Tinj - Pust - Wilms Tumor
Tinj - Pust - Wilms Tumor
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum.
Diharapkan setelah pembelajaran ini, mahasiswa keperawatan dapat
memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
tumor willms.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa keperawatan dapat mengetahui dan
mengerti tentang konsep dasar dari tumor willms.
2. Mahasiswa keperawatan dapat melaksanakan asuhan keperawatan
pada anak dengan tumor willms.
34
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Epidemiologi
Tumor Willms merupakan tumor ganas ginjal yang terbanyak
pada bayi dan anak. Sekitar 80% tumor ini terjadi pada anak di bawah usia
6 tahun dengan puncak insiden pada usia 2- 4 tahun. Tumor Willms dapat
juga dijumpai pada neonatus. Tumor Willms terhitung 6% dari seluruh
penyakit keganasan pada anak.
Insiden penyakit ini bervariasi secara ringan bergantung pada
daerah geografik dan kelompok etnik. Insiden tahunan di Amerika sekitar
7,8 per juta anak yang berumur kurang dari 15 tahun. Tumor Willms
bertanggung jawab terhadap kira-kira 6% dari semua keganasan pada
anak. Insidennya sama pada kedua jenis kelamin. Pada 5% pasien, tumor
ini bersifat bilateral pada saat diagnosis. Usia puncak pada saat diagnosis
adalah antara 1 dan 3 tahun, dan 90% ditemukan pada anak yang berusia
di bawah 7 tahun. Tumor Willms jarang ditemukan pada bayi yang baru
lahir.
2.1.3 Etiologi
Meskipun etiologi tumor willms yang pasti masih tidak jelas, suatu
predisposisi genetik pada banyak pasien dikesankan oleh
perkembangannya pada usia muda, hubungan dengan lesi parenkim ginjal
lain dan abnormalitas kongenital, serta penyakit bilateral dan familial yang
kadang-kadang terjadi. Tumor Willms dianggap sebagai suatu neoplasma
34
embrional yang tampaknya berkembang bila jaringan blasternal metanefrik
gagal mencapai maturitas. Tidak ada abnormalitas kromosom konsisten
yang berhubungan dengan tumor willms. Akan tetapi, abnormalitas
kromosom 1 dan pada sel tumor 11 lazim dan baik sindrom trisomi 18
maupun anirida 11p- berhubungan dengan peningkatan insiden tumor
willms.
Tumor willms lebih sering terjadi pada anak-anak dengan kelainan
kongenital, diantaranya:
a. Aniridia. Suatu kondisi dimana iris sebagai suatu membran pemberi
warna pada mata dan pengontrol sejumlah cahaya yang masuk ke mata
tidak dapat terbentuk secara sempurna.
b. Hemihypertrophy. Terjadi pembesaran pada separuh bagian tubuh.
c. Cryptochidism. Satu atau kedua testikel gagal turun ke skrotum.
d. Hypospadia. Uretra yang terbuka pada kondisi yang abnormal, yaitu
pada sisi bagian bawah dari penis. Pada kondisi normal, uretra akan
terbuka pada ujung penis.
Tumor willms dapat pula terjadi sebagai bagian dari suatu sindrom,
antara lain:
a. WAGR sindrom. Yang termasuk dalam sindrom ini yaitu tumor willms,
anirida, abnormalitas pada genital, dan retardasi mental.
b. Denys-Drash sindrom. Sindrom ini mencakup tumor willms, penyakit
ginjal, dan laki-laki dengan pseidohermaphroditisme, di mana laki-laki
tersebut lahir tanpa adanya penurunan testikel ke dalam skrotumnya
(undescended testicle).
c. Beckwith-Wiedemann sindrom. Yang termasuk dalam sindrom ini
antara lain omphalocele, yang terjadi pada saat abdomen gagal menutup
pada area sekitar umbilikus sehingga organ-organ abdomen menonjol
ke arah umbilikus tersebut; macroglossia; dan pembesaran pada organ-
organ internal.
