OLEH :
Ni Putu Arminiati
NIM. P07131219077
1
HALAMAN PERSETUJUAN
MENGETAHUI,
KETUA JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus Lanjut yang berjudul
“Penatalaksanaan Asuhan Gizi pada Pasien pada pasien CKD + Hipertensi + Anemia di
Ruang Angsa RSUD Wangaya Denpasar.
Dalam penyusunan Laporan Studi Kasus Lanjut ini, penulis banyak mendapat
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak, sehingga laporan studi kasus lanjut ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Direktur RSUD Wangaya Denpasar yang memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan praktik kerja lapangan di RSUD Wangaya Denpasar.
2. Ibu Ni Nyoman Juniasti, SST., Gz. selaku Kepala Instalasi Gizi RSUD Wangaya Denpasar
yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan praktik kerja lapangan di
RSUD Wangaya Denpasar.
3. Ibu Pande Putu Sri Sugiani, DCN.M.Kes, selaku Pembimbing Asuhan Gizi Klinik (AGK)
yang banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan laporan studi kasus lanjut ini.
4. Ibu Putu Diah Ernitasari, S. Gz. selaku Pembimbing Lapangan Asuhan Gizi Klinik (AGK)
di RSUD Wangaya Denpasar yang banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan
laporan studi kasus lanjut ini.
5. Seluruh Staf Instalasi Gizi yang telah membantu penulis dalam setiap proses untuk
menyelesaikan laporan studi kasus lanjut ini.
6. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penyusunan laporan studi kasus lanjut ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan studi kasus lanjut ini, masih belum
sempurna, untuk itu dengan hati yang terbuka, penulis menerima kritikan dan saran yang
sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan laporan studi kasus lanjut ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
DAFTAR TABEL
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jurusan Gizi merupakan institusi yang mendidik tenaga profesional dalam bidang
gizi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 374/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Gizi dan Kurikulum Inti Pendidikan Diploma IV Gizi tahun 2016
(SK Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI nomor HK.01.07/III/001169/2016,
mencantumkan 4 (empat) peran lulusan Pendidikan Program D IV Gizi, yaitu : 1)
Pengelola Gizi Masyarakat, 2) Pengelola Gizi KlinikDietetik, 3) Pengelola Gizi Institusi,
4) Edukator dan Konselor Gizi.
Kompetensi lulusan Diploma IV Gizi (Ahli Gizi) didasarkan pada Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.374/Menkes/SK/III/2007, tentang Standar Profesi, terdapat 10
kompetensi yang harus dikuasai oleh lulusan Diploma IV Gizi. Kompetensi tersebut
terbagi dalam 3 (bidang) kompetensi yaitu Gizi Klinik, Gizi Masyarakat, dan Manajemen
Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi.
Kurikulum Inti Pendidikan Program D IV Gizi tahun 2016, mengamanatkan bahwa
mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) Program
Intervensi Gizi Masyarakat (PIGM), Asuhan Gizi Klinik (AGK), Sistem Penyelenggaraan
Makanan Institusi/Masal (SPMI/M) di semester VII. Praktik Kerja Lapangan ini
merupakan bentuk pembelajaran untuk mempraktikkan teori dalam rangka mencapai
jenjang Sarjana Terapan Gizi (SST) dan juga merupakan bentuk internship untuk
mencapai sebutan profesi Dietisen (RD).
Praktik kerja lapangan AGK memberikan pengalaman kerja di Rumah Sakit tipe
A/B dalam melaksanakan kegiatan manajemen asuhan gizi klinik (Nutritional care
Process / NCP) pada pasien rawat inap dan rawat jalan dengan bimbingan instruktur
menuju kemandirian. PKL AGK dilakukan untuk menguasai 9 Kompetensi Utama dan 1
Kompetensi Pendukung. Setelah melaksanakan kegiatan praktik ini, mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan gizi di Rumah Sakit kelas A/B.
Praktik kerja lapangan ini sekaligus sebagai persiapan uji kompetensi mahasiswa.
Hasil PKL ini juga sebagai bentuk manifestasi dari Penilaian Pencapaian Kompetensi
(PPK) di semester II, oleh karena itu pada kegiatan PKL ini, mahasiswa juga diwajibkan
6
menyampaikan laporan kegiatannya sesuai dengan kompetensi yang tercantum
pada Logbook PKL.
