Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA Tn. W DENGAN DIABETES MELITUS DI RW 01 RT 04
KELURAHAN PANGGONGREJO

Di Susun Oleh :
Wildan Yoga Syahputra (40219022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
KEDIRI
2020
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

A Konsep Keperawatan Keluarga


1. Definisi keluarga
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman 2012).
2. Tipe keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dananak yang diperoleh dari
keturunannya, adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (kakek-nenek, paman bibi).
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Keluarga baru yang bentuk terbentuk dari pasangan yng bercerai atau
kehilangan pasangannya.
d. Orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya.
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah (the single adult living alone)
f. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital
heterosexsual cobabiting family)
g. Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay
and lesbian family).
h. Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena
masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu
kominiti dengan adat istiadat yang sangat kuat.
3. Peranan dan struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah
akan sangat mendukung bagi penderita TBC. Saling mengingatkan dan
memotivasi penderita untuk terus melakukan pengobatan dapat
mempercepat proses penyembuhan.
b. Struktur peran keluarga
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya
dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari
terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.
c. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan
orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung
kesehatan. Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan secara
musyawarah akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan. Akan timbul
perasaan dihargai dalam keluarga.
d. Nilai atau norma keluarga
Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan
merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.
(Suprajitno, 2004: 7)

4. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota
keluarga yang sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan.
Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit.
b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain. Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan
lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita
tetap memperhatikan kondisinya .Sosialisasi sangat diperlukan karena
dapat mengurangi stress bagi penderita.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi
reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas,
pendidikan seks pada anak sangat penting.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
kebutuhan makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

5. Tugas keluarga di bidang kesehatan


Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas
keluarga di bidang kesehatan yaitu :
a. Menenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan
dana keluarga habis.Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal
masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan . Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga


Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,dengan
pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan menentukan tindakan.keluarga.Tindakan kesehatan
yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi.Ketidaksanggupan
keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang
tepat,disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat,
berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya
masalah.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan.Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara
perawatan pada penyakitnya. Jika demikian ,anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatanperlu memperoleh tindakan lanjutan
atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan
kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan
keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena
terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi
fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh
pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.
6. Tahap perkembangan keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama:
a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan
samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama
berusia 30 bulan :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan.
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada
anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat
salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan
meninggal sampi keduanya meninggal :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
B Konsep Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang bersifat progresif,
dikarakteristikan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memetabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein, yang mengarah kepada hiperglikemia
(kadar gula darah yang tinggi) (Black, 2009). Menurut Sherwood
(2012), diabetes secara harfiah artinya “mengalirkan”, yang
menunjukkan pengeluaran urin dalam jumlah besar. Mellitus artinya
“manis”. Urin pasien DM terasa manis kerena banyaknya glukosa
dalam urin. Diabetes mellitus sejauh ini adalah penyakit endokrin yang
paling sering ditemukan. Diabetes miletus merupakan penyakit yang
banyak diderita pada kalangan masyarakat, terutama pada kalangan
masyarakat urban. Diabetes miletus adalah penyakit diakibatkan
karena produksi insulin yang sedikit atau ketidakefektifan insulin
walaupun produksinya dalam jumlah yang normal.
2. Klasifikasi
American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo
(2006) mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :
a. Diabetes mellitus tipe 1
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun
dengan kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan
tidak diketahui sumbernya.
b. Diabetes mellitus tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin
bersama resisten insulin.
c. Diabetes mellitus Gestasional
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia
tua,etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat
gestasional terdahulu.Karena terjadi peningkatan sekresi beberapa
hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa,
maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
Diabetes mellitus tipe lain :
1) Defek genetik fungsi sel beta
2) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism,
sindrom rabson mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.
3) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma /
pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis,
pankreatopati fibro kalkulus, dan lainnya.
4) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma,
hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.
5) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic,
tiazid, dilantin, interferon alfa, dan lainnya.
6) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.
7) Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody antireseptor
insulin, dan lainnya.
8) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter,
sindrom turner, sindrom wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea
Huntington, sindrom Laurence/moon/biedl, distrofi
miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005)
3. Etiologi
a. Diabetes millitus tipe 1 / IDDM (insulin dependent diabetes millitus ).
DM tipe 1 di tandai oleh penhancuran sel – sel beta pankreas,faktor
genetik,imonologi, dan mungkin pula lingkungan ( virus ) diperkirakan
turut menimbulkan distruksi sel beta.
1) Faktor Genetik penderita DM tipe 1 mewarisi kecenderungan
genetik kearah DM tipe 1 , kecenderungan ini ditemukan pada
individu yang memiliki HLA ( Human Leucocyt Antigen) tertentu.
Resiko meningkat 20x pada individu yang memiliki tipe HLA.
2) Faktor Imonologi respon abnormal dimana anti body terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi jaringan tersebut
sebagai jaringan asing.
3) Faktor Lingkungan virus/toksin tertentu dapat memacu proses yang
dapat menimbulkan destruksi sel beta.
b. DM tipe II / NIDDM mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi
insulin dan sekresi insulin pada DM tipe II msih belum diketahui.
Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas,riwayat
keluarga,usia(resistensi insulin cenderung menigkat pada usia >65
tahun). (Brunner dan Suddarth, 2000)
4. Patofisiologi
Pada penderita diabetes mellitus pengaturan sistem kadar gula
terganggu. Insulin tidak cukup untuk mengatasi dan akibatnya kadar gula
didalam darah bertambah tinggi. Peningkatan kadar gula darah akan
menyumbat seluruh sistem energi dan tubuh berusaha kuat untuk
mengeluarkannya melalui ginjal, kelebihan gula dikeluarkan didalam air
kemih, ketika memakan makanan yang banyak kadar gulanya,
peningkatan kadar gula dalam darah sangat cepat pula karena insulin
tidak mencukupi. Jika ini terjadi maka terjadilah diabetes (Tjokroprawiro,
2006).
5. Manifestasi Klinis
a. Poliuria Kekurangan
insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam
sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat
sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis
osmotic (poliuria) (Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002).

