SKRIPSI
Oleh:
KHAIRUL AL HARIST
NIM: 1112044200002
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
KHAIRUL AL HARIST
NIM: 1112044200002
Di Bawah Bimbingan
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Hidayatullah Jakarta.
KHAIRUL AL HARIST
NIM: 1112044200002
ABSTRAK
﷽
Puji syukur kehadirat Allâh Subhânahu Wata’ala yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, taufik, hidayah dan ‘inayah-Nya, terucap dengan tulus dan
Salâwat seiring salâm semoga selalu tercurah limpahkan kepada insân pilihan
Tuhan Nabî akhir zamân Muhammad Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam, beserta para
Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, skripsi ini hasil usaha dan upaya yang
maksimal dari penulis. Banyak hal yang tidak dapat dihadirkan oleh penulis
mata hasil usaha sendiri, akan tetapi berkat bimbingan dan motivasi dari semua
pihak. Oleh karena itu penulis secara khusus ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A., Selaku Dekan Fakultas
Jakarta;
vi
3. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA, selaku Dosen Penasehat
Akademik Penulis;
skripsi penulis;
yang mereka bisa, baik doa maupun dukungan sehingga dengan ridha
vii
Hukum Keluarga Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Jakarta angkatan
2012;
12. Serta semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi
balasan atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Dan juga, semoga apa yang telah kalian berikan
menjadi berkah dan amal kebajikan serta bermanfaat bagi kita semua. Amin.
KHAIRUL AL HARIST
NIM: 1112044200002
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 7
C. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................ 8
E. Metode Penelitian................................................................ 9
F. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu ................................... 12
G. Sistematika Penulisan.......................................................... 13
viii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................... 61
B. Saran-saran .......................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 67
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bentuk pernikahan yang dikenal dalam Islam dan masih
menjadi perdebatan panjang di kalangan ulama hingga saat ini adalah nikah
Pembahasan tentang nikah mut‘ah sudah banyak dilakukan orang, baik dari
diharamkan karena perintah dari Khalifah Umar bin al-Khatab. Akan tetapi, dalam
sumber-sumber yang dipakai oleh kaum Sunni terdapat banyak riwayat yang
menyebutkan bahwa pernikahan ini pernah dilarang pada masa Nabi. Ada yang
menyatakan bahwa larangan tersebut terjadi pada masa perang Khaibar, ada yang
mengatakan pada penaklukan Mekkah, perang Hunain (Autas), dan ada yang
mengatakan pada perpisahan Nabi. Ada juga bahkan yang menyebutkan bahwa
pembolehan dan pelarangan itu terjadi sampai tujuh kali dan berakhir dengan
pelarangan.2
1
Mut’ah (jamaknya muta’) secara harfiah berarti kesenangan, kenikmatan, kelezatan,
atau kesedapan.mut’ah juga berarti yang hanya dengannya dapat diperoleh suatu (beberapa)
manfaat (kesenangan), tetapi kesenangan atau manfaat tersebut akan hilang dengan sebab
habis atau berakhirnya sesuatu tadi. Nikah mut’ah juga biasa disebut al-zawaj al-munaqati,
yang berarti perkawinan yang terputus (setelah waktu yang ditentukan habis ). Lihat Tim Penulis
IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), h.707-708,
artikel mut’ah.
2
Machasin, Nikah Mut’ah: Kajian Atas Argumentasi Syi’ah, Musawa, Jurnal Studi
Gender (Pusat Studi Wanita: IAIN Sunan Kalijaga, 2002), Vol. 1 No.2 h.139-140.
1
2
Karena beliau mengatakan Amr bin Hutsaim telah menggambarkan kepada kami
dari bapaknya, dari Ibnu Mas’ud tentang seorang laki laki yang berzina dengan
berzina.” Sementara kami maupun mereka tidak berpendapat seperti ini. Bahkan
kami katakan bahwa keduanya memang berdosa setelah berzina. Umar dan Ibnu
telah sepakat mengatakan bahwa kawin mut‘ah hukumnya haram dan kalau terjadi
maka hukumnya batal. Mereka beralasan dengan al-Qur’an, Sunah, ijmak dan
dalil aqli. Pendapat ini juga merupakan pendapat beberapa kalangan sahabat
seperti Ibn ‘Umar dan Ibn Abi ‘Umrah al-Ansharî. Alasan mereka adalah:4
pertama, bahwa kawin mut‘ah tidak sesuai dengan prinsip dan tujuan pernikahan
seperti tidak adanya talak, ‘iddah dan kewarisan. Jadi dapat dikatakan bahwa
dibatalkan oleh Islam. Ayat yang mereka jadikan alasan adalah firman Allah Swt.
dalam Q.S. al-Mukminun [23]: 6-7. Ayat ini menjelaskan bahwa seorang laki-laki
mut‘ah bukanlah isteri dan bukan pula jariyah. Kedua, Hadits-Hadits yang
3
Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan Kitab Al-Umm,
Penerjemah Amiruddin, (Jakart: Pustaka Azzam, 2006), h. 233-234.
4
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz 2, (Beirut: Dar al-Fatah al-Arabi, 1999), h. 35-36.
3
telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Ketiga, ‘Umar Ibn Khaththâb saat
mimbar dan para sahabat menyetujuinya. Andaikan pendapat Umar ini salah tentu
para sahabat tidak akan menyetujuinya karena mereka tidak akan mau menyetujui
itu sudah ijmak kecuali oleh sebagian Syi’ah. Kelima, tujuan dari perkawinan
dan memelihara anak-anak yang merupakan tujuan dari perkawinan. Karena itu,
bila ditinjau dari tujuan pelampiasan syahwat ini maka kawin mut‘ah dapat
disamakan dengan zina. Selain itu, karena perkawinan mut‘ah ini bersifat
sementara maka akan membuat perempuan dengan mudah berpindah dari satu
tangan ke tangan yang lain. Ini akan membuat mereka sengsara dan anak-anak
mut‘ah dihalalkan sampai kiamat. Menurut ulama syi'ah apa yang berlaku
kehalalanya di zaman Nabi maka akan berlaku sampai hari kiamat. Mereka
juga menganggap nikah mut‘ah merupakan perkawinan yang sah dan telah
Lebih jauh kalangan Syi’ah berpendapat bahwa nikah mut‘ah itu tetap
5
Al-Syawkani, Nayl al-Awthâr, (t.tp: Dâr al-Fikr, t.th.), h. 274.
4
dalam QS. al-Mu'minun ayat 5-6 adalah istri yang sah menurut hukum
antara suami dan istri serta pembagian malam, maka hal itu berdasarkan
bersifat umum. Pendapat kaum Syiah tersebut didasari dengan pandangan Jabir
bin 'Abdullah bahwa pelarangan dan pengharaman itu berasal dari 'Umar r.a.
dalam suatu peristiwa yang berkenaan dengan 'Amr bin Hurais, 'Imran bin
Husain, Abdullah bin Mas'ud, 'Abdullah bin 'Umar, 'Abdullah bin 'Abbas serta
Ali bin Abi Talib. Dari situ mereka menyimpulkan bahwa pengharaman itu
Saburah al-Juhaini yang pernah ikut perang bersama Rasulullah dalam rangka
pembukaan kota mekkah. Pada saat itu Rasulullah mengizinkan para sahabat
seksual dan menghindari perbuatan zina. Masalah nikah ini memang telah
menjadi perdebatan yang cukup lama di kalangan Islam terutama diantara dua
Ada titik singgung antara kawin kontrak dan perkawinan biasa. Pertama,
pada kawin kontrak, batas waktu dapat diperpanjang dengan kesepakatan kedua
6
Abdul Husain Syarafuddin Al-Musawi, Isu-isu Penting Ikhtilaf Sunnah Syi'ah, Terj.
Mukhlis dari judul “Al-Fushul Al-Muhimmah fi Ta'lif Al-Ummah”, (Bandung: Mizan, 1991), h.
92.
5
belah pihak. Kedua, pada perkawinan biasa, dikenal istilah Talaq (cerai) untuk
pada umumnya, nikah mut‘ah memiliki syarat-syarat, seperti adanya dua orang
saksi, adanya mahar, adanya akad dan mahar, adanya ikatan perkawinan yang
dibatasi oleh waktu tertentu, tidak ada kewarisan, tidak ada tanggung jawab
nafkah dan tempat tinggal bagi suami, demikian pula bagi si isteri tidak
tujuan lelaki dalam jenis pernikahan ini adalah kesenangan seksual dari wanita,
dan sebagai imbalannya si wanita memperoleh sejumlah uang atau harta tertentu.9
Namun untuk sebagian orang kawin kontrak agak terdengar asing karena
tidak selalu ada di lingkungan mereka, bahkan perkawinan semacam ini ada di
7
Sahal Mahfudh, Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam dalam
Keputusan Muktamar, Munasa, dan Konbes Nahdlatul Ulama, (Surabaya: Khalista, 2004), h. 502.
