Habiburrahman ES - Bumi Cinta PDF
Habiburrahman ES - Bumi Cinta PDF
E-Book by
Ratu-buku.blogspot.com
1. Tiba di Moskwa
Gumpalan tipis lembut bagai kapas nan putih itu
terus turun perlahan lalu menempel di aspal, re-
rumputan, tanah, atap-atap gedung dan menye-
puh kota Moskwa menjadi serba putih. Kota
katedral itu seolah diselimuti jubah ihram orang-
orang suci. Dalam suasana serba putih, Moskwa
seolah memamerkan keindahan sihirnya di mu-
sim dingin.
Jalan-jalan yang putih. Katedral-katedral dan
bangunan berbentuk kastil yang disepuh salju.
Pucuk-pucuk cemara araukaria yang bertahtakan
butir-butir putih. Taman-taman yang menjelma
hamparan permadani serba putih. Air mancur
yang membeku menciptakan keindahan ukiran
kristal. Dan, pesona jelita muka nonik-nonik
muda Rusia dalam balutan rapat palto merah
muda tebal berkelas. Semua berpadu menjadi si-
hir kota Moskwa di musim dingin. Sihir musim
dingin kota Moskwa adalah sihir impian surgawi
dalam negeri-negeri dongeng.
7/994
"Memang kenapa?"
"Nonik-nonik Rusia ini terkenal cantik-cantik.
Nanti kaubuktikan saja. Apa kau masih rapuh
melihat wanita cantik?"
"Entahlah."
"Wah bahaya ini! Jangan salahkan aku kalau
kamu nanti jadi bandit di Moskwa ini, tidak lagi
sekadar bandit kecil. Tapi benar-benar bandit.
Yang akan kauhadapi godaan perempuan
Moskwa, Yas. Godaan perempuan di Jawa tidak-
lah bisa dibandingkan dengan dahsyatnya godaan
perempuan sini.
"Aku di sini kan niatnya bukan untuk hura-
hura, apalagi cari perempuan Dev."
"Bukan begitu. Terserah apa tujuanmu. Mau
belajar, mau penelitian, atau apa saja, godaan
perempuan Rusia akan terus menguntitmu.
Bahkan dalam mimpi-mimpimu. Kalau tidak per-
caya, ya nanti buktikan saja!"
Ayyas menghela nafas. Ia merasa yang
dikatakan temannya itu benar. Teman-temannya
dari Rusia saat kuliah di Madinah beberapa kali
26/994
"Anggota mafia?"
"Ya. Dia anggota Voykovskaya Bratva, (Per-
saudaraan Voykovskaya) salah satu jaringan
mafia yang ditakuti di Moskwa. Tapi jangan
khawatir, Sergei tidak akan berani macam-
macam padamu."
"Kenapa kau berkata begitu. Apa jaminannya?
Sergei bisa datang dengan anggota mafianya
menggeruduk rumah ini."
"Untuk kasus kali ini dia tidak akan berani."
"Apa karena sudah pernah aku lumpuhkan?"
"Bukan karena jera dia pernah kaulumpuhkan.
Samasekali tidak. Jika di tengah jalan kau ber-
temu dia pasti dia akan mengajakmu berkelahi
lagi. Dia tidak akan menggeruduk kemari ber-
sama anggotanya karena dia tidak ingin
hubungannya dengan Linor diketahui oleh Boris
Melnikov, ketua mafia Voykovskaya Bratva.
Sergei bisa ditembak mati. Linor atau Sergei juga
tidak akan berani lapor polisi, jika itu terjadi ma-
lah akan membuat Boris Melnikov tahu segalan-
ya. Ancamanmu paling berbahaya hanya jika
236/994
"Baiklah. Sama-sama."
Setelah mengetahui Ayyas akan ke kampus,
Doktor Anastasia sebenarnya ingin pergi juga ke
sana. Ia merasa akan lebih nyaman menulis papei
di ruangan Profesor Tomskii, sambil bisa diskusi
dengan Ayyas. Tapi lagi-lagi ia merasa, jika ia
pergi ke kampus itu berarti ia telah merendahkan
harga dirinya sendiri. Ayyas pasti akan bertanya-
tanya dalam hati, kenapa Anastasia menyusul ke
kampus padahal sudah pulang ke apartemen.
Karena berpikiran seperti itu, Doktor Anastasia
mengurungkan niatnya pergi ke kampus. Ia ber-
harap Ayyas besok juga ada di kampus.
Sementara Ayyas, setelah ia memastikan dir-
inya bisa menggunakan ruangan Profesor Tom-
skii sampai malam, ia merasa menemukan jalan
yang lurus dan indah. Ia minta diri pada Pak Joko
Santoso, lalu berjalan cepat menuju stasiun
Metro Tretyakovskaya. Dari Tretyakovskaya ia
meluncur mencari jalur metro yang
mengantarkannya sampai di stasiun Metro
Universitet.
290/994
"Iya Yelena."
"S..spa..si...ba...bal..shoir” (Terima kasih)
Kalimat itu akhirnya bisa keluar dari mulut
Yelena. Wajahnya sedikit berbinar cerah.
"Tidak perlu berterima kasih untuk sebuah ke-
wajiban Yelena. Manusia harus tolong menolong.
Sudah menjadi kewajibanku untuk
menolongmu."
Yelena mengedipkan kedua matanya sambil
berusaha tersenyum.
