Disusun oleh :
Maya Yuliya Mahdarika
P27220016215
b. Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate)
besarnya hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung
dari kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat
pemekatan urin.
c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron
telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR
(Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin
serum dan BUN akan meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang
cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma
dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.
Pathway
4. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR
dapat menurun hingga 25% dari normal
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,
latergi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan
(volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis,
kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan
GFR kurang dari 5-10 ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN
meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang
komplek.
Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi
renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium, khlorida) (Nurarif dan Kusuma, 2015).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu
penderita diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan
ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada
keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam
Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi
perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama
untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir
ini dianggap sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang
reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-
tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya
anemia, dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara
ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan
bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam,
luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran
kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin,
pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang
menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama
dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena
berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya
disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh
insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak,
disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik
dan menurunnya lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan
pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun,
PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam
organik pada gagal ginjal.
7. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar
aluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati
perifer, Hiperuremia
B. Asuhan Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak
senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik
atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan
tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan
fungsi ginjal
berhubungan dengan anorekasia, mual, muntah, kehilangan selera, bau, stomatitis dan
berhubungan dengan kerusakan tindakan keperawatan kreatinin dan BUN serum dialisat segera
fungsi ginjal selama 3x24 jam, volume 2. Rujuk 2. Ahli diet adalah spesialis nutrisi dan dapat
cairan tubuh dapat pasien ke ahli diet untuk penyuluhan diet menjelaskan alasan modifikasi diet dan dapat
berrkurang dengan kriteria
dan bantu dalam merencanakan kebutuhan membantu pasien merencanakan makanan
hasil :
makanan dengan modifikasi dalam protein, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam
1. Nilai elektrolit serum
dalam rentang normal kalium, fosfor, natrium dan kalori. batas diet.
2 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan 1. Pantau berat badan setiap hari, kreatinin 1. Untuk mengidentifikasi indikasi
dengan anemia dan nyeri sendi tindakan keperawatan dan BUN serum, jumlah makanan yang perkembangan atau penyimpangan dari hasil
sekunder terhadap gagal ginjal. selama 3x24 jam, dikonsumsi dalam setiap makanan, hasil yang diharapkan
intoleransi aktivitas pasien laporan JDL, terutama hemoglobin dan 2. Ini dapat menandakan kemajuan kerusakan
dapat teratasi dengan
kriteria hasil : hematokrit, kadar besi dan feritin serum, ginjal dan perlunya penilaian tembahan
1. Berkurangnya keluhan nilai protein serum, masukan dan haluaran, dalam terapi
lelah hasil kalsium serum dan kadar fosfat. 3. Istirahat memungkinkan tubuh untuk
2. Peningkatan keterlibatan 2. Konsul dokter bila keluhan kelelahan menyimpan energi yang digunakan oleh
3. Laporan perasaan lebih 3. Mungkin periode istirahat sepanjang hari 4. Stomatitis dapat terjadi karena toksin uremik
berenergi 4. Bila pasien mengeluh mulut kering, berlebihan pada mukosa oral dan penurunan
4. Frekuensi pernafasan dan izinkan pasien untuk berkumur dengan air masukan cairan. Selain itu anoreksia,
frekuensi jantung kembali sedikitnya tiap jam atau berikan batu es ditambah dengan mulut kering dan lengket.
normal setelah atau permen lemon keras. Tindakan ini meningkatkan saliva.
penghentian aktivitas, 5. Jamin lingkungan kondusif untuk makan 5. Meskipun anoreksia akibat dari kombinasi
berkurangnya nyeri sendi. selama waktu makan (bebas bau, makanan faktor-faktor seperti kelelahan, toksin uremik
disajikan sesuai kesukaan pasien). berlebihan dan depresi, penilaian dapat dibuat
imobilisasi dan kelelahan. dan saluran GI. Bila kalsium serum turun
produksi parathormon meningkat,
dari tulang.
