matahari pada

derajat tertentu, dan erythemogenic atau sampai menyebabkan eritema, dapat

menyebabkan masuknya neutrofil yang menyebabkan hilangnya elastisitas

22
jaringan.17,18 Kemampuan merusak dari neutrofil berasal dari fakta bahwa

kerusakan tersebut di isi dengan enzim proteolitik yang kuat sehingga mampu

menurunkan serat elastis dan kolagen dan menyebabkan kerusakan matriks

ekstraseluler. Neutrofil mampu melepaskan sekelompok protease serin terutama

neutrofil elastase, yang merupakan enzim proteolitik ampuh.19 Tidak banyak

perhatian yang diberikan pada perannya neutrofil dalam menyebabkan kerutan

karena lebih banyak studi mengeksplorasi hipotesis tentang MMPs dan HIF1

sebagai penyebab utama dan juga karena akhir-akhir ini baru ditemukan tingkat

infiltrasi neutrofil hanya bisa diperiksa di kulit yang terkena paparan radiasi sinar

UV.10,20

Infiltrasi neutrofil memainkan peran kunci pelepasan enzim proteolitik

seperti MMPs dan neutrofil elastase sehingga menyebabkan kerusakan kulit dan

fotoaging, bukan fibroblas dan molekul keratinosit yang melepaskan enzim.11 Hal

tersebut menunjukkan bahwa neutrofil mampu mengekspresikan beberapa MMP

seperti MMP-8, MMP-9, dan MMP-12, dan selain itu MMP-1 tampaknya

melokalisasi neutrofil setelah paparan sinar matahari.12,13 Bukti-bukti ini

menunjukkan bahwa kemungkinan neutrofil adalah penyebab kerusakan matriks

ekstraseluler yang dapat menyebabkan elastosis dan pembentukan kerutan.

Paparan sinar UVB dapat menyebabkan angiogenesis di kulit dan

pembuluh darah tambahan ini mungkin adalah penyebab utama peningkatan

infiltrasi sel inflamasi, yang mengarah ke pembentukan kerutan. Menggunakan

HBOT untuk mengobati kerutan kulit mungkin efektif karena dapat mengurangi

jumlah sel-sel inflamasi infiltrasi dan neutrofil melepaskan MMP. Kondisi

23
hiperoksik mampu menurunkan aliran darah di sel otot aktif dan juga

memperlambat angiogenesis di kulit.16 Hiperoksia dapat mengurangi angiogenesis

kulit melalui peningkatkan degradasi protein HIF1α dan hambatan jalur

angiogenesis, pembuluh darah baru tidak terbentuk dan menurunkan infiltrasi

neutrofil, yang akhirnya akan mengurangi pelepasan MMP pada kulit. Bukti lain

menunjukkan penghambatan protein HIF1α saja tidak cukup untuk menahan

pembentukan kerutan dengan tingkat paparan sinar radiasi UV yang lebih tinggi.45

d. Thrombospondin-1

Thrombospondin-1 (TSP-1) adalah protein matriks seluler yang dapat

menghambat proliferasi dan migrasi sel endotel, tetapi yang lebih penting dalam

hal ini adalah TSP-1 dapat efektif mengurangi angiogenesis. 18 MRNA-nya

diproduksi oleh keratinosit lapisan basal epidermis pada kulit manusia dan protein

TSP-1 disimpan di area membran basal tersebut. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Kiichiro dkk, ekspresi epidermis berlebihan dari TSP-1

