Anda di halaman 1dari 7

1|DANGIANG SUNDA Vol.3 No.

2 Agustus 2015

DEIKSIS ANAFORIS DAN DEIKSIS KATAFORIS


DALAM CERPEN MAJALAH MANGLÉ

Nessa Fauzy Rahayu1, Yayat Sudaryat2, Hernawan3


Nessa.fauzy@student.upi.edu, yayat.sudaryat@upi.edu, hernawan@upi.edu
Departemen Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra,
Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis deiksis anaforis dan deiksis
kataforis yang terdapat dalam sumber data berdasarkan (1) tipenya, (2) posisinya, (3) bentuk,
(4) acuannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
instrumen yang digunakan yaitu kartu data, dan tehnik yang digunakan dalam pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah tehnik teks atau tehnik ulikan pustaka. Berdasarkan dari hasil
penelitian, dari 14 judul cerpen Sunda yang dianalisis, ditemukan 182 data deiksis yang
terbagi atas tipe ditemukan 76 (41,75%) deiksis endoforis anaforis intrakalimah, 106
(58,24%) deiksis endoforis kataforis intrakalimah. Berdasarkan posisinya, ditemukan 76
(41,75%) deiksis anaforis dan 106 (58,24%) deiksis kataforis. Berdasarkan bentuknya,
terbagi 10 (5,50%) deiksis anaforis persona, 13 (7,14%) deiksis kataforis persona, deiksis
kataforis temporal 14 (7,70%), deiksis anaforis lokatif 3 (1,64%), deiksis kataforis lokatif 1
(0,54%), deiksis anaforis umum 7 (3,84%), deiksis kataforis umum 37 (20,32%), deiksis
anaforis hlm/cara 3 (1,64%), deiksis kataforis hlm/cara 3 (1,64%), deiksis anaforis jumlah 2
(1,10%), dan deiksis kataforis jumlah 2 (1,10%). Yang terakhir berdasarkan acuannya,
terbagi dalam 40 (21,98%) anaforis kecap barang, 58 (31,87%) kataforis kecap barang, 36
(19,79%) anaforis frasa barang, dan 48 (26,38%) kataforis frasa barang.

Kata Kunci: deiksis anaforis dan deiksis kataforis, cerpen, Majalah Manglé

DÉIKSIS ANAFORIS JEUNG DÉIKSIS KATAFORIS


DINA CARPON MAJALAH MANGLÉ

ABSTRAK

Panalungtikan ieu miboga tujuan pikeun nganalisis jeung ngadéskripsikeun déiksis


anaforis jeung déiksis kataforis anu kapanggih dina sumber data dumasar (1) tipena,
(2) posisina, (3) wangun, (4) acuanna. Metode anu digunakeun dina ieu panalungtikan
nyaéta métode déskriptif, instrumen anu digunakeunana nyaéta kartu data. Téhnik anu
digunakeun dina ngumpulkeun data digunakeun nyaéta téhnik téks atawa téhnik ulikan
pustaka. Dumasar kana hasil panalungtikan, tina 14 judul carpon Sunda anu dianalisis,
1
Penulis Utama
2
Penulis Penanggung Jawab 1
3
Penulis Penanggung Jawab 2
Deiksis Anaforis jeung Deiksis Kataforis dina...........|2

kapanggih 182 data déiksis anu kabagi jadi tipe kapanggih 76 (41,75%) déiksis
endoforis anaforis intrakalimah, 106 (58,24%) déiksis éndoforis kataforis intrakaimah.
Dumasar posisina, kapanggih 76 (41,75%) déiksis anaforis jeung 106 (58,24%)
déiksis kataforis. Dumasar wandana, kabagi jadi 10 (5,50%) déiksis anaforis persona,
13 (7,14%) déiksis kataforis persona, déiksis kataforis témporal 14 (7,70%), déiksis
anaforis lokatif 3 (1,64%), déiksis kataforis lokatif 1 (0,54%), déiksis anaforis umum 7
(3,84%), déiksis kataforis umum 37 (20,32%), déiksis anaforis hlm/cara 3 (1,64%),
déiksis kataforis hlm/cra 3 (1,64%), déiksis anaforis jumlah 2 (1,10%), sarta déiksis
kataforis jumlah 2 (1,10%). Pamungkas dumasar acuanna, kabagi kana 40 (21,98%)
déiksis anaforis kecap barang, 58 (31,87%) kataforis kecap barang, 36 (19,79%)
anaforis frasa barang, sarta 48 (26,38%) kataforis frasa barang.