8
Abustami Ilyas, Nikah Mut’ah dalam Islam, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), h. 55.
9
Sachiko Murata, Lebih Jelas Tentang Mut’ah Perdebatan Sunni dan Syi’ah, Alih
Bahasa Tri Wibowo Budi Santoso, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 43-44.
6
antara sebagian orang yang tidak suka terutama kaum wanita walaupun di antara
dan uang tanpa memperhatikan aturan agama dan hukum yang berlaku serta
yang miskin dan mempunyai pengetahuan terbatas banyak yang mudah tergiur
dengan janji sejumlah uang sehingga mau dikawini dengan cara seperti itu dan
tidak sedikit orang tua yang mendorong anaknya untuk mau melakukannya.
Beberapa tahun yang lalu, dalam satu acara di salah satu televisi swasta
Cisarua. Salah seorang dari mereka, seorang perempuan muda yang masih berusia
kali nikah mut‘ah yang terlama satu bulan dan yang terpendek empat hari. Dan
yang empat hari ini dibayar dua juta rupiah. Ketika ditanyakan perasaan dan
alasannya, dengan lugas ia menjawab biasa saja karena itu adalah pekerjaan untuk
mencari uang dengan mudah dan hubungan itu dilakukan melalui proses
perkawinan.11
10
Ja’far Murtadha, Nikah Mut’ah Dalam Islam, Alih Bahasa Abu Muhammad Jawab
(Jakarta: Yayasan As-Sajad, 1992), h. 10.
11
Isnawati Rais, Praktik Kawin Mut’ah di Indonesia, Ahkam: Vol. XIV, No. 1, Januari
2014.
7
bagaimana praktik nikah mut‘ah yang ada di Jawa Barat khususnya di Bogor dan
Nikah Mut‘ah (Studi Kasus di Desa Tugu Utara, Cisarua, Kabupaten Bogor)”.
B. Identifikasi Masalah
Perkawinan dan hukum agama Islam. Setiap orang yang menjadi bagian di
dalamnya pasti memiliki latar belakang yang berbeda-beda dan juga memiliki
mut‘ah?
nikah mut‘ah?
1. Batasan Masalah
perumusan masalah yang tepat agar masalah yang akan dibahas dapat fokus dan
tidak melebar. Adapun fokus penelitian ini hanya terbatas pada praktik nikah
2. Perumusan Masalah
Kabupaten Bogor?
ini adalah :
Kabupaten Bogor.
Hukum Keluarga.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari data dengan cara terjun langsung ke
lokasi untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti meneliti di
2. Sifat Penelitian
kawasan Bogor.
10
3. Objek Penelitian
Objek penelitian penulis adalah Praktik Nikah Mut‘ah. Akan tetapi yang
menjadi fokus penelitian peneliti mengangkat Praktik nikah mut‘ah di Desa Tugu
data dari sumber-sumber primer, adalah dengan teknik wawancara (interview) dan
Cisarua, dengan dilakukan secara berstandar tidak berstruktur namun tetap fokus
nikah mut‘ah dari pemerintah, tokoh masyarakat, dan para calo nikah
mut‘ah.
12
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Pt
RajaGrafindo Persada, 2004), h.30
11
5. Analisis Data
6. Pendekatan Penelitian
Yuridis Empiris yaitu cara pendekatan yang dilakukan dengan melihat kenyataan
yang ada dalam praktik di lapangan. Pendekatan ini dikenal pula dengan
hukum Islam yang terdapat dalam teks-teks hukum Islam, yang ada kaitannya
7. Tekhnik Penulisan
disertasi dengan buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang di terbitkan oleh Pusat Peningkatan dan
istri sah tetapi istrinya bekerja menjadi TKW keluar negeri, selama
yang akan penulis bahas dengan penulis diatas adalah sama, akan tetapi
G. Sistematika Penulisan
Pelaksanaan Nikah Mut‘ah di Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor yang terdiri dari
Bab dua berisi tentang landasan teori dari penulisan yang berisi pengertian
umum tentang Nikah Mut‘ah yang terdiri dari Pengertian Nikah Mut‘ah, Hukum
Bab tiga merupakan isi gambaran umum tentang Desa Tugu Utara,
Cisarua, Kabupaten Bogor. Selain berisi tentang gambaran, bab ini juga berisi
kehidupan sosial, ekonomi dan kebudayaan serta praktik nikah mut‘ah di Desa
Bab empat merupakan karya pemikiran dan analisis penulis tentang faktor
Bab lima merupakan Penutup dari penulisan karya tulis ini yang berisi
Kesimpulan, Sarana.
BAB II
Nikah mut‘ah terdiri atas dua rangakaian kata, yaitu nikah dan mut‘ah.
makna dan pengertian yang berbeda, sesuai dengan namanya. Ada nikah mut‟ah,
mut‘ah haji dan mut‘ah thalaq. Ketiganya meski sama-sama menggunakan istilah
adalah nikah yang terbatas waktunya. Sedangkan dalam ibadah haji juga dikenal
istilah mut‘ah, yaitu haji tamattu‟. Haji tamattu‟ adalah salah satu metode
mengerjakan haji, dimana orang yang telah tiba di tanah haram tidak langsung
mengerjakan ibadah haji dengan terus berihram, tetapi berhenti dari berihram
digunakan sebagai harta yang diberikan oleh suami kepada istri ketika terjadi
15
16
Jadi, Nikah mut‘ah adalah sebuah pernikahan yang terikat dengan waktu
dinikahkan oleh walinya kepada orang yang secara syar'i adalah halal untuk
dinikahi, tidak ada halangan secara syar'i seperti nasab, atau saudara sesusuan,
dan tidak dalam keadaan masa iddah, dengan mahar dan waktu yang telah
laki-laki dan perempuan mengadakan akad nikah dengan ketentuan waktu sehari,
seminggu atau sebulan.6 Pernikahan seperti ini akan habis masanya bersama
dimana ia tidak sah tanpa adanya akad yang sah yang menunjukkan maksud nikah
mut‘ahsecara jelas.7
Menurut Imam Ali al-Sobuni, kawin kontrak (mut‘ah) adalah seorang pria
menyewa wanita hingga suatu waktu yang telah ditetunkan dengan ongkos yang
telah dipastikan. Pria tersebut dapat menggauli wanita yang bersangkutan dalam
waktu yang ditentukan sebulan atau dua bulan, sehari atau dua hari, kemudian
3
Muhammad Qal'aji, Mu'jam Lugat Al-Fuqaha, h. 403.
4
Murtadha Al-'Askari, Ma'alimul Madrasatain, Cetakan Kelima, (Kairo: Maktabah
Maduli, 1993), h. 253.
5
Ali Al-Jurjani, Al-Ta'riifat, (Beirut: Dar al-Kitab Al-Arabi, Cetakan pertama 1405), Bab
Nun, h. 315.
6
Ahmad Nakari, Dustur Al-Ulama' au Jami u Al- Ulum fi Ishtilahati Al-Funun, Juz 3,
(Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah,2000, Cetakan pertama), h. 290.
7
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, Cet.VIII, (Jakarta: Lentera,
2002), h. 394.
8
Muhammad Ali al-Shobuni; Rowai al-Bayan, Tafsir Ayat al-Ahkam min Al-Qur’an,
(Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 457.
17
wanita sewaan yang dapat ditinggal begitu saja setelah waktu yang diperjanjikan
Nikah mut‘ah pernah mengkristal sebagai isu sentral dan banyak dilakoni
para sahabat. Nikah ini terjadi di medan perang. Kala itu, mayoritas tentara islam
adalah golongan pemuda, yakni pria lajang yang tak sempat mengikat dirinya
dengan ikatan benang kasih di bawah atap pernikahan. Sebagai manusia biasa,
bersama gelora darah jihadnya di padang pasir untuk menancapkan syiar islam,
gelora birahi mereka sebagai gejala fitrah insani juga ikut menggejolak menuntut
dengan tentara musuh, maka puasa bukanlah solusi efektif untuk meredam hasrat
tentaranya yang terpisah jauh dari istrinya untuk melakukan nikah mut‘ah, dari
Nikah ini menjadi haram hingga hari kiamat.Demikianlah yang menjadi pegangan
18
jumhur (mayoritas) sahabat, tabi’in dan para ulama madzhab dari Sabroh Al-
untuk melakukan nikah mut‘ah pada saat Fathul Makkah ketika memasuki kota
melarang kami dari bentuk nikah tersebut.” (HR. Muslim no. 1406)
Bagir Al-Habsyi, nikah mut‘ah atau nikah sementara waktu memang pernah
dipraktikkan di masa Nabi Hal itu dibolehkan karena keadaan darurat akibat
mereka cukup lama dalam perantauan, jauh dari rumah dan keluarga.10Akan
adanya keadaan darurat, maka tidak mungkin nikah mut‘ah tergolong hukum-
9
Muhammad Husain Fadhlullah, Dunia Wanita Dalam Islam, Terj. Muhammad Hasyim
dari judul Dunya Al-Mar'ah (Jakarta: Lentera, 2000), h. 255.