7
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik
untuk pasien : CKD + HIPERTENSI + ANEMIA
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami manajemen asuhan gizi klinik pasien
b. Mahasiswa mampu mengkaji data dasar
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisis masalah gizi
d. Mahasiswa mampu memahami diagnosa gizi yang ditentukan oleh ahli gizi
e. Mahasiswa mampu melakukan intervensi gizi (rencana asuhan gizi klinik)
f. Mahasiswa mampu melakukan monitoring evaluasi pelayanan gizi
g. Mahasiswa mampu memberikan edukasi diet
h. Mahasiswa mampu menyusun laporan asuhan gizi klinik
8
BAB II
STUDI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
B. SCREENING
Skrining Gizi adalah kegiatan penilaian terhadap aspek yang berpengaruh terhadap
permasalahan gizi seseorang.Tujuan dilakukannya skrining gizi adalah untuk mengetahui
ada tidaknya masalah gizi yang dialami seseorang sehingga dapat dilakukan upaya
pencengahan. Skrining menggunakan MST, hasil skrining yang diperoleh adalah scor
dibawah 2 artinya pasien belum berisiko malnutrisi
C. ASESMENT/PENGKAJIAN
9
Kreatinin 5,6 mg/dl Kreatinin 0,3-1,2 mg/dl
Hemoglobin 5,3 g/dl Hemoglobin 13-18 g/dl
Klinis :
Tensi 150/70 mmHg
Nadi 92 x/menit
Suhu 36 ℃
Respirasi 24 x/menit
Riwayat Individu
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan
CKD (Chronic Kidney Disease) sejak April 2019
11
@24 jam asupan asam folat dalam pendek, Ruam kulit, Gatal-
tubuh. Obat ini juga gatal pada kulit, Dada sesak,
digunakan untuk mengatasi Kesulitan bernapas, Mengi.
berbagai kondisi yang
disebabkan karena
kurangnya asupan
folat, seperti masalah hati,
kecanduan alkohol,
peradangan pada dinding
saluran pencernaan, serta
dialisis ginjal.
Furosemid Oral Obat untuk mengurangi Gatal, tidak nafsu
1x1 cairan atau garam berlebih makan, urin berwarna gelap,
@24 jam dalam tubuh yang bab dempul, sakit kuning
disebabkan oleh kondisi (kulit atau mata menguning),
seperti gagal jantung, Nyeri hebat pada perut atas
penyakit hati, dan ginjal. menyebar ke punggung, mual
Obat ini juga digunakan dan muntah, Sakit kepala,
untuk mengobati tekanan sempoyongan, lemah atau
darah tinggi. sulit menelan.
12
Berdasarkan data asesment/pengkajian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dari
hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh kreatinin masih diatas normal dan hemoglobin
masih dibawah normal, hasil pemeriksaan fisik/klinis diperoleh pasien masih mengalami mual
muntah, nafsu makan berkurang dan tensi masih diatas normal, sedangkan asupan sebelum
dilakukan intervensi masih kurang karena masih dibawah 80 %
D. DIAGNOSA GIZI
E. INTERVENSI GIZI
13
kreatinin menjadi menurun
15
25 % x 1687.2 kkal
Kebutuhan Lemak=
9
= 421,8 /9
= 46,8 gram
Jadi kebutuhan asupan lemak yaitu 46,8 gram
2. Implementasi rencana
Tabel 1
Jadwal Makan di Instalas iGizi RSUD Wangaya
Pagi 07.00-08.00 WITA
Snack Pagi 09.00-10.00 WITA
Siang 11.30-13.00 WITA
16
Snack Sore 14.00-15.00 WITA
Malam 17.00-18.00 WITA
Tabel 2
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Selama Tiga Hari
Biokimia : Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga Nilai Normal
Urea 53 mg/dl 53 mg/dl 53 mg/dl 10-50 mg/dl
Kreatinin 5,6 mg/dl 5,6 mg/dl 5,6 mg/dl 0,3-1,2 mg/dl
Hemoglobin 5,3 g/dl 5,3 g/dl 5,3 g/dl 13-18 g/dl
Fisik/Klinis :
Fisik :
Hari pertama
Kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : mual (+), muntah (+),lemas (+), nafsu makan kurang (+)
Hari Kedua
Kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : mual (-), muntah (-),lemas (+), nafsu makan kurang (-)
Hari Ketiga
Kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : mual (-), muntah (-),lemas (+), nafsu makan kurang (-)
Klinis :
Hari pertama
Parameter Hasil Nilai Normal Satuan
17
Suhu 36 36 - 37 ℃
Respirasi 24 20 – 30 x/menit
Hari Kedua
Parameter Hasil Nilai Normal Satuan
Tensi 150/70 120/80 mmHg
Suhu 36 36 - 37 ℃
Respirasi 24 20 – 30 x/menit
Hari Ketiga
Parameter Hasil Nilai Normal Satuan
Tensi 140/70 120/80 mmHg
Suhu 36 36 - 37 ℃
Respirasi 20 20 – 30 x/menit
BAB III
MONITORING DAN EVALUASI
1. MONITORING
a. Parameter gizi
Intake/asupan makan selama 3 hari
18
Tabel 3.