34
2.1.4 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan tumor willms saat
diagnosis sangat bervariasi. Temuan yang paling lazim adalah suatu massa
abdomen dan massa panggul yang sering kali ditemukan oleh ibu dari
anak yang asimtomatis. Terdapat suatu massa yang teraba sekitar 85%
pasien. Nyeri abdomen terjadi pada 40% pasien dan cukup hebat pada
kira-kira 10% pasien sehingga memberikan kesan suatu akut abdomen.
Hipertensi dijumpai pada sekitar 60% pasien dan hematuria pada 12-24%
pasien. Sekitar seperempat pasien akan mengalami demam, baik yang
berasal dari infeksi saluran kemih atau suatu penyakit yang tidak jelas
yang membuat pasien mencari perhatian medis sehingga menuntun kepada
diagnosis massa abdomen. Gejala lain yang lebih jarang adalah penurunan
berat badan, mual, muntah, dan nyeri pada tulang.
Tiga anomali utama yang dihubungkan denga tumor willms adalah:
a. Hemihipertrofi yang terjadi pada kira-kira 2% pasien.
b. Aniridia pada 1% pasien.
c. Anomali genitourinarius pada 5%.
Hemihipertrofi biasanya idiopatik, dapat terjadi ipsilateral atau
kontralateral terhadap lokasi tumor, dan dapat dijumpai pada saat
diagnosis atau timbul belakangan. Pasien dengan sindrom pertumbuhan
jaringan yang berlebihan, sindrom Beckwith-Wiedrman (yaitu omfalokel,
makroglosia,dan visceromegali), memiliki resiko keganasan sebesar 10%.
Dalam suatu laporan, tumor willms bertanggung jawab pada 6 dari 14
neoplasma pada sindrom ini, diikuti menurut frekuensi oleh karsinoma
adrenal dan hepatoblastoma.
Anomali genitourinarius yang berhubungan dengan tumor willms
adalah ginjal ektopik dan soliter, ginjal tapal kuda (horse-shoe kidneys),
duplikasi uretra, hipospadia, dan kriptokidisme. Perlman dan rekannya
melaporkan suatu sindroma anomali genitourinarius, hematoma renal,
gigantisme fetal, dan nefroblastomasis yang berhubungan dengan tumor
willms.
34
2.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi stadium klinis untuk tumor Willms menurut The
National Willms Tumor Study (NWTS), yaitu:
1. Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul.
Tumor ini dapat direseksi dengan lengkap.
2. Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal
dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilis renalis, vena renalis,
dan kelenjar limfe para-aortal. Tumor ini masih dapat direseksi dengan
lengkap.
3. Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke
hepar, peritoneum, dan lain-lain.
4. Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,
otak dan tulang.
2.1.6 Patofisiologi
Tumor willms biasanya muncul pada kutub ginjal bagian atas atau
bawah, menggeser dan menginfiltrasi struktur ginjal yang normal. Jika
tumor menyebar ke luar kapsul akan menginvasi kelenjar adrenal,lemak
perirenal, diafragma, hati, limpa,atau kolon. Tumor itu mengenai
pembuluh vena ginjal dan kadang menyebar ke atas melalui vena kava ke
atrium kanan. Secara mikroskopis, tumor willms yang khas terdiri atas
suatu variasi sel mesenkim dan epitel dalam berbagai stadium
perkembangan sel.sel blastemal ginjal bertanggung jawab untuk tipe sel
mayor. Sel hiperkromatik yang berbentuk seperti gelendong ini tampak
dalam nodul yang dikelilingi oleh stroma tidak berdiferensiasi dan dapat
membentuk strutur seperti glomeruli atau tubulus abortif dari sel epitel
kuboid rendah. Asal mesenkim untuk tumor willms dikesankan oleh focus
kartilaginosa, adipose, atau jaringan otot yang kadang-kadang dijumpai di
34
dalam tumor tersebut. Pada kira-kira 10% pasien, gambaran histologisnya
memperlihatkan anaplasia yang nyata atau suatu pola selular yang khas
dari sarcoma. Tipe sel yang lebih jarang adalah pola sel jernih dan pola
hialinasi yang tidak lagi dianggap sebagai tumor willms.