b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan
sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin
selalu minum (polidipsia) (Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G,
2002).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan
menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang
akan lebih banyak makan (poliphagia) (Smeltzer, Suzanne C. dan
Bare, Brenda G, 2002).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel
kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat
dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama
otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis (Smeltzer,
Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002).
e. Malaise atau kelemahan (Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G,
2002)
6. Komplikasi
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi, antara lain :
a. Komplikasi metabolik akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga
macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar
glukosa darah jangka pendek, diantaranya:
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai
komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang
kurang tepat (Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002).
2) Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar
glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat
menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik yang
ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo,
2006).
3) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai
dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari
600 mg/dl (Price & Wilson, 2006).
b. Komplikasi metabolik kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price &
Wilson (2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar
(makrovaskuler) diantaranya:
1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
2) K(1) Kerusakan retina mata (Retinopati)
3) Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu mikroangiopati
ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil
(Pandelaki, 2009).
4) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
5) Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan albuminuria
menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali
pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik
merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal.
c. Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)
Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering
ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM mengacau pada
sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf (Subekti,
2009).

d. Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)


Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien diabetes yaitu
stroke dan risiko jantung koroner.
1) Penyakit jantung koroner
Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM disebabkan
karena adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak
disertai dengan nyeri dada atauomplikasi pada pembuluh darah
kecil (mikrovaskuler) yaitu :disebut dengan SMI (Silent
Myocardial Infarction) (Widiastuti, 2012).
2) Penyakit serebrovaskuler
Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien non-
DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang
ditimbulkan menyerupai gejala pada komplikasi akut DM, seperti
adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan,
kelemahan dan bicara pelo (Smeltzer & Bare, 2008).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah
tabel : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai patokan penyaring
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah DM Belum pasti

Sewaktu DM
Plasma vena >200 100-200

Darah kapiler >200 80-100

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)


Kadar Glukosa Darah DM Belum pasti
Puasa DM
Plasma vena >120 110-120
Darah kapler >110 90-110

b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2


kali pemeriksaan :
 Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
 Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
 Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian
sesudah mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp)
>200 mg/dl)
c. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi
d. Tes saring
Tes-tes saring pada DM adalah :
 GDP, GDS
 Tes Glukosa Urine:
 Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)
 Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase
e. Tes diagnostik
Tes-tes diagnostik pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP (Glukosa
Darah 2 jam Post Prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO
f. Tes monitoring terapi
Tes-tes monitoring terapi DM adalah :
 GDP : plasma vena, darah kapiler
 GD2PP : plasma vena
 A1c : darah vena, darah kapiler
g. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
 Mikroalbuminuria : urin
 Ureum, Kreatinin, Asam Urat
 Kolesterol total : plasma vena (puasa)
 Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
 Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
 Trigliserida : plasma vena (puasa)
8. Penatalaksanaan
Diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan berbagai usaha, antaranya:
a. Perencanaan makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai
dengan kecukupan gizi yaitu :
1) Karbohidrat : 60% - 70%
2) Protein : 10% - 15%
3) Lemak : 20% - 25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan , status gizi,
umur, stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik
praktis, penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Berat
Badan Ideal = (TB-100) - 10%, sehingga didapatkan =
1) Berat badan kurang = <90% dari BB ideal
2) Berat badal normal = 90-110% dari BB ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB ideal
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB ideal dikali
kelebihan kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita
25 kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas
(10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi,
kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai
dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut
diatas dibagi dalam bebarapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15%
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi penyakit penyerta.
Sebagai contoh olahraga ringana dalah berjalan kaki biasa selama 30
menit, olahraga sedang berjalan cepat selama 30 menit ,dan olahraga
berat jogging.
c. Obat Hipoglikemi
1) Sulfonylurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b) Menurunkan ambang sekresi insulin
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat perangsang
glukosa
Obat golongan ini biasannyadiberikan pada pasien dengan BB
normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya
sedikit lebih. Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan
insufisiensi renal dan orang tua Karena resiko hipoglikema
yang berkepanjangan demekian juga gibenklamid. Glukuidon
juga dipakai untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau
ginjal.
2) Biguanid
Preparat yang ada dana man dipakai yaitu metformin. Sebagai obat
tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (imt30 )untuk pasien yang
berat lebih (IMT 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan
golongan sulfonylurea.
3) Insulin
Indikasi pengobatan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk
kedalam ketoasidosis (Bare & Suzanne, 2002).
b) DM dengan kehamilan atau DM gestasional yang tidak
terkendali dengan die (perencanaanmakanan) (Bare & Suzanne,
2002)
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dosifmaksima. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan
dosis rendah dan dinaikkan perlahan- lahan sesuai dengan
hasilglukosadarahpasien. Bila sulfonylurea atau metformin
telahditerimasampaidosismaksimaltetapitidaktercapaisasarangluk
osadarahmakadianjurkanpenggunaankombinasi sulfonylurea dan
insulin (Bare&suzanne,2002).
d) Penyuluhan untuk merencanakan pengelolaan sangat penting
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Educator bagi pasienya
itu Pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku
untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang
diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal.
Penyesuaian keadaan psikologik kualitas hidup yang lebih baik.
Edukasi merukapakan bagian integral dari asuhan keperawatan
diabetes (Bare&Suzanne, 2002)

