Anda di halaman 1dari 9

Tugas Mata Kuliah :

Analisis Kurikulum Dan Problematika Pembelajaran Matematika

ANALISIS JURNAL

Dosen Pengampu :

Dr. Kadir, S. Pd, M. Si

OLEH

MUHAMMAD IMRON
STB: G2I113029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCA SARJANA (PPS)
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2015
TUGAS ANALISI JURNAL
“pre-service teachers' exposure to using the history of mathematics to enhance their teaching of
high school mathematics”
Oleh :
Pusti Lestari 108017000015

PENDAHULUAN

Jurnal penelitian ini berjudul “pre-service teachers' exposure to using the history of
mathematics to enhance their teaching of high school mathematics”. Tujuan secara umumnya
untuk mengetahui persepsi calon guru matematika mengenai pentingnya sejarah matematika
dalam pengajaran siswa SMA dan apakah pemaparan sejarah matematika tersebut bisa
digunakan sebagai salah satu metode guru mengajar.

Pembelajaran matematika bukan hanya sekedar memberikan pemahaman mengenai konsep


kepada peserta didik. Tetapi juga menerapkan matematika bermakna, yaitu di mana siswa merasa
akrab dengan matematika sehingga mereka menghargai matematika dan merasa bahwa
matematika adalah pelajaran yang memberikan manfaat. Oleh karena itu pengajaran matematika
membutuhkan guru yang lebih dari sekedar memiliki kompetensi matematika tetapi juga
memiliki pengetahuan luas tentang matematika, apa dan bagaimana matematika, serta sikap
positif guru terhadap matematika.
Penelitian dalam jurnal ini menjelaskan bahwa salah satu metode yang digunakan untuk
meningkatkan pengajaran guru terhadap matematika yang bermakna adalah dengan pemaparan
sejarah matematika, mengenal apa konstribusi matematika dalam kehidupan manusia sehingga
para calon guru memiliki pengetahuan matematika yang lebih luas. Dengan demikian akan
timbul sikap positif terhadap matematika dan rasa lebih percaya diri dalam mengajarkan
matematika.

PEMBAHASAN

A. Masalah
Masalah dalam penelitian ini tidak ditulis secara eksplisit. Walaupun demikian kita masih
dapat melihat jelas bahwa masalah dari penelitian dari penelitian ini adalah persepsi calon guru
tentang pentingnya sejarah matematika dalam pengajaran matematika bermakna mereka bagi
siswa.
Adapun rumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian adalah:
- Bagaimana calon guru memandang topik mengenai sejarah matematika
- Apakah para calon guru berpendapat bahwa sejarah matematika seharusnya dimasukan
dalam kurikulum sekunder matimatika.
- Bagaimana kesiapan calon guru memasukan sejarah matematika dalam kelas mereka.
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru untuk lebih memperluas
cakrawala matematika khususnya sejarah matematika, membuat para peneliti tertarik untuk
meneliti lebih lanjut tentang dimasukanya sejarah matematika ke dalam pendidikan formal, dan
sebagai salah satu contoh metode yang dapat digunakan fakultas-fakultas pendidikan dalam
memaparkan sejarah matematika dalam kursus calon guru.