2.1.8 Diagnosis
Diagnosis tumor willms berdasarkan atas gejala klinik,
pemeriksaan neurologi (IVP dan USG), laboratorium dan dipastikan
dengan pemeriksaan hispatologik tumor. Gejala klinik untuk diagnosis
adalah seperti telah diuraikan di atas, terutama adanya tumor dalam perut (
tumor abdomen).
Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi system pielokalises
(perubahan bentuk system pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini
berguna untuk mengetahui fungsi ginjal. USG merupakan pemeriksaan
non-invasive yang dapat membedakan tumor solid dengan tumor yang
mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor willms nampak
sebagai tumor padat di daerah ginjal. Hasil pemeriksaan laboratorium yang
penting yang menunjang untuk tumor willms adalah kadar Lactic
dehidrogenase (LDH) dan vinyl mendelic acid (VMA) dalam batas
normal.
2.1.9 Pengobatan
Terdapat tiga modalitas dasar untuk pengobatan tumor willms
adalah pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. Karena terapi terus-
menerus mengalami perkembangan dan agak bervariasi di antara beberapa
studi dan pusat, bagian ini akan menjelaskan pendekatan terapeutik umum.
Peranan pembedahan yang utama terletak pada diagnosis dan penentuan
stadium dengan pengangkatan tumor yang terlihat. Pembedahan ini juga
bermanfaat untuk pemeriksaan kedua setelah kemoterapi atau radioterapi
pada pasien dengan tumor massif yang tidak dapat diangkat saat diagnosis
34
atau pada pasien dengan tumor bilateral. Tindakan pembedahan second-
lool seringkali dapat mencatat respon komplet atau secara bedah
mengubah respon parsial menjadi respon komplet melalui pengangkatan
tumor residual.
Hanya tiga obat kemoterapi yang secara jelas efektif terhadap
tumor willms, yaitu vinkristin, daktinomisin, dan adriamisin. Studi tumor
willms nasional II memperlihatkan bahwa pada pasien dengan tumor
stadium I, kombinasi vinkristin dan daktinomisin selama 10 minggu tanpa
terapi radiasi dapat memberikan kelangsungan hidup bebas penyakit lebih
dari 90% dan dianggap sembuh. Studi itu juga memperlihatkan bahwa
penambahan radiasi pada vinkristin dan daktinomisin pada pasien dengan
tumor willms stadium II dengan histologi yang khas, secara bermakna
memperbaiki hasil pengobatan. Pasien dengan tumor willms stadium III
memiliki harapan hidup lebih baik dengan penambahan radiasi dan
adriamisin
Pengobatan penderita dengan tumor willms bilateral sulit karena
jaringan ginjal fungsional harus dipertahankan. Berbagai pendekatan telah
memberikan hasil kelangsungan hidup yang sama. Pendekatan-pendekatan
ini meliputi nefrektomi ginjal yang lebih terlibat ditambah heminefrektomi
atau biopsy pada ginjal yang lain, heminefrektomi bilateral, dan biopsy
bilateral diikuti oleh kemoterapi dengan pembedahan “second look”.
Kombinasi kemoterapi dan terapi radiasi dosis rendah (1200-1500cGy)
telah memberikan kelangsungan hidup bebas penyakit selama 2 tahun
sebesar 87% pada studi tumor willms nasional I dan 80% pada rumah sakit
penelitian anak St.jude, menunjukkan bahwa situasi tersebut jauh dari
tidak ada harapan hidup.
2.1.10 Prognosis
Beberapa faktor menentukan prognosis, yaitu ukuran tumor,
gambaran histopatologik, umur pasien dan stadium atau tingkat
penyebaran tumor. Mereka yang mempunyai prognosis yang baik adalah
pasien yang mempunyai ukuran tumor kecil, tingkat deferensiasi sel tinggi
34
secara histopatologik, stadium masih dini atau belum ada metastasis dan
umur pasien di bawah 2 tahun.
