Anda di halaman 1dari 2

Karena Rasulullah pun Mendambakan Ramadhan

www.eramuslim.com

Segala puji bagi Allah SWT, yang Insya Allah memperkenankan kita menjumpai bulan suci, bulan
mulia, bulan Ramadhan. Sholawat dan Salam senantiasa terucap kepada Rasulullah Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya, para tabi’in, tabi’it tabi’in, serta pengikutnya yang komitmen dengan
risalahnya Dienul Islam hingga hari akhir nanti.

Saudaraku, jika kita menantikan suatu saat yang sangat berharga bagi diri kita, katakanlah sebagai
contoh, hari ulang tahun kita. Niscaya kita akan sangat bergembira jika saatnya tiba. Bahkan jauh
hari sebelumnya, kita sudah mempersiapkan dengan ‘full action’, potong rambut, bersih-bersih, dan
aktivitas yang akan menunjang penampilan kita pada hari yang dinanti-nanti itu.

Tapi apakah kita sudah bersiap-siap untuk menyambut bulan yang sangat dinantikan oleh ummat
Islam sepanjang masa? Bulan yang sangat dinantikan oleh Rasulullah, sehingga teruntai sebuah do’a
yang sangat indah: “Allahumma bariklana fii rajab wa bariklana fii sya’ban wa balighna fii
ramadhan” Ya Allah, berkahilah bulan Rajab ini, dan berkahilah bulan Sya’ban ini, dan
sampaikanlah kami, panjangkanlah umur kami hingga bulan Ramadhan.
Subhanallah, Rasulullah sendiri, manusia yang sangat mulia, sangat mendambakan akan datangnya
bulan Ramadhan ini. Sudahkah kita meneladani beliau? Menantikan dengan penuh harap? atau kita
hanya biasa-biasa saja menyambut kedatangannya, sama seperti bulan-bulan sebelumnya?
Na’udzubillahi tsumma na’udzubillahi.
Saudaraku, hakikat bulan Ramadhan ini sesungguhnya pada sejauh mana kita telah melakukan
persiapan untuk menyambutnya. Sehingga pada bulan Ramadhan, kita dapat memanfaatkan waktu
dengan optimal. Persiapan itu sendiri tidak dilakukan pada awal bulan Ramadhan, karena jika itu
yang kita lakukan, maka kita akan ketinggalan kereta pahala dengan hamba Allah lainnya. Yang
telah mempersiapkan diri jauh sebelum datangnya bulan Ramadhan.

Sangat sayang jika bulan Ramadhan yang hanya 29-30 hari itu, datangnya hanya sekali setahun,
harus kita potong waktunya seminggu menjadi 22-23 hari hanya untuk persiapan yang seharusnya
bisa kita lakukan jauh-jauh hari sebelumnya.

Dalam hadits juga diungkapkan, bahwa Rasulullah pada orang yang paling banyak dan
menyempurnakan puasanya pada bulan Sya’ban. Pengkondisian fisik sudah dicontohkan oleh Rasul
sebelum datangnya bulan Ramadhan. Pengkondisian ruhiyah juga sudah seyogyanya dilakukan
sebelum bulan Ramadhan, shoum sunnah, tilawah qur’an, qiyamul layl, wirid ma’tsurat harian, dan
lainnya. Buku Fiqh Shiyam juga menjadi bacaan wajib, agar kita mengetahui dalil dan fadhilah puasa
yang akan kita lakukan, dan memperluas tsaqofah (wawasan) keilmuan kita.

Juga yang harus kita ingat, agar sebelumnya mengqadha puasa-puasa wajib kita sebelumnya kita
tinggalkan, entah karena sakit atau karena halangan lainnya.
Semua persiapan ini dilakukan agar kita bisa menjalani Ramadhan ini dengan ringan, dengan
bersemangat, dengan jihad (bersungguh-sungguh), serta berharap kita semua dapat menjadi Alumni
teladan bulan Ramadhan, yang dapat membekas pada 11 bulan berikutnya.

Selamat berjuang saudaraku, semoga Allah berkenan mempertemukan kita pada bulan Ramadhan
esok. Amiin Allaahumma Amiin. (Bramsi Prenata/bramsi@cakraweb.com)

Anda mungkin juga menyukai