Anda di halaman 1dari 33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode assosiatif kausal yang merupakan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui atau membuktikan hubungan sebab

dan akibat atau hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel

yang diteliti.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 4 variabel independen dan 1

variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah Komite Audit,

Profitabilitas, Reputasi Auditor, dan Struktur Kepemilikan. Variabel dependen

yang digunakan adalah Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang

Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Operasional variabel dalam penelitian ini

adalah variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent

variable).

Defenisi operasional variabel adalah variabel-variabel yang akan

dipergunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memberikan arah dan

batasan dalam penyelesaian masalah.

1) Earnings Management

Dalam penelitian ini earnings management diproksikan sebagai

discretionary accruals yang diukur dengan menggunakan modified jones

29
model (Dechow et al.,1995). Model ini dipakai karena model yang paling baik

dalam mendeteksi earnings management yang dilakukan manajemen dan

dapat mendeteksi manajemen laba secara konsisten.

Rumus manajemen laba menurut Cahyana (2012:129) :

Tat = Earnt - CFOt

Dimana :

Tat = total akrual

Earn = Pendapatan (earnings)

CFO = Arus kas operasi (Cash Flow Operation)

2) Komite Audit

Komite audit merupakan pihak yang mendukung pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab dewan komisaris, sehingga komite audit memegang fungsi

pengawasan dan pengendalian. Data mengenai jumlah komite audit diperoleh

dari laporan keuangan pada bagian catatan atas laporan keuangan.Variabel ini

diukur dengan besarnya jumlah komite audit dari sampel perusahaan yang

telah terdapat sekurang-kurangnya 3 orang untuk jumlah komite audit

independen. Pada perusahaan sampel yang memiliki komite audit akan diberi

nilai 1 (satu), sedangkan untuk perusahaan sampel yang tidak memiliki komite

audit akan diberi nilai 0 (nol).

3) Profitabilitas

Pada penelitian ini, proksi yang digunakan yaitu Return on Asset (ROA)

yang menunjukkan tingkat pengembalian atas aktiva. Pengukuran variabel ini

30
adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva sehingga

didapat persentase.

Rumus:

ROA = (Laba bersih setelah pajak / total aktiva) x 100%

4) Reputasi Auditor

Reputasi auditor merupakan variabel dummy. Dalam penelitian ini, auditor

yang memiliki reputasi baik, yaitu diindikasikan dari afiliasi perusahaan

dengan perusahaan kantor akuntan publik asing the big four yang terdiri dari

Deloitte Touche Tohmatsu, Price Waterhouse Cooper, Ernst & Young, dan

KMPG akan diberi nilai 1 (satu). Auditor dengan reputasi yang kurang baik

adalah auditor yang perusahaannya tidak berafiliasi dengan the big four akan

diberi nilai 0 (nol).

5) Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen

yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Kepemilikan

institusional diukur sesuai persentase kepemilikan saham oleh institutsi

perusahaan. Kepemilikan institusional, dimana umumnya dapat bertindak

sebaga pihak yang memonitor perusahaan.

Rumus :

Jumlah saham institusional


INST =
Total keseluruhan saham perusahaan

31
6) Kualitas Laba

Kualitas laba mengacu pada relevansi laba dalam mengukur tingkat kinerja

perusahaan. Perusahaan yang memiliki kualitas laba adalah perusahaan yang

relevan dalam hal pelaporan labanya. Rumus kualitas laba menurut Cahyana

(2012:136)

Arus Kas Operasi


Kualitas Laba =
Net Income

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi adalah suatu himpunan unit (biasanya orang, obyek, transaksi

atau kejadian) di mana kita tertarik untuk mempelajarinya (Kuncoro, 2004).

Populasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur

yang listing pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan penelitian

yang diambil yaitu periode 2011-2013. Sampel adalah suatu himpunan bagian

(subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2004). Pada penelitian ini terdapat 125

populasi perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan

terdapat 31 sampel perusahaan yang sesuai dengan kriteria penelitian yang dapat

dilihat di lampiran. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling

berdasarkan beberapa kriteria yaitu:

a. Perusahaan dalam satu sektor industri, yaitu manufaktur, dengan maksud

menghindari bias dari ragam jenis industri dan jumlah sampel dan menerbitkan

laporan keuangan tahunan dengan periode yang berakhir 31 Desember selama

periode 2011-2013.

32
b. Memiliki data yang dibutuhkan untuk mengetahui komite audit, profitabilitas,

reputasi auditor, struktur kepemilikan konstitusional dan kualitas laba.

c. Data yang diambil merupakan laporan keuangan hasil audit dan di publikasikan.

