TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
a) Pengertian Pernikahan
Pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Ketentuan Allah menyangkut hal ini
bukan saja tercermin pada ketetapan-Nya tentang siapa yang boleh dan tidak boleh
dinikahi, atau rukun dan syarat-syarat yang ditetapkan-Nya tetapi bahkan dalam
redaksi yang digunakan dalam akad. Nabi saw bersabda sebagai pesan kepada
calon suami, “Saling wasiatmewasiatilah menyangkut perempuan (istri) karena
kalian menerimanya dengan amanat dari Allah dan menjadi halal hubungan kalian
dengan kalimat Allah.” (Azzam & Hawwas, 2009: 42).
Remaja adalah masa transisi antara masa kanakkanak ke masa dewasa atau
masa usia belasan tahun atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu
seperti susah diatur, terangsang perasaannya dan sebagainya (Sarwono, 2010).
Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun yang
seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga
merupakan masa yang rentan resiko kehamilan karena pernikahan dini (usia muda).
Diantaran lain keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan bawaan, mudah
terjadi infeksi, anemia pada kehamilan, keracunan kehamilan, dan kematian
(Kusmiran, 2011).
Dengan nikah, diharapkan jiwa raga cita-cita dan harapan, serta upaya dan
kesungguhan suami istri menyatu, karena mereka telah dinikahkan. Tetapi
penyatuan itu bukan berarti peleburan, karena masingmasing memiliki “aku” atau
kepribadian dan identitasnya, sehingga pada 19 hakikatnya mereka menjadi tidak
dapat berfungsi kecuali bila bersama pasangannya. Dari sini juga, Islam menuntun
agar pasangan memiliki kesetaraan (kafa’ah) demi mempermudah bahkan
mewujudkan penyatuan dan keberpasangan itu. Kesetaraan itu antara lain dalam
agama dan pandangan hidup, tingkat pendidikan dan budaya, bahkan status sosial
dan usia. Di sisi lain musyawarah diperintahkan-Nya bukan saja dalam kehidupan
keluarga besar – bangsa – (Q.S. Asy-Syûrâ [42]: 38), tetapi juga keluarga kecil –
10
suami isteri (Q.S. Al-Baqarah [2]: 233). Bagaimana mungkin musyawarah akan
berjalan lancar jika diantara keduanya tidak ada kesetaraan?
1. Masa remaja
a. Lebih dekat dengan teman.
b. Ingin bebas.
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
d. Mulai berfikir abstrak
2. Masa remaja pertengahan
a. Mencari identitas diri.
b. Timbul keinginan untuk berkencan.
c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam.
d. Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak.
e. Berkhayal tentang aktifitas seks.
3. Remaja akhir
a. Pengungkapan kebebasan diri.
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.
c. Mempunyai citra tubuh (baby image) terhadap dirisendiri.
d. Dapat mewujudkan rasa cinta.
(intan dan andhyantoro, 2014).
11
5. Pandangan dan kepercayaan
Banyak di daerah ditemukan pandangan dan kepercyaan yang salah. Misalnya
kedewasaan seseorang dinilai dari status perkawinan, status janda lebih baik dari
pada perawan tua.
6. Faktor
Lingkungan dan adat istiadat adanya anggapan jika anak gadis belum menikah
sebagai aib keluarga.
(intan dan andhyantoro, 2014).
1. Kesehatan perempuan
2. Kualitas anak
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan nutrisi yang
harus lebih banyak untuk kehamilannya dan kebutuhan pertumbuhan ibu
sendiri
12
b. Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18 tahun rata-rata
lebih kecil dan bayi dengan BBLR memiliki kemungkinan 5-30 kali lebih
tinggi untuk meninggal
d. Perselingkuhan
(Kumalasari, 2012)
4. Pengetahuan
e) Pengertian sikap
f) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcob dalam Notoatmodjo
(2007), sikap merupakan kesiapan untuk bertindak dan bukan pelaksana motif
tertentu.
g) Sikap seseorang dalam hal masalah kesehatan merupakan proses penilaian
orang pada hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan yaitu
bagaimana penilaian seseorang terhadap cara-cara memelihara dan berperilaku
hidup sehat, sikap terhadap sakit dan penyakit serta sikap terhadap kesehatan
13
lingkungan yaitu penilaian seseorang pada pengaruh lingkungan terhadap
kesehatannya (Notoatmodjo, 2007).