Asupan Makan Pasien Selama Intervensi
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Implementasi
(kkal) (g) (g) (g)
Asupan Hari Pertama
960.28 34.4 42.26 108.85
(23 April 2020)
Asupan Hari Pertama
1425.8 43.735 45.045 188.595
(24 April 2020)
Asupan Hari Pertama
1534.3 43.44 45.395 247.875
(25 April 2020)
Tabel 4.
Hasil Pengamatan Antropometri Selama Intervensi
No. Hasil
23 April 2020 24 April 2020 25 April 2020
Pengukuran
1 Berat Badan 60 kg 60 kg 60 kg
2 Tinggi Badan 161 cm 161 cm 161 cm
Status gizi
Tabel 5
Pemantauan Status Gizi Selama Intervensi
No. Hasil
23 April 2020 24 April 2020 25 April 2020 19
Pengukuran
1 Status Gizi
23.1 23.1 23.1
(IMT)
b. Parameter klinik dan penyakit:
Nilai Laboratorium
Biokimia : Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga Nilai Normal
Urea 53 mg/dl 53 mg/dl 53 mg/dl 10-50 mg/dl
Kreatinin 5,6 mg/dl 5,6 mg/dl 5,6 mg/dl 0,3-1,2 mg/dl
Hemoglobin 5,3 g/dl 5,3 g/dl 5,3 g/dl 13-18 g/dl
Klinis :
Hari pertama
Parameter Hasil Nilai Normal Satuan
Suhu 36 36 - 37 ℃
20
Respirasi 24 20 – 30 x/menit
Hari Kedua
Parameter Hasil Nilai Normal Satuan
Tensi 150/70 120/80 mmHg
Suhu 36 36 - 37 ℃
Respirasi 24 20 – 30 x/menit
Hari Ketiga
Parameter Hasil Nilai Normal Satuan
Tensi 140/70 120/80 mmHg
Suhu 36 36 - 37 ℃
Respirasi 20 20 – 30 x/menit
c. Parameter pasien
Parameter pasien dengan memberikan konseling gizi menggunkan leaflet yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu
2. EVALUASI
a. Parameter gizi:
intake dibandingkan dengan kebutuhan mendapatkan data tingkat
konsumsi
Tabel 6.
