STASE ANAK
Dibimbing Oleh :
Disusun Oleh :
VIKI ARIYANTI
NIM : 2019040025
Mahasiswa
( Viki Ariyanti )
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan
Kepala Ruang
( )
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KEJANG DEMAM
2. Etiologi
Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui. Namun pada
sebagian besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan
peningkatan suhu tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8°C dan terjadi
disaat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan
suhu tubuh (Dona Wong L, 2008).
Sedangkan menurut (Arif ,2007) menyebutkan beberapa penyebab
kejang demam sebagai berikut:
a. Demam itu sendiri, demam yang di sebabkan oleh infeksi saluran
pernapasan atas,otitis media,pneumonia,gastroenteritis, dan infeksi
saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
b. Efek produk toksik dari mikroorganisme
c. Respon alergi atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi
d. Perubahan keseimbangan cairan dan erektrolit
e. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus).
3. Manifestasi Klinis
Menurut (Teguh, 2009) menyebutkan manifestasi klinis pada kejang
demam yaitu:Kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut
yang kuat dan kejang – kejang selama 5 menit.
Adapun tanda- tanda kejang demam meliputi :
a. Demam yang biasanya di atas (38,9 º C)
b. Jenis kejang (menyentak atau kaku otot)
c. Gerakan mata abnormal (mata dapat berputar-putar atau ke atas)
d. Suara pernapasan yang kasar terdengar selama kejang
e. Penurunan kesadaran
f. Kehilangan kontrol kandung kemih atau pergerakan usus
g. Muntah
h. Dapat menyebabkan mengantuk atau kebingungan setelah kejang dalam
waktu yang singkat (Lyons, 2012)
4. Klasifikasi
Menurut Teguh, 2009) Kejang Demam diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kejang Demam Sederhana Yaitu kejang yang berlangsung kurang dari
15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang
demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone yaitu:
1) Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun.
2) Kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
3) Kejang bersifat umum
4) Kejang timbul setelah 16 jam pertama setelah timbul demam.
5) Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6) Pemeriksaan EGG yang di buat setidaknya 1 minggu sesudah
suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
7) Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4
kali.
2. Kejang Demam Kompleks
Kejang Demam Kompleks tidak memenuhi salah satu dari 7 kriteria
Livingstone. Menurut Mansyur (2000) biasanya kejang kompleks
ditandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal /
multiple (lebih dari 1 kali dalam 24 jam). Disana sebelumnya dapat
mempunyai kelainan neurologi atau riwayat kejang dalam atau tanpa
kejang dalam riwayat keluarga.
5. Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1º C akan
menyebabkan kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan
kebutuhan oksigen meningkat sebanyak 20%. Pada seorang anak yang
berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan
dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari
ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya
terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas
ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan
neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang
kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau rendahnya ambang
kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya,
kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang
kejang yang rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut
mempunyai ambang kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat
disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada
ambang kejang yang rendah (Latief et al., 2007).
Infeksi
bakteri, Rangsang mekanik dan
virus biokimia
dan
parasit
Perubahan konsentrasi ion di
ruang ekstraseluler
Reaksi inflamasi
Keseimbangan potensial
Proses demam membrane ATAPSE
Kebutuhan O2
Resiko kerusakan
meningkat
Inkoordinasi sel neutron ke otak
kontraksi otot Resiko Cedera
mulut dan
lidah Ketidakefektifan perfusi Takipnea / pernafasan meningkat
jaringan cerebral
7. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2007) Ada 4 faktor yang harus di kerjakan :
A. Membrantas kejang secepat mungkin: Segera diberikan diazepam
intravena dengan dosis rata – rata 0,3 mg/kg atau diazepam rectal
dengan dosis < 10kg = 5mg/kg. Bila diazepam tidak tersedia,
langsung memakai Phenobarbital dengan dosis awal selanjutnya di
teruskan dengan dosis rumat.
B. Pengobatan penunjang : Semua pakain ketat dibuka, posisi kepala
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung,
membebaskan jalan nafas, oksigenisasi secukupnya.
C. Pengobatan rumat : Diberikan obat antipiletik dengan daya kerja
lebih lama misalnya ( fenobarbital atau defenilhidantion).
D. Mencari dan mengobati penyebab.
8. Pencegahan
Menurut Ngastiyah (2007), pencegahan difokuskan pada
pencegahan kekambuhan berulang dan pencegahan segera saat
kejang berlangsung yaitu:
A. Pencegahan berulang
1. Mengobati infeksi yang mendasari kejang.
2. Tersedianya obat penurun panas yang di dapat dari atau resep
dokter
3. Tersedianya alat pengukur suhu tubuh dan catatan penggunaan
thermometer, cara pengukuran suhu tubuh anak serta keterangan
batas suhu normal pada anak (36-37).
