Kemitraan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Rangka PDF
Kemitraan Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Rangka PDF
php/jppm
tuk terus menerus memperbaiki kehidupan oleh LSM, bentuk pemberdayaan ekonomi
(Mardikanto & Soebiato, 2013, p. 33). yang terjadi, dan tentang bentuk
Pemberdayaan adalah usaha untuk pengembangan yang dapat mendukung
menaikkan kekuatan dari pihak yang lemah keberlanjutan program Sekolah Lapang (SL)
(Ife, 1997, p. 56). Pemberdayaan adalah bagi- Kakao. Tujuan penelitian ini adalah untuk
an dari suatu bentuk pembangunan yang mendeskripsikan dan menganalisa tentang
berpusat pada manusia (Soetomo, 2014, p. 24) implementasi, bentuk kemitraan, pemberda-
yang mengarahkan masyarakat memiliki yaan ekonomi masyarakat, dan bentuk
daya atau kekuatan untuk menggerakkan pengembangan dari program SL Kakao.
dirinya sendiri mencapai kemandirian, atau
METODE
yang disebut dengan keswadayaan (Soetomo,
2012, p. 11). Sekolah lapangan adalah metode Penelitian ini menggunakan metode
pendidikan bagi masyarakat yang ditujukan penelitian kuantitatif studi kasus. Penelitian
untuk membahas masalah yang dirasakan dilakukan di bulan Februari sampai dengan
petani, berbagi pendapat ber-dasar Mei 2015 di kampung Kalifam, Kabupaten
pengalaman tentang permasalahan tersebut Keerom, Papua.
berdasarkan sumber daya yang dimiliki Subjek dalam penelitian ini adalah
bersama (Mardikanto & Soebiato, 2013, p. informan yang memiliki pengetahuan paling
204). Tujuan besarnya adalah agar dengan baik mengenai topik penelitian, yaitu
pendidikan yang diterima lewat sekolah perwakilan petani yang terlibat dalam prog-
lapangan ini, masyarakat memiliki daya ram, perwakilan LSM pelaksana, dan mitra-
untuk mengusahakan kekuatannya sen-diri mitra yang terlibat dalam program tersebut.
sehingga tercipta keswadayaan di dalam Subjek penelitian ditentukan melalui
dirinya. purposif proses pendaftaran pihak-pihak
Dalam rangka mewujudkan pemberda- yang terkait dengan program dan juga yang
yaan ekonomi, perlu partisipasi berbagai mengetahui konteks masalah yang dibahas
pihak. LSM Wahana Visi Indonesia ini dalam penelitian ini. Dengan demikian,
mengambil peran fasilitatif dan teknis untuk subjek penelitian ini.
menjadi aktor perubahan dalam kondisi Teknik pengumpulan data mengguna-
ketidakberdayaan masyarakat di bidang kan wawancara, pengamatan langsung dan
ekonomi ini. Setidaknya ada empat peran analisa dokumen program. Instrumen yang
yang perlu dijalankan oleh pelaku perubahan digunakan adalah panduan wawancara dan
menurut Ife (1997), yaitu peran fasilitatif, dokumen pendukung lainnya. Teknik analisa
edukatif, representatif, dan teknis (Adi, 2008, data menggunakan model interaktif
p. 89). Saat ini, yang terjadi adalah para Huberman dan Miles dimana terjadi proses
pelaku perubahan tersebut berjalan sendiri- reduksi data, penyajian data, dan penarikan
sendiri dengan program masing-masing yang kesimpulan atau verifikasi (Denzin dan
sering kali belum sinergis. Hal ini menjadi Lincoln, 2009, p. 592). Proses analisis data
citra kemitraan yang terjadi di masyarakat, dilakukan sejak awal proses desain peneliti-
yakni banyak lembaga namun tersekat-sekat an, dimana dalam proses awal data dianalisis
dan tidak menyatu dalam menggalang untuk mengetahui data apa lagi yang mesti
kekuatan untuk tujuan bersama yang lebih dicari dan didalami. Di pertengahan proses,
besar. data dianalisis kembali untuk pemeriksaan
LSM Wahana Visi Indonesia meng- keabsahan data. Terjadi proses verifikasi yang
gagas kemitraan dalam program SL Kakao ini menilai keabsahan data dengan proses
dalam rangka mewujudkan tujuan prog-ram triangulasi dan kecukupan referensi. Proses
pemberdayaan. Fokus penelitian ini adalah verifikasi melibatkan interpretasi atas data
tentang sinergitas kemitraan yang belum yang tersaji.