10
Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur'an, As-Sunnah dan
Pendapat Para Ulama, …h. 122.
11
Ja'far Murtadha Al-'Amili, Nikah Mut‘ah Dalam Islam, ... h. 55.
19
tradisi nikah mut‘ah itu merupakan bagian dari komunitas syi’ah.Hingga hari ini
di Iran yang terkenal banyak syiahnya, nikah mut ah itu memang ada.Namun
berbeda dengan praktek yang dilakukan pengikut syiah di negeri ini, nikah
mut ah di Iran berlangsung secara legal dan dengan sistem administrasi yang
tercatat secara resmi.Sedangkan yang dilakukan di negeri ini hampir sulit untuk
umumnya melakukannya secara ilegal, bahkan banyak kasus dimana orang tua
pihak wanita tidak tahu menahu.Sebab anaknya yang ikut kelompok syiah itu
wali.
Data yang ada menunjukkan bahwa hanya sedikit sekali pengikut syiah
pengikut syiah yang baru kenal.Misalnya kalangan mahasiswa atau anak muda
yang diakui atau tidak, banyak tertarik dengan service kawin kontrak itu
persebutuhan oleh dua orang berlainan jenis yang bukan mahram itu bisa
12
Muhammad Yusuf Al-Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, terj. Muammal
Hamidi dari judul Al-Halal wa Al-Haram fi Al-Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), h. 257.
20
Sedangkan dalam pandangan syariah Islam, nikah mut‘ah adalah zina yang
diharamkan Allah SWT.Dalilnya jelas baik dari Quran dan Sunnah. Begitu juga
dari efek negatif kasus nikah mut‘ah yang ternyata dimanfaakan untuk berzina
atas nama agama.Maka dalam pandangan syariah, dosa kawin mut‘ah jauh lebih
besar dari pada datang ke lokalisasi pelacuran.Sebab lelaki hidung belang yang
datang ke lokalisasi itu tahu bahwa zina itu haram, maka mereka sembunyi-
Tidak ada perbedaan pendapat bahwa nikah mut‘ah telah dibolehkan pada
1. Al Qur’an
13
http://trendmuslim.com/6829-2/
21
Penjelasan tentang bolehnya Nikah Mut‘ah ada pada awal ayat ِﻓَﻤَﺎ ا ْﺳﺘَ ْﻤﺘَـ ْﻌﺘُ ْﻢ ﺑِﻪ
yang digunakan oleh ulama Syiah sebagai dasar hukum di bolehkannya Nikah
Mut‘ah
Sedangkan ayat yang tidak membolehkan nikah mut‘ah (Haram) menurut
MUI sesuai fatwa:
(٦) ﲔ
َ َﺖ أَﳝَْﺎﻧـُ ُﻬ ْﻢ ﻓَِﺈﻧـﱠ ُﻬ ْﻢ َﻏْﻴـ ُﺮ َﻣﻠُﻮِﻣ
ْ َاﺟ ِﻬ ْﻢ ْأو ﻣَﺎ َﻣﻠَﻜ
ِ ( إﱠِﻻ َﻋﻠَﻰ أَزْو٥) ُوﺟ ِﻬ ْﻢ ﺣَﺎﻓِﻈُﻮ َن
ِ وَاﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ُﻫ ْﻢ ﻟِ ُﻔﺮ
2. Hadist
ِﱐ ﻗَ ْﺪ
ِّس إ
ُ َ أَﻳـﱠﻬَﺎ اﻟﻨﱠﺎ: َﺎل
َ ﻋَﻦ اﻟﺮﱠﺑﻴِﻊ ﺑﻦ َﺳْﺒـﺮَة َﻋ ْﻦ أَﺑِﻴْﻪِ رﺿﻰ ﷲ ﻋﻨﻪ أَﻧﱠﻪُ ﻛَﺎ َن َﻣ َﻊ َرﺳُﻮِْل ﷲ ﷺ ﻓَـﻘ
Artinya: “Dari Rabi` bin Sabrah, dari ayahnya Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
ia bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda:
“Wahai, sekalian manusia. Sebelumnya aku telah mengizinkan kalian melakukan
mut‘ah dengan wanita.Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
mengharamkannya hingga hari Kiamat. Barangsiapa yang mempunyai sesuatu
pada mereka , maka biarkanlah! Jangan ambil sedikitpun dari apa yang telah
diberikan”.14
Ada juga hadits lain yang menjelaskan nikah mut‘ah :
Dari Ibnu Mas’ud, iaberkata : Kami pernah berperang bersama Rasulullah SAW
dan tidak ada wanita yang berserta kami. Kemudian kami bertanya, “Tidakkah
(sebaiknya) kami berkebiri saja ?”. Maka Rasulullah SAW melarang kami dari yang
demikian itu, kemudian beliau memberi keringanan kepada kami sesudah itu, yaitu
dengan cara mengawini wanita sampai batas waktu tertentu dengan (imbalan) pakaian,
lalu Abdullah bin Mas’ud membaca (firman Allah), “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengharamkan apa-apa yang baik yang dihalalkan Allah atas kamu”.
(QS. Al-Maidah : 87) [HR. Ahmad, Bukharidan Muslim]
Artinya: “Rasul Allah pernah memberikan keringanan pada tahun authas (waktu
perang khaibar, umrah qadha, tahun memasuki makkah, perang tabuk, dan waktu
haji wada’)untuk melakukan mut‘ah selama tiga hari, kemudian nabi
melarangnya’’.
Salah satu aliran yang membolehkan nikah mut‘ah dalam Islam adalah
syi’ah, hal itu pun dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, yaitu:
14
Fatwa MUI tentang Nikah Mut‘ah di tetapkan pada tanggal 25 Oktober 1997.
23
1. Aqad.
Aqad. Karena ada dan tidaknya suatu ikatan itu tergantung pada akad.
Adanya ijab qabul dengan menggunakan dua kata yang dapat menunjukan atau
memberi arti yang dapat difahami kedua belah pihak sebagai nikah mut‘ah.
2. Batasan Waktu
adanya batasan waktu itulah yang paling membedakan diantara dua nikah
tersebut. Karena itu dalam Al-Kafi, Abu 'Abdullah berpendapat bahwa tidak ada
3. Mahar
bahwa nikah mut‘ah itu tidak sah kecuali dengan batasan waktu dan mahar.
Adapun bentuk dari mahar itu tidak mengikat. Bisa harta benda, uang, perhiasan,
15
Muhammad Ya‟kub Al-Kulaini, Furu' Al-Kafi, Juz III, Jilid 5, Bab Syurud Al-Mut‘ah,
(Beirut: Daru At-Ta'aruf lil Matbu'at, 1993), h. 461.
16
Muhammad Al-Kadzimi Al-Quzwayni, Al-Mut‘ah Baina Al-Ibahah wa Al-Hurmah,
Edisi Indonesia diterjemahkan oleh M. Djamaluddin Miri ke dalam bahasa indonesia dengan judul
Nikah Mut‘ah Antara Halal dan Haram, (Jakarta: Yayasan As-Sajjad, 1995), h. 16.
24
perabotan rumah tangga, binatang, ataupun berbentuk jasa dan tidak ada batas
minimal dan maksimal pemberiannya, segala sesuatu yang dapat dijadikan harga
Tidak mungkin rukun yang tiga di atas tadi terlaksana jika tidak ada kedua
ini. Lazimnya dalam pernikahan permanen, dalam nikah mut‘ah juga terdapat
calon suami dan istri, dan ini merupakan kesepakatan para ulama madzab baik
dikalangan sunni maupun syi'ah. Dalam hal ini, calon suami istri adalah orang
yang tidak terhalang oleh ketentuan syara' untuk melangsungkan akad pernikahan,
baik itu karena nasab maupun sesusuan, ataupun tidak sedang menjadi istri orang
Selain keempat rukun diatas, masih ada beberapa ketentuan lain berkaitan
dengan nikah mut‘ah dalam pandangan kaum Syi'ah (yang biasa disebut juga
madzhab Ja'fary). Bahwa dalam nikah mut‘ah tidak ada kewajiban memberi
nafkah, karena sudah cukup dengan pembayaran mahar yang disetujui bersama
pada saat dilangsungkannya aqad nikah. Dalam hal ini, pihak perempuan punya
hak tawar di awal, ia berhak menentukan besar kecilnya mahar, yang sekiranya
pihak laki-laki nanti tidak memberi nafkah, hal itu tidak menjadi persoalan.19
17
Muhammad Al-Kadzimi Al-Quzwayni, Al-Mut‘ah Baina Al-Ibahah wa Al-Hurmah, h.
