Anda di halaman 1dari 18

BMT : BERBAGAI PERSOALAN

TERUS BERTINDIH

DIPRESENTASIKAN OLEH :
MOHAMMAD HALIMI
Ketua Program Studi Manajemen
Sekolah Vokasi
UGM
Baitul Maal wat Tamwil
(BMT)
• Lembaga keuangan mikro syariah
• Dua Fungsi BMT :
• 1. Baitul Tamwil (Bait = Rumah; at-Tamwil =
Pengembangan Harta) kegiatan pengembangan
usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil.
• 2. Baitul Maal (Bait=Rumah; Maal=Harta) menerima
dana ZISWA dan mendistribusikan sesuai denganh
syariah dan amanahnya
VISI dan MISI BMT
• VISI : Menjadi lembaga keuangan mikro
syariah yang profesional dan terpercaya.

• MISI : Menciptakan sistem, institusi, dan


kehidupan ekonomi rakyat yang dilandasi
oleh nilai-nilai Islam dengan menawarkan
produk-produk ( keuangan ) syariah.
TUJUAN dan STRATEGI
• TUJUAN : Dari waktu ke waktu meningkatkan
jumlah (partisipasi) anggota dan
mengembangkan usaha sehingga menambah
manfaat dan memperbesar keuntungan yang bisa
dirasakan oleh masyarakat secara lebih luas dan
lebih merata (Rahmatan Lil Alamin)
• STRATEGI USAHA :
Mengembangkan produk-produk syariah dengan
pelayanan terbaik sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan anggota/nasabah dan mitra usaha.
MOTTO

