Anda di halaman 1dari 7

JSH, Vol. 2 No.

2, Desember 2019
ISSN: 2615-3688

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAs) DALAM


PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA SMP

Junaidi (1), Taufiq (2)

1,2 Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jabal Ghafur

ABSTRAK

Untuk dapat mencapai tingkat ketuntasan siswa SMP Negeri 1 Simpang Tiga, guru perlu
memperhatikan model yang digunakan dalam mengajar. Pendekatan Model Eliciting Activities
(MEAs) dipilih menentukan tingkat keberhasilan siswa yaitu kemampuan berpikir kritis siswa.
Dengan pembelajaran pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan
masalah-masalah dengan teman-temannya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif, jenis penelitian kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 116 siswa
dari empat kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X-A sebagai kelas eksperimen dan
X-B sebagai kelas kontrol dengan jumlah 57 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui pemberian tes sedangkan teknik pengolahan dan analisis data diolah dengan
menggunakan rumus uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan uraian diatas,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pengolahan data Berdasarkan pengujian
hipotesis dengan menggunakan uji-t dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan Model
Eliciting Activities (MEAs) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan
dengan siswa yang diajarkan dengan metode konvensional.
Kata Kunci: Model Eliciting Activities (MEAs), Kemampuan Berpikir Kritis

PENDAHULUAN berbagai kemampuan siswa dikembangkan


Matematika merupakan mata melalui pembelajaran matematika seperti
pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang berpikir kritis, logis, cermat, kreatif dan
pendidikan dasar dan menengah. Hal ini inovatif selain itu dikembangkan pula
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 kemampuan berhitung, kemampuan menalar
Tahun 2003 Pasal 37 tentang Sistem dan kemampuan memahami konsep.
Pendidikan Nasional. Matematika yang Pemahaman konsep melalui berpikir
diberikan di sekolah memiliki peranan kritis matematika lebih bermakna jika
penting dalam upaya meningkatkan sumber dibangun oleh siswa sendiri. Pemberian
daya manusia yang berkualitas khususnya di konsep tanpa melibatkan siswa akan
bidang teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak pada kurangnya
yang sedang berkembang pesat saat ini. pengetahuan siswa dalam menemukan
Penjelasan ini mengindikasikan bahwa konsep sehingga siswa akan mudah lupa
matematika penting bagi masyarakat dengan konsep suatu materi dan kesulitan
Indonesia khususnya pada dunia dalam menyelesaikan masalah yang berbeda
pendidikan. Matematika memegang peranan karena kurangnya kemampuan
penting dalam pendidikan, baik sebagai berpikirsecara kritis yang baik dan benar.
objek langsung (fakta, keterampilan, Kemampuan berpikir kritis sangat
konsep, prinsip) maupun objek tak langsung dibutuhkan oleh siswa sebagai dasar dari
(bersikap kritis, logis, tekun, mampu materi yang berkelanjutan. Berpikirkritis
memecahkan masalah). Oleh karena itu, merupakan salah satu kecakapan atau

Jurnal Sosial Humaniora | 10


JSH, Vol. 2 No. 2, Desember 2019
ISSN: 2615-3688

kemahiran matematika yang diharapkan menggunakan pembelajaran konvensional.