364.
18
Faishal Rusydi, Pengesahan Kawin Kontrak Pandangan Sunni & Syi'ah, (Yogyakarta:
Nuansa Aksara, 2007), h. 54.
19
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, h. 394.
25
Mengenai jumlah wanita yang dimut‘ah, tidak ada batasan tertentu. Dan
dia tidak termasuk wanita yang empat (jumlah wanita yang boleh dinikahi dalam
nikah permanen) dan hal itu karena mereka dibayar, jadi terserah kepada laki-laki
dalam nikah mut‘ah tidak diperlukan adanya saksi, sama seperti dalam pandangan
Syi'ah Imamiyah tentang tidak wajibnya persaksian dalam nikah biasa. Bahkan,
jika seorang wanitanya sudah baligh, dia berhak menentukan nasibnya sendiri
tanpa ada intervensi dari orang tuanya dalam memilih calon suami. Jika demikian
nikah mut‘ah bisa dilaksanan antara dua orang saja (calon suami istri).21
Sedangkan dalam masalah warisan, tidak ada hak waris dan mewarisi.
riwayat yang sah menurut kebanyakan mereka adalah yang mengatakan tidak ada
waris dalam nikah mut‘ah, kecuali jika dalam akadnya tidak ada ikatan waktu,
artinya nikah itu adalah nikah dawam. Sehingga tidak masuk kategori nikah
mut‘ah, jika demikian maka ada hak waris bagi yang ditinggal mati. 22
Melihat beberapa ketentuan nikah mut‘ah dari yang telah penulis paparkan
di atas, maka pelaksanaan nikah mut‘ah yang terjadi di Desa Tugu Utara Cisarua
Bogor, hampir sama dengan ketentuan nikah mut‘ah dalam pemahaman syi’ah.
20
Abu Ja'far bin Hasan Ath-Thusi, Al-Istibshar fima Ikhtalafa Min Al-Akhbar, (Beirut,
Darul Adhwa', 1992), h. 209.
21
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, h. 346.
22
Abu Ja'far bin Hasan Ath-Thusi, Al-Istibshar fima Ikhtalafa Min Al-Akhbar, h. 213.
26
Baik dari aqad (waktu yang telah ditentukan), tidak adanya kewajiban untuk
membayar mahar dan menafkahi, tidak adanya saksi dan wali dalam hal ini wanita
pun pernikahan bisa terlaksana dengan hanya adanya du orang (calon suami dan
akan ditimbulkan. Baik itu mengakibatkan hubungan batin serta menimbulkan hak
dan kewajiban diantara masing-masing baik seorang suami maupun seorang isteri
secara timbal balik. Begitu juga dilangsungkannya suatu perkawinan maka akan
menimbulkan juga hubungan antara orang tua dengan seorang anak atau
sementara atau bisa dikatakan dengan nikah mut‘ah maka akibat yang akan
perkawinan yang sah menurut agama dan undang-undang. Tujuan dari nikah
mut‘ah didasari untuk menyalurkan nafsu seksual secara halal untuk jangka
sementara waktu dan menghindari diri dari perzinahan biasanya dilakukan dalam
keadaan darurat atau peperangan. Akibat yang ditimbulkan dari pelaksanaan nikah
23
Luthfi Surkalam, Kawin Kontrak Dalam Hukum Nasional Kita, (Tangsel: C.V.
Pamulang, 2005), h. 38.
27
permasalahan yang terjadi dalam suatu hubungan berkeluarga. Dari sini dapat kita
tangga. Kewajiban semacam ini jelas tidak ada dalam nikah mut‘ah.Karena hal-
hal yang berkenaan dengan kesejahteraan merupakan hal-hal yang harus dibuang
seorang ayah bertanggungjawab atas nafkah dan pendidikan anak, meskipun telah
terjadi perceraian.Jika anak masih kecil maka isterilah yang paling berhak
memelihara dan merawat anak itu hingga dewasa. Tetapi dalam nikah mut‘ah
sang suami tidak selalu berstatus ayah, tergantung pada perjanjian ketika akad
dilangsungkan, apakah anak itu ikut bapaknya atau ibunya, begitu pula dengan
kawin mut‘ah. Hal ini di karenakan pada masa perkawinan telah ditetapkan pada
awal akad, sehingga perkawinan mut‘ah akan selesai dengan sendirinya, ketika
masa berlakunya habis. Tentunya dengan demikian ini menjadi kerugian bagi
wanita karena tidak mendapat mut‘ah talaq dari pria yang menikmati
Dalam hal harta warisan, didalam nikah permanen jika suami atau isteri
meninggal maka antara suami atau isteri bisa saling mewarisi. Berbeda dengan
nikah mut‘ah dimana suami isteri tidak saling mewarisi meskipun anaknya dapat
mutlak terdiri dari kalangan sahabat seperti Ibnu Umar dan Ibnu Abi Umrah Al-
Anshari. Dari kalangan fuqaha' ialah Abu Hanifah, Maliki, Syafi'i, Ahmad bin
bahkan Muhammad Ali al-Shabuni membuat sub bab "Al- Adillah Al-Syar'iyyah
24
Ramlan Yusuf Rangkuti, Nikah Mut‘ah Dalam Perspektif Hukum Islam, h. 87. Lihat
juga, Abdur Rahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala Madzahib Al-Arba’ah, (Beirut: Darul fikr, 1989), Jilid
4, h. 90-93.
25
Farid Abdul Aziz Al-Jundi, Jami' Al-Ahkam Al-Fiqhiyyah li Al-Imam Al-Qurtubimin
Tafsirihi, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, cetakan kedua 2005), Juz II, h. 202.
29
bahwa memang pernah dibolehkan oleh Allah SWT melalui Nabi SAW dan telah
kebolehan nikah mut‘ah itu sudah dicabut, dengan arti sekarang hukumnya telah
haram.26
Golongan kedua ini selain berpijak pada dasar dari hadits-hadits yang
bersumber dari kalangan Ahlul Bait, juga sering menukil riwayat dari Ahlus
mengatakan bahwa adanya beberapa orang dari sahabat Nabi yang memfatwakan
tetap halalnya pernikahan seperti itu, besar kemungkinannya karena larangan Nabi
ternyata mereka menarik kembali fatwanya, seperti yang terjadi pada diri
26
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat
dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana 2006), h. 103.
27
Ramlan Yusuf Rangkuti, Nikah Mut‘ah Dalam Perspektif Hukum Islam,h. 90.
28
Murtadha Al-'Askari, Ma'alimul Madrasatain., h. 257.
30
bangkai dan daging babi di saat-saat yang sangat darurat.29 Tetapi dalam
pandangan kelompok ini, riwayat yang lebih terkenal dari Ibnu Abbas adalah ia
tidak mencabut fatwanya, bahkan menambah bacaan surat An-Nisa' ayat 24 untuk
mengharamkan nikah mut‘ah, maka tidak akan berzina kecuali orang yang benar-
riwayat dan penafsiran Ahlussunnah, yang menurut mereka banyak dari penulis
sementara waktu, perkawinan semacam itu pada saat ini terkenal dengan nikah
kontrak, sebagaimana terdapat dalam hadist nabi dari salamah bin akwa menurut
diperbolehkan oleh nabi dan telah terjadi secara kenyataan perkawinan mut‘ah
pada waktu lampau, namun dalam kebolehannya waktu ini terdapat perbedaan
pendapat antar ulama’ Ahlu sunnah dengan syi’ah Imamiyah. Jika ahlu sunnah
29
Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur'an, As-Sunnah dan
Pendapat Para Ulama,…h. 112.
31
Sebagian para ulama mengatakan bahwa lafadz hadits Ali, yaitu riwayat
Ibnu Uyainah dari Zuhri ada kalimat yang didahulukan dan diakhirkan, karena
beliau berucap kepada Ibnu ‘Abbas jauh setelah kejadian Seharusnya ucapan
keledai pada masa Khaibar dan melarang mut‘ah.Dengan demikian, mut‘ah dalam
mut‘ah dilarang pada masa Khaibar?,Ada dua pendapat. Dan yang shahih,
larangan hanya pada masa penaklukan kota Makkah, sedangkan pelarangan waktu
Khaibar hanya sebatas daging keledai. Hanya saja Ali berkata kepada Ibnu
pada hari Khaibar, dan juga melarang makan daging keledai untuk memberi
para rawi menyangka, bahwa ikatan hari Khaibar kembali kepada dua hal itu, lalu
yaitu hadits Salamah bin Akwa`. Berhubung perang Authas dan tahun penaklukan
Mekkah pada tahun yang sama, maka sebagian ulama menjadikannya satu waktu,
30
Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta; kencana, Cetakan
ke-3.2006. Hal 100-102.
