Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ERGONOMI

PENGERTIAN, SEJARAH, SASARAN, MANFAAT, KEILMUAN


DAN LINGKUP ERGONOMI, KEBERHASILAN KERJA

DISUSUN OLEH:

WIWIN TRI ANTIKA


NIM: E711811031

REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


POLITEKNIK TEDC BANDUNG
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan
sudah menjadi kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan. Artinya peralatan
dan teknologi merupakan salah satu penunjang yang penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping
itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi
bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah
dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lin kemungkinan terjadinya
penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan
kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan dan kematian.
Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian
antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal
sebagai pendekatan ergonomic.
Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada
sector kegiatan ekonomi. Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai
unsure hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat
ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh khususnya pada
pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat
perintisan. Fungsi pembinaan ergonomic secara teknis merupakan tugas
pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi
pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan pengembangan penerapannya.
Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru
diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima
ergonomic dan penerapannya.
B.   Rumusan Masalah
Berikut pemaparan rumusan masalah pada makalah ini:
1. Apa pengertian Ergonomi
2. Sejarah Ergonomi
3. Sasaran Ergonomi
4.  Maanfaat Ergonomi
5. Ruang Lingkup Ergonomi
6.  Keilmuan Ergonomi
7. Keberhasilan kerja Ergonomi

C. Tujuan
Berikut pemaparan tujuan pada makalah ini:
1. Untuk mengetahui Pengertian Ergonomi
2. Untuk mengetahui Sejarah Ergonomi
3. Untuk mengetahui Sasaran Ergonomi
4. Untuk mengetahui  Maanfaat Ergonomi
8. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Ergonomi
5. Untuk mengetahui Bidang studi Ergonomi
6. Untuk mengetahui Keilmuan Ergonomi
9. Untuk mengetahui Keberhasilan kerja Ergonomi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ergonomi
Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang interaksi
manusia dengan sistem, prinsip, profesi, data dan cara dalam merancang
sistem supaya sistem tersebut dapat optimal sesuai dengan keperluan dan
kekurangan, serta keterampilan manusia
Ergonomi ini berasal dari bahasa Yunani ergon & nomos yang mana
Ergon ini artinya kerja, dan nomos artinya aturan. Secara umum, Ergonomi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia dengan sistem,
prinsip, profesi, data dan cara dalam merancang sistem supaya sistem tersebut
dapat optimal sesuai dengan keperluan dan kekurangan, serta keterampilan
manusia.
Menurut International Ergonomics Association (IEA), Ergonomi (atau
human factor) adalah disiplin ilmu yang mempelajari interaksi manusia dengan
elemen lainnya di dalam sebuah sistem, dan profesi yang mengaplikasikan prinsip-
prinsip teori, data dan metode untuk mendesain kerja yang mengoptimalkan
kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan. Ergonomi adalah
disiplin yang berorientasi sistem, yang sekarang berlaku untuk semua aspek kegiatan
manusia.
B. Sejarah Ergonomi
Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas
yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.
Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:

1. C.T. Thackrah, England, 1831


Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan
pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan
yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang
dirasakan oleh para operator di tempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh
pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu
Trackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi
kursi-meja yang kurang sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang
tidak ergonomis sehingga mengakibatkan menbungkuknya badan dan iritasi
indera penglihatan.
2. F.W. Taylor, U.S.A., 1989
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang
menerapkan metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam
melakukan suatu pekerjaan.

3.    F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911


Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal
ini lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor.
Dalam bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia
menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain
suatu sistem meja yang dapat diatur turun-naik (adjustable).

4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatique Research


Board), England, 1918
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di
pabrik amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana
output setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.

5.   E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933


Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi
di suatu Perusahaan Listrik. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi
pengaruh dari variabel fisik seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat
terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.

6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A


Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang
berkembang secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang).
Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan dan identifikasi utnuk
pengendali pesawat terbang, efektivitas alat peraga (display), handel
pembuka, ketidak-nyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain
pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan
pengaruhnya pada kinerja operator.

7. Pembentukan Kelompok Ergonomi


Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics
Research Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa
profesional yang telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini
menghasilkan jurnal (majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada
November 1957.
Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics
Association) terbentuk pada 1957, dan The Human Factors Society di
Amerika pada tahun yang sama.
Diketahui pula bahwa Konferensi Ergonomi Australia yang pertama
diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya
Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics Society
of Australian and New Zealand).

C. Perkembangan Ergonomi

Perkembang ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949


sebagai judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Sedangkan kata
ergonomi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan
nomos (aturan/prinsip/kaidah). Istilah ergonomi digunakan secara luas di
Eropa. Di Amerika Serikat dikenal istilah human factor atau human
engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomic dan human factor) hanya
berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama
menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins
(1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai
referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia
sejak 4000 tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu
ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti
batu untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai
dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk
memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut masih tidak
teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun
yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah
melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara
nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi antara
produk dengan manusia. Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of
Wertern Electric (Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi
yang selanjutnya dikenal dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne).
Hasil percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi ditempat kerja
dan menunjukan hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin.
Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya
bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat meningkatkan
kemauan manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak dilakukan
pada perusahaan-perusahaan senjata perang.

