Anda di halaman 1dari 23

Kata pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang, kami
panjatkan puja dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “AUTISME PADA
ANAK ”. Makalah ini dengan baik, makalah tentang AUTISME PADA ANAK dibuat untuk
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan pada anak-anak dan ilmu pengetahuan. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnah.

Oleh karena itu kami selaku penulis menerima segala kritikan dan saran dari
pembaca, guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat member
manfaat bagi pembaca

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 1


DAFTAR ISI

Kata pengantar……………………………………………………………………………..

Daftar isi……………………………………………………………………………………

Bab 1 pendahuluan

Latar belakang……………………………………………………………………..

Tujuan…………………………………………………………………………….

Rumusan masalah…………………………………………………………………

Bab ll Tinjauan teori

Pengertian autisme………………………………………………………………..

Etiologi…………………………………………………………………………..

Patofisiologi………………………………………………………………………

Pathway…………………………………………………………………………..

Klasifikasi………………………………………………………………………..

Cara mengetahui autisme pada anak…………………………………………….

Manifestasi klinis……………………………………………………………….

Komplikasi………………………………………………………………………

Pengobatan……………………………………………………………………..

Pencegahan…………………………………………………………………….

Bab lll Pembahasan

Pengkajian………………………………………………………………….

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 2


Diagnose keperawatan…………………………………………………………….

Data focus……………………………………………………………………………

Intervensi keperawatan…………………………………………………………….

Bab IV Penutup

Kesimpulan……………………………………………………………………….

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 3


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tahun di seluruh dunia, kasus autisme mengalami peningkatan. Dalam
penelitian yang dirangkum Synopsis of Psychiatry awal 1990-an, kasus autisme masih
berkisar pada perbandingan 1 : 2.000. Angka ini meningkat di tahun 2000 dalam
catatan Sutism Research Institute di Amerika Serikat sebanyak 1 dari 150 anak punya
kecenderungan menderita autis. Di Inggris, datanya lebih mengkhawatirkan. Di sana
berdasarkan data International Congress on Autism tahun 2006 tercatat 1 dari 130
anak punya kecenderungan autis.
Di Indonesia sering kali cukup sulit mendapatkan data penderita auitis, ini
karena orangtua anak yang dicurigai mengidap autisme seringkali tidak menyadari
gejala-gejala autisme pada anak. Akibatnya, mereka merujuknya ke pintu lain di RS.
Misalnya ke bagian THT karena menduga anaknya mengalami gangguan
pendengaran dan ke Poli Tumbuh Kembang Anak karena mengira anaknya
mengalami masalah dengan perkembangan fisik.
“Tapi kita memang merasakan makin banyak kasus autisme ini di Indonesia
dari tahun ke tahun,” papar dia.
SASANTI dalam bagian lain tidak bisa menjelaskan apa penyebab makin
banyaknya kasus autisme di Indonesia. Yang bisa dilacak adalah faktor yang terkait
dengan autisme, misalnya genetis dan biologis. Secara biologis, ada kemungkinan
autisme berkaitan dengan gangguan pencernaan, alergi, gangguan kandungan,
maupun polusi.(edy).( suarasurabaya.net. 13 desember 2008)

B. Tujuan
Mahasiswa mampu menerapkan konsep keperawatan pada anak dengan autisme
C. Rumusan Masalah
Bagaiman asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit autis ?

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 4


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Autisme
 Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala.
(Sacharin, R, M, 1996 : 305)
 Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non
verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi
sebelum usia 30 bulan. (Behrman, 1999: 120)
 Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan
untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan
dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan
konvulsif. (Sacharin, R, M, 1996: 305)
 Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV,
sadock dan sadock 2000)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan


perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal,
aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam
pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif serta
penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 5


B. Etiologi
 Penyebab Autisme diantaranya :
1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot)
terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan
bicara).
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan
tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf,
perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan
sensori serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak

Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh


Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak
berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan
jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat
pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan remaja,
anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada
suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat
mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia
dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara
cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan
kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan
secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas
panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais lingkungannya.

Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya
(berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan
menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif ,
marah berlebihan dan akurangnya istirahat. Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan
tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 6


C. Patofisiologi

saat ini telah diketahui bahwa autisme merupakan suatu gangguan

perkembangan, yaitu suatu gangguan terhadap cara otak berkembang. Akibat

perkembangan otak yang salah maka jaringan otak tidak mampu mengatur

pengamatan dan gerakan, belajar dan merasakan serta fungsi-fungsi vital dalam

tubuh.

Penelitian post-mortem menunjukkan adanya abnormalitas di daerah-daerah

yang berbeda pada otak anak-anak dan orang dewasa penyandang autisme yang

berbeda-beda pula. Pada beberapa bagian dijumpai adanya abnormalitas berupa

substansia grisea yang walaupun volumenya sama seperti anak normal tetapi

mengandung lebih sedikit neuron.

Kimia otak yang paling jelas dijumpai abnormal kadarnya pada anak dengan

autis adalah serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu sebagai neurotransmiter

yang bekerja sebagai pengantar sinyal di sel-sel saraf. Anak-anak penyandang

autisme dijumpai 30-50% mempunyai kadar serotonin tinggi dalam darah.

Perkembangan norepinefrine (NE), dopamin (DA), dan 5-HT juga mengalami

gangguan.

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 7


Pathway

Nutrisi yang kelainan ketidakseimbangan faktor gangguan

Buruk saat hamil neurobiologis biokimia genetik kekebalan

AUTISME

Gangguan komunikasi Gangguan Interaksi Gangguan Persepsi


Sosial Sensori
verbal

D. Klasifikasi
Menurut Yatim (2002) dalam YAI, anak autis dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu:

1. Autisme persepsi: dianggap autisme yang asli kerana kelainan sudah timbul
sebelum lahir. Ketidak mampuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan
reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga kemampuan anak bekerjasama
dengan orang lain, sehinggaanak bersikap masa bodaoh.
2. Autisme reaksi: terjadi karena beberapa permasalahan yang di menimbulkan
kecemasan seperti orang tua meninggal, sakit berat, pindah rumah/sekolah dan
sebagainya. Autisme ini akan memuncukan gerakan-gerakan tertentu berulang –
ulang, kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih
besar enam sampai tujuh tahun sebelum anak memasuki tahapan berfikir logis.
3. Autisme yang timbul kemudian: terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan
kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal ini akan mempersulit
dalam hal pemberian pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk mengubah
perilakunya yang sudah melekat.

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 8


 Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama
pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
 Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
 Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
 Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak
menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan
struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
 Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori
serta kejang epilepsi.
 Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
 Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya:
1. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi
tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat
dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya
menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik
pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi, menolak makanan keras atau
tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya
sendiri.
2. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-
benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai
benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya
tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.
3. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa
sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak
akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang
apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak
tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi
dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum
dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan
merangsang diri sendiri.

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 9


E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
1. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal
yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan
lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi
mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan
kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak
adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang
memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat
memperagakan kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik mungkin
terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar
yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang
sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada
objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa
dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi
terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
6. Kontak mata minimal atau tidak ada.
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan
menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas
terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan
kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan
menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 10


9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat)
saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung
pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya
mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan
pada umur 2 tahun.
10. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan
berjingkat-jingkat

 Ciri yang khas pada anak yang austik :


1. Defisit keteraturan verbal.
2. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
3. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan
orang lain).
 Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
1. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
2. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
3. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan
tidak imajinatif.
4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

F. Komplikasi
Penderita autisme mungkin mengalami masalah pada pencernaan, pola makan atau
pola tidur yang tidak biasa, perilaku agresif, dan sejumlah komplikasi lain, seperti:
1. Gangguan mental. Autisme dapat menyebabkan penderita mengalami depresi,
cemas, gangguan suasana hati, dan perilaku impulsif.
2. Gangguan sensorik. Penderita autisme dapat merasa sensitif dan marah pada
lampu yang terang atau suara yang berisik. Pada beberapa kasus, penderita tidak
merespon sensasi sensorik seperti panas, dingin atau nyeri.
3. Kejang. Kejang bisa terjadi pada penderita autisme, dan dapat muncul pada usia
kanak-kanak atau remaja.
4. Tuberous sclerosis. Tuberous sclerosis adalah penyakit langka yang memicu
tumbuhnya tumor jinak di banyak organ tubuh, termasuk otak.

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 11


G. Pengobatan

Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan gejala autisme. Dokter


biasanya akan memberikan obat-obatan untuk menangani gejala yang berhubungan
dengan autisme seperti depresi, susah tidur, perilaku agresif, ataupun epilepsi.