32
ia termasuk salah satu keunikan syari’ah; karena mut‘ah diperbolehkan pada awal
Islam kemudian diharamkan pada perang Khaibar, lalu diperbolehkan lagi pada
Dan mut‘ah -dalam hal ini- tidak ada yang menyerupainya, kecuali permasalahan
kiblat, karena nasakh (penghapusan) terjadi dua kali, kemudian baru hukumnya
mut‘ah, mereka mengatakan telah terjadi tujuh kali pembolehan dan tujuh kali
pelarangan.32
Para ulama Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait
nikah mut‘ah dalam forum Bahtsul Masail Dinyah Munas NU pada November
31
http://abangdani.wordpress.com/2012/03/19/hukum-nikah-mutah-dalam-islam/ di akses
pada tanggal 12 Februari 2017.
32
http://abangdani.wordpress.com/2012/03/19/hukum-nikah-mutah-dalam-islam/ di akses
pada tanggal 22 Februari 2017.
33
nikah mut‘ah atau kawin kontrak hukumnya haram dan tidak sah. ''Nikah mut‘ah
menurut ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah, khususnya mazhab empat , hukumnya
haram dan tidak sah,'' demikian bunyi fatwa ulama NU. Nikah mut‘ah
berdasarkan jumhur fuqaha termasuk salah satu dari empat macam nikah fasidah
Ghaziyyah: ''Dari al-Harits bin Ghaziyyah, ia berkata: saya mendengar Nabi SAW
bersabda pada hari penaklukan kota Makkah (Fathu Makkah), ''Nikah mut‘ah
dengan wanita itu haram.’’ Majelis tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dalam
fatwanya menegaskan, keharaman nikah mut‘ah tak hanya sebatas kepada pihak
laki-laki dan wanita yang mengetahui bahwa nikah yang mereka lakukan adalah
mut‘ah.Tetapi juga berlaku secara umum, baik pihak wanita itu mengetahuinya
sekarang ini, menurut hadis di atas jelas telah melakukan hal yang diharamkan,''
antara kelompok Sunni dan Syi’ah tersebut, M. Quraish Shihab, sebagai salah
retrorika, yang menyatakan sebagai berikut : Anda telah membaca di atas tentang
33
http://nihayatulifadhloh.blogspot.co.id/2014/12/nikah-mutah-dalam-pandangan-hukum-
islam.html di akses pada tanggal 22 februari 2017.
34
identik dengan perzinaan. Kita juga dapat berkata bahwa, seandainya alasan
ulama Syiah diakui oleh ulama Sunni, tentulah ulama Sunni tidak akan
Syiah puas dengan alasan-alasan kelompok ulama Sunni, tentulah mereka tidak
menilainya halal- karena tidak ada perintah, bahkan anjuran, untuk melakukannya.
seseorang pun tidak akan rela melakukan mut‘ah. Lalu, yang tidak kurang
mungkin panggilan debu tanah -seperti makan, minum, dan hubungan seks
Para ulama di Tanah Air telah menetapkan fatwa tentang hukum nikah
Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan fatwa hukum nikah
hukumnya haram. Fatwa nikah kontrak yang ditandatangani Ketua Umum MUI,
KH Hasan Basri dan Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ibrahim Hosen itu juga
35
bersikap keras kepada pelaku nikah mut‘ah. ''Pelaku nikah mut‘ah harus
berlaku,'' begitu bunyi poin kedua keputusan fatwa nikah mut‘ah. Sebagai dasar
hukumnya, MUI bersandar pada Alquran surah al-Mukminun ayat 5-6. ''Dan
terhadap istri dan jariah mereka: maka sesungguhnya mereka (dalam hal ini) tiada
tercela.''34
papar MUI, wanita yang diambil dengan jalan mut‘ah tak berfungsi sebagai sitri,
karena ia bukan jariah. MUI berpendapat akad mut‘ah bukan akan nikah,
memperoleh harta warisan.Kedua, iddah mut‘ah tak seperti iddah nikah biasa.
Nikah mut‘ah dinilai MUI pertentangan dengan persyarikatan akad nikah, yakni
34
Maruf Amin, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: Emir, 2015), h.
350.
BAB III
BARAT)
Desa Tugu Utara merupakan salah satu desa yang terletak di Wilayah
kecamatan Cisarua kabupaten Bogor yang terdiri dari 6 (enam) Rukun Warga, 24
Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari lapangan, Data Monografi Desa
Tugu Utara Tahun 2017 dimana luas Wilayah sekitar 1.703 Ha.Dengan batas wilayah
Table 2
Batas Wilayah
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
1
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
36
37
Kecamatan, Kabupaten, Ibukota Provinsi, dan Ibukota Negara adalah sebagai berikut:
Table 2
Jarak Tempuh
2 Ibukota Kabupaten 44 Km
3 Ibukota Provinsi 95 Km
4 Ibukota Negara 78 Km
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
Kelurahan Desa Tugu Utara merupakan daerah dataran tinggi atau daerah
puncak yang terletak berada ketinggian antara 650 s/d 1.200 M dari permukaan air
laut, daerah ini merupakan daerah puncak dan memiliki iklim dengan curah hujan
3178 Mm/Tahun dengan jumlah 167 hari/Tahun dan suhu rata-rata harian yaitu 23.91
derajat Celcius.2
2
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
38
Visi:
Misi:
Table 3
3 Poskamdes 1 Unit
4 Posyandu 14 Unit
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
39
3. Penduduk
Jumlah penduduk kelurahan Desa Tugu Utara sampai bulan April tahun 2017
tercatat berjumlah 11.048 Jiwa yang terdiri dari 3.150 Jiwa Kepala Keluarga. Dengan
Table 4
1 Laki-laki 5.691
2 Perempuan 5.257
Jumlah 11.048
40
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
Jumlah pernikahan yang tercatat di KUA Cisarua pada Tahun 2017 sampai
terakhir bulan April dengan jumlah 372 pernikahan, dengan jumlah rincian perbulan,
sebagai berikut:
Table 5
1 Januari 115
2 Februari 66
3 Maret 105
4 April 86
Sumber data: Arsip Catatan Nikah KUA. Cisarua. Kab Bogor Tahun 2017
4. Pendidikan
Utara secara keseluruhan tingkat pendidikan penduduk tersebut dapat di lihat dalam
Table 6
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
standar, karena kebanyakan penduduk kelurahan Desa Tugu Utara yang hanya
Table 7
1 TK 6 Buah
2 SD 4 Buah
3 SMP 0 Buah
4 SLTP 0 Buah
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
Table 8
1 Madrasah 0 Buah
3 Mushola 26 Buah
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
43
Dari table diatas merupakan sarana dan prasarana pendidikan dan sarana dan
prasarana peribadatan, dan ada beberapa sarana dan prasarana lainnya yang berada di
Tabel 9
4 Pos Kamling
5 Perhubungan 1 Buah
6 Perdagangan 5 Buah
7 Villa 57 Buah
9 Wisma 2 Buah
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
5. Keagamaan
yang taat agama dan patuh pada pemuka agama. Para pemuka agama mempunyai
44
kharisma yang baik dimata masyarakat, sehingga fatwa-fatwa apapun yang mereka
Sehingga keagamaan sangat kental di kelurahan desa tersebut. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah sarana dan prasarana pendidikan dan peribadatan yang ada.