3.4 Jenis Dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder berupa data laporan keuangan

dari perusahaan manufaktur yang menjadi sampel. Data diambil dalam

pengamatan antara tahun 2011-2013. Data bersumber pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) untuk periode pengamatan yang dibutuhkan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan teknik

sampling yang digunakan, maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah dengan metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mempelajari catatan-catatan atau dokumen-dokumen perusahaan

sesuai dengan data yang diperlukan melalui laporan keuangan masing-masing

perusahaan sampel yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui

situs www.idx.co.id. Data yang diperoleh kemudian diolah kembali dan

disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini.

3.6 Metode Analisis

3.6.1. Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linear berganda yang merupakan estimator terbaik, linear, dan

33
tidak bias yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Persamaan regresi

Ordinary Least Square (OLS) harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased

Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji t dan uji F tidak boleh bias.

Syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data

tersebut dianalisis adalah uji Normalitas, Multikolinieritas, Autokorelasi dan

Heteroskedastisitas.

3.6.1.1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data

mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk

lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal maka

digunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test terhadap masing-

masing variabel. Fungsi pengujian suatu data dikategorikan sebagai distribusi

normal atau tidak adalah sebagai alat membuat kesimpulan populasi berdasarkan

data sampel Tingkat signifikasi (α) yang digunakan adalah 5% dengan kriteria

pengujian sebagai berikut (Santoso, 2007:392) :

• Jika Probabilitas > 0.05, maka distribusi normal

• Jika Probabilitas < 0.05, maka distribusi tidak normal

3.6.1.2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti

di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan dengan

34
melihat toleransi variabel dan Variante Inflation Factor (VIF) dengan

membandingkan sebagai berikut (Ghozali, 2005:96):

• Jika VIF < 10 dan Tolerance > 0,10 maka tidak terjadi multikolinearitas

• Jika VIF > 10 dan Tolerance < 0,10 maka terjadi multikolinearitas

3.6.1.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lain atau munculnya data dipengaruhi oleh data

sebelumnya. Metode yang sering digunakan untuk menguji ada tidaknya

autokorelasi adalah dengan uji statistik d dari Durbin-Watson. (Ghozali, 2005:32).

- Apabila nilai Durbin-Watson (DW-test) terletak antara 0 dan batas bawah

Lower Bound (DL), berarti ada autokorelasi positif.

- Apabila nilai Durbin-Watson (DW-test) terletak antara DL dan batas atas atau

Uper Bound (DU), berarti kita tidak dapat memutuskan apakah terjadi

autokorelasi positif atau tidak.

- Apabila nilai Durbin-Watson (DW-test) terletak antara 4-DL dan 4, berarti ada

autokorelasi negatif.

- Apabila nilai Durbin-Watson (DW-test) terletak antara 4-DU dan 4-DL, berarti

kita tidak dapat memutuskan apakah terjadi autokorelasi negatif atau tidak.

35
3.6.1.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas pengujian mengenai sama atau tidak varians dari

residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Pengujiannya menggunakan

grafik plots dengan menggunakan uji glestjer. Terjadi homoskedastisitas jika pada

scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara Zpred dan Sresid menyebar

dibawah maupun diatas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai

pola yang teratur. Terjadi heteroskedastisitas jika pada scatterplot titik-titiknya

mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombang-

gelombang (Ghozali, 2005:125).

3.6.2. Pengujian Hipotesis

3.6.2.1. Persamaa Regresi Linier Berganda

Persamaan regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui arah

hubungan dari setiap variabel bebas terhadap variabl terikatnya. Berdasarkan

spesifikasi model regresi berganda maka model persamaan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Y = a+ β 1X1+ β 2X2+ β 3X3+ β 4X4+ β 5X5+e

Keterangan:

Y = Manajemen Laba

a = Konstanta

X1 = Komite audit

X2 = Profitabilitas

X3 = Reputasi auditor

36
X4 = Struktur kepemilikan

X5 = Kualitas Laba

β1- β5 = Koefisien Regresi

e = Kesalahan pengganggu

3.6.2.2. Uji F (F-test)

Untuk menguji signifikansi pengaruh dimensi variabel bebas secara

serempak terhadap variabel terikat dilakukan dengan uji-F. Bentuk pengujiannya

adalah sebagai berikut :

a. Ho : b1, b2 = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara

serempak dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat).

b. Ha : b1, b2 ≠ 0 (terdapat pengaruh yang signifikan secara serempak

dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat).

Untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak

dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan F tabel pada tingkat

kepercayaan 95 % ( α = 0,05). Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima sedangkan jika nilai Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

3.6.2.3. Uji t (t-test)

Uji t adalah untuk menguji hipotesis secara parsial antara masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah sebagai

berikut :

a. Ho : b1, b2 = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-

masing variabel bebas terhadap variabel terikat).

37
b. Ha : b1, b2 ≠ 0 (terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing

dimensi bebas terhadap variabel terikat).

Untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak dilakukan

dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel pada tingkat

kepercayaan 95 % ( α = 0,05). Jika nilai thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima sedangkan jika nilai thitung ≤ ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

3.6.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar kemampuan

variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat. Semakin besar nilai koefisien

determinasi, maka semakin baik kemampuan varian dan variabel bebas

menerangkan variabel terikat

38
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Data Variabel

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pooling data yaitu pengabungan

antara data cross section dengan time series. Setelah dilakukan analisis, maka dihasilkan

93 data observasi dari 31 perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun

2011 - 2013. Deskripsi data penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.1.2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum tentang

data penelitian yang dijadikan sampel yang digunakan dalam penelitian. Statistik

deskriptif pada penelitian ini difokuskan kepada nilai minimum, maksimum, rata-

rata dan standar deviasi ditunjukkan Tabel 4.1 :

Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Komite Audit 93 .00 1.00 0.95 0.23
Profitabilitas 93 -11.69 377.26 11.56 40.75
Reputasi Auditor 93 .00 1.00 0.57 0.50
Kepemilikan Saham 93 .06 99.99 44.48 29.41
Kualitas Laba 93 -2732.71 3117.52 156.08 635.72
Manajemen Laba 93 135083.00 15074967402836.00 890842449928.96 2395087831523.72
Valid N (listwise) 93
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

39
Berdasarkan hasil deskriptif pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa data yang

akan digunakan dalam penelitian ini sangat bervariasi dengan kisaran yang sangat

lebar. Hal ini mengindikasikan bahwa data penelitian ini memiliki kemungkinan

memiliki distribusi yang tidak normal.

Nilai rata-rata komite audit perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

tahun 2011-2013 adalah sebesar 0,946. Nilai komite audit minimum adalah

sebesar 0 dan nilai maksimum yakni sebesar 1. Standar deviasi sebesar 0.22677

menunjukan penyebaran data sangat dekat (homogen).

Nilai rata-rata profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

tahun 2011-2013 adalah sebesar 11.5589. Nilai profitabilitas minimum adalah

sebesar -11.69 (perusahaan mengalami kerugian) pada perusahaan CNTX tahun

2012 dan nilai maksimum yakni sebesar 377.26 pada perusahaan UNIC tahun

2013. Standar deviasi sebesar 40.75427 menunjukan penyebaran data sangat jauh

(heterogen).

Nilai rata-rata reputasi auditor perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI tahun 2011-2013 adalah sebesar 0,57. Nilai reputasi auditor minimum adalah

sebesar 0 dan nilai maksimum yakni sebesar 1. Standar deviasi sebesar 0.50

menunjukan penyebaran data sangat dekat (homogen).

Nilai rata-rata kepemilikan saham perusahaan manufaktur yang terdaftar

di BEI tahun 2011-2013 adalah sebesar 44,48. Nilai kepemilikan saham minimum

adalah sebesar 0.06 dan nilai maksimum yakni sebesar 99.99 pada perusahaan

INTP tahun 2012 dan 2013. Standar deviasi sebesar 029.41 menunjukan

penyebaran data sangat jauh (heterogen).

40
Nilai rata-rata kualitas laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

tahun 2011-2013 adalah sebesar 156,08. Nilai kualitas laba minimum adalah

sebesar -2732.71 (perusahaan mengalami kerugian) pada perusahaan ALMI tahun

2013 dan nilai maksimum yakni sebesar 3117,52 pada perusahaan UNIC tahun

2012. Standar deviasi sebesar 635.72 menunjukan penyebaran data sangat jauh

(heterogen).

Nilai rata-rata manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI tahun 2011-2013 adalah sebesar 890.842.449.928,96. Nilai manajemen laba

minimum adalah sebesar 135083 pada perusahaan NIKL tahun 2012 dan nilai

maksimum yakni sebesar 15.074.967.402.836 pada perusahaan KLBF tahun 2013.

Standar deviasi sebesar 2.395.087.831.523,72 menunjukan penyebaran data

sangat jauh (heterogen).

