Disusun Oleh :
Kartika Sri Rahayu
2014091006
1
a. Sebelum membuat desain, lebih dulu Perencana bendungan harus memenuhi halhal
sebagai berikut:
a. Pembangunan bendungan disamping akan memperoleh manfaat, berarti juga akan
mengundang dan menyiapkan potensi bahaya. Bendungan yang runtuh akan menimbulkan
banjir bandang yang sangat dahsyat yang mengancam keselamatan jiwa dan harta benda di
hilir bendungan.
b. Kejadian keruntuhan bendungan dapat menimpa bendungan mana saja dan kapan saja,
sehingga Perencana bendungan harus melakukan antisipasi terhadap segala kemungkinan
peluang terjadinya keruntuhan bendungan.
c. Pada umumnya keruntuhan bendungan dimulai dari zona atau titiktitik lemahnya, bukan pada
kondisi rata-ratanya, oleh karenanya dalam penyiapan desain perlu diperhatikan lebih pada
zona atau titik-titik lemah tersebut.
d. Agar dapat mengetahui dan memahami sifat, perilaku dan titiktitik lemah setiap tipe
bendungan, sebelum membuat desain Perencana wajib mempelajari berbagai kejadian
keruntuhan bendungan, mengkaji potensi penyebab dan model keruntuhannya sehingga
dalam penyiapan desain dapat mengupayakan pencegahan-pencegahannya.
e. Penyiapan desain bendungan harus dimulai dari konsep desain yang bersifat umum,
kemudian dilanjutkan dengan mendetailkan bagianbagiannya, bukansebaliknya. Tubuh
bendungan dan pondasinya harus ditinjau dalam satu kesatuan fungsi yang bekerja bersama-
sama, tidak secara terpisah-pisah.
f. Khusus untuk bendungan urugan, Karena adanya pengaruh-pengaruh: faktor alamiah,
pembebanan dan kualitas pelaksanaan yang tidak seragam atau kurang baik, maka zonazona
yang ada pada bendungan urugan didalam Pelaksanaannya tidak akan selalu dapat betul-betul
homogeny seperti yang diasumsikan dalam desain. Memahami hal ini, Perencana bendungan
harus mengambil langkah-langkah antisipasi terhadap kekurangankekurangan yang dapat
terjadi, walaupun berdasarkan perhitungan mungkin tidak diperlukan.
g. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi, Apabila terjadi kegagalan bendungan, Semua pihak yang terlibat dalam
pembangunan dan pengelolaan bendungan yakni: Konsultan Perencana, Supervisi,
Kontraktor dan Pengelola/ Pemilik bendungan, harus bertanggungjawab atas terjadinya
kegagalan sesuai dengan bidang profesi masingmasing.
2
p. Rencana Pembebasan Tanah dan Rencana Pemindahan Penduduk
q. Analisis Ekonomi dan Finansial Rinci
r. Laporan Studi AMDAL
d. Kriteria Dasar
a. aman terhadap kegagalan structural
b. aman terhadap rembesan dan bocoran
c. aman terhadap kegagalan hidraulik
e. Kriteria Umum
a. Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh, pondasi, abutmen (bukit tumpuan) dan tepi
sekeliling Waduk harus selalu stabil dalam keadaan apapun juga termasuk dalam keadaan
gempa bumi selama operasi dan pemeliharaan yang kemungkinan terjadi selama umur
bendungan. Kalaupun ada penurunan, masih dalam batas toleransi yang diizinkan.
b. Untuk mencegah terjadinya bahaya limpasan di atas puncak bendungan, harus diupayakan
agar tinggi puncak bendungan setelah terjadi penurunan akhir masih cukup tinggi sehingga
tinggi jagaan yang tersedia masih memenuhi standar yang diperlukan. Tinggi jagaan haruslah
cukup untuk menahan limpasan air banjir sebagai akibat gelombang.
c. Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk mengalirkan debit banjir desain dengan
aman. Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk melewatkan debit banjir desain
dengan aman sesuai SNI0334321994. Harus diupayakan pula agar kapasitas bangunan
pelimpah tidak termasuk kapasitas bangunan pengeluaran lain.
d. Tidak boleh terjadi debit rembesan dan tekanan yang berlebihan pada bendungan dan pondasi
yang mengakibatkan terjadinya aliran buluh, sembulan pasir, retak hidraulik dan arching.
