Anda di halaman 1dari 22

“ANALISA PENERAPAN AKUNTANSI BIAYA LINGKUNGAN”

PT FREEPORT INDONESIA

Disusun Oleh:

Merari Kristiawan Mempun

BCA 117 045

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

TAHUN 2020

1
A. Gambaran Umum Perusahaan

PT FREEPORT INDONESIA merupakan perusahaan tambang


mineral afiliasi dari Freeport-McMoRan (FCX) dan Mining Industry
Indonesia ( MIND ID ). PTFI menambang dan memproses bijih
menghasilkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak.
Kami memasarkan konsentrat ke seluruh penjuru dunia dan terutama ke
smelter tembaga dalam negeri, PT Smelting. Kami beroperasi di dataran
tinggi terpencil di Pengunungan Sudirman, Kabupaten Mimika,
Provinsi Papua, Indonesia.

Gambar 1. Logo PT Freeport Indonesia

Tambang di kawasan mineral Grasberg, Papua - Indonesia


merupakan salah satu deposit tembaga dan emas terbesar di dunia.
Kami saat ini menambang pada fase akhir tambang terbuka Grasberg.
Kami tengah mengerjakan beberapa proyek pada kawasan mineral
Grasberg sehubungan dengan pengembangan beberapa tambang bawah
tanah berkadar tinggi yang berskala besar dan berumur panjang. Secara
total, semua tambang bawah tanah ini diharapkan menghasilkan
tembaga dan emas skala besar sehubungan dengan peralihan dari
tambang terbuka Grasberg.

2
Gambar 2. Area operasi PT Freeport Indonesia

B. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Pertama kali PTFI beroperasi pada tahun 1967, masyarakat Papua


merupakan masyarakat pra-modern. Pada saat itu, masyarakat di sana
memiliki tingkat baca-tulis yang sangat rendah, rentan terhadap wabah
penyakit seperti malaria, dan hidup dalam kemiskinan. Lokasi yang
terpencil dan medan yang sulit ditempuh membuat situasi kurang
kondusif.

Oleh karena itu, program pengembangan masyarakat PTFI


difokuskan untuk membantu masyarakat setempat untuk membangun
program ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan kemampuan baca-
tulis, memberikan pelatihan-pelatihan kejuruan, dan mengadakan
program kesehatan yang memadai. Karena PT Freeport merupakan
perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, maka dibutuhkan suatu
kontrak yang disebut dengan Kontrak Karya. Kontrak Karya adalah
suatu perjanjian pengusahaan pertambangan antara pemerintah
Republik Indonesia dengan perusahaan swasta asing, patungan
perusahaan asing dengan Indonesia dan perusahaan swasta nasional
untuk melaksanakan usaha pertambangan di luar minyak gas dan bumi.

3
Berikut ini merupakan sejarah kontrak karya dari awal hingga saat ini.

 1936 – Jacques Dozy menemukan cadangan ‘Ertsberg’.

 1960 – Ekspedisi Forbes Wilson untuk menemukan kembali


‘Ertsberg’.

 1967 – Kontrak Karya I (Freeport Indonesia Inc.) berlaku selama 30


tahun sejak mulai beroperasi tahun 1973.

 1988 – Freeport menemukan cadangan Grasberg. Investasi yang


besar dan risiko tinggi, sehingga memerlukan jaminan investasi
jangka panjang.

 1991 – Kontrak Karya II (PT Freeport Indonesia) berlaku 30 tahun


dengan periode produksi akan berakhir pada tahun 2021, serta
kemungkinan perpanjangan 2x10 tahun (sampai tahun 2041).

Pemerintah Indonesia mengincar kepemilikan mayoritas (51 %) di


PT Freeport Indonesia (PTFI). Berbagai langkah dan upaya dilakukan
agar bisa mengambil hak divestasi yang sudah tertuang dalam
peraturan. Pemerintah melalui perusahaan BUMN, PT Indonesia
Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, akhirnya bisa memegang
51,23% saham PTFI. Saham itu ditebus dengan harga US$3,85 miliar
atau sekitar Rp56,1 triliun.

C. Visi, Misi, dan Kebijakan


Visi :
Menjadi perusahaan tambang kelas dunia yang menciptakan nilai-nilai
unggul dan menjadi kebanggaan bagi seluruh pemangku kepentingan
termasuk karyawan, masyarakat, dan bangsa.