Mushola, Majlis Tak’lim dan Mesjid yang jumlahnya begitu banyak. Dapat lihat
jumlah penduduk kelurahan Desa Tugu Utara yang berdasarkan agama, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 10
No Agama Jumlah
2 Protestan 23 Orang
3 Budha 9 Orang
4 Hindu 12 Orang
3 Katholik 13 Orang
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
45
B. Sosial Ekonomi dan Budaya Desa Tugu Utara, Cisarua, Kabupaten Bogor
1. Pekerjaan Pokok
Keadaan mata pencaharian di Desa Tugu Utara dengan pendapatan rata rata
masyarakat adalah Rp. 1.500.000 dan ada beberapa pekerjaan pokok yang menjadi
Table 11
10 POLRI 5 Orang
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
46
kelurahan Desa Tugu Utara yang bermayoritas sebagai buruh tani dan perkebunan,
2. Pertanian
dan suhu yang rendah cocok untuk pertanian dan perternakan. Masyarakat
Tabel 12
1 Irigasi Sederhana 8 Ha
2 Perkebunan 260,1 Ha
Sumber data: Expose Kepala Desa Tugu Utara Kec. Cisarua 2017
3. Budaya
Desa Tugu Utara merupakan daerah dataran tinggi atau daerah puncak,
yang merupakan tempat wisata. Banyak dari luar daerah yang berwisata ketempat
tersebut. Masyarakat Desa Tugu Utara yang berbagai macam etnis/suku yang
Setiap desa pasti mempunyai suatu budaya atau kebiasaan yang ada
hingga kini masi dijalani oleh masyarakat setempat. Walau pun berbagai macam
Etnis / Suku meraka selalu menjalankan bersama secara rutin, Seperti Swadaya
Gotong Royong Masyarakat dalam pembangunan saran dan prasarana ibadah dan
Hari Besar Islam (HBI). Dan ketika suatu ada acara atau kegiatan biasanya
Awal mula bagaimana terjadinya praktek Nikah Mut’ah di desa Tugu Utara
adalah pada tahun 2000an yang saat itu banyak turis dari Timur Tengah seperti Arab
Saudi yang berwisata ke desa tersebut. Selang beberapa tahun tepatnya 2005 banyak
sekali media cetak dan media elektronik yang memberitakan bahwa di Desa Tugu
Utara terindikasi terjadinya Nikah Mut’ah (Kawin Kontrak). Namun setelah diteliti
lagi bahwa yang terjadi di lapangan adalah Pelaku dari Nikah Mut’ah tersebut bukan
berasal dari Masyarakat Desa Tugu Utara. Desa Tugu Utara hanya dijadikan tempat
Terjadinya nikah mut’ah di Desa Tugu Utara sudah berlangsung selama sekitar
hampir 10 Tahun. Dalam kurun waktu yang tidak sebentar tersebut kejadian ini sudah
dianggap sebagai hal lumrah dan biasa saja, bahkan nikah mut’ah sudah dimasuk
3
Sumber data: Profil Dan Potensi Desa Tugu Utara Kec. Cisarua Kab. Bogor
4
Wawancara dengan Kepala Desa pada tanggal 27 April 2017 di Kantor Desa
5
Wawancara dengan Kepala Desa pada tanggal 27 April 2017 di Kantor Desa
48
Minimnya pengetahuan tentang hukum nikah mut’ah menjadi masalah besar bagi
masyarakat Desa Tugu Utara, walaupun ada sebagian orang yang tahu bagaimana
hukum nikah mut’ah, masih tetap saja menjalankan profesi tersebut karena faktor
Banyak nya oknum-oknum yang menjadi wadah untuk melakukan nikah mut’ah
setempat, mereka melakukan ini dengan membawa nama agama, hal ini yang
membuat pelaku nikah mut’ah merasa bahwa dirinya tidak melakukan hal yang
dilarang oleh agama. Kemudian ada lagi oknum-oknum yang memang hanya
berkedok jasa nikah mut’ah, padahal calon perempuan yang di nikahi tersebut adalah
para PSK yang diatur untuk menjadi pendamping calon dari pasangan nikah mut’ah
tersebut. Para perempuan ini tidak hanya berasal dari desa Tugu Utara, akan tetapi
banyak juga yang berasal dari luar daerah seperti Cianjur, Sukabumi, dan Cirebon. 6
Dalam nikah mut’ah ada juga orang yang mengesahkan perkawinan tersebut, jika
dalam perkawinan yang sah dan legal disebut penghulu, maka dalam nikah mut’ah
orang itu disebut makelar. Tugas orang ini menikahkan calon pria dan wanita yang
akan melakukan nikah mut’ah, yang lebih menarik nya lagi adalah orang orang ini
adalah amil desa. Dan dari sini lah kita bisa melihat bahwa aparatur desa juga
6
Wawancara dengan Kepala Desa pada tanggal 27 April 2017 di Kantor Desa
7
Wawancara dengan Calo Kawin Kontrak pada tanggal 24 April 2017 di halaman Sekolah
49
Selain ada dari pihak pemerintah yang ikut campur dalam permasalahan ini, ada
pula orang yang menikahkan dari tokoh agama setempat yang bernama Zakir
Assegaf, beliau sering menikahkan orang-orang yang berasal dari Pakistan, Iran,
Brunei Darussalam dll. Dia meyakini bahwa sebagai orang yang sudah sering
menikahkan orang lain sudah mengikuti berdasarkan syariat akidah Islam yaitu
Kebanyakan para pelaku wanita yang ingin dinikahkan mut’ah karena dijanjikan
akan diberi uang yang lumayan banyak. Dari hasil wawancara penulis bahwa uang
mahar yang dibayarkan ke wanita berkisar Rp. 5.000.000 (Lima juta rupiah) hingga
mencapai Rp. 20.000.000 (Dua puluh juta rupiah) tergantung dari berapa lama waktu
Kebanyakan orang yang melakukan nikah mut’ah di Desa Tugu Utara yaitu para
turis dari timur tengah seperti Iran, Pakistan, Iraq dll, biasanya lebih sering ke daerah
puncak kisaran bulan Juni hingga September bersamaan dengan musim Haji. Akan
tetapi tidak semua turis dari Timur Tengah melakuan nikah mut’ah, hanya orang-
orang tertentu saja yang melakukan kegiatan tersebut, bahkan ada beberapa turis yang
Dan adapun Praktek Nikah Mut’ah di Desa tersebut ini dilakukan oleh
8
Wawancara dengan Masyarakat setempat pada tanggal 24 April 2017 di warung makan
9
Wawancara dengan Kepala Desa pada tanggal 27 April 2017 di Kantor Desa
50
kan. Dalam pelaksanaanya perempuan ini akan didandan dengan berpakaian Hijab
rapih serta dihadirkan juga orang yang berpura-para menjadi orang tua/wali dari
perempuan tersebut sebagai syarat melaksanakan Nikah Mut’ah. Apabila ada orang
Arab Saudi yang ingin melakukan pernikahan tersebut akan diatur sedemikian rupa
bahwa wanita tersebut telah diizinkan oleh orang tua nya untuk melakukan
pernikahan tersebut. Dan terjadilah transaksi sekaligus perjanjian dengan calo dan
wanita yang akan dimut’ah kan dengan membayar uang serta berapa lama wanita itu
10
Wawancara dengan Kepala Desa pada tanggal 27 April 2017 di Kantor Desa
BAB IV
Desa Tugu Utara merupakan salah satu tempat destinasi menarik yang banyak
dikunjungi oleh orang-orang dari Mancanegara khusunya Timur Tengah. Banyak dari
mereka yang datang ke tempat ini dan menetap hingga seminggu bahkan sebulan.
Jangka waktu yang lama tersebut, para wisatawan dari Timur Tengah khususnya para
lelaki menggunakan jasa PSK dengan berkedok Nikah Mut’ah untuk memuaskan
hasrat mereka.1
pernikahan jenis ini telah ditentukan batas waktu berlangsungnya, nikah semacam ini
hanya untuk bersenang-senang antara pria dan wanita untuk memuaskan nafsu
biologis.2
2. Faktor Lingkungan
Warung Kaleng atau biasa orang-orang mengenalnya dengan sebutan Kampung Arab.
1
Wawancara dengan Kepala Desa pada tanggal 27 April 2017 di Kantor Desa
2
Luthfi Surkalam, Kawin Kontrak Dalam Hukum Nasional Kita, (Tangsel : C.V. Pamulang,
2005), h.16
51
52
Di daerah tersebut banyak orang-orang dari Timur Tengah yang membeli rumah atau
resort untuk dijadikan tempat menginap selama berada di daerah tersebut. Adapula
yang membeli ruko untuk berjualan berbagai macam makanan khas Timur Tengah.
Dari sinilah para wisatawan Timur Tengah mulai berbaur dan menyatu dengan
Beberapa wisatawan ada yang datang membawa budaya dari negaranya. Para
turis Timur Tengah yang sedang berwisata ke suatu tempat wisata di luar negerinya
dalam jangka waktu lama biasanya akan melakukan pernikahan singkat untuk
memenuhi nafsu biologisnya, itu merupakan suatu hal yang biasa mereka lakukan di
Mut’ah.