menghambat kerusakan dermis, serat elastis dan juga kolagen, yang mengarah

pada pencegahan pembentukan kerutan kulit. Mereka juga menunjukkan bahwa

TSP-1 memiliki kemampuan untuk menghambat angiogenesis yang disebabkan

oleh paparan sinar radiasi UV-B dengan menurunkan proliferasi sel endotel dan

meningkatkan tingkat apoptosisnya.18

Bukti terbaru menunjukkan bahwa kemampuan TSP-1 mengurangi

kerutan kulit tidak hanya menghambat angiogenesis, tetapi juga kemampuannya

untuk menghambat aktivasi MMP-2 dan MMP-9 dengan menghambat konversi

MMP zymogens ke bentuk aktifnya. Selain degradasi membran basal dan

24
mengatur kembali matriks ekstraseluler, aktivasi MMP-2 dikaitkan dengan

peningkatan pertumbuhan pembuluh darah, sementara penghambatan protein ini

menyebabkan penurunan tingkat angiogenesis. TSP-1 berinteraksi dengan MMP-2

dengan cara saling berikatan, yang mengarah ke penghambatan dari aktivitas

MMP-2. Hal tersebut juga dianggap bahwa MMP-9 memiliki kemampuan untuk

mempercepat pembentukan kerutan. Hasilnya menunjukkan bahwa TSP-1

berinteraksi dan menghambat aktivitas MMP-9 dengan cara berikatan sama

seperti TSP-1 mengikat ke MMP-2 karena MMP-2 dan MMP-9 memiliki struktur

domain yang serupa. TSP-1 menghambat MMP berkontribusi terhadap efek anti-

angiogenik dan juga kemampuan untuk mengurangi kerusakan kulit dan kerutan

akibat paparan sinar UVB.18

25
BAB III

PENUTUP

Penggunaan HBOT dalam untuk terapi telah jauh dikenal sejak

penggunaannya pertama kali untuk mengobati penyakit dekompresi. Agar HBOT

dapat digunakan secara maksimal pada perawatan kulit, mekanisme yang tepat

tentang seberapa tinggi konsentrasi oksigen mengurangi pembentukan kerutan dan

photoaging perlu diselidiki. Mekanisme langsung bagaimana caranya kondisi

hiperoksik dapat menurunkan pembentukan kerutan belum ditetapkan secar apasti

karena bukti yang saling bertentangan dan membutuhkan penelitian lebih lanjut

untuk masalah ini. Kadar protein HIF-1α telah terbukti berkurang pada kondisi

hiperoksik, yang menunjukkan proten HIF-1α terdegradasi di bawah konsentrasi

oksigen tinggi dan dapat menghambat ekspresi VEGF dan angiogenesis kulit.

Namun, bukti-bukti lain menunjukkan bahwa penekann jalur HIF1α untuk

mengurangi angiogenesis di bawah kondisi hiperoksik sendiri tidak cukup untuk

mengurangi produksi MMPs angiogenesis, dan pembentukan kerutan kulit.

Meskipun penelitian telah menemukan HBOT dapat memperlambat angiogenesis,

ada juga yang telah menemukan bahwa HBOT mampu menambah angiogenesis

pada ulkus dan luka.7 Butuh banyak bukti dan penelitian untuk seberapa tepat

konsentrasi oksigen mempengaruhi aktivitas dan level TSP-1, MMP-2 dan MMP-

9. Namun, penggunaan konsentrasi oksigen tingkat tinggi ini untuk mengurangi

kerutan kulit terbukti menjanjikan dan efektif untuk tingkat tertentu, sehingga

26
perawatan ini digunakan dan menjadi lebih luas pada tempat spa dan klinik

dermatologi di seluruh dunia.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Sheridan RL, Shank ES: Hyperbaric oxygen treatment: a brief overview of a

controversial topic. J Trauma 1999, 47(2):426–435.

2. Gill AL, Bell CN: Hyperbaric oxygen: its uses, mechanisms of action and

outcomes. QJM 2004, 97(7):385–395.

3. Edwards ML: Hyperbaric oxygen therapy part 2: application in disease. J Vet

Emerg Crit Care 2010, 20(3):289–297.

4. Grainge C: Breath of life: the evolution of oxygen therapy. J R Soc Med 2004,

97(10):489–493.

5. Iannitti T, Capone S, Palmieri B: Short review on face rejuvenation

procedures: focus on preoperative antiseptic and anesthetic delivery by

JetPeel-3 (a high pressure oxygen delivery device). Minerva Chir 2012,

66(3):1–8.

6. Ogden S, Griffiths TW: A review of minimally invasive cosmetic procedures.

Br J Dermatol 2008, 159(5):1036–1050.

7. Roth V, Herron MS, Bueno RA Jr, Chambers CB, Neumeister MW:

Stimulating angiogenesis by hyperbaric oxygen in an isolated tissue construct.

Undersea Hyperb Med 2011, 38(6):509–514.

8. Fuller AM, Giardina C, Hightower LE, Perdrizet GA, Tierney CA: Hyperbaric

oxygen preconditioning protects skin from UV-A damage. Cell Stress

Chaperones 2013, 18(1):97–107. doi: 10.1007/s12192-012-0362-2. Epub 2012

Aug 3.

28
9. Ishii Y, Miyanaga Y, Shimojo H, Ushida T, Tateishi T: Effects of hyperbaric

oxygen on procollagen messenger RNA levels and collagen synthesis in the

healing of rat tendon laceration. Tissue Eng 1999, 5(3):279–286.

10. Slominski A, Wortsman J: Neuroendocrinology of the skin. Endocr Rev 2002,

23(3):364.

11. McCullough J, Kelly K: Prevention and treatment of skin aging. Ann N Y

Acad Sci 2006, 1067:323–331.

12. Morita A: Tobacco smoke causes premature skin aging. J Dermatol Sci 2007,

48(3):169–175.

13. Verdier-Sevrain S, Bonte F, Gilchrest B: Biology of estrogens in skin:

implications in skin aging. Exp Dermatol 2006, 15(2):83–94.

14. Cosgrove M, Franco O, Granger S, Murray P, Mayes A: Dietary nutrient

intakes and skin-aging appearance among middle-aged American women. Am

J Clin Nutr 2007, 86(4):1225–1231.

15. Chung JH, Eun HC: Angiogenesis in skin aging and photoaging. J Dermatol

2010, 299(2):694–701.

16. Gilchrest BA: Skin aging and photoaging: an overview. J Am Acad Dermatol

1989, 21:610–613.

17. Herrmann G, Wlaschek M, Lange TS, Prenzel K, Goerz G, Scharffetter-

Kochanek K: UVA irradiation stimulates the synthesis of various matrix-

metalloproteinases (MMP) in cultured human fibroblasts. Exp Dermatol 1993,

2:92–97.

29
18. Kiichiro Y, Hajimu O, Detmar M: Targeted overexpression of the

angiogenesis inhibitor Thrombospondin-1 in the epidermis of transgenic mice

prevents ultraviolet-B-induced angiogenesis and cutaneous photo-damage. J

Invest Dermatol 2002, 118:800–805.

30

Anda mungkin juga menyukai