Terdengar langkah perempuan mendekat.
Pintu diketuk, lalu dibuka. Muncul wajah Dokter
Tatiana Baranovna. Wajah perempuan berusia
empat puluh tahunan itu nampak segar.
Langkahnya anggun. Rambutnya yang pirang ia
kucir di belakang. Dengan jas putih panjang dan
celana juga putih, ia nampak begitu rapi dan ber-
sih. Berbalik seratus delapan puluh derajat
dengan Bibi Margareta yang kumal, lusuh dan
kotor.
"Dabroye utra, Dokter." Sapa Ayyas.
376/994
“Iya.”
"Berarti saya orang yang bodoh, yang tidak
bisa memahamkan lawan bicara. Padahal kalimat
yang terakhir saya ucapkan tadi samasekali tidak
untuk memuji kota Rusia. Maafkan kebodohan
saya Doktor."
"Kalau begitu untuk memuji siapa seben-
arnya?" Doktor Anastasia masih mengejar
dengan pertanyaan yang sesungguhnya ia sudah
tahu jawabannya. Ia ingin Ayyas sama w salah
tingkahnya dengan dirinya. Tapi reaksi Ayyas
sungguh di luar dugaannya. Ayyas spontan men-
jawab tanpa beban sedikit pun,
"Tidak usah saya jelaskan, nanti salah lagi.
Kalau saya salah menjelaskan lagi malah akan
semakin nampak jelas betapa bodohnya saya ini.
Apalagi kalau perut saya sedang lapar, rasanya
otak saya kehilangan sekian persen kecerdasan
saya."
"Kau mau makan siang?"
387/994
Ia merengut kelu."
Begitu Ayyas menyelesaikan huruf
terakhirnya. Hadirin semakin bergemuruh. Ruan-
gan itu bergetar. Forum itu sepenuhnya milik
Ayyas. Ia telah menaklukkannya dengan sem-
purna. Standing aplous semakin panjang. Hati
Anastasia Palazzo bergetar hebat. Doktor muda
itu sampai berkaca-kaca. Yang paling merasa
kerdil dan ditelanjangi saat itu adalah Viktor
Murasov. Hatinya sangat marah pada makhluk
yang bernama Ayyas, yang entah datang dari
mana tiba-tiba membuatnya bagai anak kecil
yang merengut kelu.
Seminar berjalan hangat-hangat panas, namun
lancar, dan hidup. Banyak pertanyaan ditujukan
kepada Ayyas, dan Ayyas menjawab satu per
satu pertanyaan yang diajukan padanya dengan
baik. Viktor Murasov tidak lagi berani mengaum
penuh percaya diri. Ia penuh perhitungan
menyampaikan kata-katanya. Mentalnya telah
habis dibabat Ayyas yang datang sebagai pembi-
cara dengan tanpa beban apa pun.
600/994
"Sungguh, Anakku?"
"Sungguh Mama. Nyawa Linor taruhannya."
"Terima kasih, Anakku. Mama bahagia
mendengarnya. Mama sekarang akan cerita. Se-
sungguhnya Mama melihat langsung
pembantaian orang-orang Palestina di kamp pen-
gungsian Sabra dan Shatila pada bulan Septem-
ber 1982 itu. Mama ada di sana. Saat itu Mama
menjadi relawan tim medis dari London. Seperti
yang kamu ketahui Mama kuliah di Fakultas Ke-
dokteran University of London. Setelah resmi
disumpah menjadi dokter Mama bekerja di se-
buah rumah sakit swasta di London. Mama mem-
punyai banyak teman yang baik dan peduli pada
kemanusiaan. Di antaranya adalah dr. Jeane
Croft, dr. Alison Harowth, dan John Trondike.
"Suatu hari mereka bertiga mengajak Mama
untuk menjadi sukarelawan ke Beirut. Tepatnya
ke kamp pengungsian Palestina di Beirut Barat.
Awalnya Mama menolak, tetapi Jeane Crofit
meyakinkan Mama dengan memberikan kepada
Mama data-data tentang kehidupan orang-orang
744/994
Tak lain dan tak bukan adalah dari Allah Swt. Ini
membuktikan bahwa Al-Quran adalah firman Al-
lah yang tidak lekang oleh zaman.
"Kedua, adalah Dr. Maurice Bucaille. Dia ada-
lah seorang dokter ahli bedah terkenal di Peran-
cis. Seperti dimaklumi bersama, salah satu negara
yang memiliki perhatian besar pada peninggalan-
peninggalan purbakala adalah Perancis. Saat
Presiden Francois Mitterand terpilih menjadi
presiden Perancis tahun 1981, pemerintah Peran-
cis di penghujung tahun delapan puluhan
meminta kepada pemerintah Mesir untuk melak-
ukan penelitian terhadap mumi Fir'aun di Peran-
cis. Untuk itu dipindahkanlah untuk sementara
tubuh Mumi itu ke Perancis.
"Mumi itu disambut dengan upacara keneg-
araan yang meriah setibanya di Perancis. Dia dis-
ambut bahkan oleh presiden seolah-olah masih
hidup. Mumi itu lalu diletakkan di dalam ruangan
khusus di Musium Pusat Perancis untuk diteliti
oleh para pakar arkeologi dan dokter ahli bedah
agar mistri seputar mumi Fir'aun itu terungkap.
799/994
Ratu-buku.blogspot.com