Kecap Galeuh: deiksis anaforis jeung deiksis kataforis, carpon, Majalah Manglé

ANAPHORIC DEIXIS AND CATAPHORIC DEIXIS


IN SHORT STORY MANGLÉ MAGAZINE

ABSTRACT

This research aims to describe and analyse anaphoric deixis and cataphoric deixis in
Mangle Magazine based on (1) the type, (2) the position, (3) the form, and (4) the
reference. In conducting this research, descriptive method is employed. The data were
collected by using literature review technique with data card as the instrument of the
research. The findings of the research show that there are 182 deixis used in the 14
Sundanese short stories analysed. Based on the type, there are 76 (41,75%)
intrasentential anaphoric endophoric deixis and 106 (58,24%) intrasentential
cataphoric endophoric deixis. Based on the position, there are 76 (41,75%) anaphoric
deixis and 106 (58,24%) cataphoric deixis. Based on the form, there are 10 (5,50%)
personal anaphoric deixis, 13 (7,14%) personal cataphoric deixis, 14 (7,70%)
temporal cataphoric deixis, 3 (1,64%) spatial anaphoric deixis, 1 (0,54%) spatial
cataphoric deixis, 7 (3,84%) common anaphoric deixis, 37 (20,32%) common
cataphoric deixis, 3 (1,64%) way anaphoric deixis, 3 (1,64%) way cataphoric deixis, 2
(1,10%) total anaphoric deixis, and 2 (1,10%) total cataphoric deixis. Meanwhile
based on the reference, there are 40 (21,98%) anaphoric noun, 58 (31,87%)
cataphoric noun, 36 (19,79%) anaphoric noun phrase, and 48 (26,38%) cataphoric
noun phrase.

Keywords: anaphoric deixis, cataphoric deixis, short story, Manglé Magazine

Bahasa merupakan satu sistem. mempunyai unsur-unsur yang polanya


Sudaryat (2004, hlm.7) menjelaskan sudah tentu dan bisa diramalkan,
bahwa sistem yaitu kesatuan unsur-unsur sedangkan disebut sistemis karena bahasa
yang saling melengkapi berdasarkan mempunyai subsistem seperti fonologi,
aturan yang tentu untuk mencapai satu gramatika, leksikon, dan semantik.
tujuan. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa
Sebagai satu sistem basa mempunyai Sunda mempunyai ragam bahasa. Ragam
dua sipat yaitu sistematis dan sistemis. bahasa bisa dilihat dari beberapa jihat
Disebut sistematis karena bahasa pemakainya yang mengacu pada: 1)
3|DANGIANG SUNDA Vol.3 No.2 Agustus 2015