WOC Teori

Defisiensi Insulin
BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN
Penyerapan Asam Efek Terhadap Transpor Glukosa kePerubahan
Penurunanglukosa
ATP
A. Pengkajian
Amino Turun Mikrovaskuler ke asam lemak
Dalam Sel Menurun
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses Penurunan energi
keperawatan
Asam amino yang
darahmempunyai duaRetina
kegiatan pokok,
tidak yaitu : Metabolisme Aterosklerosis
meningkat mendapat glukosa dinding intima
Ketidakmampuan
1. Anamnese
oksigen dimitokondria beraktifitas
Mikroangiopati
a. Identitas penderita
Glukoneogenesis
meningkat Peningkatan Penurunan rawat diri
Hipoksia neuropati
glukosa darah
Pemakaian lemak dan
Penurunan
protein meningkat Resiko Kebutaan Hiperglikemia sensitifitas perifer

Ketosis Perubahan status


Resiko Gangguan Efek terhadap Resiko trauma
kesehatan
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh danberbau, adanya
nyeri pada luka.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta


upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang


ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang
biasa digunakan oleh penderita.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota


keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.

f. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang


dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

2. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,


berat badan dan tanda – tanda vital.

b. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada


leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

d. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM


mudah terjadi infeksi.

e. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,


takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

f. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,


perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,obesitas.

g. Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit


saat berkemih.

h. Sistem muskuloskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat


lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

i. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,


mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

b. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan


dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),
merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

c. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik


yang sesuai dengan jenis kuman.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin d.d kadar
glukosa dalam darah/urin tinggi
2. Defisit pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus d.d klien ingin
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus.
C. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1 Ketidakstabilan kadar Setelah diberikan asuhan Manajemen Hiperglikemi
glukosa darah b.d resistensi keperawatan selama Observasi
insulin d.d kadar glukosa 1x24 jam diharapkan 1. Identifikasi
dalam darah/urin tinggi kestabilan kadar glukosa kemungkinan penyebab
meningkat. hiperglikemi
Kriteria Hasil: 2. Monitor kadar glukosa
1. Kadar glukosa darah
dalam darah 3. Monitor tanda gejala
membaik (5) hiperglikemi
2. Mengantuk Terapeutik
menurun (5) 1. Berikan asupan cairan
3. Pusing menurun oral
(5) 2. Konsultasikan dengan
4. Lelah/lesu medis jika tanda dan
menurun (5) gejala hiperglikemia
5. Keluhan lapar tetap ada atau
menurun (5) memburuk
Edukasi
1. Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
secara mandiri
2. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
3. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih
dari 250 mg/Dl
4. Ajarkan pengelolaan
diabetes
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin
2 Defisit pengetahuan tentang Setelah diberikan asuhan Edukasi Proses Penyakit
penyakit diabetes melitus keperawatan selama Observasi
d.d klien ingin 1x24 jam diharapkan 1. Identifikasi kesiapan
meningkatkan pengetahuan tingkat pengetahuan dan kemampuan
tentang penyakit diabetes klien meningkat. menerima informasi
melitus. Kriteria Hasil: Terapeutik
1. Perilaku sesuai 1. Sediakan materi dan
anjuran media pendidikan
meningkat (5). kesehatan
2. Pertanyaan 2. Jadwalkan pendidikan
tentang masalah kesehatan sesuai
yang dihadapi kesepakatan
menurun (5). 3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan
faktor resiko penyakit
2. Jelaskan proses
patofisiologi
munculnya penyakit
3. Jelaskan tanda dan
gejala yang
ditimbulkan oleh
penyakit
4. Jelaskan kemungkinan
terjadinya komplikasi
5. Ajarkan cara
meredakan atau
mengatasi gejala yang
dirasakan
6. Ajarkan cara
meminimalkan efek
samping dari intervensi
atau pengobatan
7. Informasikan kondisi
klien saat ini
8. Anjurkan melapor jika
merasakan tanda dan
gejala memberat atau
tidak bisa.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC.
Marimbi. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada Balita.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sodikin. 2013. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta : Salemba Medika.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Wong, et al. 2002. Buku Ajar keperawatan Pediatrik Edisi 6. Vol. 1. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yulianti, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi ke-2. Jakarta : Sagung
Seto
PRE PLANNING KUNJUNGAN PERTAMA PADA KELUARGA DENGAN
DIABETES MELITUS

A. LATAR BELAKANG
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan. Pengkajian tehadap kesehatan pasien sangat diperlukan dalam
menindaklanjuti suatu intervensi keperawatan kepada pasien. Dengan adanya
pengkajian yang menyeluruh maka intervensi keperawatan kepada pasien akan
semakin optimal, hal ini di awali dengan menetapkan kapan gejala mulai timbul,
menetapkan kapan gejala timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa yang dapat
menghilangkan atau meringankan gejala tersebut dan apa yang memperburuk gejala
adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau
adanya penyakit yang timbul bersamaan.
Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemi di dalam tubuh. Sebagian besar orang-orang menyebutnya dengan
penyakit kencing manis. Biasanya para penderita DM akan disertai dengan berbagai
gejala seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan. Apabila tidak
dilakukan perawatan dan pengontrolan pengobatan yang baik pada penderita DM,
maka akan menyebabkan berbagai penyakit menahun seperti serebrovaskular,
penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai dan lain sebagainya.
Penyebab diabetes dapat disebabkan berbagai hal seperti keturunan, pola hidup yang
tidak sehat, dan lain-lain. Penderita diabetes pun setiap tahunnya semakin bertambah.
1.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data pada keluarga sehingga dapat dirumuskan masalah
keperawatan pada keluarga khususnya dengan masalah diabetes melitus.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
2. Mengetahui karakteristik lingkungan keluarga.
3. Mengetahui struktur keluarga.
4. Mengetahui fungsi keluarga.
5. Mengetahui stress dan koping keluarga.
6. Mengetahui status kesehatan keluarga.
7. Mengetahui harapan keluarga.
8. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.

