Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan dini di Indonesia menduduki peringkat ke 37 di Dunia pada tahun 2010,


serta tertinggi ke dua di Association of South East Asia Nation (ASEAN) setelah
kamboja (Departement of Economic and Social Affairs, 2011). Riset Kesehatan Dasar
diantara wanita usia 10-50 tahun, terbanyak 2,6% melakukan pernikahan dini pada usia
dibawah 15 tahun dan 23% pada usia 15-19 tahun. (Riskesdas, 2013). Pernikahan usia
dini merupakan masalah besar di Indonesia. Beberapa penelitian menunjukan
kecendrungan akan meningkatnya prevelensi pernikahan usia dini di Indonesia. Para
pembuat keputusan harus menanggapi serius mengenai masalah ini. Pernikahan dini di
lingkungan remaja cenderung berdampak negatif baik dari segi sosial ekonomi, mental
atau psikologis, fisik, terutama bagi kesehatan reproduksi remaja tersebut (Fadliyana &
Shinta, 2009). Perkawinan usia dini tidak terlepas dari beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor pengetahuan,ekonomi,orangtua dan lingkungan. Ada juga
faktor atau sinyalmen tradisi lama yang sudah turun temurun dan menganggap
perkawinan pada usia anak-anak sebagai suatu hal yang wajar. Dalam masyarakat
Indonesia, bila anak gadisnya tidak segera memperoleh jodoh, orang tua merasa malu
karena gadisnya belum menikah,sehingga membuat anak tidak berdaya menghadapi
kehendak orang dewasa, baik orang tuanya yang menginginkan perkawinan itu, maupun
orang yang mengawini (Pediatri, 2009). Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu
yang besar, menyukai tantangan dan berani menanggung risiko atas perbuatannya. Rasa
ingin tahu yang besar tersebut membuat remaja sering dihadapkan dengan risiko yang
dapat berdampak dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam hal inilah perlu
adanya pelayanan kesehatan peduli remaja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan
reproduksinya (Kemenkes, 2015).

Dampak yang terjadi karena pernikahan dini yaitu alat reproduksi belum siap
menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi, kehamilan dini
dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri, resiko anemia, meningkatnya angka
kejadian depresi, perceraian, beresiko pada kematian usia dini serta meningkatkan Angka
Kematian Ibu (AKI), resiko meningkat lebih dari 10 kali bila jumlah mitra seks enam

1
lebih atau bila berhubungan seks pertama dibawah usia 15 tahun semakin muda
perempuan memiliki anak pertama, semakin rentan terkena kanker serviks (Kumalasari,
2012).
Menurut WHO (2012), sebanyak 16 juta remaja perempuan yang melahirkan setiap
tahun diperkirakan 90 % sudah menikah dan 50 ribu diantaranya telah meninggal. Selain
itu resiko terjadinya kematian ibu dan dan kematian bayi yang baru lahir 50 % lebih
tinggi dilahirkan oleh ibu di bawah usia 20 tahun antara ibu dibandingkan pada wanita
yang hamil di usia 20 tahun ke atas.
Menurut Riskesdas (2010), perempuan muda di Indonesia dengan interval usia 10-
14 tahun yang telah menikah terdapat sebanyak 0.2 persen atau lebih dari 22.000 wanita
muda berusia 10-14 tahun di Indonesia sudah menikah sebelum usia 15 tahun. Pada
interval usia yang lebih tinggi, perempuan muda berusia 15-19 yang telah menikah
memiliki angka 11,7% jauh lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia
15-19 tahun sejumlah 1,6 %.

Data Kementrian Agama Yogyakarta menyebutkan bahwa pernikahan dini tahun


2015 terjadi sebanyak 284 kasus. Kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
mempunyai empat kabupaten dengan angka tertinggi pernikahan dini, yang terdiri dari
Kabupaten Gunungkidul sebanyak 11,29%, Kabupaten Bantul sebanyak 7,30%,
Kabupaten Kulonprogo sebanyak 7,28% dan Kabupaten Sleman sebanyak 5,07%. Upaya
pencegahan pernikahan dini, yaitu anak diberi penyuluhan mengenai kesehatan
reproduksi dan dampak pernikahan dini sehingga anak dapat mengenali dan memahami
dirinya terhadap bentuk-bentuk kekerasan seksual, kesehatan reproduksi dan penyadaran
akan hak-haknya sebagai manusia dan warga negara.