daerah, 2) tahap pendidikan, 3) sikap yang Tujuan dilaksanakannya penelitian ini


berbicara, 4) bahasa berbicara, 5) sarana, yaitu untuk mengetahui dan
bahasa lisan, bisa tulisan, dan 6) mendeskripsikan deiksis anaforis dan
pasosoknya. Apabila dilihat dari ragam deiksis kataforis dalam Majalah Manglé.
bahasa (sarana), karya sastra merupakan
ragam dipakenya bahasa tertulis. Sebab, METODE
diantaranya dibangun oleh morfem, kata, Metode yang digunakan dalam
frasa, klausa dan wacana (Sudaryat, 2011, penelitian ini yaitu metode deskriptif.
hlm.3) Tujuan metode deskriptif yaitu untuk
Menurut Sudaryat (2011, hlm.2) membuat deskripsi atau gambaran
wacana merupakan unsur gramatikal yang mengenai apa yang diteliti.
paling luas, bisa berupa karangan yang Data dalam penelitian ini yaitu
utuh (novel, buku, artikel) atau paragraf, seluruh kalimat yang mengandung deiksis
dengan amanat yang lengkap. Wacana endoforis. Untuk melengkapi penelitian
merupakan bentuk bahasa paling luas ini juga dianalisis deiksis berdasarkan
yang diulik oleh pragmatik. Oleh sebab tipe, dan acuannya. Data bentuk deiksis
itu, wacana mempunyai sifat-sifat diambil dari sumber data. Yang menjadi
pragmatis. Kepragmatisan wacana sumber data dalam penelitian ini yaitu
meliputi, (1) deiksis, (2) praduga, (3) seluruh cerita pendek yang ada dalam
implikatur konversasi, (4) adegan Majalah Manglé Edisi bulan Juli sampai
konversasi, dan (5) perilaku bahasa dengan bulan Agustus yang jumlahnya 14
(Levinson dalam Sudaryat, 2010, hlm.10- cerpen.
11). Teknik yang digunakan untuk
Deiksis merupakan unsur bahasa yang mengumpulkan data yaitu teknik teks,
digunakan untuk menunjukkan hlm atau sedangkan untuk menganalisis datanya
fungsi yang tentu di luar bahasa yang digunakan teknik analisis unsur langsung.
berguna untuk mengukur gejala semantis
yanga ada dalam kata atau adegan kata HASIL DAN PEMBAHASAN
yang hanya bisa ditafsirkan acuannya Dari hasil analisis data ditemukan 21
dengan cara menghitung-hitung situasi deiksis yang frekuensi pemakaianya 182.
pembicaraan. Kata deiktickos yang berarti Data yang ditemukan lalu dianalisis
„hlm penunjukan secara langsung‟. berdasarkan tipe, wanda, posisi dan
Deiksis dipakai untuk menjelaskan fungsi acuannya.
kata ganti, kata tuduhan, peran waktu, dan
Tabél 1.1
aneka ciri gramatikal dan leksikal lainnya
yang menghubungkan ujaran dengan Data Deiksis
jalinan ruang dan waktu dalam tindak No Deiksis Frékuénsi Persentaseu
ujaran (Lyons dalam Sudaryat, 2010, hlm.
11). 1. abdi 3 1,64%
Sesuatu yang dituduhkan oleh deiksis 2. anjeun 1 0,54%
disebut anteseden. Berdasarkan 3. ayeuna 4 2,20%
antesedennya, deiksis dibedakan atas 4. baheula 4 2,20%
deiksis persona, deiksis temporal, deiksis 5. déwék 1 0,54%
lokatif, deiksis wacana dan deiksis sosial. 6. di dieu 2 1,10%
Berdasarkan antesedenna, ada deiksis 7. di ditu 2 1,10%
luar-tuturan (eksoforis) dan deiksis dalam 8. éta 17 9,34%
tuturan (endoforis). Berdasarkan posisi 9. harita 8 4,40%
atesedennya terdapat deiksis anaforis dan 10. ieu 26 14,29%
deiksis kataforis. 11. isukna 1 0,54%
Deiksis Anaforis jeung Deiksis Kataforis dina...........|4