Tingkat Penerimaan Makan Pasien terhadap Kebutuhan
Tanggal 23 April 2020
21
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Implementasi
(kkal) (g) (g) (g)
Asupan 960.28 34.4 42.26 108.85
Kebutuhan 1687.2 48 46.8 268
% Tingkat
56.91 71.6 90.2 40.6
Penerimaan
Kategori Kurang Kurang Baik Kurang
Tabel 7
Tingkat Penerimaan Makan Pasien terhadap Kebutuhan
Tanggal 24 April 2020
Tabel 8
Tingkat Penerimaan Makan Pasien terhadap Kebutuhan
Tanggal 25 April 2020
Keterangan :
22
Kategori asupan makan (Standar Pelayanan Minimal RS) :
Baik ≥ 80%
Kurang < 80 %
b. Pengukuran antropometri
Pada hasil pengukuran antropometri pasien tidak mengalami perubahan karena
hanya dilakukan selama 3 (tiga) hari, dan tidak adanya perubahan status gizi
pasien
c. Parameter Laboratorium
Pada hasil pemeriksaan laboratorium selama 3 (tiga) hari pengamatan tidak
mengalami perubahan, karena selama pengamatan, pasien hanya di lakukan
pemeriksaan laboratorium sekali
d. Parameter pasien
Selama pengamatan 3 (tiga) hari, diperoleh asupan pasien mengalami
peningkatan, karena dilihat dari hasil sisa makanan pasien sangat sedikit
Tabel 9
Asupan Hari Pertama
Tabel 10
Asupan Hari Ke Dua
Tabel 11
Asupan Hari Ketiga
BAB IV
KAJIAN PUSTAKA
1. Definisi
Gagal Ginjal Kronik adalah penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil. Itu
merupakan proses normal bagi setiap manusia seiring berjalannya usia. Namun,hal
ini tidak menyebabkan kelainan atau menimbulkan gejala karena masih dalam batas
wajar yang dapat ditolerir ginjal dalam tubuh. Tetapi karena berbagai sebab dapat
26
terjadi kelainan dimana penurunan fungsi ginjal terjadi secara progresif sehingga
menimbulkan berbagai keluhan dari ringan sampai berat.(Jack Colvy.2010)
2. Patofisiologis
Penyebab gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
a. Penyebab pre-renal
Penyebab pre-renal berupa gangguan aliran darah kearah ginjal sehingga ginjal
kekurangan suplai darah yang akan menyebabkan kerusakan jaringan ginjal.
b. Penyebab renal
Penyebab renal berupa kerusakan jaringan ginjal yang disebabkan akibat
penyakit lain seperti diabetesmelitus, hipertensi, penyakit system kekebalan
tubuh (lupus).
c. Penyebab post renal
Penyebab post renal diakibatkan karena adanya sumbatan atau penyempitan
pada saluran pengeluaran urine antara ginjal sampai ujung saluran kencing.
3. Faktor Resiko
Adapun faktor resiko yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik yaitu
a. Orang yang menderita penyakit diabetes mellitus
b. Penderita tekanan darah tinggi dan penyakit jantung
c. Orang yang memiliki status gizi lebih atau kegemukan
d. Orang yang memiliki kebiasaan merokok serat memiliki riwayat keluarga
dengan penyakit ginjal
4. Gejala
Tanda – tanda dari penyakit gagal ginjal kronik ini sebenarnya tidak kelihatan
secara bersamaan. Dengan pemeriksaan laboratorium,dapat diketahui dengan lebih
cermat dan akurat apakah tanda – tanda itu mengarah pada kemungkinan terjadinya
gagal ginjal tersebut.
Adapun beberapatanda dan gejala dari gagal ginjal tersebut yaitu :
a. Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya
b. Kencing berubah warna, berbusa,atau sering bangun malamuntuk kencing
c. Nafas bau karena adanya kotoran yang mengunpul dirongga mulut
d. Gatal- gatal utamanya dikaki
27
e. Sering bengkak dikaki, pergelangan,tangan, dan muka antara lain karena ginjal
tidak bisa membuang air yang berlebih
f. Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah
g. Lemah,akibat kotoran tidak bisa dibuang oleh ginjal. Sesak nafas akibat air
mengumpul diparu – paru
h. Rasa pegal di punggung
(Jack Colvy.2010)
5. Komplikasi
Adapun komplikasi yang seringkali ditemui pada penderita penyakit gagal ginjal
adalah
1. Anemia
Pada penderita gagal ginjal kronik, anemia terjadi karena berkurangnya
produksi hormone eritropoietin (EPO) akibat berkurangnya masa sel –
seltubulus ginjal.
2. Osteodistrofi Renal
Merupakan kelainan tulang pada penyakit gagal ginjal kronik yang terjadi
akibat gangguan metabolisme mineral.
3. Gagal jantung
Jumlah sel darah merah yang rendah akibat penyakit gagal ginjal kronik, akan
memicu jantung berkerja lebih keras yang lama- kelamaan otot jantung akan
melemah dan tidak mampu memompa darah sebagai mana mestinya.
4. Disfungsi ereksi’
Gangguan system endokrin yang terjadi pada penderita gagal ginjal kronik
menyebabkan berkurangnya produksi hormone testosterone (spermatogenesis)
sehingga akan menyebabkan berkurangnya kemampuan dan hilangnya untuk
melakukan aktivitas seksual yang normal.