Penanganan Alternatif untuk Autisme, Terdapat beberapa metode alternatif


lain yang dapat Anda coba untuk menangani autisme. Cara-cara ini belum terbukti
secara ilmiah dapat menangani autisme dengan efektif. Sehingga penerapannya
sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter:

1. Akupuntur, Meski belum terbukti efektif, akupuntur kadang digunakan sebagai


perawatan penunjang dalam mengurangi gejala autisme.

2. Pola makan. Meski belum terbukti secara medis, namun Anda sebaiknya
mengurangi makanan yang mengandung zat aditif seperti bahan pengawet dalam
pola makan anak. Selain itu, ada beberapa studi yang menyatakan bahwa beberapa
pola makan tertentu bisa membantu meringankan gejala autis, tapi keefektifannya
masih belum terbukti sepenuhnya.

3. Terapi berbasis sensor. Didasar kan pada teori bahwa anak dengan autisme
mengalami gangguan memproses rangsangan seperti suara dan sentuhan, terapi ini
bertujuan untuk membantu penderita autis dalam mengatur informasi yang
diterima dari sensor-sensor tubuhnya.

4. Terapi kreatif. Terapi seperti musik dan seni dapat mengurangi sensitivitas anak
terhadap rangsangan bunyi dan sentuhan.

H. Pencegahan

Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang
tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for austik
children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak autis.
Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku,
terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT), terapi
keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua, keluarga
dan dokter.

Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi


keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang terjadi
dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan agresif dapat diubah
dengan menagement perilaku. Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 12


(operant konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan negatif).
Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan ketrampilan sosial dan
ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang
mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial. Antagonis
opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi
kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan
latihan antar perorangan terstruktur dapt digunakan. Masalah perilaku yang biasa seperti
bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau
tioridasin. Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti
kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika
menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet. Dapat
disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat waktu serta
program terapi yang menyeluruh dan terpadu.

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 13


BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Autisme pada anak


autisme adalah gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada
komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal
balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),
hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan
konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.

B. penyebab Autisme pada anak


1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot)
terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan
bicara).
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan
tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf,
perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan
sensori serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak

C. Ciri yang khas pada anak yang austik :


1. Defisit keteraturan verbal.
2. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
3. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan
orang lain).

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 14


D. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Gangguan Persepsi sensori Setelah dilakukan tindakan Manjemen Halusinasi
1x24 jam,maka gangguan
Definisi : perubahan sensori Observasi :
persepsi sensori
terhadap stimulus baik
membaik,ditandai dengan
1. Monitor
interna maupun eksternal
karakteristik :
perilaku yang
yang disertai dengan respon
menidentifikasi
yang berkurang,berlebihan 1. Verbalisasi
halusinasi
atau tradistorsi mendengar bisikan
2. Monitor dan
2. Verbalisasi melihat
sesuaikan
bayangan
tingkat aktivitas
3. Verbalisasi
dan stimulasi
merasakan sesuatu
lingkungan
melalui indra
3. Monitor isis
pengecapan
halusinasi
4. Verbalisasi
merasakan sesuatu
Teraupetik :
melalui indra
perabaan 4. Pertahankan
lingkungan yang
aman
5. Lakukan
tindakan
keselamatan
ketika tidak
dapat
mengontrol
perilaku
6. Diskusikan

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 15


perasaan dan
respon terhadap
halusinasi
7. Hindari
perdebatan
tentang
validatas
halusinasi

Edukasi :

8. Anjurkan
memonitor
sendiri situasi
9. Anjurkan bicara
pada orang yang
dipercaya untuk
memberi
dukungan dan
umpan balik
korektif
terhadap
halusinasi
10. Anjurkan
melakukan
distraksi
11. Ajarkan pasien
dan keluarga
cara mengontrol
halusinasi

Kolaborasi :

12. Kolaborasi
pemberian obat

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 16


anti psikotik.

2. Ganggaun Interasksi sosial. Setelah dilakukan tindakan Promosi sosialisasi


1x24jam, maka gangguan
Definisi : Observasi :
interaksi soasil meningkat.
Ditandai dengan.
Kuantitas dan/atau kualitas 1. Identifikasi
hubungan sosial yang kurang kemampuan
kriteria hasil :
atau berlebihan interaksi dengan
1. Perasaan nyaman orang lain.
dengan situasi 2. Identifikasi
sosial hambatan
2. Perasaan mudah melakukan
menerima atau interaksi dengan
mengkonsumsikan orang lain
perasaan
Teraupetik :
3. Respontif pada
orang lain
3. Motivasi
4. Perasaan tertarik
meningkatkan
pada orang lain
keterlibatan
5. Minat melakukan
dalam suatu
kontak emosi
hubungan
4. Motivasi
kesabaran dalam
mengembangka
n suatu
hubungan
5. Motivasi
berpastisipasi
dalam aktivitas
baru dan
kegiatan
kelompok
6. Motivasi

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 17


berinteraksi
diluar
lingkungan
7. Berikan umpan
balik positif
pada setiap
peningkatan
kemampuan

Edukasi :

8. Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain secara
bertahap
9. Latih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi
10. Latih
mengekspresika
n marah dengan
tepat

3. Gangguan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Devisit Berbicara


verbal keperawatan 1x24jam,
Observasi :
maka gangguan
Definisi :
komunikasi verbal
1. Monitor
meningkat. Kriteria hasil :
Penurunan,perlambatan atau kecepatan,
ketiadaan kemampuan untuk tekanan,
1. Kemampuan
menerima, memproses kuatitas, volume
berbicara

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 18


,mengirim, dan/atau meningkat dan diksi
menggunakan sistem simbol 2. Kemampuan berbicara
mendengar 2. Monitor proses
meningkat kognitif,
3. Kesesuaian ekspresi anatomis, dan
wajah/tubuh fisiologis yang
meningkat. berkaitan
dengan bicara
(mis. Memori
pendengaran,
dan bahasa)
3. Monitor
frustasi,marah,d
epresi atau hal-
hal yang
menggangu
bicara
4. Identifikasi
perilaku
emosional dan
fisik sebagai
bentuk
komunikasi

Teraupetik :

5. Gunakan
metode
komunikasi
alternative (mis.
Menulis, mata
berkedip, papan
berkomunikasi

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 19


dengan gambar
dan huruf
6. Sesuaikan gaya
komunikasi
dengan
kebutuhan (mis.
Berdiri didepan
pasien,
dengarkan
dengan saksama
)
7. Modifikasi
lingkungan
untuk
meminimalkan
bantuan
8. Ulangi apa yang
disampaikan
pasien
9. Gunakan juru
biacara jika
perlu

Edukasi :

10. Anjurkan
berbicara
perlahan
11. Ajarkan pasien
dan keluarga
proses kognitif,
anatomis, dan
fisiologis yang

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 20


berhubungan
dengan
kemampuan
berbicara.

Kolaborasi :

12. Rujuk ke ahli


patologi bicara
atau terapis.

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 21


BAB IV

PENUTUP

E. Kesimpulan
Di Indonesia sering kali cukup sulit mendapatkan data penderita auitis, ini
karena orangtua anak yang dicurigai mengidap autisme seringkali tidak menyadari
gejala-gejala autisme pada anak. Akibatnya, mereka merujuknya ke pintu lain di
RS. Misalnya ke bagian THT karena menduga anaknya mengalami gangguan
pendengaran dan ke Poli Tumbuh Kembang Anak karena mengira anaknya
mengalami masalah dengan perkembangan fisik.
“Tapi kita memang merasakan makin banyak kasus autisme ini di Indonesia
dari tahun ke tahun,” papar dia.
SASANTI dalam bagian lain tidak bisa menjelaskan apa penyebab makin
banyaknya kasus autisme di Indonesia. Yang bisa dilacak adalah faktor yang
terkait dengan autisme, misalnya genetis dan biologis. Secara biologis, ada
kemungkinan autisme berkaitan dengan gangguan pencernaan, alergi, gangguan
kandungan, maupun polusi.(edy).( suarasurabaya.net. 13 desember 2008).
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya.
Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety
for austik children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada
anak autis. Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi,
terapi perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration
training (AIT), terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang
baik antara orang tua, keluarga dan dokter.

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 22


Daftar pustaka

1.Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta


2. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa
Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta

Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta

Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15,

Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta, 1995, Kesehatan Anak
Pedoman Bagi orang Tua, Arcan, Jakarta

KEPERAWATAN ANAK 2 Page 23

Anda mungkin juga menyukai