C. METODE PELAKSANAAN
Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.

D. SASARAN DAN TARGET


Sasaran : Keluarga.
Target : Bapak dengan masalah diabetes melitus.
E. STRATEGI PELAKSANAAN

Hari/tanggal : 17/04/20
Waktu : 16.00 WIB

No. Tahap Kegiatan


1. Prainteraksi a. Menyampaikan salam.
( 5 menit ) b. Memperkenalkan diri.
c. Menyampaikan maksud dan tujuan.

2. Interaksi a. Wawancara dengan keluarga tentang data


( 30 menit ) yang diperlukan.
b. Melakukan pemeriksaan fisik pada
seluruh anggota keluarga.
c. Melakukan observasi lingkungan.

3. Terminasi a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan


( 5 menit ) terima kasih.
b. Kontrak waktu kembali untuk melengkapi
data yang kurang.
c. Salam penutup.
F. MEDIA DAN ALAT
Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik.

G. SETTING TEMPAT

Tn. W Ny. S KETERANGAN:

Perawat duduk berhadapan


Perawat dengan Tn.W dan Ny. S

H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning.
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi
data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik.
d. Keluarga mengijinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi.
e. Wawancara berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi hasil
Didapatkan kurang lebih 50% data tentang data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress
dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.
A. PENGKAJIAN
Genogram :

46 45

Tn. W Ny. S

An. Y An. T

23 16

Keterangan :

Laki laki Perempuan Tinggal serumah

Penderita Diabetes Meninggal

Keluarga ini tergolong dalam nuclear family karena dalam satu rumah
terdapat ayah, ibu dan anak. Keluarga ini berbudaya suku jawa yang mempunyai
anggapan makan tidak makan asal kumpul. Tetapi Tn. W menderita diabetes
karena keturunan dari Alm ayah nya yang sekarang sudah meninggal . Keluarga
ini menganut agama islam. Kepala keluarga bekerja sebagai pegawai swasta .

B. ANALISA DATA

Tgl Data Etiologi Diagnosa/Masalah


Keperawatan
17/04/2 DS : Ketidak Ketidakstabilan
0 - Tn. W mengatakan: mampuan kadar glukosa
“saya sering pusing keluarga darah b.d Ketidak
dan mengantuk”. memutuskan mampuan keluarga
- Tn. W mengatakan: tindakan memutuskan
”saya mudah lelah kesehatan tindakan kesehatan
dan lesu”. yang tepat yang tepat bagi
bagi keluarga keluarga yang
- Tn. W mengatakan :
yang menderita diabetes
“saya mudah lapar menderita melitus d.d kadar
dan haus” diabetes glukosa dalam
- Tn. W mengatakan: melitus darah/urin tinggi
“saya sering
kencing”
DO: - Tekanan darah saat
pengkajian
130/80mmHg.
- Nadi 100x/mnt.
- GDA 225 mg/dl
- Respirasi 20x/mnt.
- Kaku leher (+).
- Oedema (-/-).
- Kelemahan otot (-/-).
- Klien sering pergi
BAK saat dilakukan
pengkajian
PRE PLANNING KUNJUNGAN KEDUA PADA KELUARGA DENGAN
DIABETES MELITUS

A. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan fisik merupakan sebuah proses dari ahli medis yakni dengan
memeriksa tubuh pasien guna menemukan tanda klinis dari penyakit. Pemeriksaan
fisik yang dilakukan meliputi memeriksa tanda-tanda vital seperti tekanan darah, laju
pernafasan, nadi, suhu dan kadar gula darah acak guna melengkapi data yang
diperlukan tenaga medis khususnya perawat.
Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemi di dalam tubuh. Sebagian besar orang-orang menyebutnya dengan
penyakit kencing manis. Biasanya para penderita DM akan disertai dengan berbagai
gejala seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan. Apabila tidak
dilakukan perawatan dan pengontrolan pengobatan yang baik pada penderita DM,
maka akan menyebabkan berbagai penyakit menahun seperti serebrovaskular,
penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai dan lain sebagainya.
Penyebab diabetes dapat disebabkan berbagai hal seperti keturunan, pola hidup yang
tidak sehat, dan lain-lain. Penderita diabetes pun setiap tahunnya semakin bertambah.
2.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data pada keluarga sehingga dapat dirumuskan masalah
keperawatan pada keluarga khususnya dengan masalah diabetes melitus.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
2. Mengetahui karakteristik lingkungan keluarga.
3. Mengetahui struktur keluarga.
4. Mengetahui fungsi keluarga.
5. Mengetahui stress dan koping keluarga.
6. Mengetahui status kesehatan keluarga.
7. Mengetahui harapan keluarga.
8. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.

C. METODE PELAKSANAAN
Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.

D. SASARAN DAN TARGET


Sasaran : Keluarga.
Target : Bapak dengan masalah diabetes melitus.

E. STRATEGI PELAKSANAAN

Hari/tanggal : 18/04/20
Waktu : 15.40 WIB
No. Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi a. Menyampaikan salam.
( 5 menit ) b. Memperkenalkan diri.
c. Menyampaikan maksud dan tujuan.

2. Interaksi a. Wawancara dengan keluarga tentang


( 30 menit ) data yang diperlukan.
b. Melakukan pemeriksaan fisik pada
seluruh anggota keluarga.
c. Melakukan observasi lingkungan.

3. Terminasi a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan


( 5 menit ) terima kasih.
b. Kontrak waktu kembali untuk
melengkapi data yang kurang.
c. Salam penutup.
F. MEDIA DAN ALAT
Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik.

