Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Miastenia Gravis adalah penyakit autoimun yang disebabkan oleh antibodi


yang mengenai reseptor asetilkolin di post sinap, sehingga menyebabkan
berkurangnya kemampuan otot untuk berdepolarisasi dengan gambar klasik berupa
kelemahan yang berfluktuatif pada otot-otot ekstra okuler, bulbar dan otot-otot
proksimal. Miastenia Gravis dapat terjadi pada semua kelompok umur.

Kelainan miastenik yang terjadi secara genetik atau kongenital, dapat terjadi
karena berbagai faktor. Hal ini menyebabkan sindrom miastenik kongenital banyak
diteliti dan diinvestigasi. Akhirnya, kelainan pada transmisi neuromuskular yang
berbeda dari miastenia gravis yaitu The Lambert-Eaton Myasthenic Syndrome
ternyata juga merupakan kelainan yang berbasis autoimun. Pada sindrom ini, zona
partikel aktif dari membran presinaptik merupakan target dari autoantibodi yang
patogen baik secara langsung maupun tidak langsung.

Angka kejadian tahunan Miastenia Gravis adalah 8 sampai 10 kasus per satu
juta penduduk dengan prevalensi 150-250 kasus per 1 juta, dan merupakan penyakit
neuromuskulkar dengan frekuensi terbanyak. Berdasarkan RISKESDAS tahun 2010,
insidensi Miastenia Gravis di Indonesia diperkirakan 1 kasus dari 100.000. Data yang
didapatkan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta terdapat 94 kasus dengan
diagnosa Miastenia Gravis pada periode tahun 2010-2011. Data penderita Miastenia
Gravis yang berobat ke Poli Merpati Rumah Sakit Dokter Kariadi pada tahun 2016
adalah sebanyak 62 orang.

Krisis miastenik adalah salah satu kegawatan neurologi yang terjadi pada
kasus-kasus Miastenia Gravis. Krisis miatenik ditandai oleh kelemahan otot-otot
bulbar dan otot pernafasan. Perawatan krisis miastenik dianjurkan di ruangan ICU.

Anda mungkin juga menyukai