No Deiksis Frékuénsi Persentaseu bentuk anaforis persona kesatu ditemukan


12 kieu 2 1,10% satu deiksis yaitu deiksis kuring yang
13. kitu 4 2,20% jumlah pemakaiannya 2, deiksis persona
14. kiwari 1 0,54% kedua ditemukan satu deiksis yaitu deiksis
15. kuring 4 2,20% manéh yang jumlah pemakaiannya 1.
16. manéh 1 0,54% Deiksis persona ketiga ditemukan satu
17. manéhna 7 3,84% deiksis yaitu deiksis manéhna yang
18. -na 83 45,60% jumlah pemakaiannya ada 7. Sedangkan
19. sakitu 4 2,20% bentuk deiksis kataforis persona kesatu
20. uing 3 1,64% ditemukan lima deiksis yaitu deiksis abdi,
21. urang 4 2,20% déwék, kuring, uing, dan urang, yang
jumlah pemakaiannya ada 13. Deiksis
Jumlah 182 100%
kataforis persona kedua ditemukan satu
Deiksis menurut pendapat aliran deiksis yaitu anjeun yang jumlah
tradisional merupakan luar tuturan. pemakaiannya 1.
Menurut pandangan ini, yang menjadi Kedua, berdasarkan bentuk deiksis
pusat orientasi deiksis senantiasa si temporal (waktu) ditemukan 14 (7,70%)
pembicara, bukan unsur yang ada di dalam data deiksis yaitu deiksis baheula, harita,
bahasa itu sendiri (Purwo, 1984, hlm.7). isukna, jeung kiwari. Semuanya termasuk
Sesuatu yang dituduhkan oleh deiksis ke dalambentuk deiksis kataforis temporal
disebut anteseden. Berdasarkan (waktu).
antesedennya, deiksis dibedakan atas Ketiga, berdasarkan bentuk deiksis
deiksis persona, deiksis temporal, deiksis lokatif (tempat) ditemukan dua deiksis
lokatif, deiksis wacana dan deiksis sosial. yaitu deiksis dieu dan ditu yang jumlah
(Levinson, dina Sudaryat, 2010, hlm.11). pemakaiannya ada 4. Dua deiksis tersebut
Berdasarkan antesedenna, ada deiksis terbagi dalam deiksis anaforis lokatif yang
luar-tuturan (eksoforis) dan deiksis dalam jumlah pemakaiannya 3, sedangkan
tuturan (endoforis) melihat dari posisi deiksis kataforis lokatif hanya ada satu
anteseden, ada deiksis anaforis dan deiksis deiksis yaitu deiksis ditu yang jumlah
kataforis (Sudaryat, 2010, hlm.11). pemakaiannya juga sama 1.
Tipe deiksis yang ditemukan hanya Keempat, berdasarkan bentuk deiksis
tipe deiksis endoforis intrakalimah, yaitu umum ditemukan dua deiksis yaitu deiksis
deiksis yang menunjukkan apa yang ada éta dan ieu yang jumlah pemakaiannya 43
di dalam wacana (teks). Deiksis anaforis (23,62%). Terbagi lagi atas deiksis
intrakalimah ditemukan 76 (41,75%) data anaforis umum yang jumlah pemkaiannya
deiksis, serta 106 (58,24%) data deiksis ada 7 (3,84%), sedangkan deiksis kataforis
kataforis intrakalimah. umum yang jumlah pemkaiannya ada 36
Berdasarkan posisinya ditemukan 76 (19,79%).
deiksis anaforis sedangkan deiksis Kelima, berdasarkan bentuk deiksis
kataforis ditemukan 106. hlm/cara ditemukan dua deiksis yaitu
Berdasarkan bentuknya, deiksis deiksis kieu dan kitu yang jumlah
dibagi jadi enam, yaitu deiksis persona, pemkaiannya 6 (3,30%). Yang terbagi jadi
deiksis temporal, deiksis lokatif, deiksis deiksis anaforis hlm/cara yang jumlah
umum, deiksis hlm/cara, dan deiksis pemkaiannya 3 (1,64%), sama dengan
jumlah. deiksis kataforis hlm/cara yang jumlah
pertama, deiksis persona ditemukan pemkaiannya ada 3 (1,64%).
24 (13,19%) data deiksis persona yaitu Keenam, berdasarkan bentuk deiksis
abdi, anjeun, déwék, kuring, manéh, jumlah ditemukan satu deiksis yaitu
manéhna, uing, jeung urang. Berdasarkan deiksis sakitu jumlah pemkaiannya 4
5|DANGIANG SUNDA Vol.3 No.2 Agustus 2015