B. Pembahasan Teori
Pembahasan teori dalam jurnal penelitian ini dijelasakan dalam “introduction”. beberapa
teori yang dijelaskan diantaranya :
Standar profesional NCTM menjelaskan bahwa tugas matematika "harus mendorong rasa
siswa bahwa matematika adalah domain yang berubah dan berkembang, di mana ide-ide tumbuh
dan berkembang dari waktu ke waktu dan kelompok-kelompok budaya yang banyak
memberikan kontribusi. Menggambar tentang sejarah matematika dapat membantu para guru
untuk menggambarkan ide ini "(NCTM, 1991).
"Matematika dikenal sebagai suatu disiplin yang sangat sulit untuk mengajarkan bahwa itu
telah mengembangkan khusus pendidikan sub-disiplin dengan paradigma sendiri dan karakter
(matematika pendidikan) "(Furinghetti, 2000, hal 44).. Kesulitan ini dapat menjadi dasar
pengamatan bahwa banyak guru matematika sangat kurang dalam kemampuan mereka untuk
menyediakan penjelasan konten bermakna untuk masa depan siswa mereka, dan sebagai
gantinya mempromosikan aturan-aturan dasar matematika (Ball, 1990; Quinn, 2001).
Pengajaran yang efektif melibatkan lebih dari seorang guru yang memiliki kompeten
matematis (Begle, 1968; Eisenberg, 1977); pengetahuan matematika saja tidak diterjemahkan ke
dalam lebih baik mengajar. Menurut Thompson (1992), cara yang diinginkan pengajaran dan
pembelajaran matematika dipengaruhi oleh konsepsi seseorang tentang matematika. Konsepsi
matematika menggabungkan tidak hanya pengetahuan konten matematika (aturan dan
algoritma) tapi matematika bermakna konten dasar (mengetahui mengapa dan bagaimana
matematika) dan sikap guru terhadap matematika .
Jika reformasi dalam pendidikan matematika adalah untuk menjadi sukses, guru matematika
harus memiliki pengetahuan yang memadai pengetahuan konten matematika bermakna serta
positif sikap terhadap subjek "(Quinn, 2001, hal 113).. Menurut Clark & Peterson (1986) dan
Romberg & Carpenter (1986), bagaimana guru menafsirkan dan melaksanakan kurikulum
dipengaruhi secara signifikan oleh pengetahuan dan keyakinan mereka. Phillippou & Chistou,
(1998) mencatat bukti bahwa calon guru dapat membawa kesalahpahaman dan sikap negatif
terhadap matematika, namun, tampaknya seakan-program pelatihan guru mampu untuk
memberikan kesempatan untuk mempengaruhi sikap positif. Ball (1990) berpendapat bahwa
metode kursus matematika dapat mengubah pengetahuan calon guru, asumsi, dan perasaan
mereka tentang matematika, serta keyakinan mereka mengenai peran mereka sebagai guru di
kelas.

C. Hipotesis
Di dalam jurnal ini, pemaparan hipotesis dimulai dari paragraf yang menjelaskan:
Menggabungkan sejarah matematika dalam kurikulum matematika dapat membantu siswa untuk
belajar bahwa matematika, pada kenyataannya, "sebuah disiplin yang telah mengalami evolusi
dan bukan sesuatu yang muncul dari udara tipis "(Jankvist, 2009, hal 239). Menggunakan
sejarah matematika di kurikulum sekolah menunjukkan sisi humanistik subjek dan dapat
meningkatkan motivasi pembelajar (Charalambous, Panaoura, & Philippou, 2009; Jankvist,
2010, NCTM, 1991). Ini adalah bijaksana cara untuk mengajar matematika dan memiliki banyak
keuntungan seperti memungkinan siswa untuk membuat koneksi, mengasah kemampuan
memecahkan masalah dengan menawarkan berbagai pendekatan dan berbagai algoritma dan
teknik, meletakkan dasar bagi pemahaman yang lebih baik, dan menyoroti interaksi antara
matematika dan masyarakat (Wilson & Chauvot, 2000).

" Menggunakan sejarah matematika oleh calon guru membantu mereka menjadi sadar akan
proses dan perjuangan melalui matematika, mengembangkan, meningkatkan pemahaman
mereka terhadap konten yang mereka harapkan untuk mengajar, membekali mereka dengan
metode dan teknik untuk menggabungkan bahan sejarah dalam pengajaran mereka sendiri, dan
menawarkan wawasan tentang evolusi dari kurikulum matematika (Charalambous, Panaoura, &
Philippou, 2009).