Gerakan pemerintah Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta melalui peraturan bupati


(Perbub) Gunung Kidul No.36 Tahun 2015 tentang pencegahan perkawinan Usia Anak
yang didasarkan pada fakta bahwa pernikahan anak mengalami peningkatan pada tahun-
tahun sebelumnya, yakni tahun 2014 sebanyak 14 kasus, tahun 2015 sebanyak 9 kasus,
dan pada tahun 2016 sebanyak 16 kasus pernikahan dini. Kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah daerah sebagai upaya menghapus pernikahan anak (Peraturan Daerah
Kabupaten Gunungkidul No.36 tahun 2015).

Menurut Naning Nazrih 2016, pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik dengan
sikap pernikahan dini yang tinggi sebanyak 57 responden (63,3%) sedangkan paling

2
sedikit responden dengan pengetahuan cukup memiliki sikap pernikahan dini yang cukup
juga sebanyak 1 orang (1,1%).

Sementara itu, menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 memberikan


batasan 20 tahun, karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia di bawah 20 tahun
beresiko terjadi kanker serviks serta penyakit menular seksual. Perkawinan usia muda
menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan. Pada bayi dapat terjadi
berat badan lahir rendah atau berat badan bayi lahir besar. Resiko pada ibu yaitu dapat
meninggal.

Dalam rangka mengatasi pernikahan dini Pemerintah Indonesia membuat kebijakan


untuk pendewasaan usia pernikahan. Pemerintah Indonesia mewajibkan anak-anak untuk
wajib belajar selama 12 tahun, mensosialisasikan pentingnya pendidikan kespro (PP No.
61 Tahun 2014 tentang kespro), adanya program KB dan Generasi berencana, PUG
dalam pembangunan nasional dan konsep KKG, bekerjasama dengan organisasi
perempuan dan organisasi keagamaan dan ormas sosialisasi pendewasaan usia
pernikahan, sosialisasi tentang parenting skill, dan pembuatan perda untuk mencegah
perkawinan dini (Anwar, 2016).
Kebijakan yang lainnya yang relevan dengan profesi bidan terkait pada fokus utama
usia reproduksi sehat untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan diatur
dalam Permenkes No.369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan yaitu
kompetensi kedua yakni memberikan asuhan bermutu tinggi, pendidikan kesehatan
tanggap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka meningkatkan
keluarga sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
Masyarakat berperan dalam pencegahan pernikahan usia dini yaitu adanya program
penyuluhan melalui sekolah dari dinas sosial yang bekerja sama dengan sekolah yang
memberikan kemudahan kepada remaja dalam memperoleh informasi pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi (BKKBN, 2013).
Pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Ketentuan Allah menyangkut hal ini bukan
saja tercermin pada ketetapan-Nya tentang siapa yang boleh dan tidak boleh dinikahi,
atau rukun dan syarat-syarat yang ditetapkan-Nya tetapi bahkan dalam redaksi yang
digunakan dalam akad. Nabi saw bersabda sebagai pesan kepada calon suami, “Saling
wasiatmewasiatilah menyangkut perempuan (istri) karena kalian menerimanya dengan
amanat dari Allah dan menjadi halal hubungan kalian dengan kalimat Allah.” (Azzam &
Hawwas, 2009: 42).

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian yaitu “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan remaja dengan sikap
pernikahan dini”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap remaja terhadap
pernikahan usia dini di SMA 1 Gunung Kidul tahun 2018.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja terhadap pernikahan dini.
b. Untuk mengetahui sikap remaja terhadap pernikahan dini.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi remaja
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan
memberikan pengetahuan pada remaja tentang pernikahan dini, dampak dari
pernikahan dini dan sikap terhadap pernikahan dini.
2. Bagi sekolah
Diharapkan penelitian ini dapat membantu sekolah, khususnya guru BK dalam
memberikan pengetahuan bagi murid SMA 1 Gunung Kidul Yogyakarta.
3. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan penelitian ini dapat membantu dalam memberikan penyuluhan tentang
pernikahan dini di sekolah SMA 1 Gunung Kidul Yogyakarta.
4. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam melakukan penelitian
terkait dengan “Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja terhadap sikap pernikahan
dini”.

E. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Materi

4
Lingkup penelitian ini adalah memberikan kuisioner pada siswa/i SMA Dominikus

Gunung Kidul Yogyakarta.