• ALKHAMDULILLAH

BERUSAHA……………

JADI
MUDAH
Organisasi BMT
• PENGAWAS ( SYARIAH DAN MANAJEMEN )
• PENGURUS :
• ketua dan wakil ketua
• sekretaris dan wakil sekretaris
• bendahara dan wakil bendahara
• anggota pengurus
• PENGELOLA :
• manajer
• bagian penggalangan dana
• bagian pembiayaan dan penyaluran
• bagian administrasi dan pembukuan
Berkas Pengesahan Badan Hukum
Koperasi BMT
• 1. Akta pendirian koperasi (notaris)
• 2. Pengesahan Anggaran Dasar
• 3. Berita acara pendirian / pembentukan
• 4. Bukti penyetoran modal (minimal 15 juta rp.)
• 5. Rencana awal kegiatan usaha
• 6. Neraca awal koperasi
• 7. Daftar hadir rapat pembentukan
• 7. Foto Copy KTP pendiri, pengurus,pengelola
Anggaran Dasar Koperasi BMT
• 1. Daftar nama pendiri
• 2. Nama dan tempat kedudukan
• 3. Maksud , tujuan dan bidang usaha
• 4. Ketentuan mengenai keanggotaan
• 5. Ketentuan mengenai rapat anggota
• 6. Ketentuan mengenai pengelolaan
• 7. Ketentuan mengenai permodalan
• 8. Ketentuan jangka waktu berdiri
• 9. Ketentuan pembagian SHU
• 10. Ketentuan mengenai sanksi
Berbagai Persoalan Koperasi BMT
• Terjangkit Penyakit “KULIT” :
• “KUDIS”
• “KURAP”
• “KUTIL”
• “KUKUL”
• “KUSAM”
Berbagai Persoalan Koperasi BMT
• Banyak pengurus koperasi telah lanjut usia, sehingga amat
terbatas kapasitasnya.
• Pengurus koperasi juga tokoh masyarakat, sehingga fokus
perhatiannya terhadap koperasi kurang.
• Administrasi operasi belum memenuhi standar tertentu, sehingga
penyediaan data untuk pengambilan keputusan tidak lengkap.
• Kebanyakan anggota solidaritasnya kurang, dilain pihak anggota
banyak berhutang / mengambil pembiayaan / minta Qardul
hasan / keikhlasan / keringanan pembayaran.
• Modal kecil sehingga volume usaha terbatas.
• Ketrampilannya personilnya tidak mampu mengelola usaha yang
besar.
Berbagai Persoalan Koperasi BMT
• Persaingan yang semakin bertambah ketat
• Karena banyak koperasi ( BMT ) yang
mengalami kegagalan tanpa ada pertanggung
jawaban pada masyarakat, menimbulkan ketidak
percayaan masyarakat.
• Kesulitan membangkitkan kembali kepercayaan
pada para anggota / masyarakat.
Berbagai Persoalan Koperasi BMT
• Kurang memahami ekonomi dan bisnis
syariah baik secara konsep maupun
operasional.
• Rendahnya pengetahuan dan ketrampilan
managerial pengurus maupun pengelola.
• Lemahnya komitmen, integritas dan
moralitas serta tanggung jawab pengurus
dan pengelola.
Saran Penyelesaian Persoalan
• Perlunya pelatihan bagi (calon) pengelola dan pengurus
BMT berkenaan dengan ekonomi dan bisnis syariah
serta manajemen koperasi pengurus BMT berkenaan
dengan ekonomi yang diselenggarakan oleh institusi
yang terpercaya apakah itu Disperindagkop., Asosiasi
KJKS, Perguruan Tinggi tertentu atau MUI.
• Perlu dibuat sistim dan standar operasi serta prosedure
berbagai operasi / kegiatan dalam sistim managemen
koperasi BMT.
• Penegakan manajemen “birokrasi” yang profesional yang
didasarkan atas sistim yang ada.
• Penegakan komitmen dam sanksi sesuai dengan AD /
ART BMT.
• Peningkatan jumlah modal sendiri dengan
meningkatkan simpanan pokok, simpanan
wajib , simpanan sukarela, dan penyertaan.
Juga hibah dari anggota maupun dari berbagai
pihak yang ada (stakeholders).
• Penggalangan dana zakat, infaq, shodaqoh, dan
wakaf (uang) serta menyalurkan kepada yang
berhak (termasuk anggota koperasi BMT yang
betul-betul bangkrut)
• Penyaluran dana (pembiayaan/dan murabahah)
dibatasi sehingga tidak menganggu likuiditas.
• Komitmen pengurus dan pengelola untuk selalu siap
mengucurkan dana sewaktu-waktu agar likuiditas BMT
tetap terjaga.
• Perlunya peremajaan dan pembatasan masa
kepengurusan, mis., maksimal dua periode.
• Penegakan komitmen dan pembatasan jabatan bagi para
pengurus (termasuk DPS) hanya maksimal menjabat untuk
3 BMT saja ( atau pada institusi lain).
• Asosiasi KJKS atau koperasi sekunder dan seterusnya
dapat mengembangkan kebijakan-kebijakan tertentu
sehingga yang ada adalah persaingan yang sesuai dengan
Fastabikkul Khairat.
• Perlu adanya sistem penjaminan akan
keamanan dana para anggota koperasi BMT
(seperti LPS dalam perbankan)

• Perlunya berbagai pihak mengembangkan


jaringan yang kokoh serta berkampanye
bersama untuk menunjukkan secara konseptual
maupun bukti-bukti empiris akan keunggulan
ekonomi bisnis syariah khususnya koperasi
syariah BMT.
Faktor Sukses BMT
• 1. Mampu melaksanakan secara operasional
prinsip2 syariah secara berkesinambungan.
• 2. Mempunyai komitmen dan ghirah yg tinggi
dari pendiri, pengurus, pengelola, diikuti oleh
para anggota/nasabah.
• 3. Mempunyai kemampuan manajemen dan
ketrampilan teknis administrasi yg memadai.
• 4. Mendapat dukungan yg kuat dari para aghnia,
tokoh2 masyarakat, juga perusahaan dan
usahawan di wilayah operasinya
• 5. Kemampuan menghimpun dan menyalurkan
(pembiayaan) dana scr efektif efisien dg cara yg Islami.
• 6. Mampu membangkitkan dan memelihara
kepercayaan masyarakat yg tinggi.
• 7. Mampu menjadi lembaga yang membangun dan
memelihara ukhuwah (islamiyah) diantara pengurus,
pengelola, mitra usaha, anggota dan masyarakat luas.
• 8. Lokasi yang strategis, tidak jauh dari pasar atau
pusat perdagangan, pertokoan, usaha kecil, industri
rumah tangga dan masjid serta dengan tetap
menggunakan prinsip “operasi “jemput bola”

Anda mungkin juga menyukai