e. Lereng-lereng bendungan, bangunan pelimpah, bangunan pengeluaran, sekeliling waduk,
saluran, tebing sungai dan lain-lain yang terkait dengan bendungan, bila perlu diadakan
perkuatan lereng dan tebing, agar selalu stabil dan tidak mudah longsor sehingga dapat
dioperasikan dengan aman dan andal baik dalam keadaan normal maupun darurat.
h. Survai Topografi
Semua kegiatan survai topografi harus menggunakan titik referensi yang sama, sedapat mungkin
agar menggunakan titik referensi dari jaringan triangulasi. Tingkat ketelitian survai harus
memenuhi standar yang berlaku. Data survai yang dibutuhkan pada setiap tahap pembangunan,
antara lain:
Peta Daerah Pengaliran Sungai, dapat menggunakan foto udara dan peta topografi yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang, yang dapat berupa Gambar peta atau data digital.
Sebelum digunakan agar dilakukan uji validitas untuk menyakinkan bahwa datanya baik dan
valid digunakan.
Jenis, metode dan tingkat akurasi investigasi geologi, harus dilakukan sesuai dengan tahapan
pelaksanaan. Pelaksana investigasi (investigator) harus memiliki kemampuan: mengklasifikasi
tanah dan batuan, memahami sifat Teknik dan geologi berbagai bentuk rupa bumi (lands form)
terbiasa dengan metode-metode: sampling, logging, serta uji lapangan dan laboratorium untuk
bendungan.
4
b. Peta semi detil lapangan skala 1:10.000 sampai 1:25.000
c. Peta detil dengan skala 1:500 sampai 1:5.000
Data yang diperoleh dari investigasi ini harus mampu memberi informasi mengenai: stratigrafi;
struktur geologi; orientasi bidang diskontinyuitas seperti struktur sesar; kekar; jurus; kemiringan
lapisan; jenis dan sifat batuan; hidrogeologi; daerah longsoran; lokasi sumber material timbunan
dan aggregate beton.
Peta geologi perlu disiapkan, pada lokasi-lokasi berikut:
a. Cekungan waduk dan daerah sekitarnya, dengan skala 1:500 - 1:5.000
b. Lokasi bendungan utama dan pelana, bangunan pelengkap, skala 1:500 -
1:1.000
c. Lokasi sumber galian, skala 1:500 - 1:1.000
d. Lokasi lain yang dianggap perlu
n. a. Survai Seismik
Pada desain awal: survai seismic diperlukan untuk memperkirakan kedalaman lapisan tanah
dan batuan, lokasi rekahan, struktur sesar, kondisi dan tingkat pelapukan batuan. Jalur survai,
paling tidak dilakukan pada: sepanjang tapak bendungan sejajar poros bendungan, palung
sungai, tumpuan kanan dan kiri, serta sepanjang bangunan pelimpah.
Pada desain rinci: survai seismic diperlukan untuk melengkapi data yang diperoleh pada
tahap desain awal.
o. b. Pemboran
Pemboran diperlukan untuk mengetahui secara langsung kondisi geologi di calon lokasi
bendungan, bangunan pelengkap dan sumber galian. Pemboran dilakukan menggunakan
"rotary core drilling" dengan diameter mata bor > 56 mm. Kedalaman pemboran di lokasi
bendungan pada prinsipnya harus sampai menembus batuan dasar lebih dari 5 meter, atau
secara umum paling tidak 2/3 kali tinggi bendungan. Kedalaman yang pasti ditetapkan
berdasarkan hasil uji seismic dan geologi setempat.
Selama pemboran harus dilakukan berbagai uji, yang antara lain:
1. Uji penetrasi standar (SPT) pada setiap interval kedalaman 2 meter atau setiap pergantian
lapisan
2. Uji permeabilitas pada setiap interval kedalaman 1,5-3 meter. Metode uji permeabilitas
(uji packer bertekanan, atau open end test) disesuaikan dengan karakteristik formasi.
Pada tahap desain awal: paling tidak diperlukan 2 lobang bor pada poros bendungan masing-
masing di tumpuan kanan dan kiri; 2 atau 3 lubang bor di palung sungai kecuali bila terlihat
adanya singkapan batuan segar jumlah lobang bor dapat dikurangi; 1 lobang bor di bawah
mercu pelimpah, dan di tempat-tempat lain yang memeriukan. Bila lembah sungai sempit
dan diduga merupakan jalur struktur sesar, perlu dilakukan pemboran miring pada sisi tebing
sungai menembus formasi batuan di bawah sungai.