h) Sikap dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang dan konsep
apa saja. Ada beberapa asumsi yang mendasari pendapat tersebut, yaitu (1)
sikap berhubungan dengan perilaku, (2) sikap yang berkaitan erat dengan
perasaan seseorang terhadap objek, dan; (3) sikap adalah konstruksi yang
bersifat hipotesis, artinya konsekuensinya dapat diamati, tetapi sikap itu tidak
dapat dipahami.
i) Notoatmodjo (2007) menyimpulkan pendapat tiga orang ahli, yaitu; Campbell,
Allport dan Cardno, bahwa manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Jadi
sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-
tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).
j) Tingkatan sikap
k) Komponen sikap
14
1) Afektif berkenaan dengan komponen emosional atau perasaan seseorang.
2) Kognitif berkaitan dengan komponen persepsi, keyakinan dan pendapat,
komponen ini berkaitan dengan proses berfikir yang menekankan pada
rasionalitas dan logika, dan.
Psikomotorik merupakan kecenderungan seseorang dalam bertindak terhadap
lingkungannya. Kekuatan sikap tergantung dari banyak faktor, faktor yang
terpenting adalah faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap.
l) Faktor yang mempengaruhi sikap
m)Pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan dengan
15
cara memberikan pendapat dengan menggunakan “Skala Likert” (Sugyono,
2011).
(intan, andhyantoro.2014)
16
a. Menetapkan usia perkawinan yang baik di atas 20 tahun dan melarang
perkawinan pada umur <20 tahun agar wanita terhindar dari resiko
tingginya angka kesakitan dan kematian saat hamil dan melahirkan.
b. Meningkatkan pendidikan pada wanita dengan sekolah tinggi. Wanita saat
ini diharapkan dapat lebih berkreasi dan berkarya dalam kehidupannya agar
kelak mapan dalam pendidikan.
c. Tidak terlalu memaksakan kehendak kepada anak. Orang tua diharapkan
agar menjadi panutan yang baik bagi anaknya oleh karena itu orang tua
diharapkan tidak memaksakan kehendak pada anaknya, dimana akibat
pemaksaan kehendak dapat memperburuk kehidupan anaknya dimasa yang
akan datang.
d. Memberi penyuluhan tentang resiko perkawinan usia muda. Penyuluhan
yang harusnya diberikan oleh petugas kesehatan kepada remaja baik
disekolah sekolah maupun di rumah merupakan tanggung jawab semua
pihak.
(suryani, 2009).
p) Undang-Undang Kesehatan
Undang–undang No.36 tahun 2009 memberikan batasan 20 tahun,
karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia di bawah 20 tahun
beresiko terjadi kanker serviks serta penyakit menular seksual. Perkawinan
usia muda menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan.
Pada bayi dapat terjadi berat badan lahir rendah atau berat badan bayi lahir
besar. Resiko pada ibu yaitu dapat meninggal.
q) Peran pemerintah
Pemerintah Indonesia membuat kebijakan untuk pendewasaan usia
pernikahan. Pemerintah Indonesia mewajibkan anak-anak untuk wajib belajar
selama 12 tahun, mensosialisasikan pentingnya pendidikan kespro (PP No. 61
Tahun 2014 tentang kespro), adanya program KB dan Generasi berencana,
PUG dalam pembangunan nasional dan konsep KKG, bekerjasama dengan
organisasi perempuan dan organisasi keagamaan dan ormas sosialisasi
pendewasaan usia pernikahan, sosialisasi tentang parenting skill, dan
pembuatan perda untuk mencegah perkawinan dini (Anwar, 2016).
17
r) Peran bidan
Permenkes No.369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi
bidan yaitu kompetensi kedua yakni memberikan asuhan bermutu tinggi,
pendidikan kesehatan tanggap budaya dan pelayanan menyeluruh di
masyarakat dalam rangka meningkatkan keluarga sehat, perencanaan
kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
B. Kerangka Konsep
Kuesioner : Baik
pengetahuan Cukup
remaja terhadap Kurang
sikap pernikahan
dini.
Gambar 2.1
Kerangka konsep
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan dan
sikap remaja terhadap pernikahan dini.
18