3. Kebutuhan Ekonomi
masyrakat terkhusus masyarakat desa Tugu Utara. Selain itu banyak dari Masyarakat
yang menjadi Calo dengan cara mencarikan wanita yang bisa dinikahmut’ahkan
menjadikan PSK sebagai sumber penghasilan. Alasan mereka melakukan hal tersebut
karena susah mendapatkan kerja yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
maka mereka tertarik untuk menjadi Calo nikah mut’ah dengan bayaran yang besar
dari para turis Timur Tengah yang merasa terbantu oleh para calo untuk
3
Wawancara dengan Kepala Desa pada tanggal 27 April 2017 di Kantor Desa
53
melaksanakan nikah mut’ah. Para turis yang melakukan nikah mut’ah membayar
mahar dalam jumlah yang besar untuk para calo dan wanita-wanita yang bersedia
dilaksanakan, syarat-syarat tersebut tidak jauh berbeda dari perkawinan yang sah
1. Aqad
Aqad Nikah Mut'ah dilaksanakan dengan adanya wakil dari kedua mempelai
atau wali dari masing-masing mempelai. Pelaksanaan akad nikah melalui perwakilan
atau perwalian tersebut tidak berbeda tata caranya dengan dilaksanakan secara
Ijab kabul yang ada dalam nikah mut’ah tidak berlangsung antara wali nikah
dengan mempelai pria, tetapi antara wanita yang bersangkutan dengan si pria.
4
Muhammad Al-Kadzimi Al-Quzwayni, Al-Mut'ah Baina Al-Iba>hah wa Al-Hurmah, Edisi
Indonesia diterjemahkan oleh M. Djamaluddin Miri ke dalam bahasa indonesia dengan judul Nikah
Mut'ah Antara Halal dan Haram, (Jakarta: Yayasan As-Sajjad, Desember 1995), hal. 9-16.
54
Setelah pihak wanita mengucapkan ijab (menyerahkan diri), maka pihak pria
Sedangkan dalam akad di Desa Tugu Utara wali dari pihak wanita biasanya
memakai jasa sewaan orang lain, jadi dalam praktiknya wali tersebut adalah orang
yang dibayar (sewa) untuk berpura-pura menjadi wali dari pihak perempuan.6
2. Calon Istri
Istilah calon istri dalam nikah mut’ah berbeda pada nikah seperti biasanya,
dikatakan oleh tokoh syi’ah Ibnu Babawaih sebutan yang paling cocok adalah wanita
Tugu Utara adalah para PSK (pekerja seks komersil) yang diambil dari luar kota
bogor.7Bila melihat dari kebolehan menikahi wanita PSK, maka kita bertambah yakin
Diriwatkan dari Zurarah, ia berkata: “Ammar berkata ketika itu saya ada
didekatnya kemudian bertanya tentang lelaki yang menikahi pelacur secara mut’ah.
Beliau menjawab: “tidak mengapa dan jika perkawinannya itu yang terakhir ia
5
H.M.H. Al Hamid, Pandangan-pandangan Tentang kawin Mut’ah Jakarta, Yayasan Al
Hamidy, 1996, h. 12
6
Wawancara dengan Kepala Desa pada tanggal 27 April 2017 di Kantor Desa
7
Wawancara dengan Kepala Desa pada tanggal 27 April 2017 di Kantor Desa
8
Abu Ja’far Ath Thusi, Tahdzibul Ahkam, Teheran, Darul Kutub Islamiah, 1390H. VII/253
55
Dalam nikah mut’ah Syiah wanita yang baru saja menyelesaikan pernikahan
tersebut harus menjalankan masa Iddah jika ingin kembali menjadi calon istri dari
nikah mut’ah.
Sedangkan di Desa Tugu Utara tidak mengenal yang namanya masa Iddah,
saat wanita sudah menyelesaikan tugas nya sebagai istri dari pelaku nikah mut’ah
tersebut, maka keesokan hari nya dia bisa kembali menjadi istri dari pria yang
berbeda dan tidak harus menunggu masa Iddah seperti ajaran Syiah. 9
3. Batasan Waktu
Termasuk rukun dan syarat dalam kawin kontrak jika ingin melakukannya
adalah penentuan batasan waktu berlangsung hubungan antara lelaki dan wanita. Bila
dalam kawin permanen penetapan batasan waktu dapat merusak akad, berbeda halnya
dengan kawin kontrak. Syarat tersebut merupakan suatu keharusan. Dalam ajaran
Syi’ah juga terdapat dalil yang mengharuskan adanya batasan waktu. Karena jika
tidak di ucapkan maka perkawinan tersebut akan terjadi perkawinan permanen yang
jika berpisah maka harus membayar nafkah pada masa iddah nya dan menjadikan
9
Wawancara dengan Calo pada tanggal 24 April 2017 di halaman Sekolah
10
Luthfi Surkalam, Kawin Kontrak Dalam Hukum Nasional Kita, (Tangsel : C.V. Pamulang,
2005), h.18
56
Batasan waktu yang terjadi di Desa Tugu Utara di tentukan dari berapa harga
yang akan diberikan dari pihak calon suami kepada istri, jika semakin besar kisaran
4. Ahli Waris
Istilah Ahli Waris dalam kawin kontrak adalah sebagai ongkos untuk
membayar kesenangan yang telah didapat dari tubuh wanita yang dikontrak. Hal ini
berbeda dengan pemberian mas kawin pada perkawinan permanen, selain sebagai
bentuk kehalallan hubungan antara pihak juga sebagai simbol pengakuan atas
Ahli Waris yang terdapat di Desa Tugu Utara tidaklah sama dengan yang
terjadi pada Syiah, di Desa tersebut para pelaku ini hanya menjalankan kewajiban
saat berlangsung nya praktik Nikah Mut’ah, jika sudah selesai maka putus semua
ikatan yang ada dalam hubungan tersebut, jadi para pelaku ini tidak mempunyai Ahli
bahwa suami akan mempunyai Ahli Waris, maka dia harus menjalankan hal tersebut.
13
seorang perempuan, maka akan menimbulkan beberapa akibat, contohnya seperti hak
11
Wawancara dengan Kepala Desa pada tanggal 27 April 2017 di Kantor Desa
12
Luthfi Surkalam, Kawin Kontrak Dalam Hukum Nasional Kita, (Tangsel : C.V. Pamulang,
2005), h.19
13
Wawancara dengan masyarakat pada tanggal 27 April 2017 di warung makan
57
dan kewajiban suami isteri dan hubungan antara orang tua dan anak terhadap benda
dalam perkawinannya. Akan tetapi berbeda dengan apa yang terjadi dalam
pernikahan Mut’ah, maka tidak akan sama dengan perkawinan pada umumnya yang
sah menurut agama dan Undang-undang karena pernikahan ini mempunyai batas
waktu yang ditentukan. Tujuan dari Nikah Mut’ah juga bukan untuk membentuk
keluarga Sakinah Mawaddah dan Rohmah, tapi untuk menyalurkan hasrat nafsu
1. Dalam hal tidak adanya Mawaddah dan Rahmah, keberadaan mawaddah dan
rahmah dalam suatu pernikahan wajib hukumnya. Karena kedua belah pihak
rumah tangga. Akan tetapi yang terjadi disini sangat bertolak belakang, kawin
kontrak hanya dijadikan suatu pelampiasan nafsu seks bagi seorang lelalaki
2. Dalam hal harta warisan, di dalam nikah permanen jika suami atau isteri
dengan nikah mut’ah dimana suami isteri tidak saling mewarisi meskipun
meskipun telah terjadi perceraian. Jika anak masih kecil maka isterilah
yang paling berhak memelihara dan merawat anak itu hingga dewasa.