4.1.3. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil

estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala

heteroskedastisitas, gejala multikolonieritas, dan gejala autokorelasi. Model

regresi akan dapat dijadikan estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi

persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yakni tidak terdapat

heteroskedastisitas, tidak terdapat multikolonieritas dan tidak terdapat

autokolerasi.

41
4.1.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen dan

independen yang digunakan dalam penelitian mempunyai ditribusi normal atau

tidak. Model regresi yang layak adalah model yang mempunyai distribusi normal.

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non

parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S), yaitu untuk mengetahui apakah data sudah

terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil dari uji normalitas dengan

menggunakan tes kolmogorov-smirnov (K-S) adalah seperti yang terlihat pada

Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2. Uji Normalitas Data


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 93
Normal Parametersa Mean -.0001470
Std. Deviation 2.36923573E
12
Most Extreme Absolute .324
Differences Positive .324
Negative -.273
Kolmogorov-Smirnov Z 3.128
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sumber Data : SPSS 16 (diolah Peneliti, 2015)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data menunjukan tidak

berdistribusi normal karena memiliki angka signifikan sebesar 0,000 < 0,05.

Ghozali (2005:33) menyatakan bahwa data yang tidak terdistribusi secara normal

dapat ditransformasi agar menjadi normal. Untuk menormalkan data kita harus

tahu terlebih dahulu bagaimana bentuk grafik histogram dari data yang ada

42
apakah moderate positive skewness, substansial positive skewness, severe positive

skewness dengan bentuk L dan sebagainya. Dengan mengetahui bentuk grafik

histogram maka dapat menentukan bentuk transformasinya. Berikut ini bentuk

transformasi yang dapat dilakukan sesuai dengan grafik histogram.

Tabel 4.3
Bentuk Transformasi Data
Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi
moderate positive skewness SQRT(x) atau akar kuadrat
substansial positive skewness LG10(x) atau logaritma 10 atau LN
severe positive skewness dengan bentuk L 1/x atau inverse
moderate negative skewness SQRt(k-x)
substansial negative skewness LG10(k-x)
severe negative skewness dengan bentuk J 1/(k0x)
Sumber : Ghozali (2005:53)

Berdasarkan beberapa cara melakukan transformasi data maka penelitian

ini menggunakan transformasi moderate negative skewness dengan cara

Logaritma Natural (LN) dikarenakan banyaknya nilai yang terlalu tinggi (ekstrim)

pada variabel penelitian. Berikut ini adalah hasil uji normalitas data setelah

ditransformasi.

Tabel 4.4. Uji Normalitas Data Setelah Transformasi


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 62
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 4.99443440
Most Extreme Absolute .132
Differences Positive .132
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z 1.038
Asymp. Sig. (2-tailed) .231

43
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data sudah menunjukan

berdistribusi normal karena memiliki angka signifikan sebesar 0,231 > 0,05.

Selain dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov (K-S), untuk mengetahui

normalitas data secara kasat mata kita bisa melihat grafik histogram dari data yang

membentuk kurva normal atau tidak dari grafik PP Plots. Suatu data akan

terdistribusi secara normal jika nilai probabilitas yang diharapkan adalah sama

dengan nilai probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan ditunjukan dengan

garis diagonal yang merupakan perpotongan antara garis probabilitas harapan dan

probabilitas pengamatan. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan

melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan

melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan adalah :

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,

maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Suatu data akan terdistribusi secara normal jika nilai probabilitas yang

diharapkan adalah sama dengan nilai probabilitas harapan dan probabilitas

pengamatan ditunjukkan dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan

antara garis probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan.

Berikut ini merupakan pengujian hasil normalitas data dalam bentuk grafik

histogram dan kurva P-P Plots seperti yang terlihat pada gambar berikut :

44
Gambar 4.1. Grafik Histogram Setelah Transformasi

Pola distribusi normal dapat dilihat dengan tampilan histogram pada

Gambar 4.1. menampilkan bahwa tampilan grafik histogram memberikan pola

distribusi normal dengan penyebaran secara merata baik ke kiri maupun ke kanan.

Gambar 4.2. Kurva PP-Plots Setelah Transformasi

45
Gambar 4.2. menunjukkan titik-titik mendekati atau tidak meyebar jauh

dari titik diagonal.

4.1.2.2. Uji Multikolonieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen, jika terjadi korelasi

berarti terjadi masalah multikolinieritas”. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari nilai Tolerence dan

lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas

variabel independen yang terpilih dan tidak dijelaskan oleh variabel lainnya. Nilai

cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah

nilai Tolerance ≤ 0,10 ≥ 10. Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat pada

Tabel 4.6 yang di ambil dari tabel regresi linier berganda pada lampiran 5.