D. Tujuan dan Sasaran Ergonomi

Secara umum tujuan penerapan ergonomi ialah:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan


cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun
setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek: teknis, ekonomis,
antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga
tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tertinggi (Tarwaka dkk).
Sasaran utama ergonomi, adalah agar pegawai dapat mencapai prestasi kerja yang
tinggi dengan disertai suasana kerja yang tentram, aman dan nyaman. Sasaran lain
dari ergonomi terhadap seluruh pegawai baik pada sektor modern maupun sektor
tradisional, adalah sebagai berikut:

a. Pada sektor modern.

Pada sektor modern, penerepan ergonomi dilakukan dalam bentuk


pengaturan sikap, tata cara kerja dan perencanaan kerja yang tepat.
Banyaknya peralatan kerja dan mesin dalam industri yang masih didatangkan
dari luar negeri, hal tersebut memerlukan penyesuian dengan bentuk dan
ukuran tubuh pegawai

b. Pada sektor tradisional.

Pada sektor tradisional, umumnya pekerjaan dilakukan dengan tangan,


dan memakai peralatan, dengan sikap badan dan tata cara kerja yang secara
ergonomis dapat diperbaiki.

E. Manfaat Ergonomi

Guna mendapatkan manfaat dari ergonomi, perlu dibuat suatu program yang
meliputi kegiatan pokok antara lain, sebagai berikut:

1) Kegiatan penyuluhan kepada kelompok yang penerapan ergonominya


dilakukan atau dalam jangka pendek dengan keberhasilan yang diukur dari
sejauh mana teknik ergonomi diterapkan.
2) Evaluasi dan koreksi keadaan ergonomi di tempat kerja melalui keunjungan
ke perusahaan oleh suatu tim dan melakukan penilaian, menganalisis keadaan
ergonomi dan mencari alternatif penerapan yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
3) Melakukan standarisasi dalam ergonomi atas dasar data yang di peroleh
khususnya dari evaluasi dan perbaikan. Melakukan kegiatan pengumpulan dan
analisis data secara statistik, dan standar selanjutnya dapat dituangkan sebagai
kelengkapan standar kesehatan kerja dalam rangka meningkatkan
produktivitas kerja.

Dari segi efisiensi, ergonomi berperan terhadap hal-hal berikut:

a. Mengadakan perhatian terhadap kondisi tenaga kerja.


b. Menciptakan sikap tubuh yang ergonomi.
c. Pembebanan kerja sesuai dengan kemampun pegawai.
d. Mengatur lingkungan kerja yang tepat.
e. Menilai dan mengatur organisasi kerja.
f. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
g. Memperbaiki kualitas produksi.

F. Keilmuan dan Lingkup Ergonomi


Terhadap suatu lapangan kerja, ergonomi berperan penting. Semua bidang
pekerjaan biasanya menggunakan ergonomi. Ergonomi digunakan dalam
dunia kerja agar pekerja nyaman didalam melakukan pekerjaannya. Apabila
telah memiliki rasa nyaman, maka manfaatnya terhadap produktivitas kerja
yang diinginkan dapat semakin meningkat. Selain itu, ergonomi dalam dunia
kerja menaruh minat dalam hal berikut ini:
1) Bagaimana seorang pekerja dalam melakukan pekerjannya
2) Bagaimana posisi atau gerak tubuh yang dilakukan ketika melakukan
pekerjaannya
3) Alat-alat yang mereka pakai
4) Apa saja dampak dari faktor diatas terhadap kesehatan serta
kenyamanan pekerjaan.

Prinsip Ergonomi Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari keserasian kerja


dalam suatu sistem (worksystem). Sistem ini terdiri dari manusia, mesin dan lingkungan kerja
(Bridger, 2003). Pada penerapannya jika pekerjaan menjadi aman bagi pekerja atau manusia
dan efisiensi kerja meningkat maka tercapai kesejahteraan manusia.Keberhasilan aplikasi
ilmu ergonomi dilihat dari adanya perbaikan 7 produktivitas, efisiensi, keselamatan dan
diterimanya sistem desain yang dihasilkan (mudah, nyaman dan sebagainya) (Pheasant,
1999). Ergonomi dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan produksi yang
kompleks yang berlaku dalam industri sektor informal. Dengan mengetahui prinsip ergonomi
tersebut dapat ditentukan pekerjaan apa yang layak digunakan agar mengurangi kemungkinan
keluhan dan menunjang produktivitas. Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua
pendekatan (Anies, 2005), diantaranya sebagai berikut:

