Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang, kami
panjatkan puja dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “AUTISME PADA
ANAK ”. Makalah ini dengan baik, makalah tentang AUTISME PADA ANAK dibuat untuk
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan pada anak-anak dan ilmu pengetahuan. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnah.
Oleh karena itu kami selaku penulis menerima segala kritikan dan saran dari
pembaca, guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat member
manfaat bagi pembaca
Kata pengantar……………………………………………………………………………..
Daftar isi……………………………………………………………………………………
Bab 1 pendahuluan
Latar belakang……………………………………………………………………..
Tujuan…………………………………………………………………………….
Rumusan masalah…………………………………………………………………
Pengertian autisme………………………………………………………………..
Etiologi…………………………………………………………………………..
Patofisiologi………………………………………………………………………
Pathway…………………………………………………………………………..
Klasifikasi………………………………………………………………………..
Manifestasi klinis……………………………………………………………….
Komplikasi………………………………………………………………………
Pengobatan……………………………………………………………………..
Pencegahan…………………………………………………………………….
Pengkajian………………………………………………………………….
Data focus……………………………………………………………………………
Intervensi keperawatan…………………………………………………………….
Bab IV Penutup
Kesimpulan……………………………………………………………………….
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahun di seluruh dunia, kasus autisme mengalami peningkatan. Dalam
penelitian yang dirangkum Synopsis of Psychiatry awal 1990-an, kasus autisme masih
berkisar pada perbandingan 1 : 2.000. Angka ini meningkat di tahun 2000 dalam
catatan Sutism Research Institute di Amerika Serikat sebanyak 1 dari 150 anak punya
kecenderungan menderita autis. Di Inggris, datanya lebih mengkhawatirkan. Di sana
berdasarkan data International Congress on Autism tahun 2006 tercatat 1 dari 130
anak punya kecenderungan autis.
Di Indonesia sering kali cukup sulit mendapatkan data penderita auitis, ini
karena orangtua anak yang dicurigai mengidap autisme seringkali tidak menyadari
gejala-gejala autisme pada anak. Akibatnya, mereka merujuknya ke pintu lain di RS.
Misalnya ke bagian THT karena menduga anaknya mengalami gangguan
pendengaran dan ke Poli Tumbuh Kembang Anak karena mengira anaknya
mengalami masalah dengan perkembangan fisik.
“Tapi kita memang merasakan makin banyak kasus autisme ini di Indonesia
dari tahun ke tahun,” papar dia.
SASANTI dalam bagian lain tidak bisa menjelaskan apa penyebab makin
banyaknya kasus autisme di Indonesia. Yang bisa dilacak adalah faktor yang terkait
dengan autisme, misalnya genetis dan biologis. Secara biologis, ada kemungkinan
autisme berkaitan dengan gangguan pencernaan, alergi, gangguan kandungan,
maupun polusi.(edy).( suarasurabaya.net. 13 desember 2008)
B. Tujuan
Mahasiswa mampu menerapkan konsep keperawatan pada anak dengan autisme
C. Rumusan Masalah
Bagaiman asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit autis ?
Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya
(berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan
menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif ,
marah berlebihan dan akurangnya istirahat. Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan
tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
perkembangan otak yang salah maka jaringan otak tidak mampu mengatur
pengamatan dan gerakan, belajar dan merasakan serta fungsi-fungsi vital dalam
tubuh.
yang berbeda pada otak anak-anak dan orang dewasa penyandang autisme yang
substansia grisea yang walaupun volumenya sama seperti anak normal tetapi
Kimia otak yang paling jelas dijumpai abnormal kadarnya pada anak dengan
gangguan.
AUTISME
D. Klasifikasi
Menurut Yatim (2002) dalam YAI, anak autis dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu:
1. Autisme persepsi: dianggap autisme yang asli kerana kelainan sudah timbul
sebelum lahir. Ketidak mampuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan
reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga kemampuan anak bekerjasama
dengan orang lain, sehinggaanak bersikap masa bodaoh.
2. Autisme reaksi: terjadi karena beberapa permasalahan yang di menimbulkan
kecemasan seperti orang tua meninggal, sakit berat, pindah rumah/sekolah dan
sebagainya. Autisme ini akan memuncukan gerakan-gerakan tertentu berulang –
ulang, kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih
besar enam sampai tujuh tahun sebelum anak memasuki tahapan berfikir logis.