D. Metodologi Penelitian
Penelitian yang dijelaskan dalam jurnal ini menurut metodenya merupakan penelitian
survey. Dimana tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang variabel dari
sekolompok obyek (populasi).
Survei dapat dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel seperti pendapat, persepsi, sikap,
prestasi, motivasi, dan lain-lain. Peneliti dapat mengukur variabel-variabel tersebut secara jelas
dan pasti.
Dalam jurnal ini, variabel yang ingin dipelajari adalah pendapat guru mengenai peningkatan
pengajaran matematika mereka di Sekolah Menengah Atas dengan sejarah matematika.
 Objek Penelitian:
Mahasiswa dan sarjana calon guru yang terdaftar dalam program matematika. Partisipan
dibagi menjadi tiga kelompok satu di Musim semi 2008, satu pada musim semi 2009, dan satu di
Spring 2010. Anggota kelompok di tahun 2008 tadalah 12 guru, 10 mahasiswa dan 2 sarjana.
Anggota kelompok tahun 2009 terdiri dari 12 calon guru, 8 mahasiswa dan 4 sarjana. Dan
anggota kelompok tahun 2010 terdiri dari 8 calon guru, 7 mahasiswa dan 1 sarjana.
 Teknik pengumpulan mata
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Digunakannya teknik pengumpulan data melalui kuesioner sejalan dengan metode yang
digunakan dalam penelitian ini.
Skala penilaian jawaban angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan
skala sikap kategori Likert. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004 : 67) bahwa: “Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang/sekelompok orang
tentang fenomena sosial”.
 Prosedur penelitian :
Sesi pertama, peserta menyelesaikan kuesioner yang dibuat untuk mendapatkan persepsi
mereka tentang peran sejarah matematika di kelas sekolah tinggi. Mereka diminta untuk
menyediakan empat digit nomor terakhir jaminan sosial mereka sehingga kuesioner bisa
disesuaikan dengan kuesioner terakhir sekitar 16 minggu kemudian.
Kuisioner dibuat untuk menunjukan pemaparan guru mengenai sejarah matematika di
sekolah menengah, perguruan tinggi, dan bacaan mereka sendiri; pendapat mereka apakah
sejarah matematika harus diintegrasikan ke dalam kurikulum matematika di sekolah tinggi dan
kesiapan mereka untuk mengajar sejarah matematika di kelas mereka sendiri. Ini diikuti oleh
respon pertanyaan bebas untuk menjelajahi apa peran sejarah matematika dalam ruang kelas
sekolah menengah, apa yang akan mereka butuhkan untuk meningkatkan persiapan
mengintegrasikan sejarah matematika di kelas mereka, dan apa pengalaman mereka dalam
mengamati sejarah matematika di SMA.
Di bagian akhir nama-nama matematikawan terdaftar dan peserta diminta untuk
mengidentifikasi siapa yang mereka kenal dan kagumi serta kontribusi apa yang berkaitan
dengannya.
Selama satu semester, peserta menyelesaikan kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan
pengetahuan sejarah matematika mereka. Mereka mulai dengan membaca buku, Fermat's
Enigma oleh Simon Singh. Saat membaca, mereka diminta untuk mencari matematikawan di
bidang: teori bilangan, aljabar, geometri, kalkulus, matematika diskrit dan statistik dan
probabilitas. Mereka menyimpan daftar para ahli matematika yang disertai dengan deskripsi
bidang matematika yang membuatnya terkenal, peristiwa atau tantangan yang mengarah ke
penemuan mbidang tersebut, dan kontribusinya terhadap cabang matematika atau disiplin ilmu
lain. Peserta kemudian memilih "matematikawan favorit" mereka dan menyiapkan presentasi
singkat tentangnya.
Mereka juga mengembangkan daftar pertanyaan yang mereka bisa gunakan untuk Buku
Bicara. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan kelompok mendiskusikan buku
tersebut. Setiap kelompok berdiskusi dan merekamnya. Rekaman tersebut kemudian ditranskrip
dan hasilnya dianalisis untuk tema-tema umum antar kelompok.
Selain itu, calon guru juga memilih kursus materi matematika yang sering diajarkan di
sekolah. Mereka memilih unit dan menggambarkan sejarah matematika apa yang akan dapat
dimasukkan ke dalam unit tersebut. Terakhir, mereka masing-masing menulis sebuah refleksi
singkat tentang sejarah matematika berdasarkan buku Singh, Buku Bicara dan tugas-tugas yang
diberika dalam penelitian ini. Pertanyaan yang diajukan antara lain, "Apa yang Anda pelajari?"
Dan, "Bisakah hal-hal yang telah anda alami dapat memberikan informasi dalam pengajaran
Anda kedepannya? " Dalam sesi terakhir, setelah semua tugas diselesaikan, kuesioner kembali
diberikan dan diperiksa.
E. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisi campuran, menggabungkan teknik kualitatif
dan kuantitatif. Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan sampel berpasangan t-Tes
yang dilakukan dengan SPSS (SPSS, 2008). Sedangkan secara kualitatif dengan membagi hasil
kuesioner kepada tiga kelompok. Kelompok yang menganggap matematika tidak memiliki peran
apapun, memiliki peran dan terakhir memiliki banyak peran.
Data kualitatif yang lain diambil dari kuesioner hasil akhir refleksi peserta yang dimulai
dengan pendekatan open-coding dimana beberapa kategori dikembangkan.
 Data kuantitatif
Hasil : Respon untuk skala likert diberikan skor 4= sangat setuju, 3= setuju, 2= tidak
setuju, 1= sangat tidak setuju. Untuk menghitunga data tersebut digunakan sampel t-test.
Tabel satu menunjukan rata-rata skor total dari dua data yang biberi pertanyaan mengenai:
1. Sejarah matematika sebaiknya diintegrasikan ke dalam kurikulum matematika sekolah
menengah atas. (integrasi sejarah)
2. Saya siap memasukan sejarah matematika dalam pengajaran saya di sekolah
menengah atas. (kesiapan)
3. Saya telah mengekspos sejarah matematika di sekolah menengah atas saya sendiri.
(ekspos di SMA)
4. Saya telah mengekspos sejarah matematika pada program lain di kampus saya (ekspos
di perguruan tinggi)
5. Saya telah mengekspos sejarah matematika melalui bacaan saya sendiri / studi (ekspos
melaui bacaan).
Tabel 1
Rata-rata total untuk pertanyaan-pertanyaan
Mean Total (n=32)
Mean Std t(2- Efek
Item Sesuda sig
Sebelum diff deviasi arah) size
h
integrasi sejarah 3.31 3.63 0.312 0.592 2.985 .005 .529
Kesiapan 2.06 2.88 0.812 0.998 4.605 .000 .814
ekspos di SMA 2.38 1.94 -0.438 0.801 -3.091 .004 .547
ekspos di
3.09 3.22 0.125 1.070 0.661 .514 .117
perguruan tinggi
ekspos melaui
2.48 2.77 0.29 1.006 1.006 .119 .289
bacaan