Tabel 4.6
Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
KA .976 1.025
LN.P .856 1.168
RA .964 1.038
KS .962 1.040
LN.KL .859 1.165
Sumber Data : SPSS 16 (diolah Peneliti, 2015)

Berdasarkan hasil pengujian tabel 4.6, dapat dilihat bahwa nilai tolerance

dari setiap variabel bebas di atas 0,10 dan nilai VIFnya < 10. Hal ini

46
mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas diantara variabel

independen dalam penelitian.

4.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari gambar scater plots. Apabila data

menyebar, tidak menyempit dan membentuk pola tertentu maka dapat dikatakan

bahwa model regresi terbebas dari heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas

setelah dilakukan transformasi data dapat dilihat pada Gambar 5.6. berikut:

Gambar 4.3. Scatterplot

Sumber Data : SPSS 16 (diolah Peneliti, 2015)

Dari Gambar 4.3. diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan

telah tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

47
4.1.2.4. Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya)”. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji yang digunakan dalam penelitian

ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan

menggunakan uji Durbin-Watson. Kriteria uji autokorelasi menurut Rusiadi, dkk

(2013:182) adalah :

a) Angka DW dibawah dl berarti ada Autokorelasi positif

b) Angka DW diantara du sampai 4-du berarti tidak ada Autokorelasi.

c) Angka DW < 4-du berarti ada Autokorelasi negatif

Hasil uji Autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7
Autokolerasi
Std. Error
Adjusted R of the Durbin-
Model R R Square Square Estimate Watson
a
1 .431 .186 .114 5.21263 1.289
Sumber Data : SPSS 16 (diolah Peneliti, 2015)

Berdasarkan nilai Durbin Watson (DW) sebesar 2,079, nilai dl pada n=56

sebesar 1,3815 dan nilai du sebesar 1,7678 berarti nilai DW dibawah dl berarti ada

Autokorelasi positif.

48
4.1.4. Pengujian Hipotesis

4.1.3.1 Uji Signifikansi Simultan

Hasil pengujian statistik F (uji simultan variabel komite audit,

profitabilitas, reputasi auditor, struktur kepemilikan dan kualitas laba terhadap

manajemen laba dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.7. Uji F


Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 348.081 5 69.616 2.562 .037a
Residual 1521.607 56 27.172
Total 1869.688 61
Sumber Data : SPSS 16 (diolah Peneliti, 2015)

Dari Tabel 4.7. diperoleh nilai Fhitung sebesar 2,562 sedangkan Ftabel pada

tingkat kepercayaan α = 5% dengan df1 = 6 – 1 = 5 dan df2 = 61 – 5 =56, adalah

sebesar 2,38 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,037. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Fhitung > Ftabel dan sig = 0,037 < α = 0,05, yang berarti bahwa

hipotesis Ha diterima, yang menyatakan bahwa variabel komite audit,

profitabilitas, reputasi auditor, struktur kepemilikan dan kualitas laba secara

simultan berpengaruh terhadap manajemen laba.

4.1.3.2. Uji Signifikansi Parsial

Hasil pengujian statistik t (uji parsial) variabel komite audit, profitabilitas,

reputasi auditor, struktur kepemilikan dan kualitas laba terhadap manajemen

labadapat dilihat pada tabel 4.8.

49
Tabel 4.8. Hasil Uji Statistik t

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 21.847 3.934 5.553 .000
KA 2.960 2.728 .132 1.085 .283
LN.P .235 .505 .061 .465 .643
RA -4.109 1.384 -.364 -2.968 .004
KS .030 .022 .167 1.361 .179
LN.KL -.454 .511 -.116 -.888 .378
Sumber Data : SPSS 16 (diolah Peneliti, 2015)

Kriteria pengambilan keputusan menggunakan taraf nyata 5% untuk uji t

dengan deajat bebas (df) = 61 – 5 = 56. Nilai t tabel dengan taraf nyata α/2 =

0,025 (kurva dua arah) dan df = 56 adalah 2,003.

a. Jika t hitung > t tabel (2,003) atau t hitung < t tabel (-2,003), maka Ha dapat diterima

(berpengaruh).

b. Jika t tabel (-2,003) ≤ t hitung ≤ t tabel (2,003) maka Ha tidak diterima (tidak

berpengaruh).

Berdasarkan pengujian pada Tabel 4.8 maka secara parsial pengaruh

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Variabel komite audit merupakan nilai t hitung sebesar 1.085 < t tabel = -2,003

dengan tingkat signifikasi sebesar 0,283 yang lebih besar dari α = 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit tidak berpengaruh

50
secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan Manufaktur

yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2013. Kondisi ini berarti Ha ditolak.