terjadi di tingkat program yang diga-gas oleh HASIL DAN PEMBAHASAN
LSM. Pertanyaan yang ingin dijawab oleh
penelitian ini terkait dengan implemen-tasi Pertanyaan dalam penelitian ini adalah
program, bentuk kemitraan yang dibangun tentang bagaimana implementasi program,
bentuk kemitraan yang terjadi, bentuk pem- Terkait kualitas, biji kakao yang dinyatakan
berdayaan ekonomi masyarakat, dan bentuk berkualitas salah satunya jika memiliki ciri-
pengembangan yang diharapkan untuk ciri masak penuh, terfermentasi dengan baik
keberlanjutan program. (kering, berwarna coklat, berbau asam, tidak
terdapat purple dan slaty ketika dibelah.
Implementasi Program
Sekolah lapangan juga memiliki tujuan
Menurut Badan Pusat Statistik Kabu- untuk memberdayakan petani sampai de-
paten Keerom, terdapat 42 hektar saja area ngan membantu petani mengorganisasikan
yang menghasilkan kakao untuk seluruh diri dan komunitasnya dengan pengetahuan
distrik Waris. Dalam setahun, dari seluruh dan keterampilan, membuat petani ahli di
distrik (kecamatan) Waris baru menghasil- lahan sendiri (Ombati, et.al., 2010, p. 1).
kan 14 ton atau 14.000 kilogram. Data ini Pemberdayaan yang dilakukan dalam prog-
menunjukkan bahwa total area dan produksi ram sekolah lapangan ini bersifat pember-
yang baru dihasilkan tidak sebanding de- dayaan di bidang pendidikan, yakni dengan
ngan luas area yang seharusnya bisa dita- memberikan kapasitas berupa pengetahuan
nami kakao (Waris dalam Angka, 2014). dan keterampilan kepada petani tentang
Data lainnya adalah bahwa masyarakat segala hal yang mereka perlukan dalam hal
tidak cukup mampu mengelola potensi budidaya kakao. Menurut Ombati, et.al.
tersebut akibat minimnya kapasitas secara (2010) dalam teorinya, pengetahuan dan ke-
pengetahuan. Minimnya kapasitas ini terkait terampilan tersebut akan menjadikan petani-
dengan ketertinggalan informasi teknologi petani tersebut menjadi ahli di lahannya
karena akses daerah yang sulit. Kapasitas sendiri sehingga tidak lagi bergantung pada
menjadi poin penting karena masyarakat pihak lain, misalnya para penyuluh lapangan.
menggantungkan kehidupannya pada kakao Proses implementasi didasari oleh hasil
sebagai mata pencaharian utama. Selain itu, evaluasi kegiatan pemasaran kakao bersama
tujuan program sekolah lapangan kakao ini yang menyatakan tentang minim-nya
juga terkait dengan kondisi hama kakao yang kapasitas masyarakat terhadap budidaya
merajalela dirasakan oleh masyarakat. Dari kakao. Kapasitas yang minim itu berbanding
kondisi-kondisi tersebut maka didapat bahwa terbalik dengan potensi kakao yang besar
tujuan program ini adalah untuk yang dimiliki masyarakat, sehingga pemilih-
meningkatkan kapasitas masyarakat disisi an metode sekolah lapangan pun terkait
pengetahuan dan keterampilan perawatan dengan hal tersebut. Sekolah lapangan dini-
kakao. lai dapat menjadi jembatan yang baik untuk
Data-data di atas menguatkan konsep menjawab persoalan kapasitas masyarakat
tentang sekolah lapangan yang berkembang yang minim dan pemanfaatan potensi yang
sebagai suatu pendekatan untuk melakukan besar yang dimiliki masyarakat di kebun
manajemen terpadu pada hama atau kakao mereka.