34
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
An.B laki-laki usia 2,5 tahun dengan BB saat ini 10 kg, 1 bulan
yang lalu BB An. B 11 kg, ini berarti anak tersebut mengalami penurunan
BB sebesar 1 kg jika dibandingkan sebelumnya. Tanggal 20 Maret 2010
An. B dibawa ke RS karena sang ibu menemukan adanya benjolan di
punggung bawah sang anak. Menurut keterangan ibu, An.B sudah satu
minggu tidak nafsu makan sehingga berat badannya turun, kencing
berwarna merah, anak tampak pucat, konjungtiva anemi. Saat MRS
dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil Hb 7gr/dl. Suhu anak 38 0C, TD
135/80mmHg, HR 110 x/mnt, RR 35x/mnt, TB 88,6 cm, BBL 3250 gram,
LLA 10 cm, LK 38 cm. Seharusnya BB ideal An. B pada saat ini adalah 4
kali dari BBL yaitu sebesar 13 kg. Jika dicocokkan dengan KMS (Berat
Badan Menurut Umur), An. B tepat pada garis merah KMS sedangkan jika
dibandingkan berdasarkan TB / Umur maka akan didapatkan hasil sebesar
77%, ini berarti status gizi An. B saat ini termasuk kategori malnutrisi
sedang. Di RS anak selalu mengeluh sakit di perut. Hasil anamnesa
menunjukkan bahwa saudara sepupu dari anak ada yang menderita
penyakit yang sama dan sekarang sudah meninggal. Ibu tampak bingung
dan sering menanyakan ke dokter tentang penyakit serta pengobatan dan
kemungkinan sembuh anaknya. Saat pengkajian fisik ditemukan adanya
benjolan di punggung belakang. Anak selalu menangis saat didekati
perawat dan menolak untuk dilakukan tindakan. Menurut diagnosa dokter,
An. B menderita tumor willms stadium II.
3.2 Pengkajian
Identitas Anak
Nama : An. B
Tanggal lahir : 20 Oktober 2007
34
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 20 Maret 2010
Alamat : Surabaya
Diagnose Medis : Tumor Willms
Sumber informasi : Ibu
34
Lingkungan rumah dan komunitas : rumah dekat dengan jalan
raya dan berdebu
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : anak suka makan
snack
Persepsi keluarga terhadap penyakit anak: ibu tampak bingung dan
tidak mengetahui penyakit anaknya
Riwayat Nutrisi
Nafsu makan : tidak ada ( mual muntah)
Pola makan : 3x/hr (porsi selalu tidak habis)
Minum : Susu formula + air putih, jumlah: 250cc/hr
Pantangan makanan : tidak
Menu makanan : nasi+lauk pauk+sayur
Riwayat Pertumbuhan
BB saat ini : 10 kg, TB: 88,6 cm, LK: 38 cm, LD: 40 cm,
LLA: 10 cm
BB lahir : 3250 gram
BB sebelum sakit: 11 kg
Panjang lahir : 50 cm
Riwayat Perkembangan
Pengkajian perkembangan (DDST) :
ROS
Keadaan umum : lemah, kesadaran: composmentis
34
Tanda Vital
-TD : 135/80 mmHg -Nadi : 110 -Suhu : 380C -RR
: 35x/mnt
MK : Hipertermi
B1 (breath)
Bentuk dada : normal
Pola nafas : irama teratur
Suara nafas : vesikuler
Sesak nafas : tidak, batuk : tidak
Retraksi otot bantu nafas : tidak ada
Alat bantu pernafasan : tidak ada
MK : Tidak ada masalah
B2 (blood)
Irama jantung : regular, S1/S2 : tunggal
Nyeri dada : tidak
Bunyi jantung : normal
CRT : < 3 dtk
Akral : panas, kering, merah
MK : gangguan perfusi jaringan
B3 (brain)
Penglihatan
-pupil : isokor (2-3cm)
-konjungtiva : anemis
Pendengaran : normal
Gangguan pandangan : tidak
Penciuman
-bentuk : normal
-gangguan penciuman : tidak
