Anda di halaman 1dari 2

Date: 2020-06-09

PLAGIARISM SCAN REPORT

0% 100% 939 7802


Plagiarised Unique Words Characters

Exclude Url : None

Content Checked For Plagiarism


Pengkajian status mental selanjutnya adalah penampilan meliputi kerapihan, pengguanaan pakaian yang sesuai dan dara berpakaian.
Gejala objektif pada oasien isolasi sosial anatara lai n tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri (Sutini, 2014). Pasien
dengan isolasi sosial memiliki batasan karakteristik tidak komunikatif, hubungan sosial yang tidak memuaskan dan sulit melakukan
komunikasi pembicaraan verbal. Damayati (2010) mengungkapkan tanda dan gejala pesien dengan gangguan isolasi sosial diantaranya
pasien menderita kesedihan dan kesepian serta efek datar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Maramis (2012) bahwa gejala utama
pasien isolasi sosial yaitu menarik diri untuk menjauhi orang lain dan tidak mampu mengadakan kegiatan emosiaonal yang dekat, tidak
kooperatif, kontak mata kurang dan tidak mau menatap lawan bicara. Biasanya pasien isolasi sosial akan sering menunduk ketika diajak
bicara. 2.2.1.1 Pohon Masalah Akibat Core problem Penyebab Gambar 2.2 Pohon masalah isolasi sosial (Yusuf, 2015) 2.2.2 Diagnosa
Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilainan klinis tentang respon aktual atau potensial dari individu, keluarga atau
masyarakat terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan. (Keliat, 2009). Keliat (2009 : 21) mengatakan masalah keperawatan pada
gangguan isolasi sosial diantaranya, gangguan konsep diri harga diri rendah, defisit perawat diri, gangguan persepsi sensori halusinansi
dan isolasi sosial menarik diri. Sedangkan menurut Yusuf, dkk (2015) masalah keperawatan yang muncul yaitu isolasi sosial dan persepsi
sensori : halusinasi. 2.2.3 Intervensi Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian dari rencana keperawatan isolasi sosial menarik diri,
tujuan umum dari tindakan keperawatan pada pasien isolasi sosial menarik diri yaitu pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
(Widyawati, 2012). Tujuan khusus diharapkan pasien dapat membina hubungan saling percaya, diharapkan pasien dapat mengenal
perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri, diharapkan pasien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain
melalui terapi musik yang diberikan, diharapkan pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap, diharapkan pasien
mendapat dukungan keluarga dalam berhubungan denga orang lain. Kriteria evaluasi pasien dapat menerima kehadiran orang lain, mau
menjawab salam, dapat menyebutkan nama pasien, dapat menyebutkan nama panggilan, hoby dan mau menguraikan masalah yang
dihadapi, pasien dapat menyebutkan penyebab atau alasan menarik diri pada dirinya, pasien dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat
berhubungan dengan orang lain, mendapatkan teman, mengungkapkan perasaan dan membantu pemecahan masalah, pasien dapat
menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain, misalnya membalas sapaan, menatap lawan bicara, tidak menunduk saat diajak bicara
dan mau berinteraksi dengan orang lain. Tindakan keperawatan yang dilakukan pertama bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan sikap terbuka dan empati, terima pasien apa adanya, sapa pasien dengan ramah, tepat janji, jelaskan tujuan pertemuan,
pertahankan kontak mata selama interaksi, penuhi kebutuhan dasar saat itu yang bertujuan untuk kesediaan penerimaan, meningkatkan
kepercayaan hubungan saling percaya. Kedua memberikan terapi musik. Setelah itu beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapakan
perasaan penyebab menarik diri, kemudian ajarkan bersosialisasi dan berkenalan dengan orang lain lalu berikan pujian terhadap
kemampuan pasien. Ketiga menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang lain kemudian anjurkan pasien untuk menyebutkan
berhubungan dengan orang lain serta berikan pujian terhadap kemampuan pasien dalam menyebutkan manfaat berhubungan dengan
orang lain. Keempat anjurkan klien untuk membalas sapaan terapis dan mempertahankan kontak mata selama berinteraksi, kemudian
bantu klien berhubungan dengan orang lain secara bertahap. Kelima diskusikan manfaat hubungan dengan keluarga lalu anjurkan klien
mengikuti kegiatan bersama keluarga. 2.2.4 Implementasi Keperawatan Asmadi (2009) mengatakan bahwa Implementasi adalah tahap
ketika perawat mengaplikasian asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatn guna membantu klien mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif kemampuan
untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu kemampuan melakukan teknik psikomotor kemampuan melakukan
observasi sistematis kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi Muhith (2015)
berpendapat bawah dalam mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi yang luas yang dirancang
untuk mencegah penykit, meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan fisik dan mental. Kebutuhan klien terhadap
kebutuhannya dirancangmelalui standart pelayanan dan asuhan keperawatan. Pedoman tindakan keperawatan dibuat untuk tindakan pada
klien baik secara individual, kelompok maupun yang terkait dengan ADL. Dalam pelaksanaan intervensi keperawatan jiwa strategi
pelaksanaan merupakan salah satu acuan untuk berkomunikasi secara terapeutik kepada klien gangguan jiwa. Menurut Fitria (2009)
strategi pelaksanaan adalah pelaksanaan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk
mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Fitria (2009) Strategi pelaksanaan terhadap pasien isolasi sosial diantaranya Sp 1
klien membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan. Sp 2 mengajarkan klien berinteraksi (berkenalan
dengan orang pertama, contohnya seperti berkenalan dengan seorang perawat). Sp 3 melatih pasien berinteraksi secara bertahap
(berkenalan dengan orang kedua atau lebih). Keliat (2009) dan Astriningsih (2014), salah satu penatalaksanaan non farmakologis klien
dengan isolasi sosial yaitu dengan pemberian terapi modalitas lingkungan yang salah satunya adalah terapi musik. Terapi musik adalah
suatu proses yang terencana, yang bersifat prefentif dalam usaha penyembuhan terhadap penderita yang mengalami hambatan dalam
pertumbuhanya, baik fisik motorik, sosial ekonomi maupun mental intelegency (Suryana, 2012). Penelitian Widya Arisandy (2017) terapi
musik sangat efektif terhadap kemampuan bersosialisasi, selain itu musik juga dapat membantu mengekspresikan perasaan, membantu
rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap susana hati dan emosi, mengingat memori, serta menyediakan kesempatan yang unik
untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional dan sangat berpengaruh terhadap kemampuan bersosialisasi. 2.2.5 Evaluasi
Keperawatan Menurut Nursalam (2017) tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang diberkan untuk memastikan
bahwa hasil yang diharapkan telah tercapai. Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu evaluasi proses
(formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasi kualitas pelaksanaan
tindakan keperawatan evaluasi formatif terus menerus dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai. Evalusi hasil (Sumatif)
adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan klien. Evaluasi yang dilakukan yaitu pasien dapat
menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah, harga diri pasien meningkat, pasien dapat melakukan interpersonal
dengan orang lain, pasien dapat melakukan kegiatan mandiri, persiapan berinisiatif untuk berkomunikasi atau melakukan komunikasi
secara verbal.

Anda mungkin juga menyukai