dapat tercapai dalam belajar matematika Pembelajaran konvensional ini lebih
yaitu dengan menunjukkan kemampuan terfokus pada guru dalam proses belajar
berpikirkritis matematika yang mengajar matematika sehingga siswa
dipelajarinya. Berpikir kritis sangat penting kesulitan dalam menyelesaikan soal
bagi siswa karena diguankan sebagai alat
matematika dikarenakan kemampuan siswa
komunikasi dengan orang lain serta sebagai
alat berpikirdalam belajar dan membaca. hanya diingat dan dihafalkan tanpa
Tanpa adanya berpikirkritis maka belajar melibatkan aktivitasnya siswa.
akan terhambat dan dengan adanya konsep Dari hasil observasi terlihat siswa
dapat dijalankan pendidikan format. masih kesulitan dalam berpikir kritis.
Pembelajaran matematika yang Berdasarkan pada hasil wawancara dengan
berlangsung saat ini bersifat prosedural, siswa, siswa merasa bosan dan jenuh
siswa belum terbiasa untuk menyelesaikan dengan pembelajaran matematika. Siswa
soal yang bersifat nonrutin sehingga menyatakan bahwa pembelajaran yang
kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti diberikan oleh guru terlalu cepat dan
kemampuanberpikir kritis meraka belum
sedikit materi yang diperoleh siswa. Siswa
terlatih. Padahal kemampuan ini diperlukan
siswa untuk dapat mengembangkan, merasa pengetahuan yang diperoleh masih
memahami konsep-konsep serta dapat kurang.
menyelesaikan masalah. Alternatif pembelajaran yang diduga
Permasalahan-permasalahan yang sesuai untuk menfasilitas pengembangan
dipaparkan di atas banyak ditemukan di pemahaman konsep dan kemampuan
sekolah-sekolah, salah satunya di SMP berpikir kritis adalah pembelajaran
Negeri 1 Simpang Tiga. Informasi ini matematika Model Eliciting Activities
(MEAs). Pembelajaran Model Eliciting
ditemukan saat studi pendahuluan yang
Activities (MEAs) adalah pembelajarn
dilaksanakan pada akhir tahun 2018/2019.
matematika untuk memahami,
Studi pendahuluan dilakukan dengan menjelaskan, mengkomunikasikan konsep-
pemberian tes pemahaman konsep dan konsep matematika yang terkandung dalam
kemampuan pemecahan masalah siswa, suatu sajian permasalahan melalui
observasi pembelajaran dan wawancara. permodelan matematika.
Hasil tes terhadap kemampuan berpikir Wina Sanjaya, (2011:172)
kritis pada materi relasi dan fungsi siswa mendefinisikan bahwa ada dua macam
menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
berpikir kritis ssiswa 43,11 dengan skala 1- pendekatan yang berpusat pada guru
100. Adapun rata-rata kemampuan berpikir (teacher-centered approaches) dan
kritis siswa 35,25 dengan skala 1-100. pendekatan yang berpusat pada siswa
Berdasarkan hasil observasi yang (student-centered approaches).
Pendekatan Model-Eliciting Activities
dilaksanakan di SMP Negeri 1 Simpang
(MEAs) didasarkan pada kehidupan nyata
Tiga guru masih menekankan materi relasi
siswa, maksudnya dalam pembelajaran
dan fungsi dengan pemberian langsung. Model-Eliciting Activities (MEAs)
Guru memberikan materi dengan rumus- permasalahan yang diberikan kepada siswa
rumus kemudian siswa diberikan soal merupakan masalah yang ada di kehidupan
latihan untuk dikerjakan bersama-sama dan nyata. Dengan adanya permasalahan
sesekali guru meminta siswa untuk tersebut siswa dapat lebih mudah
mengerjakan didepan kelas. Dalam memahami masalah dan menerjemahkan
pelaksanaan pembelajaran, guru masalah dengan baik.

Jurnal Sosial Humaniora | 11


JSH, Vol. 2 No. 2, Desember 2019
ISSN: 2615-3688

Pendekatan pembelajaran Model- metode-metode dan model-model yang


Eliciting Activities (MEAs) merupakan dapat memecahkan permasalalahan.
pembelajaran yang didasarkan pada Model-Eliciting Activities (MEAs)
kehidupan nyata siswa, bekerja dalam siswa menghasilkan alat konseptual (rumus)
kelompok kecil, dan menyajikan sebuah yang berisi penggambaran eksplisit atau
model matematis sebagai solusi (Suningsih, sistem penjelasan yang berfungsi sebagai
2015:32). model dimana siswa memberitahu aspek-
aspek penting bagaimana siswa tersebut
Pendekatan Model-Eliciting Activities
menginterpretasi situasi pemecahan
(MEAs) merupakan pendekatan yang masalah.
didasarkan pada masalah realistis, bekerja Pendekatan pembelajaran Model
dalam kelompok kecil, dan menyajikan Eliciting Activities (MEAs) merupakan
sebuah model untuk membantu siswa pembelajaran yang didasarkan pada
membangun pemecahan masalah dan kehidupan nyata siswa, bekerja dalam
membuat siswa menerapkan pemahaman kelompok kecil, dan menyajikan sebuah
konsep matematika yang telah dipelajarinya. model matematis sebagai solusi (Suningsih,
Iiterasi pemecahan masalah yang paling 2015:32).
penting dari sebuah Model-Eliciting Model-Eliciting Activities (MEAs)
membantu perkembangan pemikiran siswa
Activities (MEAs) adalah untuk
karena siswa membuat model mereka
mengemukakan, menguji, dan meninjau sendiri untuk memecahkan masalah-
kembali model yang akan memecahkan masalah matematika. Model Eliciting
suatu permasalahan. Jadi berdasarkan uraian Activities (MEAs) juga mendorong
diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Model-Eliciting Activities (MEAs) adalah dan juga mengeksplorasi kemampuan hasil
pendekatan yang didasarkan pada masalah berpikir siswa dalam memahami konsep
untuk mengetahui proses berpikir siswa dengan mengkomunikasikan pemikiran
dalam memecahkan masalah melaui konsep- matematika melalui pemodelan dan
konsep didalamnya dengan suatu pemodelan kemampuan memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan
matematika.
Model Eliciting Activities (MEAs) adalah
Model-Eliciting Activities (MEAs) pendekatan yang berpusat pada siswa
secara ideal disusun untuk membantu siswa dimana kegiatan yang dilakukan dimulai
dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan penyajian masalah dari kehidupan
dengan kehidupan nyata sehingga siswa nyata yang ada di sekitar siswa, kemudian
memiliki konstruksi matematika yang kuat. dari permasalahan dibentuk suatu model,
MEAs membantu perkembangan pemikiran selanjutnya siswa berupaya mencari
siswa karena siswa membuat model mereka penyelesaian dari model tersebut sebagai
sendiri untuk memecahkan masalah- solusi.
masalah matematika. Siswa tidak perlu Secara lebih khusus, Model-Eliciting
Activities (MEAs) diterapkan dalam
berlama-lama mencari satu jawaban yang
beberapa langkah, yaitu:
mungkin hanya diketahui oleh gurunya. 1. Guru memberikan sebuah artikel yang
Untuk memperkenalkan MEAs, guru tidak memuat permasalahan yang
mencontohkan proses algoritma untuk berhubungan dengan konteks pelajaran
menyelesaikan permasalahan seperti yang bagi siswa
dilakukan dalam langkah-langkah 2. Siswa merespon masalah-masalah yang
pembelajaran biasa. Dalam MEAs siswa terdapat pada artikel tersebut
didorong untuk belajar mandiri, menemukan 3. Guru membaca kembali permasalahan

Jurnal Sosial Humaniora | 12


JSH, Vol. 2 No. 2, Desember 2019
ISSN: 2615-3688

bersama dengan siswa dan memastikan berpikir adalah memanipulasi atau


setiap kelompok mengerti yang mengelola dan mentransformasi informasi
ditanyakan. dalam memori. Berpikirsering dilakukan
4. Siswa membuat model matematika dari untuk membentuk konsep, bernalar dan
permasalahan tersebut secara bepikir secara kritis, membuat keputusan,
berkelompok berpikir kreatif, dan memecahkan masalah.
5. Setelah siswa menyelesaikan Jika berpikirmerupakan bagian dari
permasalahan tersebut, siswa kegiatan yang selalu dilakukan otak untuk
mempresentasikan hasil pekerjaan mengorganisasi informasi guna mencapai
mereka di depan kelas. suatu tujuan, maka berpikir kritis
Model Eliciting Activities (MEAs) merupakan bagian dari kegiatan berpikir
dapat diterapkan dalam beberapa langkah, yang juga dilakukan otak. Menurut Santrock
yaitu: (2011: 359), pemikiran kritis adalah
1. Guru membaca sebuah artikel yang pemikiran reflektif dan produktif, serta
mengembangkan konteks siswa melibatkan evaluasi bukti. Jensen (2011:
2. Siswa siap dengan pertanyaan 195) berpendapat bahwa berpikir kritis
berdasarkan artikel tersebut berarti proses mental yang efektif dan
3. Guru membacakan pernyataan masalah handal, digunakan dalam mengejar
bersama siswa dan memastikan bahwa pengetahuan yang relevan dan benar tentang
setiap kelompok mengerti apa yang dunia.
sedang ditanyakan Gagasannya mengenai kemampuan
4. Siswa berusaha untuk menyelesaikan berpikir kritis, yaitu kegiatan menganalisis
masalah tersebut (Suningsih, 2015:33). ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,
Pengertian berpikirkritis merupakan membedakannya secara tajam, memilih,
sebuah aktivitas yang selalu dilakukan mengidentifikasi, mengkaji dan
manusia, bahkan ketika sedang tertidur. mengembangkannya ke arah yang lebih
Bagi otak, berpikirdan menyelesaikan sempurna (Cece Wijaya, 2010: 72).
masalah merupakan pekerjaan paling Berdasarkan beberapa pendapat ahli
penting, bahkan dengan kemampuan yang tersebut, dapat diambil kesimpulan
tidak terbatas. Berpikir kritis adalah mengenai pengertian kemampuan berpikir
pemikiran yang masuk akal dan reflektif kritis yaitu sebuah kemampuan yang
yang berfokus untuk memutuskan apa yang dimiliki setiap orang untuk menganalisis ide
mesti dipercaya atau dilakukan (Alec Fisher, atau gagasan ke arah yang lebih spesifik
2008:4). Dalam penalaran dibutuhkan untuk mengejar pengetahuan yang relevan
kemampuan berpikir kritis atau dengan kata tentang dunia dengan melibatkan evaluasi
lain kemampuan berpikir kritis merupakan bukti. Kemampuan berpikirkritis sangat
bagian dari penalaran.
diperlukan untuk menganalisis suatu
Menurut Sardiman (2006:45),
berpikirmerupakan aktivitas mental untuk permasalahan hingga pada tahap pencarian
dapat merumuskan pengertian, mensintesis, solusi untuk menyelesaikan permasalahan
dan menarik kesimpulan. Ngalim Purwanto tersebut.
(2007: 43) berpendapat bahwa Berpikir kritis adalah berpikir dengan
berpikiradalah satu keaktifan pribadi baik dan merenungkan atau mengkaji
manusia yang mengakibatkan penemuan tentang proses berpikir orang lain. Sekolah
terarah kepada suatu tujuan. Manusia harus mengajarkan cara berpikir yang benar
berpikir untuk menemukan pada anak- anak. Kemudian beliau
pemahaman/pengertian yang mendefenisikan berpikir kritis (critical
dikehendakinya. Santrock (2011: 357) juga thinking), yaitu: “Aktif, gigih, dan
mengemukakan pendapatnya bahwa pertimbangan yang cermat mengenai sebuah

Jurnal Sosial Humaniora | 13


JSH, Vol. 2 No. 2, Desember 2019
ISSN: 2615-3688

keyakinan atau bentuk pengetahuan apapun sangat emosional.


yang diterima dipandang dari berbagai sudut 6) Menghindari penyederhanaan
alasan yang mendukung dan berlebihan.
menyimpulkannya (Hendra Surya, 7) Mempertimbangkan berbagai
2011:129). interpretasi.
Orang-orang yang memiliki 8) Mentoleransi ambiguitas (Hendra
kemampuan berpikir kritis tidak hanya Surya, 2011:54).
mengenal sebuah jawaban. Mereka akan Definisi berpikir kritis adalah berpikir
mencoba mengembangkan kemungkinan- secara beralasan dan reflektif dengan
kemungkinan jawaban lain berdasarkan menekankan pembuatan keputusan tentang
analisis dan informasi yang telah didapat apayang harus dipercayai atau dilakukan.
dari suatu permasalahan. Berpikirkritis Oleh karena itu, indikator kemampuan
berarti melakukan proses penalaran terhadap berpikirkritis diturunkan dari aktivitas kritis
siswa meliputi:
suatu masalah sampai pada tahap kompleks
1) Mencari pernyataan yang jelas dari
tentang “mengapa” dan “bagaimana” proses
pertanyaan.
pemecahannya.
2) Mencari alasan.
Dari beberapa pendapat para ahli 3) Berusaha mengetahui infomasi dengan
tentang definisi berpikirkritis di atas dapat baik.
disimpulkan bahwa berpikir kritis (critical 4) Memakai sumber yang memiliki
thinking) adalah proses mental untuk kredibilitas dan menyebutkannya.
menganalisis atau mengevaluasi informasi. 5) Memerhatikan situasi dan kondisi
Untuk memahami informasi secara secara keseluruhan.
mendalam dapat membentuk sebuah 6) Berusaha tetap relevan dengan ide
keyakinan kebenaran informasi yang utama.
didapat atau pendapat yang disampaikan. 7) Mengingat kepentingan yang asli dan
Proses aktif menunjukkan keinginan atau mendasar.
motivasi untuk menemukan jawaban dan 8) Mencari alternatif.
pencapaian pemahaman. Dengan berpikir 9) Bersikap dan berpikir terbuka.
kritis, maka pemikir kritis menelaah proses 10) Mengambil posisi ketika ada bukti
berpikir orang lain untuk mengetahui proses yang cukup untuk melakukan sesuatu.
berpikir yang digunakan sudah benar 11) Mencari penjelasan sebanyak
(masuk akal atau tidak). Secara tersirat, mungkin.
pemikiran kritis mengevaluasi pemikiran 12) Bersikap secara sistematis dan teratur
dengan bagian dari keseluruhan
yang tersirat dari apa yang mereka dengar,
masalah (Ennis, 2013:14).
baca dan meneliti proses berpikir diri sendiri
Untuk menjadi pemikir kritis yang
saat menulis, memecahkan masalah,
baik dibutuhkan kesadaran dan
membuat keputusan atau mengembangkan keterampilan memaksimalkan kerja otak
sebuah proyek. melalui langkah-langkah berpikir kritis yang
Terdapat delapan indikator berpikir baik, sehingga kerangka berpikir dan cara
kritis, yaitu: berpikir tersusun dengan pola yang baik.
1) Kegiatan merumuskan pertanyaan. Walau memang belum ada rumusan
2) Membatasi permasalahan. langkah-langkah berpikirkritis yang dapat
3) Menguji data-data. dijadikan tolak ukur atau parameter yang
4) Menganalisis berbagai pendapat dan baku. Sebab, berpikir kritis bisa sangat sulit
bias. untuk diukur karena berpikirkritis sangat
5) Menghindari pertimbangan yang sulit untuk diukur karena berpikirkritis

Jurnal Sosial Humaniora | 14


JSH, Vol. 2 No. 2, Desember 2019
ISSN: 2615-3688

adalah proses yang sedang berlangsung soal-soal tentang relasi dan fungsi dan lebih
bukan hasil yang mudah dikenali. memfokuskan kepada kemampuan berpikir
kritis pelajaran matematika siswa supaya
METODE siswa termotivasi.
Penelitian ini dilakukan dengan Teknik pengumpulan data yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. digunakan dalam penelitian ini adalah tes.
Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan Tes adalah seperangkat rangsangan
yang dapat diukur dengan angka dan (stimulasi) yang diberikan kepada siswa
jumlah. Metode penelitian yang digunakan dengan maksud untuk mendapat jawaban
adalah metode eksperimen semu (quasi yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan
experimental). Dalam metode penelitian ini, skor angka. Dalam penelitian ini evaluasi
peneliti ikut serta dalam penelitian dengan hasil belajar dilakukan melalui post tes. Tes
mengajar matematika di sekolah tersebut yang di berikan dalam bentuk assay, yang
dengan menggunakan pendekatan Model jumlah soal di sesuaikan dengan tujuan
Eliciting Activities (MEAs) untuk pembelajaran.
meningkatkan kemampuan berpikirkrisis Analisis data tes kemampuan berpikir
siswa SMP, kemudian membandingkan kritis siswa diperlukan untuk mengetahui
hasil tes pemahaman matematika siswa pada ada tidaknya kemampuan untuk
kelas eksperimen dengan menggunakan menentukan pencapaian ketuntasan belajar
pendekatan Model Eliciting Activities siswa pada kelas eksperimen dan kelas
(MEAs) dan pada kelas kontrol diajarkan kontrol. Setelah semua data terkumpul,
dengan model pembelajaran ceramah. langkah selanjutnya adalah melakukan
Populasi merupakan seluruh data yang pengujian normalitas dan homogenitas
menjadi perhatian dalam suatu ruang terhadap semua data tersebut. Kemudian
lingkup dan waktu yang ditentukan. Adapun dihitung uji beda menggunakan uji studen t.
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa Kelas VIII SMP Negeri Simpang Tiga HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah Berdasarkan hasil uji normalitas yang
siswa 116 siswa. telah dilakukan sebelumnya didapat kesimpulan
Sampel adalah sebagian dari populasi bahwa skor gain ternormalisasi kelas Model
yang memiliki karakteristik yang sama Eliciting Activities (MEAs) dan kelas
dengan populasi. Sampel penelitian ini konvensional berdistribusi normal. Sedangkan
untuk uji homogenitas menunjukkan bahwa
diambil menggunakan teknik Cluster
varians skor gain ternormalisasi kemampuan
Random Sampling. Teknik pengambilan berpikir kritis kedua kelompok homogen.
sampel ini digunakan karena obyek yang Sehingga untuk membuktikan bahwa skor gain
diteliti sangat luas sehingga pengambilan ternormalisasi kemampuan berpikir kritis
sampel dilakukan secara kelompok bukan siswa kelas Model Eliciting Activities (MEAs)
secara individu, sehingga semua kelompok berbeda dengan kelas konvensional dilakukan
memiliki kesempatan yang sama untuk uji perbedaan rataan skor gain ternormalisasi
digunakan sebagai sampel. Dari teknik dengan menggunakan uji-t.
sampling tersebut didapatkan sampel Kelas
VIIIA yang proses belajarnya menggunakan Tabel 1.
pendekatan Model-Eliciting Activities Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Gain
(MEAs), sedangkan kelas VIIIB sebagai Ternormalisasi
kelas kontrol yang penyajian materinya t-test for Equality of Means
Kesimpulan
menggunakan metode ceramah/ t Df Sig. (2-tailed)
konvensional. 7,909 55 0,000 H0 Ditolak
Untuk mendapatkan data dalam
penelitian ini peneliti mengajarkan materi

Jurnal Sosial Humaniora | 15


JSH, Vol. 2 No. 2, Desember 2019
ISSN: 2615-3688

Tabel diatas diperoleh thitung = 7,909 untuk kemampuan berpikir kritis siswa SMP Negeri 1
α = 0,05 dengan df = 55, nilai ttabel = 2,02, maka Simpang Tiga.
thitung berada di daerah penolakan H0, atau nilai
signifikan 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak DAFTAR PUSTAKA
yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan
antara peningkatan kemampuan berpikir kritis A, Cece. Wijaya. 2010. Kemampuan Dasar
siswa yang mendapat Model Eliciting Activities Guru Dalam Proses Belajar
(MEAs). Dengan demikian peningkatan Mengajar. Bandung : PT. Remaja
kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapat Rosda karya.
Model Eliciting Activities (MEAs) lebih baik
daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional. Alec Fisher. 2009. Berpikir Kritis Sebuah
Model-Eliciting Activities (MEAs) Pengantar. Terj. Benyamin
membantu perkembangan pemikiran siswa Hadinata. Jakarta: Erlangga.
karena siswa membuat model mereka sendiri
untuk memecahkan masalah-masalah Ari Suningsih, 2015. Pembelajaran Garis
matematika. Model Eliciting Activities (MEAs) Lurus dengan MEAs dan TAI
juga mendorong keaktifan siswa dalam proses Ditinjau dari Gaya Kognitif”. Jurnal
pembelajaran dan juga mengeksplorasi e-DuMath, 1:1.
kemampuan hasil berpikir siswa dalam
memahami konsep dengan mengkomunikasikan Ennis. 2013. Berpikir Kritis Sebuah
pemikiran matematika melalui pemodelan dan
Pengantar. Jakarta: Erlangga.
kemampuan memecahkan masalah. Berdasarkan
uraian di atas, pendekatan Model Eliciting Hendra Surya, 2011. Strategi Jitu Mencapai
Activities (MEAs) adalah pendekatan yang Kesuksesan Belajar. Jakarta:
berpusat pada siswa dimana kegiatan yang Kompas. Media.
dilakukan dimulai dengan penyajian masalah
dari kehidupan nyata yang ada di sekitar siswa, Jensen, T. & Sandström, J. 2011,
kemudian dari permasalahan dibentuk suatu “Stakeholder Theory and
model, selanjutnya siswa berupaya mencari Globalization: The Challenges of
penyelesaian dari model tersebut sebagai solusi. Power and Responsibility”. Article
(PDF Available) in Organization.
Simpulan
Dari keseluruhan uraian diatas, maka Santrock, 2011. Psikologi Pendidikan.
dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil Jakarta: Selemba Empat.
pengolahan yaitu Pembelajaran matematika
melalui model penerapan pendekatan Model Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi
Eliciting Activities (MEAs) dapat meningkatkan Belajar-Mengajar. Jakarta :Raja
kemampuan berpikir kritis siswa .
Grafindo Persada.
Berdasarkan pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai
Wina Sanjaya, 2011. Penelitian Tindakan
thitung =3,49 dengan signifikan ttabel= 1,68
Kelas. Jakarta: Kencana Prena.
maka hipotesisnya adalah terima Ha dan
tolak Ho. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas
eksprimen dengan siswa kelas kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian yang di
lakukan oleh peneliti di SMP Negeri 1 Simpang
Tiga dengan penerapan Model Eliciting
Activities (MEAs) dapat meningkatkan

Jurnal Sosial Humaniora | 16

Anda mungkin juga menyukai