34
MK : Intoleran Aktivitas
B4 (bladder)
Urine
-jumlah : 200cc/hr -warna: merah
Alat bantu kateter : ada
Kandung kencing
-membesar : tidak -nyeri tekan: tidak
Gangguan : hematuria
MK : resiko infeksi
B5 (bowel)
Nafsu makan : turun
Porsi makan : tidak habis
Minum : 250 cc/hr jenis: susu formula+air putih
Perut : nyeri tekan
Penemuan massa : ya (ada benjolan di punggung)
MK : -nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-gangguan rasa nyaman:nyeri akut
B6 (bone)
Kemampuan pergerakan sendi: bebas
Warna kulit : pucat
Edema : tidak
MK : intoleran aktivitas
Endokrin
Tyroid membesar : tidak
Hiperglikemi : tidak
Hipoglikemi : tidak
Luka gangrene : tidak
34
MK : tidak ada masalah
Personal Hygiene
Mandi : seka 2x/hr
Keramas :-
Ganti pakaian : 2x/hr
Sikat gigi : 2x/hr
Memotong kuku : 1x/mgg
MK : tidak ada masalah
Psiko-sosio-spiritual
Ekspresi afek dan emosi : menangis
Hubungan dengan keluarga : akrab
Dampak hospitalisasi bagi anak : anak selalu menangis
Dampak hospitalisasi bagi orang tua : orang tua cemas dan
bingung
MK : ansietas
S: 8 Nyeri akut
T: terus-menerus
mata: anemis
Diet:
Porsi makan tidak
habis (hanya ¼ yang
dimakan)
DS: - Hematuri Gangguan perfusi
DO: ↓ jaringan
Hematuri Anemia
Kulit pucat ↓
Hb: 7gr/dl ↓
Gg perfusi jaringan
DS: -
DO: Hematuria Intoleran aktivitas
Kx pucat ↓
Konjungtiva anemis Anemia
34
Hb: 7gr/dl ↓
Kelemahan
↓
Intoleran aktivitas
DS: ibu kx menyatakan An. Tumor Willms Hipertermi
B demam ↓
DO: Metabolisme tubuh ↑
Suhu: 380C ↓
RR: 35x/mnt Suhu tubuh ↑
sentuhan
Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan Rasional
34
1) Kolaborasi pemberian 1) Analgesik dapat menurunkan
analgesic nyeri
2) Anjurkan tirah 2) Tirah baring dan pembatasan
baring/pembatasan aktivitas aktivitas memungkinkan
selama fase akut klien untuk menurunkan
spasme otot sehingga
3) Ajarkan klien dan keluarga diharapkan rasa nyeri
tentang tindakan pereda nyeri berkurang
non-invasif seperti 3) Pernapasan yang dalam dapat
pernapasan dalam menghirup O2 secara adekuat
sehingga otot-otot menjadi
4) Ciptakan lingkugan yang relaksasi dan dapat
tenang mengurangi rasa nyeri.
4) Lingkungan yang tenang
5) Obsevasi tanda-tanda vital, dapat mengurangi rasa nyeri
keluhan, lokasi, jenis, dan 5) Membantu menentukan
intensitas nyeri pilihan intervensi dan
memberikan dasar untuk
membandingkan dan
mengevaluasi terapi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan nafsu makan sekunder
terhadap mual muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi tercukupi
Kriteria Hasil :
Nafsu makan bertambah
Menunjukkan berat badan stabil atau ideal
Nilai laboratorium normal
Konjungtiva tidak pucat
Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan Rasional
34
1) Kolaborasi pemberian 1) Antiemetik dapat
antiemetic mengurangi/ menghilangkan
mual muntah
2) Kolaborasi dengan ahli gizi 2) Kebutuhan nutrisi dapat
untuk pemberian diet terpenuhi secara tepat sesuai
dengan kebutuhan tubuh
3) Anjurkan klien makan 3) Makan sedikit tapi sering
sedikit tapi sering dapat mengurangi rasa mual
dan mengganti nutrisi yang
sudah keluar melalui
4) Timbang berat badan setiap
muntahan.