Misi :
Berkomitmen untuk secara kreatif mentransformasikan sumber daya
alam menjadi kesejahteraan dan pembangunan yang berkelanjutan
melalui praktek-praktek pertambangan terbaik dengan memprioritaskan

4
kesejahteraan dan ketentraman karyawan dan masyarakat,
pengembangan SDM, tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup,
serta keselamatan dan kesehatan kerja.

Kebijakan Perusahaan :
Landasan dari komitmen kami untuk menjaga integritas adalah Prinsip
Perilaku Bisnis yang kami anut. Prinsip tersebut dirancang untuk
memperkuat hal-hal yang penting dalam kehidupan berkarya sehari-
hari, yakni kerja keras, kejujuran, memperlakukan orang dengan adil,
dan bekerja dengan aman dan dengan etika. Komitmen kami terhadap
prinsip tersebut menjadi benang merah yang mengikat kami semua
dalam mengejar visi bersama, mulai dari manajemen senior hingga
karyawan baru.

Selain itu, PT Freeport Indonesia memiliki kebijakan lingkungan, yaitu:


Kebijakan ini menjadi kerangka pedoman untuk meminimalisasi dan
meringankan dampak lingkungan, melindungi dan meningkatkan
kualitas lingkungan di manapun kami beroperasi, mentaati semua
peraturan yang berlaku, dan berupaya secara berkesinambungan untuk
meningkatkan kinerja lingkungan. Kebijakan tersebut termasuk pula
komitmen untuk memperoleh sertifikasi ISO 14001 bagi semua sarana
operasional, yang telah kami capai; mengenal dan melindungi
keanekaragaman hayati; dan melindungi serta melakukan remediasi
terhadap lokasi-lokasi yang menjadi tanggung jawab kami. Kebijakan
tersebut mengacu kepada Asas-asas Pembangunan Berkelanjutan
ICMM.

D. Struktur Organisasi Perusahaan


Ketenagakerjaan perusahaan berdasarkan status kepegawaian :
- Pegawai : Pada tahun 2012 PT Freeport Indonesia mempekerjakan
lebih dari 11.700 karyawan langsung.

5
- Pekerja pelaksana : Jumlah karyawan langsung PTFI: 64,04% Non
Papua, 34,63% Papua, dan 1,33% Asing.
- Tenaga outsourcing : Pada tahun 2012 PT Freeport Indonesia
mempekerjakan lebih dari 12.400 karyawan kontraktor.

Jumlah karyawan PTFI + Perusahaan mitra dan kontraktor, termasuk


Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN): 97,8% Indonesia, 2,20%
Asing. Sejak tahun 1996 perusahaan telah menggandakan jumlah
karyawan Papua. Dalam 10 tahun, jumlah karyawan Papua di tingkat
staff meningkat 4 kali lipat, jumlah staf karyawan Papua di tingkat
supervisor 6x lipat. Jumlah karyawan PT Freeport Indonesia hingga
tahun 2018 sekitar 30.000 orang, di mana 25% nya adalah karyawan
asli Papua. Jumlah pekerja langsung PTFI 7.096 pekerja dengan
komposisi 4.061 non Papua (57,23%), 2.890 asli Papua (40,73%), 145
asing (2,04%), dan 476 (6,71%) pekerja wanita.

Gambar 3. Grafik pekerja staff Papua

6
Bagan struktur organisasi PT Freeport Indonesia

E. Jenis Produk yang Dihasilkan


Produk yang dihasilkan dari proses penambangan PT Freeport
Indonesia adalah bijih tembaga, yang kemudian diekstrak melalui
proses kegiatan penggerusan, pengapungan, dan pengeringan,
menghasilkan Konsentrat tembaga, dimana pembeli membayar atas
kandungan tembaga, emas dan perak. Proses penambangan sehingga

7
menghasilkan bijih tembaga yaitu meliputi kegiatan pengeboran dan
peledakan, pengisian dan pengangkutan muatan, dan penghancuran.
Konsentrat tembaga merupakan produk akhir PTFI dengan nilai
tambah mencapai 95%.