3a. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Bila mungkin atur untuk kunjungan dari 1. Individu yang berhasil dalam koping
kurang pengetahuan tentang tindakan keperawatan individu yang mendapat terapi terhadap gagal ginjal kronik dapat
kondisi, pemeriksaan diagnostik, selama 3x24 jam, ansietas 2. Berikan informasi tentang : berpengaruh positif untuk membantu pasien
4b. Risiko tinggi kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien untuk mempertahankan 1. Kuku pendek kurang mungkin untuk
kulit berhubungan dengan pruritus tindakan keperawatan kuku terpotong pendek, mempertahankan merobek. Keringat, panas dan kulit kering
meningkatkan pruritus. Toksin urenik
sekunder terhadap gagal ginjal. selama 3x24 jam, risiko suhu ruangan pada keadaan nyaman untuk
menyebabkan pruritus. Sabun ringan kurang
kerusakan integritas kulit mencegah keringat, mengikuti pembatasan mungkin untuk menyebabkan kulit kering
dapat diatasi dengan dan mengiritasi kulit.
diet yang diprogramkan, mandi dengan
kriteria hasil : 2. Kadar fosfor serum terlalu tinggi. Karna
sabun tanpa deodorant dan hipoalergik.
1. Tidak ada tanda garukan kalsium dan fosfor berbanding terbalik
2. Berikan agen ikatan fosfat atur untuk dialisa secara proporsional, kalsium serum turun
pada kulit, keluhan
sesuai program. dan pasien menjadi tremor. Dialisa
pruritus lebih sedikit.
membuang toksin dan membantu
menormalkan biokimia.
5c. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan 1. Tinjau kembali raasional untuk 1. Kepatuhan ditingkatkan bila pasien
ketidakpatuhan berhubungan tindakan keperawatan memodifikasi diet yang diprogramkan mengalami efek-efek tindakan yang
pada rencana pulang :
dengan kurang pengetahuan, sistem selama 3x24 jam, ketidak diprogramkan untuk kondisi mereka
1). Tinjau kembali rasional untuk
pendukung kurang adekuat.
patuhan dapat berkurang 2. Instruksi verbal dapat mudah dilupakan
menghindari kelebihan yang meningkatkan
dengan kriteria hasil : kadar ureum. 3. Untuk memastikan keamanan pemberian
1. Merupakan pemahaman 2). Pembatasan natrium untuk mengurangi
pengobatan
tentang instruksi pulang, retensi cairan.
3). Pembatasan kalium 4. Tim pendukung yang tersedia dan konsisten
mendemonstrasikan
4). Bila oliguria, pembatasan cairan untuk diperlukan sepanjang hidup pasien
kemampuan untuk
merawat klien. mengurangi edema.
5). Kalori tinggi untuk menjamin pengguna
protein dan sintesis protein jaringan dan
supai energi.
2. Yakinkan bahwa pasien dan orang terdekat
mempunyai hal tertulis mengenai :
1). Perjanjian untuk instruksi perawatan
lanjut untuk perawatan diri di rumah.
2). Petunjuk dan nomor telepon pusat
dialisa yang memberikan terapi
pemeliharaan.
3. Berikan instruksi tertulis tentang semua
rencana pengobatan untuk digunakan di
rumah, termasuk nama, dosis, jadwal,
tujuan dan efek samping yang dapat
dilaporkan.
4. Yakinkan pasien mempunyai nomor telepn
orang sumber seperti perawat dialisa atau
koordinator transplantasi, dokter, ahli diet
ginjal, pekerja sosial ginjal yayasan ginjal
Indonesia.
6 Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Konsul ahli diet untuk bantu 1. Persepsi diet yang tepat penting dalam
kebutuhan tubuh yang berhubungan tindakan keperawatan pengkajian nutrisi, mengidentifikasi penatalaksanaan gagal ginjal kronik yang
dengan anorekasia, mual, muntah, selama 3x24 jam, tujuan nutrisi, meresepkan modifikasi mencegah toksisitas uremik,
kebutuhan nutrisi diet dan memberikan nutrisi pada
kehilangan selera, bau, stomatitis ketidakseimbangan cairan elektrolit dan
dan diet tak enak. pasiendapat teratasi klien. katabolisme.
dengan kriteria hasil : 2. Pertegas instruksi diet dan berikan 2. Empati dan penguatan terhadap instruksi diet
materi tertulis untuk nstruksi verbal. dapat meningkatkan kepatuhan terhadap
3. Diskusikan tentang pemilihan diet
pembatasan diet.
dari pada pembahasan pantangan
3. Klien dan keluarga akan menjadi tidak
diet.
berselera bila diet terlalu dibatasi dan tidak
4. Siapkan dan berikan dorongan oral
hygiene yang baik sebelum dan enak.
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk. Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta; MediAction.
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.