Integrated Pest Management- IPM (van den Sekolah lapangan kakao di kampung
Berg, 2004, p. 4). Sekolah lapangan sejak awal Kalifam berlangsung selama tiga hari tanggal
dijalankan di sekitar tahun 80-an me-miliki 19-21 Maret 2014 dengan memberikan materi
tujuan untuk membantu petani dalam dan praktik langsung di kebun kakao milik
menyelesaikan masalah hama yang dialami petani, sehingga masyarakat langsung meng-
oleh petani. Biasanya petani menggunakan alami materi-materi yang diajarkan. Materi-
pestisida untuk persoalan hama tanaman, materi yang diajarkan antara lain mengenai
namun di sekolah lapangan, petani diajara- ekosistem dan agrosistem kebun kakao,
kan tentang cara-cara mengurangi ketergan- tentang perawatan tanaman berupa kegiatan
tungan mereka pada pestisida, sehingga hasil pemangkasan dan pemupukan tanaman, sa-
tanamannya lebih bersifat organik. Dengan nitasi dan pengendalian hama penyakit,
memiliki pengetahuan tentang pengendalian pengetahuan tentang panen dan pasca pa-
hama dan penggunaan pestisida, diharapkan nen dan teknik sambung samping dan
petani dapat meningkatkan kuantitas dan sambung pucuk untuk produksi kakao.
kualitas tanaman yang mereka budidayakan.
Proses kegiatan sekolah lapangan ada- sekolah lapangan. “Uang duduk” menjadi
lah proses learning by doing yaitu pembel- tantangan sangat besar pada konteks
ajaran dengan langsung melakukan praktik masyarakat Papua saat ini, terutama sejak
langsung. Saroni (2012, p. 99) menyatakan digulirkannya Otonomi Khusus (Otsus).
bahwa sekolah lapangan adalah kegiatan Maka dari itu, pendampingan kepada masya-
belajar-mengajar atau pendidikan masyara- rakat dapat berguna untuk membangun
kat yang diadakan langsung di bidang kerja kesadaran terhadap situasi masyarakat yang
yang dipelajari, materi bersifat aplikatif. sering berharap pada hal-hal berbau materi
Sekolah lapangan memiliki topik yang bera- seperti “uang duduk”. Pendampingan juga
gam: konservasi sampai dengan peningkatan menjadi tantangan dalam konteks program
pendapatan petani; bersifat learning by doing; SL Kakao ini, karena di satu sisi pendam-
forum melakukan debat berdasarkan pingan dapat memberikan semangat bagi
pengalaman, eksperimen dan informasi lain para peserta SL Kakao untuk semakin me-
di luar komunitas petani (Ombati, et.al., 2010, ngembangkan pengetahuan dan keterampil-
p. 1). Kedua konsep ini menyatakan bahwa annya sebagai petani kakao sehingga mereka
proses implementasi yang dilakukan dalam berdaya. Namun, di sisi yang lain, pendam-
SL Kakao di kampung Kalifam telah sesuai pingan dapat melenakan para peserta
dengan kerangka konsep tentang sekolah sehingga tidak memiliki kemandirian.
lapangan. Sekolah lapangan adalah bentuk dari
Nilai-nilai positif yang terjadi dalam pendidikan orang dewasa yang menjadi ruh
implementasi antara lain respon peserta yang dari pendidikan luar sekolah. Van den Berg
baik terhadap materi yang diberikan, (2014) menyatakan bahwa “the farmer field
antusiasme masyarakat (termasuk tokoh- school is a form of adult education, which is
tokoh di masyarakat) untuk mengikuti ke- evolved from the concept that farmers learn
giatan, dan hasil dari pengetahuan dan optimally from field observation and experi-
keterampilan baru yang mereka dapat mentation”. Selain itu Knowles, Holton, &
dengan buah kakao yang lebih banyak dari Swanson (2004, pp. 64-69) menyatakan
biasanya. Antusiasme masyarakat untuk bahwa orang dewasa mengarahkan orientasi
terlibat terbukti dengan terlibatnya 27 orang belajarnya pada hal-hal yang berpusat pada
sebagai peserta dari 20 orang yang ditarget- hidup (life-centered), atau tugas (task-center-
kan oleh pelaksana program. Nilai positif ed), atau suatu masalah (task-centered).