Pembahasan hasil:
Dengan membuat hipotesis sebagain berikut:
h0 :tidak signifika

h1 :signifikan dengan t-Tab (df = 31 dan p=0.05) = 2.04


Setelah t-Test dihitung dan ternyata t-Test ≥ t-Tab, maka h0 ditolak atau berarti
perbedaannya signifikan, begitupun sebaliknya. Jika maka t-Test < t-Tab h0 diterima dan
berarti perbedaanyatidak signifikan.1
Sampel t -Test menunjukkan berbedaan yang signifikan (t = 2,985, df = 31, p<0,05)
untuk item pertama "mengintegrasikan sejarah matematika" yang menunjukkan bahwa pada
saat akhir kuesioner, responden lebih setuju dengan mengintegrasikan sejarah matematika
dalam kurikulum matematika sekolah tinggi dari pada mereka pada saat kuesioner awal.
Begitu juga untuk item kedua "kesiapan" (t = 4,605, df = 31, p <0,05) ini menunjukkan
bahwa calon guru merasa lebih siap dengan kemampuan mereka untuk mengintegrasikan
sejarah matematika dalam pengajaran di sekolah tinggi.
Untuk item ketiga “ekspos di SMA“ signifikansi (t = -3,091, df = 31, p <0,05) perbedaan
menunjukan pada kuesioner pertama para peserta telah cukup mengekspos sejarah
matematika di sekolah menengah atas, tetapi di kuisioner akhir mereka merasa belum cukup.

Sedangkan untuk item ke empat dan kelima tidak terlihat perbedaan yang signifikan.
Efek size untuk item dan kedua adalah sedang, 0.529 dan 0.547 dan yang tinggi ada di item
pertanyaan kedua.

