Bab 2
Bab 2
perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut, seperti
yang tersebut dalam QS. Quraisy (106): 4, yaitu ‚Dialah Allah yang
antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang
lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar saling menolong
resiko.2
1
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional,
cet.1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), 28.
2
Ibid., 33
19
(kontroversial).
syariah5. Adapun akad (perikatan) yang dimaksud ialah akad yang tidak
3
Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis,
dan Praktis, Cet.2 (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 61.
4
Wahbah az-Zuhaili, Fiqhu Al- Isla>my wa adillatuhu, Darul Fikr: Damaskus, 1428H.
5
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah.
Qur’an dan al-Sunnah. Dalam pengertian ini tidak jauh berbeda dengan
dan riba> adalah area yang harus dihindari dalam praktik asuransi syariah,
1. Al-Qur’an
6
Yadi Janwari, Asuransi Syariah, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), 5.
7
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah dalam Praktik, Cet.1 (Jakarta: Gema Insani Press,
2005), 2.
dana sosial.
ditinggalkannya.
8
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan terjemahnya, (Semarang, Asy-Syifa’,
1998), 85.
9
Ibid., 54.
yaitu ija>b dan qabu>l. Sedangkan menurut para ulama yang lainnya, rukun
oleh penjamin karena manusia tidak sama dalam hal tuntutan, hal ini
10
Sahih Muslim, Kitab al-Birr, No. Hadits 59.
dapat diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah tetap maupun akan
tetap.11
aqd, yaitu suatu tindakan yang dalam kewenangan dua pihak (nasabah
terdapat persyaratan dan larangan bagi sahnya suatu aqd. Aqd yang tidak
memenuhi salah satu dari persyaratan ini atau melanggar dari salah satu
larangan ini adalah batal. Adapun aqd yang memenuhi semua persyaratan
dan tercegah dari semua larangan, maka aqd itu adalah sah, meskipun aqd
1. Baligh
pun batal.
4. Tidak sah transaksi atas sesuatu yang tidak diketahui. Syarat ini
terdapat di dalam seluruh transaksi. Tidak sah jual beli apabila barang
yang dijual tidak diketahui, dan tidak sah pembayaran harga atas
11
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 191.
12
Murtadha Muthahhari, Pandangan Islam tentang Asuransi dan Riba, Terjemah: Irwan
Kurniawan, Ar-Riba wa Al-Ta’min, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1995), 276.
perjudian.
dasar ini, maka setiap transaksi yang baru harus kita anggap sah, sesuai
tuntutan prinsip.
dapat dipilah menjadi dua kelompok besar, yaitu para ulama yang
yang disampaikannya.14
disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu karena asuransi ini mengandung
13
Ibid., 287-289.
14
Wirdyaningsih et al, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), 198-199.
riba> dan ghara>r. Unsur riba> yang dikandung asuransi ini adalah hal yang
Terjadinya riba> dalam asuransi ini juga sangat jelas kelihatan dari
segi jumlah yang di dapat kedua pihak asuransi, pihak penerima dan
bisa jadi lebih banyak atau lebih sedikit dari premi yang diberikan oleh
penerima, atau jumlah kompensasi sama dengan jumlah premi tapi ini
Selain unsur riba>, unsur ghara>r pun sangat jelas kelihatan dalam
objek transaksi (barang atau harga) adaz kemungkina diperoleh atau tidak
diperoleh.15
15
Wahbah az-Zuhaili, Fiqhu Al- Isla>my wa adillatuhu, (Darul Fikr: Damaskus, 1428H), 111.
belah pihak.
perusahaan asuransi.
E. Macam-Macam Asuransi
16
Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis,
dan Praktis, Cet.2 (Jakarta: Kencana, 2004), 144.
17
Wahbah az-Zuhaili, Fiqhu Al- Isla>my wa adillatuhu..., 109.
musibah.
yaitu:
niat ikhlas, karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah
ibadah.
setiap muslim. Rasa tanggung jawab ini tentu lahir dari sifat saling
18
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional, cet.1 (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), 294.
peserta asuransi taka>ful yang satu dengan yang lainnya saling bekerja
3. Saling melindungi
yag dideritanya.
19
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Islam dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), 146-147.
20
Ibid., 147-148.
untuk menyiasati agar bentuk usaha asuransi dapat terhindar dari unsur
keadaan ini akan lain karena akad yang digunakan adalah akad
sama lain.
21
Ibid., 148-149.
22
Muhammad Syafi’i Antonio, Prinsip Dasar Operasi Asuransi Takaful dalam Arbitrase Islam di
Indonesia, (Jakarta: Badan Arbitrase Muamalat Indonesia, 1994), 148.
dan musha>rakah.23
23
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Islam dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), 149-150.