2. Variabel profitabilitas mempunyai t hitung = 0,465 < t tabel = 2,003, dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,643 yang lebih besar dari α = 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel Profitabilitas tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan Manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2011 – 2013. Kondisi ini berarti Ha ditolak.

3. Variabel reputasi auditor mempunyai t hitung = -2,968 < -t tabel = -2,003, dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,004 yang lebih kecil dari α = 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel reputasi auditor berpengaruh secara

signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan Manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2011 – 2013. Kondisi ini berarti Ha diterima.

4. Variabel struktur kepemilikan mempunyai t hitung = 1,361 < t tabel = 2,003,

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,179 yang lebih kecil dari α = 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel struktur kepemilikan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2013. Kondisi ini berarti Ha

ditolak.

5. Variabel kualitas laba mempunyai t hitung = -0,888 > -t tabel = -2,003, dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,378 yang lebih besar dari α = 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas laba tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan Manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2011 – 2013. Kondisi ini berarti Ha ditolak.

51
4.1.3.3. Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui arah pengaruh

dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikatnya. Adapun hasil

pengolahan data dengan analisis regresi dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9. Regresi Linier Berganda


Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 21.847 3.934 5.553 .000
KA 2.960 2.728 .132 1.085 .283
LN.P .235 .505 .061 .465 .643
RA -4.109 1.384 -.364 -2.968 .004
KS .030 .022 .167 1.361 .179
LN.KL -.454 .511 -.116 -.888 .378
Sumber : SPSS 16 (diolah Peneliti, 2015)

Informasi yang ditampilkan pada tabel 4.9 adalah persamaan regresi

berganda antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) yang

dapat diformulasikan dalam bentuk persamaan berikut ini:

Y = 21.847 + 2.960KA + 0,235LN.P - 4,109RA + 0,030KS - 0,454LN.KL +e

Penjelasan dari nilai a, b1 – b5 pada Unstandardized Coefficients tersebut

dapat dijelaskan dibawah ini:

1. Nilai B Constant (a) sebesar 21.847 artinya jika variabel komite audit,

profitabilitas, reputasi auditor, struktur kepemilikan dan kualitas laba konstan

(tetap) maka manajemen laba adalah sebesar 21.847.

52
2. Nilai β1 sebesar 2.960 artinya pengaruh variabel komite audit (KA) terhadap

manajemen laba adalah positif dimana jika variabel komite audit meningkat

sebesar satu maka manajemen laba akan naik sebesar 2,960.

3. Nilai β2 sebesar 0,235 artinya pengaruh variabel profitabilitas (LN.P)

terhadap manajemen laba adalah positif dimana jika variabel profitabilitas

meningkat sebesar satu maka manajemen laba akan naik sebesar 0,235.

4. Nilai β3 sebesar -4,109 artinya pengaruh variabel reputasi auditor (RA)

terhadap manajemen laba adalah negatif dimana jika variabel reputasi

auditor meningkat sebesar satu maka manajemen laba akan turun sebesar

4,109.

5. Nilai β4 sebesar 0,030 artinya pengaruh variabel struktur kepemilikan (KS)

terhadap manajemen laba adalah positif dimana jika variabel struktur

kepemilikan meningkat sebesar satu maka manajemen laba akan naik sebesar

0,030.

6. Nilai β3 sebesar -0,454 artinya pengaruh variabel kualitas laba (LN.KL)

terhadap manajemen laba adalah negatif dimana jika variabel kualitas laba

meningkat sebesar satu maka manajemen laba akan turun sebesar 0,454.

4.1.3.4. Koefisien Determinasi

Uji Statistik koefisien determinasi pada penelitian ini tujuannya adalah

untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Uji statistik koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel

4.10 berikut:

53
Tabel 4.10. Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 .431a .186 .114 5.21263 1.289
Sumber Data : SPSS 16 (diolah Peneliti, 2015)

Tabel 4.10 memperlihatkan bahwa nilai Adjusted R Square sebesar

0,186 atau 18,6% yang berarti bahwa persentase pengaruh variabel

independen terhadap manajemen laba adalah sebesar nilai koefisien

determinasi atau 18,6%. Sedangkan sisanya 81,4% dipengaruhi atau

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model

penelitian ini.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1. Hasil Uji Simultan