B. ANEMIA
1. Definisi
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel
darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah
merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya
28
ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh (kamus bahasa
indonesia).
2. Etiologi
Berdasarkan ukuran sel darah merah ( Varney H,2006.;h.624)
29
Kecanduan alkohol
Penyakit hati dan ginjal kronis
3. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 – 5 gr
besi, hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses
penuaan serta kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang
untuk eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut
diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam
lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum
proksimal, kemudian besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk
sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan. Pembentukan Hb
terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium pematangan besi merupakan
susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat besi rendah dalam tubuh
maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi
sel darah merah berkurang, sel darah merah yang berkurang atau menurun
mengakibatkan hemoglobin menurun sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke
jaringan menjadi berkurang, hal ini mengakibatkan metabolisme tubuh menurun
(Price, 1995).
4. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat,
takikardi, sakit dada, dyspnea, nafas pendek, cepat lelah, pusing, kelemahan, tinitus,
penderita defisiensi yang berat mempunyai rambut rapuh dan halus, kuku tipis rata
mudah patah, atropi papila lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat,
merah daging meradang dan sakit (Guyton, 1997). Manifestasi klinis anemia besi
adalah pusing, cepat lelah, takikardi, sakit kepala, edema mata kaki dan dispnea
waktu bekerja. (Gasche C., 1997:126).
5. Komplikasi
Anemia berisiko menyebabkan beberapa komplikasi serius, seperti:
Masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung (aritmia) dan gagal
jantung.
30
Gangguan pada paru-paru, misalnya hipertensi pulmonal.
Gangguan proses tumbuh kembang pada penderita anemia yang masih bayi dan
anak-anak.
C. HIPERTENSI
1. Definisi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah didalam
arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari jantung dan
dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
bukan berarti emosi yang berlebihan, walaupun emosi dan stres dapat meningkatkan
tekanan darah untuk sementara waktu.
Seseorang dikatakan terkena hipertensi mempunyai tekanan dara sistolik
≥140mmHg dan tekanan darah diastoltik ≥90mmHg. Seseorang dikatakan terkena
hipertensi tidak hanya dengan 1 kali pengukuran, tetapi 2 kali atau lebih pada waktu
yang berbeda. Waktu yang paling baik saat melakukan tekanan darah adalah saat
istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Hipertensi primer/esensial adalah hipertensi yang tidak atau belum di ketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopaik. Tedapat 95% kasus. Banyak
faktor yang mempengaruhi seperti genetik,lingkungan,hiperativitis susunan
simpatis,system renin-angiotensis,defek dalam ekskresi Na,peningkatan Na dan
Ca intraselular,dan factor-faktor yang meningkatkan risiko,seperti obesitas,
alcohol,merokok serta polisitemia.
b) Hipertensi sekunder . Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui
seperti penggunaan estrogen,penyakit ginjal,hipertensi vascular
renal,hiperaldosteronisme primer,dan sindrom
cushing,feokromositomo,koarktasio aorta, hipertensi yang berhubung dengan
kehamilan, dan lain-lain.
31
3. Patofisiologi
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting
pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah (Anggraini, 2008).
4. Manifestasi klinis
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih
serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut
sebagai silent killer karena dua hal, yaitu:
1. Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui
dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
2. Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
8. Sering buang air kecil terutama di malam hari
9. Telinga berdenging
5. Komplikasi
Menurut Corwin (2007) komplikasi dari hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Stroke
32
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah
ke otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis
dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Infark miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus
yang menghambat aliran darah yang melewati pembuluh darah. Pada hipertensi
kronis dan hipertropi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak
dapat dipenuhi dan dapat menjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung,
dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit
fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan
keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
33
D. Asuhan Gizi/Diet
Diet Penyakit Gagal Ginjal Kronik
Jenis Diet : Diet Rendah Garam Rendah Protein 40 gram
Bentuk Diet : Makanan Lunak
Tujuan Diet :
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal
b. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Memberikan makanan sumber Fe yang dapat meningkatkan Hb dari segi
masukan dan penyerapan.