G. SETTING TEMPAT

Tn. W Ny. S KETERANGAN:

Perawat duduk berhadapan


Perawat dengan Tn.W dan Ny. S

H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning.
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi
data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik.
d. Keluarga mengijinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi.
e. Wawancara berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi hasil
Didapatkan kurang lebih 75% data tentang data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress
dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.
A. PENGKAJIAN
Genogram :

46 45

Tn. W Ny. S

An. Y An. T

23 16

Keterangan :

Laki laki Perempuan Tinggal serumah

Penderita Diabetes Meninggal

Keluarga ini tergolong dalam nuclear family karena dalam satu rumah
terdapat ayah, ibu dan anak. Keluarga ini berbudaya suku jawa yang mempunyai
anggapan makan tidak makan asal kumpul, sehingga akan dapat mempercepat
penularan penyakit jika salah satu anagota keluarga menderita penyakit yang
dapat menular. Tetapi Tn. W menderita diabetes karena keturunan dari Alm ayah
nya yang sekarang sudah meninggal . Keluarga ini menganut agama islam.
Kepala keluarga bekerja sebagai wiraswasta .

B. ANALISA DATA

Tgl Data Etiologi Diagnosa/Masalah


Keperawatan
17/04/2 DS : Ketidak Ketidakstabilan
0 - Tn. W mengatakan: mampuan kadar glukosa
“saya sering pusing keluarga darah b.d Ketidak
dan mengantuk”. memutuskan mampuan keluarga
- Tn. W mengatakan: tindakan memutuskan
”saya mudah lelah kesehatan tindakan kesehatan
dan lesu”. yang tepat yang tepat bagi
bagi keluarga keluarga yang
- Tn. W mengatakan :
yang menderita diabetes
“saya mudah lapar menderita melitus d.d kadar
dan haus” diabetes glukosa dalam
- Tn. W mengatakan: melitus darah/urin tinggi
“saya sering
kencing”
DO: - Tekanan darah saat
pengkajian
130/80mmHg.
- Nadi 100x/mnt.
- GDA 225 mg/dl
- Respirasi 20x/mnt.
- Kaku leher (+).
- Oedema (-/-).
- Kelemahan otot (-/-).
- Klien sering pergi
BAK saat dilakukan
pengkajian
PRE PLANNING KUNJUNGAN KETIGA PADA KELUARGA DENGAN
DIABETES MELITUS

A. LATAR BELAKANG
Edukasi kesehatan adalah upaya kegiatan untuk pengetahuan kesehatan
perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku
hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status kesehatan pasien serta
mencegah timbulnya penyakit dan memulihkan penyakit. Disini media edukasi yang
saya pakai adalah dengan menggunakan media Leaflat. Media leaflat adalah bahan
cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat rapi tapi tidak dijahit. Agar terlihat
menarik biasanya Leaflat didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan
menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami.
Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemi di dalam tubuh. Sebagian besar orang-orang menyebutnya dengan
penyakit kencing manis. Biasanya para penderita DM akan disertai dengan berbagai
gejala seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan. Apabila tidak
dilakukan perawatan dan pengontrolan pengobatan yang baik pada penderita DM,
maka akan menyebabkan berbagai penyakit menahun seperti serebrovaskular,
penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai dan lain sebagainya.
Penyebab diabetes dapat disebabkan berbagai hal seperti keturunan, pola hidup yang
tidak sehat, dan lain-lain. Penderita diabetes pun setiap tahunnya semakin bertambah.
3.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data pada keluarga sehingga dapat dirumuskan masalah
keperawatan pada keluarga khususnya dengan masalah diabetes melitus.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
2. Mengetahui karakteristik lingkungan keluarga.
3. Mengetahui struktur keluarga.
4. Mengetahui fungsi keluarga.
5. Mengetahui stress dan koping keluarga.
6. Mengetahui status kesehatan keluarga.
7. Mengetahui harapan keluarga.
8. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.

C. METODE PELAKSANAAN
Edukasi tentang Penyakit Diabetes Melitus

D. SASARAN DAN TARGET


Sasaran : Keluarga.
Target : Bapak dengan masalah diabetes melitus.

E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : 19/04/20
Waktu : 16.00 WIB
No. Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi a. Menyampaikan salam.
( 5 menit ) b. Memperkenalkan diri.
c. Menyampaikan maksud dan tujuan.

2. Interaksi a. Wawancara dengan keluarga tentang


( 30 menit ) data yang diperlukan.
b. Melakukan pemeriksaan fisik pada
seluruh anggota keluarga.
c. Melakukan observasi lingkungan.

3. Terminasi a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan


( 5 menit ) terima kasih.
b. Kontrak waktu kembali untuk
melengkapi data yang kurang.
c. Salam penutup.
F. MEDIA DAN ALAT
Leaflat Penyakit Diabetes Melitus

G. SETTING TEMPAT

Tn. W Ny. S KETERANGAN:

Perawat duduk berhadapan


Perawat dengan Tn.W dan Ny. S

H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning.
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi
data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik.
d. Keluarga mengijinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi.
e. Wawancara berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi hasil
Didapatkan kurang lebih 90% data tentang data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress
dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.
A. PENGKAJIAN
Genogram :

46 45

Tn. W Ny. S

An. Y An. T

23 16

Keterangan :

Laki laki Perempuan Tinggal serumah

Penderita Diabetes Meninggal

Keluarga ini tergolong dalam nuclear family karena dalam satu rumah
terdapat ayah, ibu dan anak. Keluarga ini berbudaya suku jawa yang mempunyai
anggapan makan tidak makan asal kumpul, sehingga akan dapat mempercepat
penularan penyakit jika salah satu anagota keluarga menderita penyakit yang
dapat menular. Tetapi Tn. W menderita diabetes karena keturunan dari Alm ayah
nya yang sekarang sudah meninggal . Keluarga ini menganut agama islam.
Kepala keluarga bekerja sebagai wiraswasta .