Gambar 4. Bijih tembaga

F. Bahan Baku dan Bahan Pembantu


Bahan baku yang digunakan PT Freeport Indonesia adalah bijih
tembaga. Sedangkan bahan pembantu yang digunakan yaitu reagent,
bahan yang berbasis alkohol dan kapur, untuk memisahkan konsentrat
yang mengandung mineral tembaga, emas dan perak.

G. Proses Produksi
Saat ini PT Freeport Indonesia (PTFI) menerapkan dua teknik
penambangan, yakni open-pit atau tambang terbuka di Grasberg dan
tambang bawah tanah. Bijih hasil penambangan kemudian diangkut ke
pabrik pengolahan untuk dihancurkan menjadi pasir yang sangat halus.

Selanjutnya diikuti dengan proses pengapungan menggunakan reagent,


bahan yang berbasis alkohol dan kapur, untuk memisahkan konsentrat
yang mengandung mineral tembaga, emas dan perak. Sisa dari pasir
yang tidak memiliki nilai ekonomi (tailing) dialirkan melalui sungai
menuju daerah pengendapan di dataran rendah.

8
Konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan dari pabrik pengolahan
menuju pabrik pengeringan di pelabuhan Amamapare, melalui pipa
sepanjang 110 km. Setelah dikeringkan, konsentrat yang merupakan
produk akhir PTFI ini kemudian dikirim ke pabrik-pabrik pemurnian di
dalam maupun luar negeri.

Gambar 5. Kegiatan Penambangan dan Pengolahan

1. Kegiatan Penambangan dan Pengolahan


Penambangan : meliputi kegiatan pengeboran dan peledakan,
pengisian dan pengangkutan muatan, dan penghancuran,
menghasilkan bijih tembaga.
Pengolahan : meliputi kegiatan penggerusan, pengapungan, dan
pengeringan, menghasilkan konsentrat tembaga, dimana pembeli
membayar atas kandungan tembaga, emas dan perak.

Konsentrat tembaga merupakan produk akhir PTFI dengan nilai


tambah mencapai 95%.

2. Kegiatan Pemurnian di Gresik – Jawa Timur


 Pemurnian meliputi kegiatan smelting dan refining,
menghasikan Katoda Tembaga

9
 Pemurnian dilakukan di PT Smelting, Gresik, yang didirikan
dan dioperasikan bersama oleh PTFI & Mitsubishi sejak tahun
1997.
 PT Smelting merupakan Smelter tembaga pertama dan saat ini
merupakan satu-satunya di Indonesia
 Menampung 40-50% dari produksi PTFI
 Guna mendukung kebijakan hilirisasi, PTFI sedang dalam
proses ekspansi atau tambahan pembangunan Smelter yang
lokasinya berdampingan dengan PT Smelting

Gambar 6. Katoda Tembaga

3. Pabrik Pengolahan Bijih

Gambar 7. Pabrik Pengolahan Bijih

10
Emas yang masih kasar dan bebas tidak bereaksi dengan baik
pada proses flotasi. Konsentrator Knelson, sebuah sistem
pengambilan yang menggunakan gravitasi, menggunakan daya
sentrifugal untuk pemisahan dan pengambilan emas kasar dan bebas
tersebut. Dengan demikian, pengambilan emas dari bijih akan
mengalami peningkatan secara keseluruhan.

Gambar 8. Kompleks Pabrik Pengolahan Bijih

yang berada di area MP74.

Pabrik Pengolahan menghasilkan konsentrat tembaga dan


emas dari bijih yang ditambang dengan melalui proses memisahkan
mineral berharga dari pengotor yang menutupinya. Langkah-langkah
utamanya adalah penghancuran, penggilingan, pengapungan, dan
pengeringan. Penghancuran dan penggilingan mengubah bentuk
besaran bijih menjadi ukuran pasir halus guna membebaskan butiran
yang mengandung tembaga dan emas.

Pengapungan (Flotasi) adalah proses pemisahan yang


digunakan untuk menghasilkan konsentrat tembaga-emas. Bubur
konsentrat (slurry) yang terdiri dari bijih yang sudah halus (hasil
gilingan) dan air dicampur dengan reagen dimasukkan ke dalam
serangkaian tangki pengaduk yang disebut dengan sel flotasi, di
mana penambahan udara dipompa ke dalam slurry tersebut.