3. Autisme yang timbul kemudian: terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan
kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal ini akan mempersulit
dalam hal pemberian pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk mengubah
perilakunya yang sudah melekat.
F. Komplikasi
Penderita autisme mungkin mengalami masalah pada pencernaan, pola makan atau
pola tidur yang tidak biasa, perilaku agresif, dan sejumlah komplikasi lain, seperti:
1. Gangguan mental. Autisme dapat menyebabkan penderita mengalami depresi,
cemas, gangguan suasana hati, dan perilaku impulsif.
2. Gangguan sensorik. Penderita autisme dapat merasa sensitif dan marah pada
lampu yang terang atau suara yang berisik. Pada beberapa kasus, penderita tidak
merespon sensasi sensorik seperti panas, dingin atau nyeri.
3. Kejang. Kejang bisa terjadi pada penderita autisme, dan dapat muncul pada usia
kanak-kanak atau remaja.
4. Tuberous sclerosis. Tuberous sclerosis adalah penyakit langka yang memicu
tumbuhnya tumor jinak di banyak organ tubuh, termasuk otak.
2. Pola makan. Meski belum terbukti secara medis, namun Anda sebaiknya
mengurangi makanan yang mengandung zat aditif seperti bahan pengawet dalam
pola makan anak. Selain itu, ada beberapa studi yang menyatakan bahwa beberapa
pola makan tertentu bisa membantu meringankan gejala autis, tapi keefektifannya
masih belum terbukti sepenuhnya.
3. Terapi berbasis sensor. Didasar kan pada teori bahwa anak dengan autisme
mengalami gangguan memproses rangsangan seperti suara dan sentuhan, terapi ini
bertujuan untuk membantu penderita autis dalam mengatur informasi yang
diterima dari sensor-sensor tubuhnya.
4. Terapi kreatif. Terapi seperti musik dan seni dapat mengurangi sensitivitas anak
terhadap rangsangan bunyi dan sentuhan.
H. Pencegahan
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang
tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for austik
children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak autis.
Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku,
terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT), terapi
keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua, keluarga
dan dokter.
PEMBAHASAN
Edukasi :
8. Anjurkan
memonitor
sendiri situasi
9. Anjurkan bicara
pada orang yang
dipercaya untuk
memberi
dukungan dan
umpan balik
korektif
terhadap
halusinasi
10. Anjurkan
melakukan
distraksi
11. Ajarkan pasien
dan keluarga
cara mengontrol
halusinasi
Kolaborasi :
12. Kolaborasi
pemberian obat
Edukasi :
8. Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain secara
bertahap
9. Latih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi
10. Latih
mengekspresika
n marah dengan
tepat
Teraupetik :
5. Gunakan
metode
komunikasi
alternative (mis.
Menulis, mata
berkedip, papan
berkomunikasi
Edukasi :
10. Anjurkan
berbicara
perlahan
11. Ajarkan pasien
dan keluarga
proses kognitif,
anatomis, dan
fisiologis yang
Kolaborasi :
PENUTUP
E. Kesimpulan
Di Indonesia sering kali cukup sulit mendapatkan data penderita auitis, ini
karena orangtua anak yang dicurigai mengidap autisme seringkali tidak menyadari
gejala-gejala autisme pada anak. Akibatnya, mereka merujuknya ke pintu lain di
RS. Misalnya ke bagian THT karena menduga anaknya mengalami gangguan
pendengaran dan ke Poli Tumbuh Kembang Anak karena mengira anaknya
mengalami masalah dengan perkembangan fisik.
“Tapi kita memang merasakan makin banyak kasus autisme ini di Indonesia
dari tahun ke tahun,” papar dia.
SASANTI dalam bagian lain tidak bisa menjelaskan apa penyebab makin
banyaknya kasus autisme di Indonesia. Yang bisa dilacak adalah faktor yang
terkait dengan autisme, misalnya genetis dan biologis. Secara biologis, ada
kemungkinan autisme berkaitan dengan gangguan pencernaan, alergi, gangguan
kandungan, maupun polusi.(edy).( suarasurabaya.net. 13 desember 2008).
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya.
Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety
for austik children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada
anak autis. Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi,
terapi perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration
training (AIT), terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang
baik antara orang tua, keluarga dan dokter.
Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15,
Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta, 1995, Kesehatan Anak
Pedoman Bagi orang Tua, Arcan, Jakarta