d. Mengendalikan kondisi terkait penyakit ginjal kronik ( anemia dan
hipertensi)
Prinsip dan Syarat Diet Gagal Ginjal Kronik
a. Kebutuhan energi : 30 kkal/kg BB usia diatas 60 tahun
b. Protein : 0,6 – 0,8 g/kg BB. Sebesar 50 % kebutuhan protein harus bernilai
biologic tinggi
c. Lemak : 25 – 30 % dari total energy. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari perhitungan protein dan lemak
e. Cairan dibatasi yaitu jumlah urine/24 jam + 500- 750 ml
f. Suplemen vitamin bila diperlukan, terutama vitamin larut air seperti B6,
asam folat dan Vitamin C
g. Natrium < 2000 mg/hari
h. Kalium 39 mg/kg/hari disesuaikan nilai laboratorium
i. Kalsium 1200 mg/hari
j. Fosfor 800 – 1000 mg/hari
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang dilakukan sebelum melakukan intervensi untuk data
antropometri diperoleh bahwa hasil status gizi pasien masih dalam keadaan normal. Untuk
data laboratorium diperoleh peningkatan hasil urea dan kreatinin darah, dan penurunan
pada kadar hemoglobin. Untuk hasil fisik klinis pasien mengalami mual, muntah ,lemas,
35
dan nafsu makan kurang. Karena hasil asupan sebelum melakukan intervensi masih
dibawah 80 %.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 3(tiga) hari berturut-turut untuk data
antropometri diperoleh bahwa tidak ada kenaikan berat badan pada pasien karena untuk
mengetahui adanya kenaikan berat badan tidak bisa dilakukan pengamatan selama 3 hari,
untuk pemeriksaan laboratorium tidak terlihat adanya perubahan, karena pasien tidak
dilakukan pemeriksaan lab ulang, untuk pemeriksaan fisik klinis terjadi perubahan yaitu
mual,muntah sudah berkurang tetapi pasien masih merasa lemas dan nafsu makan sudah
membaik, ini terlihat pada tingkat konsumsi pasien dihari ketiga sudah mencapai diatas
80%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Diberikan makanan lunak/bubur sesuai dengan keadaan pasien dan tidak
memberatkan kerja ginjal
36
2. Diberikan makanan sesuai dengan kebutuhan pasien yaitu diet rendah garam
rendah protein 40 gram, bentuk makanan lunak/bubur. Kebutuhan zat gizi pasien
dalam sehari adalah Energi : 1687.2 kkal, Protein : 48 gram, Lemak : 46,8 gram
dan Karbohidrat : 268.3 gram
3. Nilai laboratorium selama pengamatan tiga hari tidak terlihat adanya perubahan,
karena pasien tidak dilakukan pemeriksaan lab ulang.
4. Keadaan fisik klinis pasien sudah mengalami perubahan, mual,muntal berkurang,
dan tingkat konsumsi makan sudah melebihi 80 %
B. Saran
1. Diharapkan adanya motivasi terus menerus dari keluarga pasien untuk
menghabiskan makanan yang diberikan guna mempercepat proses penyembuhan
pasien
2. Apabila pasien sudah boleh pulang, pasien dan keluarga pasien diharapkan dapat
menerapkan diet yang sudah dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang
dibutuhkan oleh pasien dan agar tetap bisa menjaga kondisi pasien untuk
mencegah adanya penyakit penyerta lainnya .
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunita, 2005, Penuntun Diet, edisi baru, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Arif Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes Cv Lapius FKUI.
Cunningham Gary. F. Obstetri williams . Jakarta : EGC, 2005
37
Colvy, Jack. 2010.Gagal Ginjal. Yogyakarta: DAFA Publishing.
Herdman, T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan NANDA : definisi dan klasifikasi 2009-
2011, alih bahasa : Made Sumarwati (et. al). Jakarta: EGC.
Jackson M. dan Lee Jackson. 2009. Seri Panduan Praktis: Keperawatan Klinis. Jakarta:
Erlangga
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
PERSAGI dan ASDI, Penuntun Diet dan Terapi Gizi, Edisi 4, 2019, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
Sigarlaki, Herke J.O. 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di
Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Vol. 10,
No. 2, Hal. 78-88. http://ejournal-s1.ui.ac.id/index.php/medico/article/view/4907, diakses
5 Oktober 2019.
38