4. Anak diberikan obat antipiretik dan kompres hangat bila orang
tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu
sampai meningkat.
5. Memberitahu pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.
9. Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama
biasanya terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal
yang terjadi. Mula-mula kelumpuhan bersifat flasid tetapi setelah 2
minggu timbul spasisitas. Kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis diotak sehingga terjadi epilepsi.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien
dengan kejang demam :
a. Pneumonia
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
10. Terapi
Obat yang diberikan sesuai dengan anjuran dokter atau sesuai resep
dan diberikan sesuai dosis yang telah ditentukan oleh dokter atau
pharmacist.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Kejang Demam
Nama Mahasiswa:
Tanggal :
Ruang :
I. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama/Nama panggilan :
Tempat tgl lahir/usia :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Alamat :
Tgl masuk :
Tgl pengkajian :
Diagnosa medik :
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
2. Ibu
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
C. Identitas Saudara Kandung
Keluhan yang dirasakan anak dan alas an kenapa anak dibawa ke rumah sakit
3. Post natal
1. BCG
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan :
2. Tinggi badan ;
3. Waktu tumbuh gigi……bulan, Tanggal gigi……. tahun
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling :
2. Duduk :
3. Merangkap :
4. Berdiri :
5. berjalan :
6. Senyum kepada orang lain pertama kali :
7. bicara pertama kali :
8. Berpakaian tanpa bantuan:
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui :
3. Lama pemberian……tahun
2. Jumlah pemberian :
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0 – 4 Bulan
2. 4 – 12 Bulan
3. Saat ini
X. Aktivitas sehari-hari
Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Selera makan
Menu makan
Frekuensi makan
Makanan pantangan
Pembatasan pola
makan
Cara makan
Ritual saat makan
Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Jenis minuman
Frekuensi minum
Kebutuhan cairan
Car pemenuhan
Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
BAK (Buang Air Kecil) :
1. Tempat
pembuangan
2. Frekwensi
3. Warna dan Bau
4. Volume
5. Kesulitan
Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang
- Malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan sebelum
tidur
4. Kesulitan tidur
Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Mandi
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi
Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara
Gunting kuku
- Frekuensi
- Cara
Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara
Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal
harian
4. Kesulitan pergerakan
tubuh
Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat
sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah
rekreasi
4. Waktu senggang
klg
5. Kegiatan hari libur
B. Tanda-tanda vital
Suhu :
Nadi :
Respirasi :
Tekanan darah :
C. Antropometri
Tinggi Badan :
Berat Badan :
Lingkar kepala :
Lingkar dada :
Lingkar perut :
Skin fold :
D. Sistem pernapasan
G. Sistem indra
1. Mata
- Lapang pandang
2. Hidung
- Fungsi pendengaran :
H. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
J. Sistem Integumen
L. Sistem Reproduksi
1. Wanita
2. Laki-laki
A. 0 – 6 Tahun
- Motorik kasar
- Motorik halus
- Bahasa
- Personal social
B. 6 tahun keatas
1. Perkembangan kognitif
2. Perkembangan Psikoseksual
3. Perkembangan Psikososial
Laboratorium
Foto Rotgen
CT ScanMRI, USG, EEG, ECG dll
XVII. Intervensi
XVIII. Implementasi
XIX. Evaluasi
S :Berisi data subjektif atau respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan
O :Berisi data objectif dari klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan
A :Berisi pembanding antara respon klien dan kriteria hasil
P :Berisi rencana keperawatan lanjutan atau dihentikan
I. Pengkajian
C. Identitas Klien
Nama/Nama panggilan : By. K
Tempat tgl lahir/usia : Jombang, 30 Mei 2020
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : belum sekolah
Alamat : kesamben
Tgl masuk : 01-06-2020
Tgl pengkajian : 01-06-2020
Diagnosa medik : kejang + demam
D. Identitas Orang tua
Ayah
Nama : Tn. Y
Usia : 27 thn
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : TNI
Agama : islam
Alamat : kesamben
Ibu
Nama : Ny.V
Usia : 26 thn
Pendidikan : sarjana
Pekerjaan : Swasta
Agama : islam
Alamat : kesamben
2. Natal
a. Tempat melahirkan : RS
b. Lama dan jenis persalinan : spontan dengan epis
c. Penolong persalinan : bidan
d. Cara untuk memudahkan persalinan : obat perangsang
e. Komplikasi waktu lahir : robek perineum
3. Post natal
4. Genogram
Keterangan :
2. DPT (I,II,III) - -
3. Polio (I,II,III,IV) - -
4. Campak - -
V. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : saat setelah lahir
2. Jumlah pemberian : -
3. Cara pemberian :-
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Selera makan - -
Menu makan - -
Frekuensi makan - -
Makanan pantangan - -
Pembatasan pola - -
makan
Cara makan
Ritual saat makan - -
- -
Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Jam tidur
- Siang
- Malam
Pola tidur
Kebiasaan sebelum tidur
Kesulitan tidur
Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Mandi
- Cara - Dimandikan - Disibin
- Frekuensi - 2 kali - 2 kali
- Alat mandi - Bak, sabun , shampo - washlap
Cuci rambut
- Frekuensi - 2 kali --
- Cara - Dikeramasi --
X. Pemeriksaan Fisik
Suhu : 38 ºC
Respirasi : 30 x/mnt
Tekanan darah : -
C. Antropometri
Tinggi Badan : 53
Lingkar kepala : 30 cm
D. Head to toe
Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, keadaan rambut bersih dan
lurus, warna hitam beruban, lesi / trauma (-).
