Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Urtikaria adalah penyakit kulit yang ditandai dengan rasa gatal disertai

eritema dan edema pada dermis superfisial. Lesi urtikaria cepat timbul dan

hilang perlahan dalam 1-24 jam. Banyak faktor penyebab dan variasi gejala

klinis pada urtikaria sehingga untuk memudahkannya dibuat klasifikasi

berdasarkan aspek etiologi dan klinisnya (Fitria, 2013).

Urtikaria adalah lesi kulit yang terdiri atas reaksi lokal edema

intrakutan dan dikelilingi oleh area kemerahan serta disertai dengan pruritus

(Octavia, 2018).

Berdasarkan data World Alergy Organization (WAO), prevalensi

urtikaria di dunia berkisar antara 0,05% - 20%. Sedangkan di Indonesia,

prevalensi urtikaria belum diketahui secara pasti (Octavia, 2018).

Berdasarka hasil penelitian di Indonesia, terutama di Instalasi Rawat

Inap Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya, diagnosis

terbanyak adalah urtikaria disertai angioedema pada 28,6% pasien.

Berdasarkan pada International Classification of Diseases-10 (ICD-10)

penulisan diagnosis urtikaria adalah L50. Menurut clinical pathway urtikaria

di RSUD DR Soetomo, lama rawat pasien urtikaria adalah 7 hari. Beberapa

pasien dirawat dalam jangka waktu lebih lama kemungkinan karena adanya

penyakit lain yang menyertai. Sebesar 92,9% pasien baru urtikaria dan/atau

angioedema memiliki keluhan akut yaitu kurang dari 6 minggu dan7,1%

1
2

memiliki keluhan kronis. Halnini sesuai dengan Kanani yang menyatakan

bahwa kebanyakan kasus urtikaria adalah akut dan 30% adalah kronis.

Sebagian besar pasien (42,8%) datang dengan keluhan utama gatal, bentol,

dan bengkak. Sejumlah 59% pasien dengan keluhan akut baru pertama kali

mengalami keluhan ini, sedangkan pasien dengan keluhan kronis (100%)

menyatakan bahwa keluhan bersifat kumat-kumatan. Lama episode urtikaria

dan/atau angioedema akut yang terbanyak dijumpai adalah 24-72 jam

(28,2%), sedangkan lama episode pada pasien dengan keluhan kronis kurag

dari 24 jam (100%). Faktor pencetus dapat diidentifikasi oleh 69% pasien

berdasarkan anamnesis. Diantara faktor pencetus tersebut, 50% pasien

dengan keluhan akut menyatakan ditimbulkan oleh makanan/minuman,

yang terbanyak adalah ikan (46,2%), telur (20%), dan ayam (20%). Obat

yang menjadi pencetus terbanyak adalah paracetamol (55,6%) dan

alopurinol (22,2%). Pasien dengan keluhan kronis (100%) menyatakan

dicetuskan oleh cuaca. Pasien denga keluhan akut dan 33,3% pasien dengan

keluhan kronis. Serum IgE total diperiksa pada 3 pasien dengan keluhan

akut (7,7%), dengan hasil 2 dari 3 pasien (66,7%) didapatkan peningkatan.

Pemeriksaan serum IgE total dan spesifik tidak rutin dilakukan karena harga

pemeriksaan yang mahal. Tidak didapatkan parasit pada seluruh sampel

feses lengkap yang dilakukan pada 7 pasien. Pemeriksaan urin lengkap

didapatkan peningkatan leukosit pada 19,5% dari jumlah sampel dan

peningkatan eritrosit didapatkan pada 7,3% jumlah sampel, keduanya dapat

menunjukkan adanya infeksi saluran kemih. Pemeriksaan lebih lanjut dapat


3

dilakukan untuk memastikan etiologi urtikaria atau angioedema. Hasil

penelitia ini didapatkan bahwa persentase pasien urtikaria yang disertai

angioedema lebih besar daripada penelitia di Instalansi Rawat Jalan yang

telah dilakukan sebelumnya (Wirantari, 2014).

Berdasarkan data yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas

Perawatan Beringin Raya Bengkulu, terdapat peningkatan angka kejadian

urtikaria, yaitu: pada tahun 2017 terdapat 430 jiwa pengunjung poli umum

yang mengalami urtikaria dari 3.678 jiwa pengunjung poli umum atau sama

dengan 12%. Pada tahun 2018 terdapat 416 jiwa pengunjung poli umum

yang mengalami urtikaria dari 3.201 jiwa jumlah pengunjung poli umum

atau sama dengan 13%. Pada tahun 2019 terdapat 430 jiwa pengunjung poli

umum yang mengalami urtikaria dari 3.291 jiwa jumlah pengunjung poli

umum atau sama dengan 13,07% (Profil Puskesmas Beringin Raya).

