Di Susun Oleh:
Mahasiswa
Tingkat II B/Semester IV
Jekicen
2018.C.10a.0970
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena
dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II ini. Adapun
makalah yang sederhana ini membahas tentang “IMUNOLOGI dan
ENDOKRIN” makalah ini saya susun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang sistem saraf dan sistem endokrin, yang kami sajikan dengan berdasarkan
pengamatan dari berbagaai sumber, walau sedikit ada rintangan namun dengan
penuh kesabaran dan pertolongan dari Tuhan akhirnya Makalah ini dapat
terselesaikan.
Palangkaraya, 18 Maret 2020
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................2
3.1 Kesimpulan............................................................................................14
3.2 Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. KELENJAR HIPOFISE
Suatu kelenjar endokrin yang terletak didasar tengkorak .yang memegang
peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin.Dapat
dikatakan sebagai kelenjar pemimpin sebab hornon-hormon yang dihasilkannya
dapat mempengaruhi pekerjaan kelenjar lainnya. Kelenjar hipofise terdiri dari 2
lobus.
1. Hormon somatotropik, mengendalikan pertumbuhan tubuh.
2. Hormon tirotropik, mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam
menghasilkan hormon tiroksin.
2
3. Hormon adrenokortikotropik (ACTH), mengendalikan kelenjar suprarenal
dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks keler jar suprarenal.
4. Hormon gonadotropik berasal dari Follicle Stimulating Hormone (FSH)
yang merangsang perkembangan folikel degraf dalam ovarium dan
pembentukan spermatozoa dalam testis.
5. Luteinizing Hormone (LH), mengendalikan sekresi estrogen dan
progesteron dalam ovarium dan testosteron dalam testis. Interstitial Cell
Stimulating Hormone (ICSH).
1. Hormon anti diuretik (ADH), mengatur jumlah air yang keluar melalui
ginjal membuat kontraksi otot polos ADH disebut juga hormon pituitrin.
2. Hormon oksitoksin merangsang dan menguatkan kontraksi uterus sewaktu
melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui. Kelenjar hipofise
terletak di dasar tengkorak, di dalam foss hipofise tulang spenoid.
B. KELENJAR TIROID
Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea diikat
bersama oleh jaringan tiroid dan yang melintasi trakea di sebelah depan.
Merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan bawah, melekat
pada dinding Taring.
Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior,
kelenjar tiroid ini dapat memproduksi hormon tiroksin.
Fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari:
1. Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.
2. Mengatur penggunaan oksidasi
3. Mengatur pengeluaran karbondioksida.
4. Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan.
5. Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.
C. KELENJAR PARATIROID
Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher, kelenjar ini
bedumlah 4 buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan para hormon
atau hormon para tiroksin. Kelenjar paratiroid berjumlah 4 buah.
3
Masing-masing melekat pada bagian belakang kelenjar tiroid, kelenjar
paratiroid menghasilkan hormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan
fosfor di dalam tubuh.
Fungsi kelenjar paratiroid :
1. Mengatur metabolisme fospor.
2. Mengatur kadar kalsium darah.
Hipofungsi, mengakibatkan penyakit tetani. Hiperfungsi, mengakibatkan
kelainan-kelainan seperti; Kelemahan pada otot-otot, sakit pada tulang, kadar
kalsium dalam darah meningkat begitu juga dalam urin, dekolsifikasi dan
deformitas, dapat juga terjadi patch tulang spontan.
D. KELENJAR TIMUS
Terletak di dalarn mediastinum di belakang os sternum, kelenjar timus hanya
dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun. Kelenjar timus terletak di dalam
toraks kira-kira setinggi bifurkasi trakea, warnanya kemerah-merahan dan terdiri
atas 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil danberatnya kira-kira 10grarn atau
lebih sedikit. Ukurannya bertambah pada masa remaja dari 30-40 gram kemudian
berkerut lagi.
Fungsi kelenjar Timus :
1. Mengaktifkan pertumbuhan badan.
2. Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.
4
3. Mempengaruhi aktifitas jafingan limfoid.
G. KELENJAR PANKREATIKA
Terdapat pada belakang lambung di depan vertebra lumbalis I dan II terdiri
dari sel-sel alpa dan beta. Sel alpa menghasilkan hormon glukagon sedangkan sel-
sel beta menghasilkan hormon insulin. Hormon yang diberikan untuk pengobatan
diabetes, insulin merupakan sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh
enzim-enzim pencernaan protein.