Pada desain rinci: jumlah dan lokasi pemboran tergantung pada kondisi geologi setempat,
dengan mempertimbangkan titik-titik pemboran yang telah dilaksanakan pada tahap desain
awal. Secara umum lokasi pemboran sama dengan jalur pemboran pada desain awal, namun
Jarak titik pemboran perlu dirapatkan dengan Jarak antara masing-masing titik pemboran
disarankan berkisar antara 20 sampai 30 m. Inti hasil pemboran, harus disimpan dengan baik
5
didalam peti kayu, disusun sesuai kemajuan pemboran. Diskripsi sample inti pemboran harus
dicatat dalam kolom-kolom format laporan (log bor) yang antara lain memuat: nama
pelaksana, tanggal, elevasi, diskripsi, Satuan batuan, perolehan inti, RQD, koefisien
permeabilitas, SPT, air pembilas, dan lain-lain yang perlu.
p. c. Terowong uji
Metode ini disarankan untuk dilakukan bagi bendungan besar tinggi di atas 30 meter, dimana
kekuatan pondasi sangat penting untuk diketahui. Terowong uji dibuat 1 atau 2 buah pada
tumpuan kiri dan atau kanan tergantung kondisi geologi setempat.
Disamping itu perlu dikaji ketahanan batuan terhadap proses pelapukan (slaking) untuk
mengetahui stabilitasnya jangka panjang.
r. Uji Laboratorium
Ujilaboratoriumdiperlukanuntuk:
a. Melakukan analisis sifat Teknik batuan (fragmen pembentuk batuan) dan melengkapi data
untuk mengklasifikasi batuan dengan membandingkan sifat fisik dan sifat kimiawi fragmen
batuan.
b. Mengetahui sifat Teknik batuan atau fragmen batuan Sebagai bahan timbunan, agregat beton
dan lain sebagainya serta untuk mengevaluasi mutu bahan.
Sesuai jenis material yang diuji, pekerjaan uji laboratorium dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu uji laboratorium mekanika tanah dan mekanika batuan seperti berikut:
6
t. b. Uji laboratorium mekanika batuan
1. Sifat fisik:
selalu: berat spesifik, berat satuan, porositas, serap lembab, permeabilitas; seringkali:
modulus elastisitas dinamis, nilai poison dinamis; stabilitas terhadap pembasahan dan
penyerapan air; besarnya pengembangan ( swelling) dan tekanan akibat perendaman, dll.
2. Sifat mekanik:
selalu: kuat tekan bebas (unconfined compressive strength), modulus deformasi (elastis),
nilai poison seringkali: triaksial-konstanta kekuatan batuan (c, o), modulus deformasi,
nilai poison; geseran langsung kekuatan geser, konstanta batuan: tegangan tarik Brasilian
bilaperlu: tegangan tarik satu dimensi; bengkokan; daya dukung kekerasan (shore
hardness) ; koefisien restitusi.
u. Investigasi Material
Investigasi ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan:
a. Kualitas material, yang mencakup klasifikasi teknis, sifat fisik, dan mekanik, sekaligus
menetapkan material yang memenuhi persyaratan desain dan konstruksi.
b. Ketersediaan cadangan material yang memenuhi syarat.
c. Kondisi yang berkaitan dengan penggalian, lokasi sumber yang mencakup jalan masuk,
jarak, status, perlunya konservasi, dan lainlain.
7
b. Tahap desain rinci
1. sumuran uji atau pemboran auger setiap interval grid 50 - 100
2. uj ifisik: 1 sample setiap 10.000 – 25.000 m3 material
3. uji dinamik: 1 sample setiap 50.000 m3 material
8
Konsolidasi O O + + + + ukuran maksimum
Geser/ triaksial O O O O O O butiran halus
kurang dari 1/5 dia
B meter dalam mold,
Butiran halus + + + + + O harus > 10 cm.
Indeks pemadatan
+ + + + + +
harus ditetapkan
bila: Md > 1 0,
dmax<Md/10Md>
10 , dmax<Md/10-
Lain-lain 5.