 Data Kualitatif
Hasil : Untuk pertanyaan open ended “ Apa peran sejarah matematika harus ada dalam
kurikulum matematika SMA ",? Mayoritas calon guru berpendapat bahwa peran sejarah
matematika tidak terlalu penting di kuisioner pertama dan hanya tiga orang yang
berpendapat berperan sangat penting. Pendapatnya adalah: "Ketika siswa diperkenalkan
dengan topik baru, mereka juga harus diperkenalkan dengan sejarah dari topik itu. Jadi pada
dasarnya saya merasa sejarah matematika harus diberikan di atas pelajaran "; "Sejarah
matematika harus digunakan sebagai sebuah pengantar yang menarik sebagai pengetahuan
tambahan ", dan". Saya merasa bahwa sejarah matematika harus sedikit terlibat ketika
memberikan siswa pengetahuan matematika. Sejarah fakta atau nama matematikawan dapat
memberikan siswa kesempatan untuk membuat hubungan dengan konsep. "
Pada akhir kuesioner, pendapat calon guru berganti bahwa sejarah matematika peran
yang sangat penting. Kali ini, hanya tiga orang yang pendapatnya dalam kategori peran kecil
sedangkan mayoritas sisanya berpendapat dalam kategori peran utama.
Pembahasan Hasil : Pemeriksaan terakhir tentang dokumen-dokumen refleksi yang
dibuat oleh para peserta menunjukan bahwa hal tersebut meningkatkan pengetahuan mereka
dan membuat mereka mempunyai alasan untuk memasukkan sejarah matematika dalam
pengajaran matematika SMA. Berikut adalah penjelasan dua manfaat tersebut.

Peningkatan pengetahuan sendiri : Peserta mengindikasikan bahwa mereka menikmati


tugas yang diberikan. Membaca buku, berpartisipasi dalam Buku Bicara, mengembangkan

1
Pengantar Statistik Pendidikan, Prof Drs Anas Sudijono
cara-cara untuk menggabungkan sejarah matematika dalam pengajaran mereka, dan
mendorong mereka untuk melakukan beberapa penelitian mereka sendiri tentang
matematikawan dan "mengapa" dan "bagaimana" dari beberapa simbol matematika dan
teorema yang mereka gunakan.

Salah satu peserta menunjukkan bahwa serangkaian tugas "merasa seperti sebuah
perjalanan matematika". Lain-lain menunjukkan bagaimana mereka belajar tentang sejarah
matematika dan bagaimana " bidang matematika yang berbeda berhubungan satu sama lain
"serta mendapatkan" pemahaman matematika yang lebih secara keseluruhan " dan "belajar
logika matematika". Pendapat lain menunjukkan bahwa tugas ini "memaksa saya untuk
belajar lebih lanjut tentang orang-orang yang bekerja di bidang matematika sekarang "yang
bertentangan dengan apa kebanyakan orang berpikir tentang sejarah matematika yang
tentang "zaman dahulu".

Alasan untuk memasukkan sejarah matematika dalam matematika SMA: Setiap peserta
menunjukkan bahwa mereka merasa perlu untuk mengekspos sejarah matematika kepada
siswa sekolah menengah atas. Mereka merasa bahwa "lebih banyak siswa akan termotivasi
dalam pembelajaran matematika jika mereka belajar tentang sejarahnya ", " siswa akan
mendapatkan apresiasi yang lebih mendalam untuk matematika dengan mempelajari asal ".
Mereka juga menunjukan alasan pedagogis untuk termasuk sejarah matematika di SMA
matematika seperti berikut:

• "Pengajaran sejarah matematika penting karena memperluas gaya belajar. Beberapa


siswa akan belajar melalui penggunaan cerita, dan dengan mengajar sejarah belakang
beberapa aturan dan teorema, siswa akan mulai membuat koneksi.”
• "Belajar tentang sejarah matematika, belajar tentang matematika, dan meminta siswa
melakukan proyek / tugas akan memungkinkan siswa yang tidak berprestasi dalam
matematika untuk bersinar dan menunjukkan kemampuan mereka yang lain. Ini akan
menarik perhatian siswa dan mereka akan terlihat maju untuk datang ke kelas matematika;
• "Pengajaran sejarah matematika juga merupakan cara yang bagus untuk
menggabungkan literasi ke dalam kelas. "

F. Kesimpulan

Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa ternyata pemaparan atau pengetahuan tentang
sejarah matematika dapat meningkatkan rasa percaya diri guru dalam mengajar matematika
sehingga kualitas pengajaran mereka meningkat. penelitian ini pun bisa dipergunakan untuk para
aktivis atau akademisi dalam bidang pengajaran matematika. Baik itu fakultas pendidikan,
sekolah, guru matematika dan yang lainya.

Anda mungkin juga menyukai