B. ANALISA DATA

Tgl Data Etiologi Diagnosa/Masalah


Keperawatan
17/04/2 DS : Ketidak Ketidakstabilan
0 - Tn. W mengatakan: mampuan kadar glukosa
“saya sering pusing keluarga darah b.d Ketidak
dan mengantuk”. memutuskan mampuan keluarga
- Tn. W mengatakan: tindakan memutuskan
”saya mudah lelah kesehatan tindakan kesehatan
dan lesu”. yang tepat yang tepat bagi
bagi keluarga keluarga yang
- Tn. W mengatakan :
yang menderita diabetes
“saya mudah lapar menderita melitus d.d kadar
dan haus” diabetes glukosa dalam
- Tn. W mengatakan: melitus darah/urin tinggi
“saya sering
kencing”
DO: - Tekanan darah saat
pengkajian
130/80mmHg.
- Nadi 100x/mnt.
- GDA 225 mg/dl
- Respirasi 20x/mnt.
- Kaku leher (+).
- Oedema (-/-).
- Kelemahan otot (-/-).
- Klien sering pergi
BAK saat dilakukan
pengkajian
DS : Ketidak Defisit
19/04/2 - Tn. W mengatakan: “ mampuan pengetahuan
0 kenapa saya terkena keluarga tentang penyakit
menenal diabetes melitus
penyakit diabetes?”.
masalah b.d Ketidak
- Tn. W mengatakan : kesehatan mampuan keluarga
“apa penyebab saya keluarga menenal masalah
terkena penyakit kesehatan keluarga
diabetes” d.d klien ingin
- Tn. W mengatakan: “ meningkatkan
apa penyakit diabetes pengetahuan
tentang penyakit
bisa disembuhkan?”.
diabetes melitus.
-
DO :
- Tekanan darah
130/80 mmHg, usia
Tn. W 42th.
- Nadi 80x/mnt.
- Respirasi 20x/mnt.
PRE PLANNING KUNJUNGAN KE EMPAT PADA KELUARGA DENGAN
DIABETES MELITUS

A. LATAR BELAKANG
Edukasi kesehatan adalah upaya kegiatan untuk pengetahuan kesehatan
perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku
hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status kesehatan pasien serta
mencegah timbulnya penyakit dan memulihkan penyakit. Disini media edukasi yang
saya pakai adalah dengan menggunakan media Leaflat. Media leaflat adalah bahan
cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat rapi tapi tidak dijahit. Agar terlihat
menarik biasanya Leaflat didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan
menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami.
Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemi di dalam tubuh. Sebagian besar orang-orang menyebutnya dengan
penyakit kencing manis. Biasanya para penderita DM akan disertai dengan berbagai
gejala seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan. Apabila tidak
dilakukan perawatan dan pengontrolan pengobatan yang baik pada penderita DM,
maka akan menyebabkan berbagai penyakit menahun seperti serebrovaskular,
penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai dan lain sebagainya.
Penyebab diabetes dapat disebabkan berbagai hal seperti keturunan, pola hidup yang
tidak sehat, dan lain-lain. Penderita diabetes pun setiap tahunnya semakin bertambah.
4.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data pada keluarga sehingga dapat dirumuskan masalah
keperawatan pada keluarga khususnya dengan masalah diabetes melitus.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
2. Mengetahui karakteristik lingkungan keluarga.
3. Mengetahui struktur keluarga.
4. Mengetahui fungsi keluarga.
5. Mengetahui stress dan koping keluarga.
6. Mengetahui status kesehatan keluarga.
7. Mengetahui harapan keluarga.
8. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.

C. METODE PELAKSANAAN
Edukasi tentang Penyakit Diabetes Melitus

D. SASARAN DAN TARGET


Sasaran : Keluarga.
Target : Bapak dengan masalah diabetes melitus.

E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : 21/04/20
Waktu : 16.00 WIB
No. Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi d. Menyampaikan salam.
( 5 menit ) e. Memperkenalkan diri.
f. Menyampaikan maksud dan tujuan.

2. Interaksi d. Wawancara dengan keluarga tentang


( 30 menit ) data yang diperlukan.
e. Melakukan pemeriksaan fisik pada
seluruh anggota keluarga.
f. Melakukan observasi lingkungan.

3. Terminasi d. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan


( 5 menit ) terima kasih.
e. Kontrak waktu kembali untuk
melengkapi data yang kurang.
f. Salam penutup.
F. MEDIA DAN ALAT
Leaflat Penyakit Diabetes Melitus

G. SETTING TEMPAT

Tn. W Ny. S KETERANGAN:

Perawat duduk berhadapan


Perawat dengan Tn.W dan Ny. S

H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning.
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi
data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik.
d. Keluarga mengijinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi.
e. Wawancara berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi hasil
Didapatkan kurang lebih 90% data tentang data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress
dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.
A. PENGKAJIAN
Genogram :

46 45

Tn. W Ny. S

An. Y An. T

23 16

Keterangan :

Laki laki Perempuan Tinggal serumah

Penderita Diabetes Meninggal

Keluarga ini tergolong dalam nuclear family karena dalam satu rumah
terdapat ayah, ibu dan anak. Keluarga ini berbudaya suku jawa yang mempunyai
anggapan makan tidak makan asal kumpul, sehingga akan dapat mempercepat
penularan penyakit jika salah satu anagota keluarga menderita penyakit yang
dapat menular. Tetapi Tn. W menderita diabetes karena keturunan dari Alm ayah
nya yang sekarang sudah meninggal . Keluarga ini menganut agama islam.
Kepala keluarga bekerja sebagai wiraswasta .