hari
4) Untuk mengevaluasi terapi
yang diberikan
5) Kolaborasi pemeriksaan
5) Dapat digunakan sebagai
laboratorium seperti Hb,
indikator perbaikan status gizi
Albumin
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan Rasional
1) Sarankan klien untuk tirah 1) Tirah baring akan
baring. meminimalkan energy yang
dikeluarkan sehingga
metabolism dapat digunakan
2) Bantu klien untuk untuk penyembuhan penyakit
mengidentifikasi aktivitas 2) Memungkinkan klien dapat
yang penting dan memprioritaskan kegiatan-
meminimalkan kegiatan yang sangat penting
pengeluaran energy untuk dan meminimalkan
aktivitas yang kurang pengeluaran energy untuk
penting kegiatan yang kurang penting
34
3) Kolaborasi pemberian 3) Pemberian terapi komponen
terapi komponen darah. darah dilakukan untuk
mengatasi anemia yang
4) Jelaskan sebab-sebab terjadi.
keletihan klien pada 4) Pengetahuan tentang
keluarga dan cara penyebab keletihan dan cara
penanganannya penanganan dapat
mempercepat proses
penyembuhan
Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan Rasional
Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Observasi area apa ada 1. Sebagai data dasar untuk
tanda-tanda infeksi menentukan tindakan yang
(kemerahan dan akan dilakukan, jika panas
kebersihannya, panas). dapat dilakukan kompres air
pada lipatan tubuh.
2. Lakukan perineal hygiene 2. Dapat membantu dalam
secara teratur setiap hari. mengurangi resiko terjadinya
infeksi
3. Beri asupan nutrisi yang 3. Nutrisi yang adekuat dapat
adekuat. membantu mempertahankan
daya tahan tubuh pasien dan
menghindari resiko infeksi
4. Pengetahuan tentang infeksi
4. Jelaskan pada keluarga
dapat mencegah terjadinya
34
tentang infeksi dan infeksi.
pencegahannya.
Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan Rasional
1) Biarkan klien rawat 1) Mengurangi kecemasan
gabung bersama orang klien
tua 2) Hal ini dapat memberikan
2) Berikan kenyamanan perasaan rileks pada klien.
fisik dan intervensi 3) Melakukan rutinitas
yang aman memberikan kesempatan
3) Pertahankan rutinitas pada klien untuk
dan kebiasaan ritual melakukan otoritasnya.
klien 4) Keluarga dapat
4) Jelaskan pada keluarga membantu dan
tentang proses memotivator klien dalam
penyakit dan prosedur melakukan perawatan dan
pengobatan pengobatan.
34
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor Willms atau nefroblastoma adalah suatu tumor ganas pada ginjal
yang biasa dijumpai pada anak kecil (Abraham M.Rudolph, 2007).
Meskipun etiologi tumor willms yang pasti masih tidak jelas, suatu
predisposisi genetik pada banyak pasien dikesankan oleh perkembangannya
pada usia muda, hubungan dengan lesi parenkim ginjal lain dan abnormalitas
kongenital, serta penyakit bilateral dan familial yang kadang-kadang terjadi.
Tumor Willms dianggap sebagai suatu neoplasma embrional yang tampaknya
berkembang bila jaringan blasternal metanefrik gagal mencapai maturitas.
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan tumor willms saat diagnosis
sangat bervariasi. Temuan yang paling lazim adalah suatu massa abdomen dan
massa panggul yang sering kali ditemukan oleh ibu dari anak yang
asimtomatis. Terdapat suatu massa yang teraba sekitar 85% pasien. Nyeri
abdomen terjadi pada 40% pasien dan cukup hebat pada kira-kira 10% pasien
sehingga memberikan kesan suatu akut abdomen. Hipertensi dijumpai pada
sekitar 60% pasien dan hematuria pada 12-24% pasien. Diagnosis tumor
willms pun berdasar atas gejala klinik, pemeriksaan neurologi (IVP dan USG),
laboratorium dan dipastikan dengan pemeriksaan hispatologik tumor.