Palpasi : nyeri tekan (-)
Mata
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, reflek popil isokor, tidak
icterus, konjungtiva anemis
Palpasi : nyeri tekan (-)
Hidung
Inspeksi : bentuk hidung normal, nafas cuping hidung (-),
secret (-), epistaksis (-), sumbatan (-) , Perdarahan (-).
Palpasi : nyeri tekan (-)
Telinga
Inspeksi : simetris , secret (-), perdarahan (-), gangguan
pendengaran (-)
Palpasi : nyeri tekan (-).
Mulut
Inspeksi : mukosa kering , gusi berdarah (-), lidah kotor (-),
sariawan (-), gangguan kecap (-)
Leher
Inspeksi : Pembesaran tyroid (-), lesi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-).
Thoraks
Inspeksi : thorax simetris, tidak ada lesi,
Palpasi : takikardi (+), bradikardi (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : jantung pekak, paru wheez (-), Rhonc (+)
Auskultasi : bunyi jantung murmur , irama jantung ireguler,
Abdomen
Inspeksi : adakah lesi (-),
Auskultasi : Bising usus 8x/mnt
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani, Kembung (-)
Ekstremitas atas
Inspeksi : kulit kering (+), bengkak (-), deformitas (-),
terpasang infus (S), sianosis (+), kebas (-) , berkeringat
Palpasi : nyeri tekan (-), turgor kulit menurun
Ekstremitas bawah
Inspeksi : kulit kering (+), bengkak (-), nyeri sendi (-),
deformitas (-), sianosis (+), kebas (-) .
Genetalia
Inspeksi : adakah lesi (-), adakah gangguan berkemih (-),
gangguan BAB (-), Hemoroid (-).
Laboratorium
- WBC H 13,37 103/ul
- MCV L 73,7 fl
- MCH L 23,5 fl
- MCHC L 31,9 fl
- Na L 133,5 mmol/L
- GDS H 145 mg/dL
- Zinc 1x20 mg
- Dialac 2x1 sachet
- Paracetamol
- Diazepam 0,3 mg/Kg/BB
Data
Etiologi Problem
XV. Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
.
1 Hipertermi b/d Termoregulasi neonatus Managemen Hipertermia(I.15506 )
proses penyakit d.d (L.14134) Observasi :
suhu tinggi, kejang, Setelah dilakukan tindakan Identifikasi penyebap hipertensi
takipnea keperawatan 2x24 jam Monitor suhu tubuh
(D.0130) diharapkan termoregulasi Terapeutik :
membaik Sediakan lingkungan yang dingin
Kriteria hasil : Longgarkan atau lepaskan pakaian
Menggigil menurun (5) Lakukan pendinginan eksternal
Suhu tubuh menurun (5) Berikan cairan oral
Suhu kulit menurun (5) Edukasi
Frekuensi nadi membaik (5) Anjutkan tirah baring
Konsumsi oksigen membaik Kolaborasi
(5) Kolaborasi pemberian cairan
intravena
XVI. Implementasi
Observasi :
Mengidentifikasi penyebap hipertensi
Memonitor suhu tubuh
Terapeutik :
Menyediakan lingkungan yang dingin
Melonggarkan atau lepaskan pakaian
Memberikan cairan oral
Edukasi
Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan intravena
2 Observasi :
Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
1/06/2020 nafas
Memonitor pola nafas
Jam 14:15 Terapeutik :
wib Mendokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Menginformasikan hasil pemantauan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan tim medis lainya
02/06/2020 Observasi :
Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
Jam 07: 45 nafas
wib Memonitor pola nafas
Terapeutik :
Mendokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Menginformasikan hasil pemantauan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan tim medis lainya
XVII. Evaluasi