Urtikaria bila tidak segera di tangani akan berdampak buruk, misalnya

bisa menyebabkan infeksi dan kerusakan kulit yang di akibatkan garutan

terus menerus karena rasa gatal di timbulkan oleh urtikaria. Dan juga bisa

mempengaruhi pola tidur yang disebabkan rasa gatal yang tak segera

diobati, itu bisa menyebabka kurangnya istirahat pada pasien urtikaria.

Pasien dengan urtikaria biasanya dilakukan tindakan keperawatan

dengan memberikan penkes perawatan kulit yaitu pasien harus

diperintahkan untuk mandi secara teratur, hidrasi, tidak menggarut secara

berlebih, mengajarkan cara mencuci tangan yang benar, dan menggunakan

penyejuk (Graber, 2006).


4

Untuk mencegah dan menghindari urtikaria yang paling penting

adalah mengetahui faktor pencetus dan penyebab urtikaria dapat membantu

menurunkan rekurensi urtikaria. Perlu dilakukan skrining awal H.Pylori

pada urtikaria kronis, terlebih bila terdapat riwayat gastritis atau nyeri

epigastrium (Octavia, 2018).

Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk

membangun keluarga sehat sesuai dengan budayanya. Perawat berperan

sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar

keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada

anggota keluarganya (Sudiharto, 2007).

Maka dari uraian yang di atas, dapat disimpulkan bahwa ada

peningkatan jumlah pasien urtikaria, walaupun peningkatan tidak terlalu

banyak tapi harus diperhatikan jangan sampai semakin banyak lagi

penderita urtikaria dan jangan sampai terjadi dampak-dampak buruk. Maka

penulis tertarik untuk memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada

Pasien Urtikaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya

Kota Bengkulu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ditemukan maka didapat

masalah penelitian “Bagaiman Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien

Urtikaria di Wilaya Kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya Kota

Bengkulu?”.
5

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Dilakukan asuhan keperawatan keluarga dengan ganguan

urtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya Kota

Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan

gangguan urtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan

Beringin Raya Kota Bengkulu tahun 2020 .

b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan keluarga dengan

gangguan urtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan

Beringin Raya Kota Bengkulu 2020 .

c. Mampu merencanakan asuhan keperawatankeluarga dengan

gangguan urtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan

Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2020 .

d. Mampu melaksanakan rencana asuhan keperawatan keluarga

dengan gangguan urtikaria di wilayah kerja Puskesmas

Perawatan Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2020 .

e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan keluarga

dengaan gangguan urtikaria di wilayah kerja Puskesmas

Perawatan Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2020 .


6

f. Mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan praktikpada

pasienurtikaria di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Beringin

Raya Kota Bengkulu Tahun 2020 .

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau

masukan bagi pasein dan masyarakat dalam upaya meningkatkaan

proses pembelajaran tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan urtikaria.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keluasan ilmu

dan teknologi bidang keperawatan dalam keperawatan pada pasien

dengan urtikaria.

3. Penulis

Setelah melakukan penelitian ini penulis memperoleh

pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, ksusunya

studi kasus tentang pelaksaaan keperawatan pada pasien dengan

urtikaria.

E. Implikasi Studi Kasus

1. Implikasi Pada Perawat Sebagai Edukator

Peran perawat pada pasien dengan urtikaria dalam menghindari

faktor pencetus untuk memberikan informasi kepada keluarga pasien

berupa motivasi dan edukasi faktor pencetus pada pasien urtikaria.


7

Pada kasus ini perawat menjelaska apa saja yang menjadi pencetus

urtikaria, selain menganjurkan untuk menghindari alergen yang

diketahui. Termasuk beberapa makanan dan penyedap makanan, obat-

obatan, dan beberapa situasi seperti panas, dingin atau stress

emosional.

2. Implikasi Perawat Sebagai Advocat

Peran perawat sebagai advokat pada pasien urtikaria dalam

upaya menghindari faktor pencetus adalah perawat bertindak dalam

mencegah kesalahan maupun resiko lebih lanjut yang dapat terjadi

pada pasien saat terjadi urtikaria, disini perawat mengajarkan keluarga

secara bertahap sesuai dengan 5 tahap perkembangan keluarga.

3. Implikasi Perawat Sebagai Care Provaider

Dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada

keluarga dengan utikaria dengan mengguakan energi dan waktu

seminimal mungkin. Serta memberikan informasi sesuai dengan

kemampuan keluarga. Setelah melakukan tindakan perawat selalu

melakukan pengkajian maupun evaluasi terkait tindakan yang akan

dilakukan, disesuaikan dengan kondisi keluarga.

Anda mungkin juga menyukai