H. KELENJAR KELAMIN
Kelenjar testika. Terdapat pada pria terletak pada skrotum menghasilkan
hormon testosteron.
Fungsi hormon testosteron. Menentukan sifat kejantanan, misalnya adanya
jenggot, kumis, jakun dan lain-lain, menghasilkan sel mani (spermatozoid)
serta mengontrol pekerjaan seks sekunder pada laki-laki.
Kelenjar ovarika. Terdapat pada wanita, terletak pada ovarium di samping
kiri dan kanan uterus.
Menghasilkan hormon progesteron clan estrogen, hormon ini dapat
mempengaruhi pekerjaan uterus serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya
pinggul yang besar, bahu sempit dan lain-lain.
Ketika sel menerima perintah dari 2 atau lebih dalam waktu yang sama
mka ada 4 kemungkinan yaitu : ke-2 hormon bekerja antagonis,
sinergis, permissive effect, atau integrative. Untuk menimbulkan efek pada organ
target maka hormon harus berikatan dengan reseptor yang spesifik baik yang
terdapat di permukaan luar membran maupun yang berada di dalam sel. Reseptor
yang berada di luar membran membutuhkan perantara yang dikenal dengan
5
second messenger. Hormon steroid merupakan hormon turunan lipid sehingga
mudah melewati membran. Hormon tersebut memiliki reseptor di dalam sitosol
atau di nukleus.
Autokrin : sel target mensekresikan hormon dan akan diterima kembali oleh sel
target tersebut.
Parakrin : sel target mensekresikan hormon, dan hormon tersebut akan diterima
oleh sel target lainnya.
Untuk menimbulkan efek pada sel target, hormon harus berikatan dengan
reseptor yang spesifik. Setiap sel mempunyai reseptor untuk merespons beberapa
hormon yang berbeda. Bagi setiap sel, ada tidaknya reseptor yang spesifik
menentukan sensitivitas sel tersebut terhadap hormon. Reseptor hormon terdapat
di membran plasma atau di dalam sel.
6
1. Pertahanan fisis dan mekanis.
Pertahanan Fisis terdiri atas kulit, selaput lendir, dan silia saluran
nafas, sedang pertahanan mekanis terdiri dari batuk, dan bersin. Kulit
yang rusak misainya oleh luka bakar dan selaput lendir yang rusak
oleh karena asap rokok akan meningkatkan risiko infeksi.
2. Pertahanan biokimia.
Bahan yang disekresi mukosa saluran napas, kelenjar sebaseus kulit,
kelenjar kulit, telinga, spermin dalam semen merupakan bahan yang
berperan dalam pertahanan tubuh. Asam hidroklorik dalam cairan
lambung, lisosim dalarfi keringat, ludah, air mata, dan air susu dapat
melindungi tubuh terhadap kuman gram positif dengan jalan
menghancurkan dinding kuman tersebut. Air susu ibu mengandung
pula laktoferitin dan asam neurominik yang mempunyai sifat
antibakterial terhadap E.coli dan stafilokok.
3. Pertahanan humoral.
Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi
bakteri dan parasit dengan jalan opsonisasi (Gambar 3).
Kejadian-kejadian tersebut di atas adalah fungsi sistem imun
nonspesifik, tetapi dapat pula terjadi atas pengaruh respons
imun spesifik.
Interferon
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan berbagai
sel manusia yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai
respons terhadap infeksi virus. Interferon mempunyai sifat
antivirus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang
telah terserang virus tersebut. Di samping itu, interferon dapat
pula mengaktifkan natural killer cel-sel NK untuk membunuh
virus dan sel neoplasma.
C-Reactive'Protein (CRP)
7
CRP dibentuk tubuh pada keadaan infeksi. Perannya ialah
sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen.
4. Pertahanan selular.
Fagosit
Meskipun berbagai set dalam tubuh dapat melakukan
fagositosis, set utama yang berperan pada pertahanan non-
spesifik adalah set mononuklear (monosit dan makrofag)
serta set polimorfonuklear seperti neutrofil. Kedua golongan
set tersebut berasal dari set hemopoietik yang sama.