Tetapi dalam nikah mut‟ah sang suami tidak selalu berstatus ayah,
ikut bapaknya atau ibunya, begitu pula dengan masalah pendidikan dan
akan tetapi yang terjadi dalam pernikahan mut’ah seorang suami hanya
5. Dalam hal melegalkan seks bebas dan prostitusi atas nama agama, Islam
semua wanita bisa di nikahkan begitu saja, kita harus mencari tahu asal
usul wanita tersebut. Di antara wanita yang tidak boleh di nikahi adalah
wanita yang masih mempunyai suami yang sah. Wanita semacam ini tidak
diperbolehkan dalam islam untuk di nikahi, beda hal nya dengan kawin
wanita tersebut masih bersuami atau tidak. Hal yang tepenting dalam
hubungan ini kedua belah pihak sama sama setuju mau nikah mut’ah dan
6. Dan yang terakhir adalah kawin kontrak juga rentan terhadap AIDS/HIV.
untuk para pelaku nya kena penyakit semacam ini, kemudian juga yang
membuat pelaku bisa terkena penyakit ini karena wanita yang di nikah kan
Melihat beberapa ketentuan nikah mut’ah dari yang telah penulis paparkan di
atas, maka pelaksanaan nikah mut’ah yang terjadi di Desa Tugu Utara Cisarua Bogor,
tidak sama dengan ketentuan nikah mut’ah dalam pemahaman syi’ah. Di karenakan
memiliki beberapa perbedaan seperti masa iddah istri, dan adanya kewajiban untuk
membayar mahar dan menafkahi sedangkan kesamaannya yaitu dari aqad (waktu
60
yang telah ditentukan), tidak adanya saksi dan wali dalam hal ini wanita pun
pernikahan bisa terlaksana dengan hanya adanya dua orang (calon suami dan istri),
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang valid mengenai nikah mut’ah dan dampak yang timbul baik secara yuridis
kedatangan para turis-turis timur tengah yang membawa adat mereka dari
2. pelaksanaan nikah mut’ah yang terjadi di Desa Tugu Utara Cisarua Bogor,
kesamaannya yaitu dari aqad (waktu yang telah ditentukan), tidak adanya
saksi dan wali dalam hal ini wanita pun pernikahan bisa terlaksana dengan
hanya adanya dua orang (calon suami dan istri), dan kebolehan untuk
setempat banyak yang tidak setuju dengan praktek nikah mut’ah yang
61
62
B. Saran-saran
Akhir kata dari penulis skripsi ini, penulis mengharapkan adanya manfaat
bagi kita semua. Sebelum mengakhiri tulisan ini penulis ingin memberikan sedikit
saran pada para pihak yang berkompeten dalam bidang ini, kepada para pembaca
khususnya pada seluruh umat muslim. Semoga dapat menjadi masukan yang
ulang apa yang sudah dilakukan. Karena perkawinan ini juga sudah di
larang oleh Agama Islam. Kemudian juga dampak yang sangat buruk juga
dari pihak yang menawarkan model pernikahan ini, karena selain tidak
agama.
DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Pustaka
Asy-Syidiqy, Hasbi. Fiqh Islam, Cet. ke-5. Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
Bugha (al), Mustafa Dib. Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’i, Cet. I. Penerjemah
Toto Edidarmo. Jakarta: Noura Books, 2012.
Bukhori (al), Imam (al) Abu ‘abdullah Muhammad bin Ismail. Soheh Bukhori,
terj. Achmad Sunarto. Semarang: Asy syifa, 1993.
Dailami (al), Abî Syuja’. Al-Firdaus Bima’tsûr al-Khitab, Juz V, Cet. I. Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1986.
Ilyas, Abustami. Nikah Mut’ah Dalam Islam. Jakarta: Restu Ilahi, 2004.
Jaziri (al), Abdur Rahman. Al-Fiqh ‘Ala Madzahib Al-Arba’ah. Beirut: Darul fikr,
1989.
Jundi (al), Farid Abdul Aziz. Jami' Al-Ahkam Al-Fiqhiyyah li Al-Imam Al-
Qurtubimin Tafsirihi. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah, 2005.
Kulaini (al), Muhammad Ya‟kub. Furu' Al-Kafi, Juz III, Jilid 5, Bab Syurud Al-
Mut'ah. Beirut: Daru At-Ta'aruf lil Matbu'at, 1993.
64
65
Musawi (al), Abdul Husain Syarafuddin. Isu-isu Penting Ikhtilaf Sunnah Syi'ah,
Terj. Mukhlis dari judul “Al-Fushul Al-Muhimmah fi Ta'lif Al-Ummah”.
Bandung: Mizan, 1991.
Machasin, Nikah Mut’ah: Kajian Atas Argumentasi Syi’ah, Musawa, Jurnal Studi
Gender. Pusat Studi Wanita: IAIN Sunan Kalijaga, 2002.
Murata, Sachiko. Lebih Jelas Tentang Mut’ah Perdebatan Sunni dan Syi’ah, Alih
Bahasa Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
Murtadha, Ja’far. Nikah Mut’ah Dalam Islam, Alih Bahasa Abu Muhammad
Jawab. Jakarta: Yayasan As-Sajad, 1992.
Nakari, Ahmad. Dustur Al-Ulama' au Jamiu Al- Ulum fi Ishtilahati Al-Funun, Juz
3. Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2000.
Narbuko, Cholid & Abu Achmadi, Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Pustaka,
1997.
Qardhawi (al), Muhammad Yusuf. Halal dan Haram dalam Islam, terj. Muammal
Hamidi dari judul Al-Halal wa Al-Haram fi Al-Islam. Surabaya: Bina
Ilmu, 1990.
Shobuni (al), Muhammad Ali. Rowai’ul Bayan, Tafsir Ayat Ahkam min Al
Qur’an. Beirut: Darul Fikr, t.th.
Surkalam, Luthfi. Kawin Kontrak Dalam Hukum Nasional Kita. Tangsel: C.V.
Pamulang, 2005.
Thusi (al), Abu Ja’far. Tahdzibul Ahkam. Teheran: Darul Kutub Islamiah, 1390.
Thusi (al), Abu Ja'far bin Hasan. Al-Istibshar fima Ikhtalafa Min Al-Akhbar.
Beirut: Darul Adhwa', 1992.
Zuhaili, Wahbah. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Juz. I, Cet. II. Damaskus: Dar
al-Fikr, 1985.
B. Jurnal
Rais, Isnawati. Praktek Kawin Mut’ah di Indonesia, Ahkam: Vol. XIV, No. 1,
Januari 2014.
67
C. Dari Internet
http://abangdani.wordpress.com/2012/03/19/hukum-nikah-mutah-dalam-islam/ di
akses pada tanggal 22 Februari 2017.
http://nihayatulifadhloh.blogspot.co.id/2014/12/nikah-mutah-dalam-pandangan-
hukum-islam.html di akses pada tanggal 22 februari 2017.
D. Wawancara
Wawancara Pribadi dengan Bapak Kepala Desa Tugu Utara Tahun 2017, Kamis,
17 Maret 2017, Pukul 13. 00 WIB.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
68
Narasumber : Mujahid (bukan nama asli)
1. Teman saya ada yang mau melakukan kawin kontrak nih kang, kira
Seperti itu hehee. Kalo dulu rame orang yang nyari kaya gitu, kalo
sekarang mah udah sepi, apalagi kalo mau masuk bulan puasa,
Owh iyaa tau, itu disebut nya ma’kelar dan kebetulan rumah nya
Orang biasa aja. Itu orang desa juga yang nikahin. Orang amil desa
Dulu mah saya gawe begituan, yang nyari nyari orang buat kawin
5. Kalo boleh tahu pendapatan kaya gitu bisa dapet berapa kang?
Yaa lumayan lah kalo lagi rame. Di bayar per orang nya sekitar 500
rb an, itu pun sudah di bagi bagi sama tukang ojek dll.
70
71
belakang. Kalo belom di kasih uang rame mereka, tapi kalo sudah di
Kalo dulu mah bisa sampe seminggu, bahkan ada yang sebulan. Kalo
9. Untuk biaya berapa mang kalo misalkan saya mau ngelakuin itu?
Tergantung dari wanita nya. Kalo masih muda mah bisa mahal, tapi
kalo sudah agak berumur yaa murah. Kalo seminggu bisa 5 juta, kalo
Mujahid
72
1. Desa Tugu Utara merupakan salah satu kawasan puncak yang ramai
dikunjungi oleh para turis Timur Tengah, biasanya pada bulan apa para
berkunjung pada bulan juni, juli, dan agustus. Bahkan dulu waktu
tahu 2000 an kesana itu setiap bulan ada tuh yang datang kesini.
2. Apa yang mereka tuju para Turis Timur tengah berkunjung ke daerah
kawasan puncak?
ada sebagian kecil dan sangat sedikit yang orang arab Saudi itu
untuk berbisnis. Dan ada juga orang yang benar benar pure
3. Di daerah puncak banyak para wisata yang datang, terutama turis dari
pernikahan tersebut?
Kawin kontrak di desa tugu utara itu muncul nya akibat adanya
media maka terkenal lah di desa tugu utara adanya kawin kontrak
media. Saya menjamin tidak ada satu pun wanita dari desa kita
sampaikan juga bahwa kawin mut’ah ini dari hasil kajian kita
sebagai orang tua dan saksi. Padahal itu bukan orang tua nya.
4. Kalau kawin kontrak itu terjadi di wilayah Bapak, apa yang Bapak
lakukan?
Saya sangat intens dengan masyarakat sini, bahwa masyarakat sini pun juga tau
bahwa nikat tersebut dilarang oleh agama. akan tetapi kita tidak menutup mata
bahwa ada masyarakat kita yang menikah dengan orang arab Saudi tetapi itu
Kalau ada orang dari luar desa tugu utara yang melakukan nikah
tersebut di desa kita sebenarnya ada, hanya saja itu kan privasi,
jadi ada hotel ada resort jadi kita tidak mungkin untuk
Kebanyakan dari ekonomi dari wanita nya. Dari yang pernah kita
nya.
Timur Tengah?
agama bahwa kita pun tidak bisa interpensi dan melarang untuk
Budi, S.pd