1) Pendekatan Kuratif Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah
atau sedang berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi, modifikasi atau
perbaikan dari proses yang telah berjalan. Sasaran dari kegiatan ini adalah
kondisi kerja dan lingkungan kerja. Dalam pelaksanaannya terkait dengan
tenaga kerja dan proses kerja yang sedang berlangsung.
2) Pendekatan konseptual Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem
dan akan sangat efektif dan efisien jika dilakukan pada saat perencanaan.
Jika terkait dengan teknologi, sejak proses pemilihan dan alih teknologi,
prinsip-prinsip ergonomi telah diterapkan. Penerapannya bersama-sama
dengan kajian lain, misalnya kajian teknis, ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan. Pendekatan holistik inidikenal dengan pendekatan teknologi
tepat guna. Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan
masalah. Pertama, melakukan identifikasi masalah yang sedang dihadapi
dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Kedua, menentukan
prioritas masalah dan masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih
dahulu. Kemudian dilakukan analisis untuk menentukan alternatif
intervensi.Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan ergonomi
(Anies, 2005) :
a. Kondisi fisik, mental dan sosial harus diusahakan sebaik mungkin
sehingga didapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif. 8
b. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot.
c. Lingkungan kerja harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi
tubuh dan anggota tubuh sehingga dapat bergerak secara leluasa dan
efisien.
d. Pembebanan kerja fisik dimana selama bekerja peredaran darah
meningkat 10- 20 kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot
yang bekerja memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak.
e. Sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan
dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk
merencanakan tempat kerja dan perlengkapan yang dipergunakan,
diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling
alamiah dan memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang
dibutuhkan.

G. Keberhasilan Kerja
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja

Keberhasilan kerja manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor


individual dan faktor situasional. Sesuai dengan namanya, faktor pertama terdiri dari
faktor-faktor yang datang dari diri si pekerja itu sendiri dan sering kali sudah ada
sebelum si pekerja yang bersangkutan datang di pekerjaannya. Kecuali hal-hal seperti
pendidikan dan semuanya adalah faktor-faktor yang tidak mudah bahkan tidak dapat
dirubah. Artinya, faktor - faktor yang sudah tetap ini adalah hal-hal yang sudah ada
dan harus dapat diterima seadanya.

Berbeda dengan yang pertama, faktor kedua terdiri dari faktor - faktor yang
hampir sepenuhnya dapat diatur dan dapat dirubah, dan faktor-faktor ini berada diluar
diri pekerja. Pemimpin perusahaanlah yang berhak merubahnya, karenanya faktor-
faktor ini disebut juga faktor-faktor management. Kelompok-kelompok faktor
situasional terbagi kedalam dua sub kelompok yaitu yang terdiri dari faktor-faktor
sosial dan keorganisasiannya, dan yang terdiri dari faktor-faktor fisik pekerjaan yang
bersangkutan.

Dengan dasar pengetahuan ini, adalah tugas pimpinan untuk mengatur semua
faktor-faktor yang dikuasainya dan menjalinnya dengan faktor-faktor diri pekerja
untuk menciptakan suatu keadaan yang memberikan keberhasilan tinggi.

2. Lingkungan Kerja, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dan


Produktivitas Kerja

Lingkungan kerja atau tempat kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi
tertentu manusia dapat melakukan kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian
lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat
terlihat akibatnya dalam jangka waktu tertentu, seperti turunnya produktivitas kerja,
efisiensi dan ketilitian. Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan fisik
tempat kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Seorang pekerja akan
mampu bekerja dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan yang baik pula
sehingga dicapai hasil yang optimal.

Keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan fisik tempat bekerja sangat
berpengaruh dalam peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Seorang pekerja
akan mampu bekerja dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik
sehingga didapatkan hasil yang optimal. Lingkungan kerja adalah tempat kerja
dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat melakukan kegiatannya
dengan optimal. Ketidak sesuaian lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja
pada lingkungan tersebut dapat terlihat akibatnya dalam jangka waktu tertentu, seperti
turunnya produktivitas kerja, efisiensi dan ketelitian.

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna tidak luput dari kekurangan,
dalam arti segala kemampuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor
tersebut bisa berasal dari pribadi (intern) atau mungkin dari pengaruh luar (ekstern).
Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi
harus melalui tahapan – tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi
tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan teknologi
sekarang memungkinkan untuk melaksanakan pengujian semacam ini. Selain itu
pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia akan sangat membantu dalam
mencapai hasil dari pengujian ini

Dengan kata lain lingkungan kerja sangat penting dalam kehidupan manusia
dalam melakukan pekerjaan. Teknologi sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil
optimal dalam melakukan pekerjaan yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja, serta
bila perlu teknologi digunakan untuk mengendalikan lingkungan kerja.Itulah
sebabnya lingkungan kerja harus dapat dirancang sebaik mungkin sehinggga dapat
diharapkan untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada pemakaiannya dan
akhirnya menghasilkan produktivitas yang baik.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat
bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan
kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap
kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan
pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program
maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya

Anda mungkin juga menyukai