11
Reagen yang digunakan adalah kapur, pembuih (frother) dan
kolektor. Pembuih membentuk gelembung yang stabil, yang
mengapung ke permukaan sel flotasi sebagai buih. Reagen kolektor
bereaksi dengan permukaan partikel mineral sulfida logam berharga
sehingga menjadikan permukaan tersebut bersifat menolak air
(hydrophobic). Butir mineral sulfida yang hidrofobik tersebut
menempel pada gelembung udara yang terangkat dari zona slurry ke
dalam buih yang mengapung di permukaan sel. Buih yang
bermuatan mineral berharga tersebut, yang menyerupai buih deterjen
metalik, meluap dari bibir atas mesin flotasi kedalam palung
(launders) sebagai tempat pengumpulan mineral berharga. Mineral
berharga yang terkumpul di dalam palung tersebut adalah
'konsentrat'. Konsentrat (dalam bentuk slurry, 65% padat menurut
berat) dipompa ke Portsite melalui empat jaringan pipa slurry
sepanjang 115 km. Sesampainya di Portsite, konsentrat ini
dikeringkan sampai kandungannya hanya 9% air dan kemudian
dikapalkan untuk dijual.

Pasir yang tak bernilai dikumpulkan di dasar sel flotasi yang


terakhir sebagai limbah yang disebut 'tailing'. Tailing akhir ini
disalurkan menuju suatu sistem pembuangan alami yang mengalir
dari Mill menuju Daerah Pengendapan Ajkwa yang diModifikasi
(ModADA).

4. Arus bijih (oreflow) dan OHS (Overburden Handling System /


Sistem Penanganan Overburden) adalah segala sesuatu tentang
proses pemindahan bahan

Sistem arus bijih terdiri dari alat penghancur, ban berjalan


(conveyor), dan ore pass untuk mengirim bijih dari tambang ke
pabrik pengolahan (mill). OHS terdiri dari alat penghancur,
conveyor, dan alat penimbun (stacker) untuk menempatkan

12
overburden dari tambang terbuka Grasberg ke daerah-daerah
penempatan di Wanagon Bawah.

Gambar 8. Arus bijih (oreflow) dan OHS (Overburden Handling


System)

Portsite merupakan bagian yang sangat penting dari kegiatan


kami, sarana menerima bahan-bahan dan perlengkapan yang
diperlukan serta mengirimkan konsentrat kami dengan kapal.

Gambar 9. Kegiatan di Portsite

5. Concentrate Dewatering and Storage

Slurry (bubur) konsentrat dikeringkan dengan 3 unit rotary


vacuum disc filter dan satu unit filter pressure yang baru. Konsentrat
yang mengeras (cake) dari rotary vacuum disc filter selanjutnya
dikeringkan dengan 3 buah pembakar rotary kiln. Konsentrat kering
dengan kandungan air sekitar 9% disimpan di dalam gudang

13
konsentrat yang berkapasitas total sekitar 135.000 ton metrik. Ruang
penyimpanan tambahan tersedia pada pads di samping pabrik
pengering. Sebagai proses akhir, konsentrat dari gudang dimuat ke
kapal dengan menggunakan ban berjalan (conveyor). 

H. Limbah Produksi dan Pengolahannya


1. Limbah Cair
 Tailing
Salah satu volume limbah terbesar di operasi-operasi PTFI
berbentuk tailing - sisa air dan bebatuan alamiah di permukaan
tanah yang sangat halus setelah konsentrat terpisah dari bijih di
pabrik pengolahan. Proses pengolahan/konsentrat Freeport
Indonesia merupakan sebuah proses fisik di mana bijih digerus
halus dan mineral yang mengandung tembaga dan emas dipisahkan
dari partikel-partikel batuan yang tidak bernilai ekonomi. Oleh
karena topografi istimewa tapak, kegiatan seismiknya, dan curah
hujan tahun yang melebihi 10 meter di beberapa lokasi, kami
menggunakan sistem pengelolaan tailing yang terkendali via aliran
sungai yang mengangkut tailing ke suatu daerah yang ditetapkan di
zona dataran rendah dan pesisiran, yang disebut sebagai Modified
Ajkwa Deposition Area (Mod ADA). Daerah pengendapan ini
adalah suatu bagian dari bantaran genangan sungai, dan merupakan
sistem yang direkayasa, dikelola untuk pengendapan dan
pengendalian tailing.