Hasil penelitian diperoleh nilai Fhitung sebesar 2,562 sedangkan Ftabel pada

tingkat kepercayaan α = 5% dengan df1 = 6 – 1 = 5 dan df2 = 61 – 5 =56, adalah

sebesar 2,38 dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 4.11
Kriteria Pengujian Hipotesis Simultan
Fhitung Ftabel Signifikan alpha (α) Kesimpulan
2,562 2,38 0,037 0,05 Hipotesis ditolak
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan hasil uji F maka dapat dibuktikan bahwa Fhitung sebesar 2,562

> Ftabel 2,38 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,037 < α = 0,05 (kurva satu arah),

yang berarti bahwa hipotesis Ha diterima, yang menyatakan bahwa variabel

54
komite audit, profitabilitas, reputasi auditor, struktur kepemilikan dan kualitas

laba secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba. Nilai Adjusted R

Square sebesar 18,6% yang berarti bahwa persentase pengaruh variabel

independen terhadap manajemen laba adalah sebesar nilai koefisien determinasi

atau 18,6%. Sedangkan sisanya 81,4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

4.2.2. Hasil Uji Parsial

4.2.2.1. Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba

Hasil penelitian diperoleh nilai thitung sebesar 1,085 sedangkan ttabel pada

tingkat kepercayaan α = 5% dengan df = 61 – 5 = 56. Nilai t tabel dengan taraf

nyata α/2 = 0,025 (kurva dua arah) dan df = 38 adalah 2,003 maka ketentuannya

sebagai berikut :

Tabel 4.12
Kriteria Pengujian Hipotesis Parsial
thitung ttabel Signifikan alpha (α) Kesimpulan
1.085 2,003 0,283 0,05 Hipotesis ditolak
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan hasil uji t maka dapat dibuktikan bahwa diperoleh nilai thitung

sebesar 1.085 < ttabel = 2,003 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,283 yang lebih

besar dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2013. Kondisi ini berarti Ha

ditolak.

55
Hasil pengujian menunjukkan menolak hipotesis yang menyatakan bahwa

komite audit berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Ini berarti

keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan, yang menjadi aspek penilaian

good corporate governance belum mampu menegakkan good corporate

governance dalam kaitannya dengan praktik manajemen laba. Dalam pelaksanaan

tugasnya, komite audit belum mampu memberikan kontribusi dalam kualitas

pelaporan keuangan. Komite audit seharusnya meningkatkan integritas dan

kredibilitas pelaporan keuangan melalui pengawasan atas proses pelaporan

termasuk sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi

berterima umum serta mengawasi proses audit secara keseluruhan.

4.2.2.2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba

Hasil penelitian diperoleh nilai thitung sebesar 0,465 sedangkan ttabel pada

tingkat kepercayaan α = 5% dengan df = 61 – 5 = 56. Nilai t tabel dengan taraf

nyata α/2 = 0,025 dan df = 38 adalah 2,003 maka ketentuannya sebagai berikut :

Tabel 4.13
Kriteria Pengujian Hipotesis Parsial
thitung ttabel Signifikan alpha (α) Kesimpulan
0,465 2,003 0,643 0,05 Hipotesis ditolak
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan hasil uji t maka dapat dibuktikan bahwa diperoleh nilai thitung

sebesar 0,465 < ttabel = 2,003 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,643 yang lebih

besar dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Profitabilitas

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2013. Kondisi ini berarti Ha

ditolak.

56
Hasil penelitian ini tidak mendukung pendapat Cahyana (2020: 136)

mengatakan perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung melakukan

manajemen laba dimana manajer selaku agent yang mengelola perusahaan akan

selalu berusaha melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan

profitabilitasnya.

4.2.2.3. Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba

Hasil penelitian diperoleh nilai thitung sebesar -2,968 sedangkan ttabel pada

tingkat kepercayaan α = 5% dengan df = 61 – 5 = 56. Nilai t tabel dengan taraf

nyata α/2 = 0,025 dan df = 38 adalah 2,003 maka ketentuannya sebagai berikut :

Tabel 4.14
Kriteria Pengujian Hipotesis Parsial
thitung -ttabel Signifikan alpha (α) Kesimpulan
-2,968 -2,003 0,004 0,05 Hipotesis ditolak
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan hasil uji t maka dapat dibuktikan bahwa diperoleh nilai thitung

sebesar -2,968 < -ttabel = -2,003 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,004 yang lebih

kecil dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel reputasi auditor

berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2013. Kondisi ini berarti Ha

diterima.