Md = diameter
rmold. dmax =
ukuran butiran
maks yang
diijinkan
Berat spesifik + + + O O O
& daya serap
air kerikil
Kuat tekan O O
Stabilitas + +
Ketahanan O
+
abrasi
Kadar + +
kelarutan total
Nilai PH + +
Lain-lain + + + + + +
Catatan : Konstr= Tahap konstruksi O=harus
dilakukan
+= dilakukan bila perlu
z. Studi Gempa
Syarat pokok desain bendungan tahan gempa adalah, harus mampu memberi perlindungan
kepada masyarakat dan harta benda dari ancaman bahaya bendungan. Untuk memenuhi syarat
pokok tersebut ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan parameter
gempa yang digunakan dalam evaluasi keamanan bendungan, hal-hal sebagai berikut:
1. Tingkat bahaya gempa (seismic hazard rating) di lokasi bendungan
2. Tingkat/ kelas resiko setelah bendungan dan waduk selesai dibangun
3. Tipe bendungan
4. Kebutuhan atau persyaratan yang terkait dengan fungsi bendungan
5. Konsekuensi atas perkiraan resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi
Disamping itu untuk penetapan gempa desain, juga harus mempertimbangkan faktor-faktor
seperti yang diuraikan pada butir3.5.1; 3.5.2 dan 3.5.3. Parameter gempa untuk desain bendungan
dapat ditentukan dengan menggunakan Peta Zona Gempa atau dengan melakukan studi gempa
tersendiri. Peta Zona Gempa tidak dapat digunakan bagi bendungan tinggi dan sangat tinggi yang
terletak di daerah yang memiliki kondisi geologi khusus seperti kekar, retakan, sesar besar yang
aktif, atau bendungan yang terletak pada zona E dan F pada Peta Zona Gempa. Bagi bendungan
yang memiliki kondisi seperti tersebut, parameter gempa desainya harus ditetapkan dengan
melakukan studi gempa sendiri.
9
aa. Studi Sosial Ekonomi dan Lingkungan serta Pemindahan Penduduk’
Studi ini diperlukan untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif, meningkatkan manfaat
pembangunan bendungan, mencari masukan untuk penyusunan planning bendungan, membuat
perencanaan pemindahan penduduk, menetapkan kelas bahaya bendungan yang definitif,
penyusunan Rencana Tindak Darurat dan lain sebagainya. Studi ini harus mencakup daerah yang
terkena Proyek dan daerah yang mendapat dampak negative adanya proyek. Setelah
pembangunan bendungan selesai dan dioperasikan, hasil studi perlu dievaluasi ulang untuk
menilai kembali dampak positif maupun negatef yang timbul.
Tabel 5-2Kondisi dan Kombinasi Beban serta Faktor Keamanan Minimum
Kuat FK Tanpa FK
No
Kondisi Tekanan Air Pori Dengan
. Geser Gempa Gempa
1. Selesai Pembangunan 1. Efektif Peningkatan tekanan air pori 1.30 1.20
tergantung: pada timbunan dan pondasi
1.Jadwal pembangunan dihitung menggunakan data
2. Hubungan antara tekanan lab. Dan pengawasan
antara air pori dan waktu instrumen
Lereng hulu dan hilir. Idem hanya tanpa 1.40 1.20
pengawasan instrumen
Hanya pada timbunan tanpa 1.30 1.20
No Kondisi Kuat FK Tanpa FK
. Tekanan Air Pori Dengan
Geser Gempa Gempa
data lab dan dengan/ tanpa
pengawasan instrumen
Dengangempa tanpa 2. Total Tanpa Instrumen 1.30 1.20
kerusakan digunakan 50%
koefisien gempa desain
2. Rembesan tetap tergantung: 1. Efektif Dari analisis rembesan 1.50 1.20
1 Elevasi muka air normal
sebelah hulu
2 Elevasi hulu dan hilir
Dengan gempa tanpa
kerusakan digunakan 100%
koefisien gempa desain.
3. Pengoperasian waduk 1. Efektif Surut cepat dan El. Muka air 1.30 1.10
tergantung: 1 Elevasi Normal sampai El. Muka air
minimum.
muka air
Lereng hulu dan hilir
Maksimum di hulu
2 Elevasi muka air minimum Surut cepat dan El. Muka air 1.30
di hulu (dead storage). maksimum sampai El. Muka
Lereng hulu harus dianalis air minimum. Pengaruh
gempa diambi l0% dari koef.
untuk kondisi surut cepat
Gempa desain.
4. Luar biasa tergantung: 1. Efektif Surut cepat dari El. Muka air 1.20
1 Pembuntuan pada system maksimum sampai El.
drainase Terendah bangunan
2 Surut cepat karena pengeluaran. Pengaruh gempa
penggunaan air melebihi diabaikan.
10
kebutuhan.
3 Surut cepat pada kondisi
gawat darurat.
Keterangan: Fk – Faktor Keamanan Al
– Elevasi
11