Sistem pengelolaan ini dijalankan di bawah rencana


pengelolaan tailing komprehensif Freeport Indonesia, yang disetujui
oleh Pemerintah Indonesia setelah melakukan banyak studi teknis
dan suatu proses peninjauan ulang secara tahun-jamak. Sistem ini
melibatkan pembangunan struktur penampung lateral, atau tanggul,
untuk daerah pengendapan. Tanggul-tanggul ini belakangan
diperluas dan pekerjaan secara terus-menerus dilakukan untuk

14
berbagai perbaikan sistem, termasuk pemeriksaan, pemantauan, dan
pembangunan fisik. Kami terus-menerus mengevaluasi dan
memutakhirkan rencana pengelolaan tailing untuk meminimalkan
risiko. Apabila pertambangan berakhir, penelitian kami
memperlihatkan bahwa daerah pengendapan ini dapat direklamasi
dengan vegetasi alamiah atau dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
pertanian, kehutanan, atau perikanan. 
Kami telah melaksanakan suatu program untuk mendaur
ulang Tailing sebagai bahan campuran beton dalam pembangunan
prasarana lokal. Sejak tahun 2007 sampai tahun 2014, bekerja sama
dengan pemerintah daerah Propinsi Papua (PEMDA Papua) dan
pemerintah daerah Kabupaten Mimika (PEMDA), kami telah
menggunakan material Tailing sebagai unsur utama untuk
membangun infrastruktur.

 Air Asam Tambang


Banyak logam terdapat di alam bebas dalam bentuk mineral
sulfida. Ketika bijih ditambang dan overburden yang mengandung
sulfida terpapar dengan unsur alam, maka timbul potensi
pembentukan asam belerang oleh kegiatan air, oksigen, serta bakteri
yang terjadi secara alami. Air asam tersebut dapat melarutkan logam
yang terkandung di dalam batuan overburden dan terbawa dalam
sistem pembuangan air, yang apabila tidak dikelola dengan baik
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Proses
inilah yang disebut sebagai proses pembentukan air asam tambang.
Rencana PTFI untuk mengurangi air asam tambang mencakup
penampungan dan pengolahan air asam batuan yang ada dengan
melakukan pencampuran dengan batu kapur (limestone blending)
serta penutupan dengan kapur (limestone capping) terhadap
kawasan penempatan overburden yang ada dalam rangka
pengelolaan pembentukan air asam tambang di masa datang.

15
2. Limbah Padat
PTFI memiliki sistem pengelolaan limbah yang
komprehensif menerapkan prinsip-prinsip 3R – reuse, recycle,
reduction (pemanfaatan kembali, daur ulang, pengurangan).
Program-program minimalisasi limbah melibatkan pengurangan
limbah dan penggatian bahan dengan produk ramah lingkungan.
Wadah besar, ampas minyak, kertas dan ban bekas digunakan
kembali secara lokal setempat dengan cara yang ramah lingkungan.
Bahan-bahan yang dapat didaur ulang lainnya, sebagaimana logam
dan baterai bekas, dikumpulkan dan disimpan di daerah
penyimpanan sementara untuk selanjutnya didaur ulang sesuai
dengan peraturan Pemerintah Indonesia.
Aki/accu bekas kendaraan ringan maupun berat. Aki dikirim kepada
pihak ketiga di luar area kerja PTFI dimana bagian-bagian aki yang
bernilai dipisahkan, didaur-ulang dan dimanfaatkan kembali;
Material lain seperti ban bekas, besi bekas, drum-drum bekas
dimanfaatkan oleh pihak ketiga.

Berbagai limbah, termasuk jumlah kecil limbah berbahaya,


dipisah-pisahkan di titik asal. Pengumpulan, pengemasan, dan
penyimpanan limbah berbahaya yang ditimbulkan dari pekerjaan uji
kadar logam (assay) terhadap sampel bijih, laboratorium analitika,
sarana medik, dan proses-proses lain dikelola sesuai dengan
peraturan Pemerintah Indonesia. Limbah berbahaya diangkut ke
industri pengolah dalam negeri yang memiliki izin dan tidak
melintasi perbatasan internasional. Pada 2018, PT Freeport
Indonesia bersama pihak ketiga telah mengelola 3.321 ton limbah
berbahaya.