2. Ruang Lingkup Responden

Peneliti mengambil responden yaitu siswa/i SMA Dominikus Gunung Kidul

Yogyakarta.

3. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMA Dominikus Gunung Kidul Yogyakarta.

4. Ruang lingkup waktu

Waktu penelitian dilakukan pada bulan januari – februari 2019.

5
F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian penelitian

Nama Judul Tahun Metode penelitian Hasil penelitian Persamaan Perbedaan


peneliti
Fitria Hubungan 2017 Penelitian ini Hasil uji Topik penelitian tempat penelitian,
mutmainah Pengetahuan menggunakan analisis judul penelitian, jenis penelitian, ,
dengan Sikap desain penelitian statistika teknik penelitian. jumlah populasi
Remaja survey analitik dengan uji dan sampel.
Terhadap penelitian yang korelasi
Pernikahan dilakukan untuk Kendall Tau
Dini di SMAN mengetahui didapatkan
1 Gamping hubungan hasil nilai
Sleman. dengan sikap significant p-
remaja terhadap value
pernikahan dini sebesar ,000
di SMA Negeri (<0,05)
1 Gamping sehingga
Sleman. dapat
Pendekatan yang disimpulkan
digunakan dalam bahwa
penelitian ini terdapat
secara cross hubungan
sectional yang yang
dilakukan serta bermaksna
pengambilan antara
data dalam satu pengetahuan
waktu. dengan sikap
Penelitian remaja

6
menggunakan terhadap
kuesioner yang Pernikahan
telah dilakukan Dini di SMA
uji validitas dan Negeri 1
reabilitas di Gamping
SMA Negeri 1 Sleman
Godean Sleman dengan nilai
sebanyak 30 Correlation
responden yang Coefficient
terdiri Kuesioner 0,426 yang
Pengetahuan bermakna
terdiri dari 20 sedang.
soal didapatkan
12 soal yang
dinyatakan
validitas dan
reabilitas serta
yang gugur 8
soal sedangkan
Sikap terdiri dari
29 soal
didapatkan 16
soal yang
dinyatakan
validitas dan
reabilitas.

Nining Hubungan 2016 Penelitian ini responden yang memiliki Topik dan judul penelitian,
Nazrih Pengetahuan menggunakan metode pengetahuan kesehatan responden. jenis penelitian, ,
Kesehatan penelitian kolerasi yaitu reproduksi yang baik jumlah populasi
Reproduksi penelitian hubungan antara dengan sikap pernikahan dan sampel, dan
Dengan Sikap dua variabel yaitu dini yang tinggi sebanyak tempat.

7
Pernikahan pegetahuan kesehatan 57 responden (63,3%)
Dini Pada reproduksi dan sikap sedangkan paling sedikit
Remaja di pernikahan dini dengan responden dengan
SMA 1 Kretek pendekatan waktu yang pengetahuan cukup
Bantul digunakan yaitu cross memiliki sikap pernikahan
Yogyakarta sectional. Populasi dalam dini yang cukup juga
penelitian ini adalah siswa sebanyak 1 orang (1,1%).
kelas XI yang berjumlah Pengujian hipotesis
116 siswa, pengambilan dilakukan dengan
sampel dalam penelitian menggunakan analisis
ini adalah dengan teknik korelasi Chi Square
purposive sampling, Analisis ini dipakai untuk
sampel dalam penelitian mengukur koefisien
ini yaitu 90 siswa. Tempat korelasi antara dua variabel.
dilakukan pengambilan Analisis ini dimaksudkan
sampel adalah di SMA untuk mengungkap korelasi
Negeri 1 Kretek Bantul atau hubungan antara
Yogyakarta. Analisi variabel yang satu dengan
bivariat yang digunakan variabel yang lainnya.
adalah Chi-Square. Berdasarkan hasil penelitian
ini diperoleh harga
koefisien hubungan Chi
Square antara pengetahuan
kesehatan reproduksi
dengan sikap Pernikahan
Dini pada Remaja di
SMAN 1 Kretek Bantul
Yogyakarta sebesar 0.343,
yang menyatakan hubungan
keeratan dalam kategori
nilai rendah dan nilai p
value sebesar 0,003< 0,05.

8
Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada
hubungan positif dan
signifikan antara
pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan sikap
pernikahan dini pada
remaja di SMAN 1 Kretek
Bantul Yogyakarta.

9
10

Anda mungkin juga menyukai