B. ANALISA DATA

Tgl Data Etiologi Diagnosa/Masalah


Keperawatan
17/04/2 DS : Ketidak Defisit
0 - Tn. W mengatakan: mampuan pengetahuan
“saya sering pusing keluarga tentang penyakit
dan mengantuk”. menenal diabetes melitus
- Tn. W mengatakan: masalah b.d Ketidak
”saya mudah lelah kesehatan mampuan keluarga
dan lesu”. keluarga menenal masalah
kesehatan keluarga
- Tn. W mengatakan :
d.d klien ingin
“saya mudah lapar meningkatkan
dan haus” pengetahuan
- Tn. W mengatakan: tentang penyakit
“saya sering diabetes melitus.
kencing”
DO: - Tekanan darah saat
pengkajian
130/80mmHg.
- Nadi 100x/mnt.
- GDA 225 mg/dl
- Respirasi 20x/mnt.
- Kaku leher (+).
- Oedema (-/-).
- Kelemahan otot (-/-).
- Klien sering pergi
BAK saat dilakukan
pengkajian
DS : Ketidak Defisit
19/04/2 - Tn. W mengatakan: “ mampuan pengetahuan
0 kenapa saya terkena keluarga tentang penyakit
menenal diabetes melitus
penyakit diabetes?”.
masalah b.d Ketidak
- Tn. W mengatakan : kesehatan mampuan keluarga
“apa penyebab saya keluarga menenal masalah
terkena penyakit kesehatan keluarga
diabetes” d.d klien ingin
- Tn. W mengatakan: “ meningkatkan
apa penyakit diabetes pengetahuan
tentang penyakit
bisa disembuhkan?”.
diabetes melitus.

DO :
- Tekanan darah
130/80 mmHg, usia
Tn. W 42th.
- Nadi 80x/mnt.
- Respirasi 20x/mnt.
C. SKORING

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Ketidak mampuan keluarga


memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga yang menderita
diabetes melitus d.d kadar glukosa dalam darah/urin tinggi

No Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1 Sifat masalah : 3/3x1=1 Adalah kurang/tidak sehat dan
Skala :
memerlukan penanganan yang
- Tidak/ kurang 3
sehat secepatnya untuk mencegah
- Ancaman 2 1
peningkatan,terjadinya
kesehatan
- Keadaan 1 komplikasi dan infeksi pada
sejahtera
diabetes .
2 Kemungkinan ½ x 2=1 Masalah dapat diatasi sebagian
masalah dapat
karena keluarga kurang
diubah :
Skala : Mudah 2 2 memiliki pengetahuan tentang
Sebagian 1
cara merawat anggota keluarga
Tidak dapat 0
yang terkena diabetes.
3 Potensial masalah 2/3x1=2 Masalah tidak dapat di ubah
untuk dicegah : /3
karena diabetes ini genetic atau
Skala : Tinggi 3 1
Cukup 2 keturunan, hanya saja kontrol
Rendah 1
rutin
4 Menonjolnya ½x Keluarga tidak menyadari
masalah : 1=½
betapa pentingnya menjaga pola
Skala :
- Masalah berat, 2 makan yang rendah gula , dan
harus segera
kebersihan rumah
ditangani 1
- Ada masalah, 1
tetapi tidak
perlu ditangani
- Masalah tidak 0
dirasakan
Total skor 3¼
2. Defisit pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus b.d Ketidak mampuan
keluarga menenal masalah kesehatan keluarga d.d klien ingin
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus

No Kriteria Skor Bobot Skor Pembenaran


1 Sifat masalah : 2/3x1=2/ Merupakan ancaman
Skala : 3
kesehatan karena dapat
- Tidak/ kurang 3
sehat 1 menimbulkan berbagai
- Ancaman 2
masalah kesehatan oleh
kesehatan
- Keadaan 1 karena kurangnya informasi
sejahtera.
yang didapat.
2 Kemungkinan ½ x 2=1 Masalah dapat diatasi
masalah dapat
sebagian karena keluarga
diubah :
Skala : Mudah 2 2 memiliki kemauan untuk
Sebagian 1
mencari informasi dari
Tidak dapat 0
sumber yang terpercaya.
3 Potensial masalah 2/3x1=2/ Masalah dapat diubah karena
untuk dicegah : 3
anggota keluarga memiliki
Skala : Tinggi 3
Cukup 2 1 rasa ingin tau yang tinggi
Rendah 1
4 Menonjolnya ½ x 1=½ Keluarga tidak menyadari
masalah :
bahwa informasi yang
Skala :
- Masalah berat, 2 1 diterima belum tentu
harus segera
semuanya benar.
ditangani
- Ada masalah, 1
tetapi tidak
perlu ditangani
- Masalah tidak 0
dirasakan
Total skor 3

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Ketidak mampuan keluarga
memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga yang menderita
diabetes melitus d.d kadar glukosa dalam darah/urin tinggi.
2. Defisit pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus b.d Ketidak mampuan
keluarga menenal masalah kesehatan keluarga d.d klien ingin meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DX Keperawatan : Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Ketidak mampuan keluarga memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga yang menderita diabetes
melitus d.d kadar glukosa dalam darah/urin tinggi.

No. Diagnosa Keperawatan LUARAN INTERVENSI


1 Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Ketidak Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 Manajemen Hiperglikemi
mampuan keluarga memutuskan tindakan jam diharapkan kestabilan kadar glukosa meningkat. Observasi
kesehatan yang tepat bagi keluarga yang 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
menderita diabetes melitus d.d kadar glukosa Kriteria Hasil: hiperglikemi
dalam darah/urin tinggi. 2. Monitor kadar glukosa darah
1. Kadar glukosa dalam darah membaik (5) 3. Monitor tanda gejala hiperglikemi
2. Mengantuk menurun (5) Terapeutik
3. Pusing menurun (5) 1. Berikan asupan cairan oral
4. Lelah/lesu menurun (5) 2. Konsultasikan dengan medis jika tanda
dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
5. Keluhan lapar menurun (5)
memburuk
Edukasi
1. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
2. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
3. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250 mg/Dl
4. Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin
DX Keperawatan : Defisit pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus b.d Ketidak mampuan keluarga menenal masalah kesehatan keluarga d.d klien ingin meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus.