3. Limbah Gas

16
Limbah gas yang dihasilkan dari proses produksi PT Freeport
Indonesia adalah  emisi ekuivalen karbondioksida. Pada 2017,
jumlah emisi ekuivalen karbondioksida Freeport Indonesia
mencapai 2,52 juta ton metrik; terutama berasal dari pembakaran
bahan bakar oleh truk pengangkut dan pembangkit tenaga listrik.
Pemasok utama telah menetapkan tujuan perusahaan untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca dari produk-produknya sebesar
20% hingga tahun 2020. Dalam jangka pendek, PTFI fokus pada
perbaikan efisiensi pengoperasian armada truk pengangkut sebagai
cara untuk mengurangi emisi langsung. Prosedur pemeliharaan,
pencegahan dan pengawasan dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan izin. Pemantauan emisi dilakukan secara rutin oleh
laboratorium terakreditasi.

Gambar 10. Alat yang digunakan untuk mengukur emisi gas

I. Hasil Produksi dan Pemasaran


Hasil produksi PT Freeport Indonesia berupa konsentrat tembaga.
Proses pemasaran produk akan dilakukan melalui jalur laut. Konsentrat
dari gudang dimuat ke kapal dengan menggunakan ban berjalan
(conveyor). Kapal konsentrat dimuat sebagian pada dermaga
'concentrate jetty' dan selanjutnya kapal berlabuh di Sea Buoy A (lepas
pantai) untuk menyelesaikan sisa pemuatan dengan menggunakan kapal
tongkang. Penggunaan tongkang diperlukan karena kedalaman air yang
tidak memungkinkan kapal angkut untuk pemuatan penuh secara

17
langsung. Setiap tahun PTFI mengapalkan konsentrat lebih dari 100
kapal. Bahan dan perlengkapan diterima dan dibongkar di cargo dock
untuk diangkut ke berbagai daerah operasional kami di lokasi. Daerah
cargo dock di Portsite berfungsi sebagai lokasi pusat distribusi barang
untuk pengangkutan ke seluruh lokasi.

J. Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan Pengukuran


Biaya Lingkungan :
Menurut artikel liputan6.com tahun 2018, Pemerintah didesak untuk
menuntut PT Freeport Indonesia menuntaskan kewajiban membayar
denda kerusakan lingkungan sebesar Rp 185 triliun berdasarkan audit
BPK RI pada 2016. "Sesuai hasil penelusuran dan kajian Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta audit yang dilakukan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 2016, ditemukan bahwa
Freeport telah melakukan perusakan lingkungan di area sekitar
tambang. Untuk itu BPK telah menetapkan sanksi atas kerugian
kerusakan lingkungan periode 2013-2015 terhadap Freeport bernilai Rp
185 triliun," ujar Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies,
Marwan Batubara di Jakarta, Kamis (26/7/2018).

Gambar 11. Sungai Ajkwa dialiri pasir sisa tambang (tailing) dari
perusahaan tambang Freeport Indonesia di Timika, Papua

18
K. Identifikasi Biaya Lingkungan dan Komponen yang Termasuk
didalamnya
Karena PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan anak dari
Freeport-McMoran Copper & Gold Inc (FCX), maka semua biaya-
biaya yang dihasilkan oleh perusahaan anak akan digabung dengan
perusahaan induk. Jadi, berikut ini adalah laporan biaya-biaya oleh
perusahaan induk.
 Total Biaya Operasi : 13338
 Penjualan/Umum/Administrasi Beban, Total : 414
 Penelitian & Pengembangan : 104
 Biaya (Pendapatan) Bunga - Net Operasi : -7
 Pengeluaran (Pendapatan) Tak Biasa : -390
 Biaya Operasi Lainnya, Total : 105
* Dalam juta USD

L. Pengukuran Biaya Lingkungan

Komite Kebijakan Publik dari Dewan Komisaris Freeport-


McMoRan Copper & Gold Inc. membantu Dewan menjalankan
tanggung jawab pengawasannya di dalam perusahaan terkait

1. Program lingkungan;

2. Program hubungan dengan pemerintah dan masyarakat;

3. Kebijakan dan praktik ketenagakerjaan dan hak asasi manusia;

4. Program kesehatan dan keselamatan; dan

5. Kontribusi amal dan derma melalui pengembangan dan pelaksanaan


berbagai kebijakan komprehensif.