berupa antusiasme peserta untuk terlibat Kondisi-kondisi yang didapat dalam imple-
dalam kegiatan ini dan respon yang baik mentasi program menunjukkan hal-hal
terhadap materi-materi yang diberikan sa- sesuai dengan konsep pendidikan orang
ngat sejalan dengan konsep yang digulirkan dewasa ini.
oleh Ombati et.al. (2010) bahwa sekolah
Kemitraan Program
lapangan terdiri dari sekelompok petani yang
tergabung dan tertarik untuk belajar topik Turunan dari poin ini adalah tentang
tertentu tentang pertanian. Masyarakat pihak-pihak yang terlibat dalam program,
memiliki ketertarikan terhadap kegiatan ini identifikasi inisiator kemitraan, proses
karena kegiatan ini dapat menjadi solusi dari inisiasi kerja sama, tujuan kemitraan, peran-
permasalahan budidaya kakao yang dirasa- peran dalam kemitraan yang terjalin, nilai
kan oleh masyarakat saat itu. positif dan negatif dalam kemitraan dan
Nilai negatif yang diungkapkan adalah faktor belum sinerginya kemitraan antara
waktu pelaksanaan yang dirasa kurang, ke- LSM dan para mitra.
luhan mengenai tidak adanya “uang duduk”, Berdasarkan hasil wawancara, didapat
dan komitmen masyarakat yang kurang data bahwa pihak-pihak yang terlibat adalah
untuk tekun melakukan perawatan akibat tokoh-tokoh yang ada di masyarakat, antara
kurangnya pendampingan. Pendampingan lain tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh
dan keluhan “uang duduk” ini adalah tan- agama (salah satunya adalah lembaga gereja);
tangan yang harus disikapi oleh penyeleng- pihak Petugas Penyuluh Lapangan; dan LSM
gara program atas keberlanjutan program sendiri sebagai inisiator program. Proses
proses untuk mencapai hasil yang ingin proses jika setiap pihak dapat berperan dalam
dicapai. Kemitraan yang baik adalah jika konteks isu yang terkait, walaupun tidak
setiap pihak dengan penuh kesadaran meng- persis sama. Dalam konteks program SL
ajukan diri dengan peran yang sesuai dengan Kakao ini contohnya adalah ketika
kemampuan dan kebutuhan masalah. Na- mengaitkan “petani kakao” dengan “petani”
mun dalam konteks penelitian ini, komit- yang sifatnya lebih umum.
men melakukan peran adalah bagian kesa- Berdasarkan data yang didapat, secara
daran yang menjadi keberhasilan kemitraan keseluruhan proses kemitraan dinilai ber-
yang digagas LSM Wahana Visi Indonesia. hasil oleh para informan yang terlibat dalam
Nilai negatif yang terjadi dalam kemi- program. Salah satu indikasinya adalah kare-
traan ini adalah tidak terjalinnya kemitraan na program yang dijalankan berjalan dengan
dengan pemerintah. Hal ini terjadi karena baik. Mardikanto dan Soebiato (2013) me-
pemerintah dinilai kurang memiliki kapa- nyatakan bahwa kerja-kerja kemitraan akan
sitas yang dibutuhkan dalam teknis program berhasil jika didasari rasa saling ketergan-
untuk menjadi fasilitator sesuai kebutuhan tungan, saling membutuhkan dan memper-
program, dan tidak fleksibelnya pemerintah kuat. Mayo dan Craig (1995) menyatakan
untuk menjadi mitra karena sangat ber- bahwa kemitraan yang mengarah pada suatu
patokan dengan dokumen administratif. keberlanjutan harus menjalankan strategi
Kemitraan yang terjadi telah mendapat kembar yaitu partisipasi dan pemberdayaan.
penilaian yang baik dari seluruh pihak yang Kedua hal tersebut dapat mengembangkan
terlibat selain dari LSM. Salah satu yang pengembangan berbasis manusia (people-
terjadi dalam kemitraan ini yang menye- centered development), kesempatan yang
babkan kurangnya sinergitas yang diharap- sama (equal opportunities) dan keadilan
kan adalah dominasi peran LSM selaku sosial (Samah & Aref, 2009, p. 1).
inisiator program. Dominasi peran ini terkait
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
dengan tanggung jawab LSM terkait dengan
pendanaan yang keseluruhannya ditanggung Pemberdayaan bertujuan untuk me-
oleh pihak LSM. Ketika kemitraan seharus- ningkatkan kemampuan atau suatu ketidak-
nya dapat menjadi ajang sharing resources, manfaatan menjadi bermanfaat (Ife, 1997). Di
kemitraan dalam program ini belum sampai Indonesia, pemberdayaan (empowerment)
pada tahap berbagi sumber daya secara terkait dengan istilah pengentasan kemiskin-
material, walaupun hal itu dapat diusahakan an yang digulirkan sejak tahun 1993 berda-
dengan lebih baik. sarkan Instruksi Presiden No. 5/1993
Tantangan bekerja bersama antara lain (Mardikanto & Soebiato, 2013). Pemberdaya-
cara berpikir tradisional, peran berlebihan, an juga dinyatakan dalam terminologi bera-
pertarungan kekuasaan, kurang rasa kepe- gam lainnya yaitu kekuatan diri, kontrol,
mimpinan (Ayres & Silvis, 2011, pp. 159-160). kemandirian diri, pilihan pribadi, dan
Sejalan dengan pendapat itu Blackshaw (2010, seterusnya (Narayan, 2002, p. 14).
p. 173) menyatakan bahwa kegagalan terbesar Berdasarkan hasil wawancara,
untuk kemitraan berjalan dengan baik adalah pemberdayaan dari sisi kapasitas masyarakat
isu tentang kekuasaan. Proses pemberdayaan dalam perawatan kakao telah terjadi. Artinya
yang sangat terkait dengan memberi “power” masyarakat telah memiliki pengetahuan dan
kepada yang pihak yang tidak berdaya, akan keterampilan dalam perawatan kakao, walau
menjadi terkendala jika para pelaku belum semua peserta yang terlibat mem-
pemberdayaan justru terbentur dengan isu praktikkan materi yang telah mereka dapat-
kekuasaan di antara mereka. Blackshaw juga kan. Pemberdayaan adalah pengembangan
menyatakan bahwa kurang fleksibelnya suatu aset dan kemampuan yang dimiliki oleh
instansi untuk melakukan kerja-kerja masyarakat untuk berpartisipasi di dalamnya
kemitraan salah satunya adalah karena (Narayan, 2002, p. 14). Aset dalam penelitian
tantangan lintas isu atau tema (cross-cutting ini adalah potensi kakao yang ada di ling-
issue or theme), walau sebenarnya kemitraan kungan hidup masyarakat di kampung
dapat mengurangi overlap dan duplikasi Kalifam, sedangkan kemampuan adalah
potensi diri masyarakat itu sendiri terutama ekonomi masyarakat. Berdasarkan data yang
di sisi pengetahuan dan keterampilan. didapat, dari sisi ekonomi telah terjadi
Pemberdayaan terjadi ketika potensi yang kenaikan harga kakao yang dirasakan oleh
ada di masyarakat tersebut dapat dioptimal- salah satu informan. Kenaikan harga ini
kan dengan kemampuan yang dimiliki oleh sangat signifikan yakni dari Rp 15.000,00 per
masyarakat. Dalam proses yang telah ditem- kilogram menjadi Rp 33.000,00 per kilogram.
puh oleh masyarakat sejak pelaksanaan Hal ini dapat karena informan tersebut
kegiatan SL Kakao sampai dengan penelitian benar-benar mempraktikkan keterampilan
dilakukan, potensi yang ada di masyarakat dalam perawatan kakao dan melakukan
berangsur-angsur dapat diberdayakan de- teknik-teknik untuk memasarkan kakao hasil
ngan kemampuan yang dimiliki masyarakat produksinya. Namun di lain sisi, didapati
sebagai hasil dari proses program SL Kakao. pula informan yang merasa belum
Pemberdayaan juga terkait dengan mendapatkan hasil yang signifikan dari
pilihan metode yang dipakai untuk member- sekolah lapangan yang diikutinya. Hama dan
dayakan. Sekolah lapangan menjadi jalan harga kakao yang tidak tetap menjadi alasan
pemberdayaan pada masyarakat kampung mengapa informan tersebut belum melihat
Kalifam. Hal ini sejalan dengan kerangka hasil dari sekolah lapangan yang diikutinya.
konseptual sekolah lapangan yang memiliki Pemberdayaan seharusnya terkait
tujuan untuk memberdayakan petani de- dengan pemberdayaan ekonomi ekonomi
ngan pengetahuan dan keterampilan rakyat (Theresia, Andini, Nugraha, &
(Ombati, et.al., 2010). Artinya, sekolah Mardikanto, 2014, p. 94). Jadi, walaupun
lapangan menjadi pilihan yang tepat untuk belum terjadi sepenuhnya, telah ada infor-
melakukan pemberdayaan sesuai dengan man yang merasakan pemberdayaan ekono-
kebutuhan masyarakat, yaitu pengembangan mi tersebut. Pembelajaran berikutnya adalah
kapasitas mereka di bidang pengetahuan dan agar lebih banyak pihak yang dapat merasa-
keterampilan budidaya kakao. kan pemberdayaan secara ekonomi, dimulai
Menurut Ife (1997, p. 59), perspektif dengan secara konsisten melakukan pera-
kekuasaan memiliki empat perspektif yaitu watan kakao sehingga ancaman hama dapat
pluralis, elit, struktural, dan post-struktural. diminimalisir dan dengan demikian dapat
Metode sekolah lapangan sangat sejalan meningkatkan harga jual kakao kepada
dengan pendekatan post-struktural, dimana pembeli. Hal ini terkait akan sangat terkait
pendekatan pemberdayaan yang digunakan dengan pendampingan yang menjadi poin
adalah untuk mengubah metode lama yang negatif dalam implementasi program.
old-fashioned, mengembangkan pengertian Persoalan tentang mengusahakan
baru yang berdasar pada apa yang diingin- pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat
kan yang lebih bersifat subjektif, dan mela- memang tidaklah mudah. Penyelenggara
kukan pendidikan yang membebaskan program menyatakan bahwa sulit untuk
(liberation education). SL Kakao menjadi menaikkan batasan atau patokan harga
pilihan tepat dari metode belajar mengajar kakao. Hal ini disebabkan salah satunya
yang bersifat learning by doing, pendidikan karena sulit menemukan pembeli kakao yang
yang membebaskan warga belajar dari ruang- mau bekerja bersama untuk membeli
ruang kelas yang tidak efektif dengan langsung dari masyarakat. Hal lainnya ada-
memberikan ruang lain yang sangat mereka lah karena belum adanya regulasi pemerin-
kenali yaitu kebun kakao mereka sendiri. tah tentang patokan harga kakao, sehingga
Dengan belajar langsung di lokasi dimana tengkulak dengan sangat mudahnya mema-
mereka melakukan kegiatan harian mereka sang harga kepada penjual yakni para
untuk mencari nafkah, mereka akan memiliki masyarakat penghasil kakao. Terkait dengan
pengetahuan dan keterampilan yang penelitian ini yang menghubungkan antara
kontekstual dan harapannya mereka dapat kemitraan dengan pemberdayaan ekonomi
menjadi ahli di kebunnya sendiri. masyarakat, belum terlihat bahwa kemitraan
Pemberdayaan ekonomi jelas amat yang terjadi dalam program SL Kakao ber-
terkait dengan peningkatan kesejahteraan pengaruh pada pemberdayaan ekonomi ma-
syarakat. Pihak LSM Wahana Visi Indonesia pendampingan dari pihak PPL dan LSM
belum dapat menghubungkan para pembeli kepada masyarakat karena sangat
(buyer) kakao potensial kepada masyarakat, berhubungan dengan komitmen mereka, (4)
dan selain itu belum dapat men-jangkau realisasi kebun percontohan yang digagas
pemerintah yang dapat memenga-ruhi LSM bekerjasama dengan gereja, (5) pem-
otorisasi harga kakao. bentukan sentra kakao dan harapan akan
Asian Development Bank menyatakan kapasitas untuk teknologi pengolahan hasil,
bahwa pemberdayaan masyarakat dapat ber- dan (6) peningkatan kapasitas pemerintah.