8
Sistem imun spesifilk dapat bekeria sendiri untuk menghancurkan
benda asing yang berbahaya bagi badan, tetapi pada umumnya terjalin
kerja sama yang baik antara antibodi, komplemen, fagosit dan antara sel T-
makrofag. Oleh karena komplemen turut diaktifkan, respons imun yang
terjadi sering disertai dengan reaksi inflamasi.
i. memproduksi antibody
ii. mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus
iii. mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
iv. mengontrol ambang dan kualitas sistem imun
Sel T terdiri atas beberapa subset sel sebagai berikut :
a) Sel Th (T helper)
Sel Th dibagi menjadi Th1 dan Th2. Th2 menolong sel B dalam
memproduksi antibodi. Untuk memproduksi antibodi,
9
kebanyakan antigen (T dependent antigen) harus dikenal terlebih
dahulu, baik oleh sel T maupun sel B. Sel Th (Th1) berpengaruh
atas sel Tc dalam mengenal sel yang terkena infeksi virus,
jaringan cangkok alogenik dan sel kanker. Istilah sel T inducer
dipakai untuk menunjukkan aktivitas sel Th yang mengaktifkan
subset sel T lainnya. Sel Th juga melepas limfokin; limfokin asal
Th1 mengaktifkan makrofag, sedang limfokin asal sel Th2
mengaktifkan sel B/sel plasma yang membentuk antibodi.
b) Sel Ts (T supresor)
Sel Ts menekan aktivitas sel T yang lain dan sel B. Menurut
fungsinya, sel Ts dapat dibagi menjadi sel Ts spesifik untuk
antigen tertentu dan sel Ts non-spesifik.
d) Sel Tc (cytotoxic)
Sel Tc mempunyai kemampuan untuk menghancurkan sel
alogpnik, sel sasaran yang mengandung virus dan sel kanker.
Sel Th dan Tc disebut juga sel T regulator sedang sel Tdh dan sel
Tc disebut sel efektor. Dalam fungsinya, sel Tc memerlukan
rangsangan dari sel Th.
e) Sel K
Sel K atau ADCC (Antibody Dependent Cell Cytotoxicity) adalah
sel yang tergolong dalam sistem imun non-spesifilk tetapi dalam
kerjanya memerlukan bantuan imunoglobulin (molekul dari
sistem imun spesifik).
10
Kekebalan (imunitas) terhadap suatu penyakit yang dimiliki tubuh
tanpa perlakuan tertentu ini dinamakan kekebalan alami/kekebalan
perolehan (aquired immune). Contoh kekebalan alami yaitu
kebalnya bayi terhadap beberapa penyakit setelah menyusu pada hari
pertama. Di dalam air susu ibu tersebut terkandung kolostrum yang
kaya antibodi dan mineral. Kekebalan bayi ini bertahan beberapa
hari sampai beberapa minggu.
11
Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin,
dan campak. Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme yang
telah dilemahkan
Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari
mikroorganisme yang telah dimatikan.
Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari
toksin (racun) mikrooganisme yang telah
dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein
mikroorganisme
B. Cara Kerja Sistem Imun dalam Tubuh
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan
oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja
dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan
virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan
terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
12
ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel
limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks.
Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan
mekanisme pertahanan spesifik.
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen non-adaptif
atau innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak
ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen.
Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam
elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen
tertentu.
Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen
adaptif atau imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan
khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap
antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa
pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh
antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik
sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen.
Tahap:
1. Deteksi & mengenali benda asing
2. Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
3. Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
4. Destruksi atau supresi penginvasi
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem
endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan,
pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual
dan reproduksi.
3.2 SARAN
Diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami pengertian dari
sistem endokrin, hormon, kelenjar-kelenjar penghasil hormon, fungsi dari masing-
masing hormon, dan kelainan pada sistem endokrin, terutama pada masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan balita, dan juga menapouse. Untuk itu
jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Mamlukat, Indra. 2009 Menajadi Juara Olimpiade Biologi SMP. Jakarta: Pusa
Swara
Sudewo, Bambang. 2009 Buku Pintar Hidup Sehat Cara Mas Dewo. Jakarta: PT.
Agro Media
15