19
M. Penyajian Biaya Lingkungan Standar Akuntansi Keuangan
Biaya yang timbul dalam pengelolaan lingkungan ini disajikan
bersama sama dengan biaya-biaya unit lain yang sejenis dalam sub-sub
biaya administrasi dan umum. Penyajian biaya lingkungan ini didalam
laporan keuangan dapat dilakukan dengan nama rekening yang berbeda-
beda sebab tidak ada ketentuan yang baku untuk nama rekening yang
memuat alokasi pembiayaan lingkungan perusahaan tersebut.
Perusahaan dapat meyajikan kepedulian lingkungan dalam laporan
keuangan guna membantu menciptakan kesan positif terhadap
perusahaan dimata pemodal, pemerintah, dan masyarakat.

N. Pengungkapan Biaya Lingkungan


Pengungkapan (disclosure) memiliki suatu arti yang tidak menutupi
atau tidak menyembunyikan kepada public (Kusumawati, 2015).
Akuntansi lingkungan menuntut adanya alokasi pos khusus dalam
pencatatan rekening pada laporan keuangan yang diuat oleh perusahaan
sehingga dalam pelaporan akuntansi keuangan akan muncul bahwa
pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan tidak
sebatas pada retorika namun telah sesuai dengan praktis pengelolaan
sisa hasil operasional perusahaan.
Bentuk pengungkapan dalam laporan keuangan disajikan dalam
catatan atas laporan keuangan baik berdasarkan PSAK No.1 tahun 2017
maupun PP No.71 tahun 2010. Namun belum ada bentuk pengungkapan
mengenai biaya lingkungan di dalam standard akuntansi keuangan
maupun standar akuntansi pemerintahan. Akuntansi lingkungan
menuntut adanya alokasi pos khusus dalam pencatatan rekening pada
laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan (Mulyani, 2013).

20
O. Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan
Kesimpulan
PT Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan afiliasi dari Freeport-
McMoRan Copper & Gold Inc.. PT Freeport Indonesia menambang,
memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung
tembaga, emas, dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi
Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Indonesia. Freeport
Indonesia memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas
dan perak ke seluruh penjuru dunia.

Saran
Penulis mengharapkan agar PT Freeport tetap terus mengedepankan,
menjaga, dan melestarikan sumber daya alam yang ada. Tetap
berkomitmen untuk melakukan identifikasi, memahami, membuat
strategi dan berupaya mengurangi dampak lingkungan dari setiap
kegiatan yang lakukan.

Keterbatasan
Penulis menyadari ada banyak kekurangan dalam menganalisis
penerapan akuntansi lingkungan pada PT Freeport Indonesia, salah
satunya yaitu ada banyak data informasi yang diambil kurang terupdate,
informasi mengenai biaya-biaya yang tidak didapatkan kerena
perusahaan ini merupakan anak perusahaan asing, sehingga penulis
susah mencari referensi mengenai biaya-biaya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ptfi.co.id. (2018). Dunduh pada tanggal 1 Mei 2020 dari


https://ptfi.co.id/id/about
wikipedia.org. Diunduh pada tanggal 3 Mei 2020 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Freeport_Indonesia
Pardede, Marulak. (2016). “IMPLIKASI HUKUM KONTRAK KARYA
PERTAMBANGAN TERHADAP KEDAULATAN NEGARA”. Penelitian
Hukum

Liputan6.com 2018. Diunduh pada tanggal 3 Mei 2020 dari


https://www.liputan6.com/bisnis/read/3600893/pemerintah-diminta-tagih-
denda-kerusakan-lingkungan-rp-185-triliun-ke-freeport#

Papua.antaranews.com. 2018. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2020 dari


https://papua.antaranews.com/berita/469231/tokoh-freeport-harus-tanggung-
jawab-kerusakan-lingkungan

Investing.com. 2020. Diunduh pada tanggal 7 Mei 2020 dari


https://id.investing.com/equities/freeport-mcm-balance-sheet

22

Anda mungkin juga menyukai