hasil jika bersifat komprehensif dan memuat Dalam rangka keberlanjutan, Ebewore
lima karakteristik: berbasis lokal, berorien- (2013) menyatakan dalam penelitiannya
tasi pada peningkatan kesejahteraan, berba- bahwa pentingnya knowledge sharing antara
sis kemitraan, holistik, dan berkelanjutan petani kakao, baik yang terlibat dalam
(Zubaedi, 2013, p. 76). Sulistiati menyatakan sekolah lapangan atau tidak untuk mening-
konsep kesejahteraan yang diharapkan ada- katkan praktik budidaya kakao. Kegiatan
lah kesejahteraan yang meningkatkan taraf berbagi pengetahuan ini penting untuk
hidup masyarakat berdasarkan konteks memastikan efektivitas sekolah lapangan
sosialnya. Dalam konteks Indonesia, kesejah- yang diikuti petani dan sangat memper-
teraan sosial dapat dimaknai terpenuhinya mudah kegiatan pendampingan pasca
kebutuhan seseorang, kelompok, atau ma- kegiatan.
syarakat dalam hal material, spiritual, mau-
SIMPULAN
pun sosial (Wesa & Suryono, 2014). Lembaga
Swadaya Masyarakat Wahana Visi Indonesia Program Sekolah Lapangan (SL) Kakao
dalam program sekolah lapangan kakao ini yang dilaksanakan pada 19-21 Maret 2014,
telah berusaha melakukan lima prinsip da- secara keseluruhan mendapat penilaian yang
lam rangka mewujudkan pemberdayaan ma- baik dari berbagai pihak yang terlibat. Prog-
syarakat yang mengarah pada kesejahteraan ram ini memiliki tujuan utama untuk mem-
masyarakat. beri pengetahuan dan keterampilan kepada
masyarakat petani kakao dalam hal budidaya
Keberlanjutan Program
kakao. Pengetahuan dan keterampilan yang
Kemitraan memeiliki tujuan untuk diberikan antara lain tentang ekosistem dan
keberlanjutan dari apa yang telah dilakukan. agrosistem, pemangkasan dan pemupukan
Pelibatan pihak-pihak yang memiliki kepen- tanaman, sampai dengan teknik produksi
tingan dan ketertarikan pada isu yang sambung samping dan sambung pucuk.
diangkat dalam kerja bersama tersebut Implementasi program ini menggunakan
adalah cara untuk memastikan bahwa apa prinsip learning by doing seperti dasar prinsip
yang telah dikerjakan tidak akan sia-sia. pembelajaran orang dewasa dan pendidikan
Dengan semakin banyaknya pihak yang terli- luar sekolah.
bat, diharapkan memunculkan rasa kepe- Kemitraan dalam program SL Kakao ini
milikan yang besar terhadap kegiatan yang secara keseluruhan juga mendapatkan
dirancang bersama dan semangat melanjut- penilaian yang baik. Terdapat empat pihak
kan apa yang telah mulai dikerjakan. yang terlibat di dalam kerja sama yaitu pihak
Hasil wawancara menunjukkan bahwa LSM Wahana Visi Indonesia selaku inisiator
para informan berharap banyak pada sekolah dan penyelenggara program, unsur-unsur
lapangan ini untuk meningkatkan masyarakat kampung, pihak gereja selaku
kesejahteraan masyarakat petani. Beberapa mitra yang giat berperan sebagai motivator
bentuk pengembangan yang diharapkan bagi masyarakat, dan pihak petugas penyu-
antara lain adalah: (1) patokan harga kakao luh lapangan (PPL) yang berperan sebagai
yang jelas sehingga masyarakat dapat me- fasilitator. Tujuan kemitraan yang dibangun
masarkan hasil produksi kakao mereka adalah agar tercipta sistem informasi dan
dengan baik, (2) komitmen para petani eks- jaringan yang mengarah pada sustainability
partisipan program untuk melakukan program.
keterampilan dalam perawatan kakao, (3)