4.2.2.4. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba

Hasil penelitian diperoleh nilai thitung sebesar 1,361 sedangkan ttabel pada

tingkat kepercayaan α = 5% dengan df = 61 – 5 = 56. Nilai t tabel dengan taraf

nyata α/2 = 0,025 dan df = 38 adalah 2,003 maka ketentuannya sebagai berikut :

57
Tabel 4.15
Kriteria Pengujian Hipotesis Parsial
thitung ttabel Signifikan alpha (α) Kesimpulan
1,361 2,003 0,179 0,05 Hipotesis ditolak
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan hasil uji t maka dapat dibuktikan bahwa diperoleh nilai thitung

sebesar 1,361 < ttabel = 2,003 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,179 yang lebih

besar dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel struktur

kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba pada

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2013. Kondisi ini

berarti Ha ditolak.

Hasil pengujian dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Hal ini

mengindikasikan bahwa keberadaan investor institusional belum mampu

membatasi perilaku manajemen dalam melakuakan praktik manajemen laba.

Struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari pemegang saham untuk

mendelegasikan pengendalian dengan tingkat tertentu kepada para manajer. Pada

perusahaan modern umumnya kepemilikan perusahaan sangat menyebar.

Perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur yang

menyebabkan berkurangnya konflik agensi antara pemegang saham dan kreditur,

dimana kreditur menganggap kepemilikan keluarga lebih melindungi kreditur. Hal

ini dapat menjadi indikasi bahwa pengelolaan laba pada perusahaan yang

dikendalikan keluarga lebih efisien dibanding perusahaan lain.

58
4.2.2.5. Pengaruh Kualitas Laba Terhadap Manajemen Laba

Hasil penelitian diperoleh nilai thitung sebesar 0,888 sedangkan ttabel pada

tingkat kepercayaan α = 5% dengan df = 61 – 5 = 56. Nilai t tabel dengan taraf

nyata α/2 = 0,025 dan df = 38 adalah 2,003 maka ketentuannya sebagai berikut :

Tabel 4.16
Kriteria Pengujian Hipotesis Parsial
thitung -ttabel Signifikan alpha (α) Kesimpulan
-0,888 -2,003 0,378 0,05 Hipotesis ditolak
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan hasil uji t maka dapat dibuktikan bahwa diperoleh nilai thitung

sebesar -0,888 > -ttabel = -2,003 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,734 yang lebih

besar dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas laba tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2013. Kondisi ini berarti Ha

ditolak.

59
BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan

dalam bab empat (4) maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan uji F disimpulkan bahwa variabel komite audit berpengaruh

positif, variabel profitabilitas berpengaruh positif, variabel reputasi auditor

berpengaruh negatif, variabel struktur kepemilikan berpengaruh positif dan

variabel kualitas laba berpengaruh negatif secara simultan terhadap

manajemen laba.

2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis parsial, dapat dibuktikan bahwa

hanya variabel reputasi auditor yang berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba, sedangkan komite audit, profitabilitas, struktur

kepemilikan dan kualitas laba tidak berpengaruh.

1.2. Keterbatasan

Keterbatasan penelitian ini antara lain :

1. Nilai Adjusted R Square sebesar 18,6% yang berarti bahwa persentase

pengaruh variabel independen terhadap manajemen laba adalah sebesar

nilai koefisien determinasi atau 18,6%. Sedangkan sisanya 81,4%

dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam model penelitian ini. Nilai Adjusted R-Square yang kecil

60
menyebabkan adanya keterbatasan dalam menggunakan faktor yang

mempengaruhi manajemen laba dengan kemungkinan masih terdapat

banyak lagi faktor-faktor lain lagi yang berpengaruh terhadap manajemen

laba selain komite audit, profitabilitas, reputasi auditor, struktur

kepemilikan dan kualitas laba.

2. Keterbatasan menggunakan sampel yaitu hanya pada perusahaan

manufaktur saja sehingga belum dapat dijadikan dasar keputusan secara

umum terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI.

1.3. Saran

1. Bagi investor disarankan untuk menilai reputasi auditor yang dapat

mempengaruhi manajemen laba karena terbukti berpengaruh signifikan

dan negatif terhadap manajemen laba. Perusahaan yang memiliki rpeutasi

auditor yang baik akan dapat mengurangi perilaku manajemen laba.

2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar menambah sampel penelitian

agar hasilnya lebih baik dalam memprediksi faktor yang mempengaruhi

manajemen laba.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar menambah variabel lain yang

bisa berhubungan dengan manajemen laba seperti faktor ukuran

perusahaan, arus kas bersih, struktur aktiva perusahaan dan lain

sebagainya.

61

Anda mungkin juga menyukai