No. Diagnosa Keperawatan LUARAN INTERVENSI


2 Defisit pengetahuan tentang penyakit diabetes Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 Edukasi Proses Penyakit
melitus b.d Ketidak mampuan keluarga menenal jam diharapkan tingkat pengetahuan klien meningkat. Observasi
masalah kesehatan keluarga d.d klien ingin Kriteria Hasil: 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat (5). menerima informasi
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit
2. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi Terapeutik
diabetes melitus. menurun (5). 1. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan faktor resiko
penyakit
2. Jelaskan proses patofisiologi munculnya
penyakit
3. Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit
4. Jelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi
5. Ajarkan cara meredakan atau mengatasi
gejala yang dirasakan
6. Ajarkan cara meminimalkan efek samping
dari intervensi atau pengobatan
7. Informasikan kondisi klien saat ini
8. Anjurkan melapor jika merasakan tanda
dan gejala memberat atau tidak bisa.
IMPLEMENTASI
No Diagnosa keperawatan Tanggal Implementasi TTD
1 Ketidakstabilan kadar glukosa 17/04/20
darah b.d Ketidak mampuan Pukul :
keluarga memutuskan 16.00 WIB 1. Mengidentifikasi
tindakan kesehatan yang tepat penyebab terjadinya
bagi keluarga yang menderita hiperglikemi
diabetes melitus d.d kadar (penyebab hiperglikemi
glukosa dalam darah/urin klien diduga karena
tinggi. klien suka
mengkonsumsi makanan
atau minuman manis,
serta saat makan porsi
nasinya banyak)

16.10 WIB 2. Memonitor tanda gejala


hiperglikemi.
- Tn. W mengatakan:
“saya sering pusing
dan mengantuk”.
- Tn. W mengatakan:
”saya mudah lelah
dan lesu”.
- Tn. W mengatakan :
“saya mudah lapar
dan haus”
- Saat pengkajian
klien sering pergi
untuk BAK

16.25 WIB 3. Memonitor kadar glokosa


darah
(GDA : 225 mg/dL)

16.30 WIB 4. Mengajarkan pengelolaan


diabetes
(mengajarkan
penggantian nasi putih
diganti dengan nasi
jagung serta
mengajarkan
penggunaan insulin)

17.10 WIB 5. Menganjurkan


menghindari olahraga saat
kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dL
(klien memahami
perkataan perawat)

17.30 WIB 6. Menganjurkan memonitor


kadar glukosa darah
secara mandiri
(supaya klien bisa
mengetahui kadar
glukosanya sewaktu
waktu tanpa bantuan
tenaga medis)
2 Defisit pengetahuan tentang 19/04/20
penyakit diabetes melitus b.d Pukul :
Ketidak mampuan keluarga 15.40 WIB 1. Mengidentifikasi kesiapan
dan kemampuan menerima
menenal masalah kesehatan
informasi
keluarga d.d klien ingin (klien tidak mempunyai
meningkatkan pengetahuan gangguan pendengaran
tentang penyakit diabetes dan siap untuk menerima
melitus. informasi)

15.43 WIB 2. Menyediakan materi dan


media pendidikan
kesehatan
(menggunakan leaflat
sebagai media
pendidikan)

15.45 WIB 3. Menjadwalkan pendidikan


kesehatan sesuai
kesepakatan
(kesepakatan 15-20
menit)

15.47 WIB 4. Memberikan kesempatan


klien untuk bertanya
(klien belum mengajukan
pertanyaan)

15.50 WIB 5. Menjelaskan penyebab dan


faktor resiko penyakit

16.05 WIB 6. Jelaskan proses


patofisiologi munculnya
penyakit

16.08 WIB 7. Jelaskan tanda dan gejala


yang ditimbulkan oleh
penyakit

16.10 WIB 8. Jelaskan kemungkinan


terjadinya komplikasi

16.13 WIB 9. Ajarkan cara meredakan


atau mengatasi gejala yang
dirasakan

16.15 WIB 10. Ajarkan cara


meminimalkan efek
samping dari intervensi
atau pengobatan

16.16 WIB 11. Informasikan kondisi klien


saat ini

16.19 WIB 12. Anjurkan melapor jika


merasakan tanda dan gejala
memberat atau tidak bisa.
(menganjurkan untuk
pergi ke yankes)
EVALUASI

No Diagnosa keperawatan Tanggal Evaluasi TTD


1 Ketidakstabilan kadar 18/04/20 S : - Tn. W mengatakan pusing
glukosa darah b.d Ketidak Pukul : yang dirasakan sudah
mampuan keluarga 19.00 WIB berkurang.
memutuskan tindakan - Tn. W mengatakan
kesehatan yang tepat bagi lesu/letih menrurun
keluarga yang menderita - Tn. W mengatakan masih
diabetes melitus d.d kadar sering mengeluh lapar
glukosa dalam darah/urin - Keluarga mengatakan
tinggi. bahwa sudah bisa
memutuskan tindakan yang
tepat bagi Tn. W yang
menderita kencing manis

O : - K/U cukup
- GDA 125 mg/dL

A : Masalah teratasi.
P : - Rencana perawatan
dihentikan.
2 Defisit pengetahuan 21/04/20 S: - Tn. W mengatakan sudah
tentang penyakit diabetes Pukul : paham akan kondisinya
melitus b.d Ketidak 18.40 WIB O : - Tn. W sangat antusias
menerima informasi dari
mampuan keluarga
perawat
menenal masalah - Keluarga sudah mengenal
kesehatan keluarga d.d masalah yang dialami
klien ingin meningkatkan Tn.W
pengetahuan tentang A : - Masalah teratasi.
penyakit diabetes melitus P : Rencana perawatan
dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. dkk, (2002), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi III, Media
Aesculapius FKUI, Jakarta

Askandar Tjokroprawiro, dr. DR. Prof. (2002), Hidup Sehat Dan Bahagia Bersama
Diabetes, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Brunner & Suddarth (2002), Keperawatan Mediakl Bedah Vol.2, EGC, Jakarta

M. Syaifullah (2002), Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid Edisi III, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta

Sarwono Waspadji (2002), Pedoman Diit Diabetes Melitus, Balai penerbit FKUI,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai