Diagnosis Congestif Heart failure et causa kardiomiopati postpartum
didasarkan oleh adanya presentasi klinis gagal jantung sekunder akibat disfungsi ventrikel kiri pada akhir kehamilan atau dalam beberapa bulan setelah persalinan. Konfirmasi kardiomiopati postpartum membutuhkan anamnesis yang lengkap, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti foto thorax dan EKG agar bisa menentukan diagnosis dengan tepat. Pasien mengelukan sesak nafas yang sudah dirasakan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu, memberat sejak 1 hari SMRS, keluhan sesak nafas tidak berkurang walaupun dengan istirahat., dan semakin memberat apabila dibuat aktivitas, pasien tidak bisa istirahat karena keluhan sesaknya ini. Pasien memiliki riwayat melahirkan kurang lebih 3 bulan yang lalu, pada awalnya setelah melahirkan pasien tidak pernah mengeluh sesak, nyeri dada, maupun dada sering berdebar- debar, namun kurang lebih setalah 1 bulan terakhir, pasien mengeluhkan perutnya yang semakin lama semakin membesar disertai dengan bengkak pada kedua kakinya, dan kurang lebih 2 minggu terakhir pasien mengeluhkan sesak saat bernafas. Kecurigaan penyakit yang mendasari kardiomiopati postpartum pada kasus ini adalah adanya sesak nafas yang dirasakan kurang lebih 2 minggu yang lalu dan sesak terjadi 3 bulan setelah melahirkan, sesak seperti ini tidak pernah dirasakan sebelumnya. Gejala sesak napas yang dirasakan oleh pasien termasuk dalam gejala gagal jantung akut yang merupakan kriteria diagnosis dari kardiomiopati postpartum. Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan nadi 85x/menit dan pernafasan 23x/menit yang sesuai dengan keluhan utama pasien. Ictus cordis teraba di 3 cm lateral MCL ICS V sinistra menandakan terjadinya pembesaran jantung yang normalnya berada di MCL ICS V sinistra. Pembesaran jantung pada gagal jantung terjadi karena pada kondisi gagal jantung, jantung tidak dapat memompakan darah yang cukup untuk kebutuhan jaringan sehingga jantung bekerja lebih kuat dengan cara meregang untuk meningkatkan kontraktilitasnya. Pada kasus ini kondisi juga dipengaruhi oleh faktor diantaranya usia ibu saat hamil dan gemelli. Ronkhi bilateral pada basal parumenandakan adanya kongesti organ paru akibat dari gangguan pompa jantung. Gambaran EKG pada tanggal 13 April 2020 pada pasien ini adalah Irama sinus takikardia, dengan Left atrial enlargement. Sementara itu pada hasil foto thorax menunjukkan hasil adanya kardiomegali dengan apeks yang tertanam yang memperkuat bahwa pasien mengalami pembesaran ventrikel kiri. Untuk penanganan awal pada pasien, kita harus mengkuti algoritma manajemen edema/kongestif paru akut dari PERKI 2019 dimana ketika terjadi edema paru akut yang pertama diberikan adalah IV Bolus Loop diuretic (Furosemide), lalu pada pasien ini didapatkan tanda hipoksemia (SpO2 89%) maka diberikan suplementasi oksigen tambahan berupa NRBM. Penilaian dilanjutkan dengan melihat tekanan darah sistolik, pada pasien ini didapatkan tekanan darah sistolik 150 mmHg maka diberikan terapi nitrogliserin, jika respon adekuat maka terapi dilanjutkan. Selanjutnya evaluasi ulang status klinis pasien dengan melihat tekanan darah, saturasi oksigen dan urine output. Untuk memperbaiki kontraktilitas yang terganggu pada umumnya diberikan obat golongan beta blocker, namun mengingat pasien ini post partum dan dalam masa nifas, pemberian golongan betablocker harus berhati-hati, karena pemberian selective beta 2 blocker memilki efek anti tokolitik, sehingga dianjurkan pemberian selective beta 1 blocker. Setelah kongesti tertangani dan kontraktilitas diperbaiki, diberikan vasodilator untuk mengurangi afterload yang sekaligus untuk mengurangi beban kerja jantung. Pasien ini mendapatakan candesartan dosis minimal 1x 8 mg per oral