(2,20%). Terbagi lagi dalam deiksis FB serta acuan dari deiksis yaitu abdi.
anaforis jumlah jumlah pemkaiannya 2 Posisinya ada setelah deiksis.
(1,10%), deiksis kataforis jumlah juga
sama jumlah pemkaiannya ada 2 (1,10%). KESIMPULAN
Dilihat dari bentuknya, acuan deiksis Deiksis merupakan unsur bahasa yang
bisa berupa kata benda (KB) atau frasa digunakan untuk menunjukkan hlm atau
barang (FB). Berdasarkan analisis data fungsi yang tentu di luar bahasa untuk
acuanyna, ditemukan 182 acuan deiksis. menjelaskan fungsi kata ganti, kata
Pertama, acuan yang berwujud kata panuduh, peran waktu, dan beberapa ciri
benda (KB). Kata benda yaitu sejumlah gramatikal serta leksikal lainnya yang
kata yang sakurang-kurangnya dihubungkan dengan konteks tempat dan
mempunyai salahsatu ciri-ciri yaitu kata waktu berlangsungnya komunikasi
yang menuduhkan benda dan apa saja bahasa.
yang dianggap benda orang, hewan, Deiksis anaforis yaitu deiksis yang
tumbuhan, barang, tempat, dan hlm. dari menunjukkan sesuatu yang ada
hasil analisis ditemukan 98 (53,84%) data sebelumnya. Sedangkan deiksis kataforis
bentuk acuan deiksis yang termasuk dalam yang menunjukkan sesuatu yang ada
kata benda. ditemukan 40 (21,98%) yang setelahnya yaitu antésédén.
termasuk dalam KB anaforis. Contonya: Berdasarkan dari hasil analisis dan
“hadiah lebaran ti nu boga imah éta téh”, déskripsi data dalam bab IV, hasil
kata hadiah merupakan kata benda dan penelitian mengenai deiksis anaforis dan
merupakan acuan dari deiksis éta, deiksis kataforis dalam Cerpen yang ada
posisinya ada sebelum deiksis. Sedangkan dalam Majalah Manglé yang berjumlah 14
kata benda yang kataforis ditemukan 58 judul cerpen, bisa dilihat di bawah ini.
(31,87%). Contonya: “ieu maké hapé ceu berdasarkan tipenya, ditemukan ada
Tinah”, ieu merupakan deiksis sedangkan 182 (100%) deiksis yang terbagi dalam
hapé merupakan acuan deiksis, posisinya tipe deiksis éndoforis anaforis
ada setelah deiksis. intrakalimah 77 (42,30%) data. Sedangkan
Kedua, acuan yang berwujud frasa dalam tipe deiksis éndoforis kataforis
barang (FB). Acuan frasa barang atau intrakalimah 105 (57,70%) data.
frasa nominal yaitu frasa yang Dilihat dari posisinya, ada 182
distribusinya atau paripolah sintaksisnya (100%) deiksis, yang terbagi jadi 76
sama dengan kata benda (KB) atau (41,75%) deiksis anaforis, dan 106
nominal (N). Dari hasil analisis ditemukan (58,24%) deiksis kataforis.
ada 84 (46,15%) data bentuk acuan deiksis Dilihat dari bentuknya, ada 182
yang termasuk dalam frasa barang. (100%) deiksis. Yang terbagi dalam 10
ditemukan 36 (19,79%) data yang (5,50%) deiksis anaforis persona, 14
termasuk dalam FB anaforis. Contonya: (7,70%) deiksis kataforis persona, deiksis
“barudak leutik kitu geus dibéré kataforis temporal 14 (7,70%), deiksis
kabébasan mawa motor”. Barudak leutik anaforis lokatif 3 (1,64%), deiksis
merupakan FB serta acuan dari deiksis kataforis lokatif 1 (0,54%), deiksis
yaitu kitu, posisinya ada sebelum deiksis. anaforis umum 7 (3,84%), deiksis
Sedangkan acuan deiksis yang berwujud kataforis umum 36 (19,79%), deiksis
frasa barang kataforis ada 48 (26,38%). anaforis hlm/cara 3 (1,64%), deiksis
Contonya: “Perpustakaan mah wios ku kataforis hlm/cara 3 (1,64%), deiksis
abdi!” cék Mang Emod ngabuyarkeun anaforis jumlah 2 (1,10%) jeung deiksis
sakabéh lamunan Mang Unéd. Mang kataforis jumlah ditemukan 2 (1,10%)
Emod merupakan acuan yang berwujud data.
Deiksis Anaforis jeung Deiksis Kataforis dina...........|6

Dilihat dari acuannya, ada 182 deiksis témporal dan umum yang kataforis
(100%) deiksis. Yang tebagi dalam jumlahnya lebih banyak daripada yang
anaforis kata benda ada 40 (21,98%), 58 anaforis. Deiksis hlm/cara dan deiksis
(31,87%) kataforis kata benda. Anaforis jumlah. Deiksis jumlah sama banyaknya
frasa barang 36 (19,79%), kataforis frasa antara deiksis anaforis dan deiksis
barang 48 (26,38%). kataforis. Berdasarkan acuannya kata
Berdasarkan dari rangkuman di atas benda lebih banyak dibandingkan frasa
bisa disimpulkan bahwa dari semua data barang. Baik anaforis maupun
deiksis anaforis dan deiksis kataforis kataforisnya.
termasuk dalam tipe deiksis éndoforis
intrakalimah, sebab semuanya DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan apa yang ada di dalam Purwo, B.K. (1984). Deiksis Dalam
kalimah. Deiksis éndoforis intrakalimah Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
yang kataforis lebih banyak dibanding Sudaryat, Y. (2011). Tata Basa Sunda
deiksis endoforis intrakalimah yang Kiwari. Bandung: Yrama Widya.
anaforis. Selain itu bentuk deiksis persona, Sudayat, Y. (2010). Ulikan Wacana Basa
témporal, dan deiksis umum yang anaforis Sunda. Bandung: Geger Sunten.
lebih sedikit dibandingkan deiksis persona Sudaryat, Y. (2004). Élmuning Basa.
yang kataforis. Dibandingkan dengan Bandung: Walatra.

Anda mungkin juga menyukai