Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Telinga sendiri terbagi menjadi tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga. Daerah ini
menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah ini
terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung
belakang dan tenggorokan bagian atas. Guna saluran ini adalah:
Mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke bagian
belakang hidung.
Sebagai sawar kuman yang mungkin akan masuk ke dalam telinga tengah
Infeksi saluran napas atas. Otitis media supuratif akut (OMA) dapat didahului oleh
infeksi saluran napas atas yang terjadi terutama pada pasien anak-anak.
Gangguan faktor pertahanan tubuh. Faktor pertahanan tubuh seperti silia dari mukosa
tuba Eustachius, enzim, dan antibodi. Faktor ini akan mencegah masuknya mikroba ke
dalam telinga tengah. Tersumbatnya tuba Eustachius merupakan pencetus utama
terjadinya otitis media supuratif akut (OMA).
Usia pasien. Bayi lebih mudah menderita otitis media supuratif akut (OMA) karena letak
tuba Eustachius yang lebih pendek, lebih lebar dan lebih horisontal.
Stadium Otitis Media Supuratif Akut (OMA)
Ada 5 stadium otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga
tengah, yaitu :
Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh
retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah karena
terjadinya absorpsi udara. Selain retraksi, membrana timpani kadang-kadang tetap
normal atau hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi.
Stadium oklusi tuba Eustachius dari otitis media supuratif akut (OMA) sulit kita bedakan
dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan virus dan alergi.
3. Stadium Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah). Selain itu
edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial hancur.
Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah
liang telinga luar.
Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga
bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.
Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran
timpani. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini
disebabkan oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena
penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis
vena-vena kecil.
Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah
kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga
nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada
membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup
kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani
tidak utuh lagi.
4. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah
yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-
kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan
oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.
Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa tidur
nyenyak.
Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap
berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif
subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih 1,5-2 bulan maka
keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).
5. Stadium Resolusi
Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi
membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini
berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi
kuman rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.
Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis media
supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap
perforasi dan sekret tetap keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.
Otitis media supuratif akut (OMA) dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis
media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa
mengalami perforasi membran timpani.
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan
umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh
menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA)
berdasarkan umur penderita, yaitu :
Bayi dan anak kecil. Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas), sulit tidur, tiba-
tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang telinga
yang sakit.
Anak yang sudah bisa bicara. Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh
tinggi, dan riwayat batuk pilek.
Anak lebih besar dan orang dewasa. Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran
(rasa penuh dan pendengaran berkurang).
Terapi otitis media supuratif akut (OMA) tergantung stadium penyakit, yaitu :
Bahan. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia dibawah 12 tahun.
HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia diatas 12 tahun dan orang
dewasa.
Tujuan. Untuk membuka kembali tuba Eustachius yang tersumbat sehingga tekanan
negatif dalam telinga tengah akan hilang.
Aturan pemberian obat antibiotik :
Stadium oklusi. Berikan pada otitis media yang disebabkan kuman bukan otitis media
yang disebabkan virus dan alergi (otitis media serosa).
Stadium hiperemis (pre supurasi). Berikan golongan penisilin atau ampisilin selama
minimal 7 hari. Golongan eritromisin dapat kita gunakan jika terjadi alergi penisilin.
Penisilin intramuskuler (IM) sebagai terapi awal untuk mencapai konsentrasi adekuat
dalam darah. Hal ini untuk mencegah terjadinya mastoiditis, gangguan pendengaran
sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Berikan ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi
dalam 4 dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi
dalam 3 dosis pada pasien anak.
Stadium resolusi. Lanjutkan pemberiannya sampai 3 minggu bila tidak terjadi resolusi.
Tidak terjadinya resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema mukosa telinga tengah.
Curigai telah terjadi mastoiditis jika sekret masih banyak setelah kita berikan antibiotik
selama 3 minggu.
Aturan tindakan miringotomi :
Stadium hiperemis (pre supurasi). Bisa kita lakukan bila terlihat hiperemis difus.
Stadium supurasi. Lakukan jika membran timpani masih utuh. Keuntungannya yaitu
gejala klinik lebih cepat hilang dan ruptur membran timpani dapat kita hindari.
Aturan pemberian obat cuci telinga :
Bahan. Berikan H2O22 3% selama 3-5 hari.
Efek. Bersama pemberian antibiotik yang adekuat, sekret akan hilang dan perforasi
membran timpani akan menutup kembali dalam 7-10 hari.
Komplikasi Otitis Media Supuratif Akut (OMA)
Abses subperiosteal.
Meningitis.
Abses otak.
Dewasa ini, ketiga komplikasi diatas lebih banyak disebabkan oleh otitis media supuratif
kronik (OMSK) karena maraknya pemberian antibiotik pada pasien otitis media supuratif
akut (OMA).
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga
dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga
dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24
desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan
pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan
terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat
merobek gendang telinga karena tekanannya.
Penyebab
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Pada 25% pasien,
tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang
menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah
Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis.
Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya
sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun
saluran Eustachius
Pemeriksaan Penunjang
1. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak
tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.
2. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme
penyebab.
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Untuk
membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.4
Penanganan
Antibiotik
Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39°C dalam 24
jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang – berat atau demam 39°C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan – dua
tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua
tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia
tetap diberikan pada masa observasi.
British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk menerapkan observasi
ini.10 Menurut BMJ, pilihan observasi dapat dilakukan terutama pada anak tanpa gejala umum
seperti demam dan muntah.
Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar anak
adalah amoxicillin.
Analgesia/pereda nyeri
Obat lain
Pencegahan
Komplikasi
Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara kronik dari satu
atau dua telinga.
Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi sangat
umum.
Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya
selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.
Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah,
termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi.
Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yangtidak diobati.
Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
permanen.
Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak
serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa.
Otitis media dengan efusi didiagnosis jika cairan bertahan dalam telinga tengah selama
3 bulan atau lebih.
sakit kepala
tuli yang terjadi secara mendadak
vertigo (perasaan berputar)
demam dan menggigil.
Rujukan
Anak dengan episode OMA yang sering. Definisi “sering” adalah lebih dari 4 episode
dalam 6 bulan.4 Sumber lain menyatakan “sering” adalah lebih dari 3 kali dalam 6 bulan
atau lebih dari 4 kali dalam satu tahun
Anak dengan efusi selama 3 bulan atau lebih, keluarnya cairan dari telinga, atau
berlubangnya gendang telinga
Anak dengan kemungkinan komplikasi serius seperti kelumpuhan saraf wajah atau
mastoiditis (mastoiditis: peradangan bagian tulang tengkorak, kurang lebih terletak
pada tonjolan tulang di belakang telinga)
Anak dengan kelainan kraniofasial (kraniofasial: kepala dan wajah), sindrom Down,
sumbing, atau dengan keterlambatan bicara7
OMA dengan gejala sedang-berat yang tidak memberi respon terhadap 2 antibiotik
Referensi
Sumber: http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/08/08/otitis-media-akut-infeksi-telinga-pada-
anak/
Daftar Pustaka
Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT
(editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
Otitis Media Akut (OMA) | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan
kebidanan
http://terselubung.cz.cc/
http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/otitis-media-akut/