Terdapat tiga modalitas dasar untuk pengobatan tumor willms adalah
pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. Peranan pembedahan yang utama
terletak pada diagnosis dan penentuan stadium dengan pengangkatan tumor
34
yang terlihat. Sedangkan untuk kemoterapi hanya ada tiga obat yang secara
jelas efektif terhadap tumor willms, yaitu vinkristin, daktinomisin, dan
adriamisin.
Mereka yang mempunyai prognosis yang baik adalah pasien yang
mempunyai ukuran tumor kecil, tingkat deferensiasi sel tinggi secara
histopatologik, stadium masih dini atau belum ada metastasis dan umur pasien
di bawah 2 tahun.
Terdapat begitu banyak diagnosa keperawatan yang dapat diangkat
sehubungan dengan tumor willms tersebut, beberapa diantaranya adalah
gangguan rasa nyaman: nyeri akut, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
intoleran aktivitas, hipertermi, ansietas, dan lain sebagainya, masalah
keperawatan tersebut sangat bergantung dari menifestasi yang terjadi pada
seorang pasien.
4.2 Saran
Deteksi dini sangat diperlukan terutama bagi mereka yang beresiko
terserang tumor willms. Ini berfungsi untuk mengetahui seberapa
besar prognosis yang terjadi. Semakin dini penyakit ini ditemukan
maka akan semakin baik pula progonosis dan penatalaksanaannya.
Kolaborasi dan penanganan cepat dari dokter dan perawat terhadap
klien dengan tumor willms sangat dibutuhkan untuk mencegah
terjadinya manifestasi dan metastase yang semakin parah .
Toddler bereaksi terhadap nyeri mirip dengan bayi dan pengalaman
sebelumnya dapat mempengaruhi toddler. Toddler juga dapat merasa
sedih jika mereka hanya merasa akan mengalami nyeri. Oleh karena
itu, tenaga kesehatan harus memperhatikan prinsip atraumatic care
jika melakukan perawatan pada toddler.
Kerjasama antara tenaga medis dan keluarga pasien sangat diperlukan
untuk mendukung proses penyembuhan, terutama bagi toddler yang
sangat rentan terhadap depresi akibat perpisahan dengan orang tua
dan hospitalisasi yang dijalani. Salah satu cara yang dapat dilakukan
34
adalah meningkatkan perasaan otonomi toddler dalam melakukan
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.3.
EGC: Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
EGC: Jakarta
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak.
Badan Penerbit IDAI: Jakarta
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Ed.3. EGC:
Jakarta
Purnomo, B. Basuki. 2007. Dasar-dasar Urologi Ed.2. CV. Sagung Seto:
Jakarta
Rudolph, Abraham M. dkk. 2007. Buku Ajar Pediatrik Vol.2 Ed.20. EFC:
Jakarta
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Buku Kuliah 1 Ilmu
Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika: Jakarta
34
Lampiran
WoC TUMOR WILLMS
Etiologi pasti belum jelas
Faktor predisposisi: genetik, abnormalitas kongenital
Neoplasma embrional
Suhu ↑
di tulang
Inflamasi
TUMOR WILLMSginjal Metabolisme tubuh ↑
Menekan lambung
anemia
hipertensi
Mual, muntah Kulit dingin, basah,
34
pucat, lemah, letih, lesu
MK: nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh MK:
-gangguan perfusi jaringan perifer
-Intoleran aktivitas
Dampak hospitalisasi pada
anak dan keluarga
TUMOR WILLMS
hospitalisasi
Penatalaksanaan
kemoterapi
radioterapi
Pembedahan
(nefroktomi)
Mual, muntah
Merusak jar.sehat
dan jar. ganas
Rambut rontok
MK: HDR
34
34