Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor Willms atau nefroblastoma adalah suatu tumor ganas pada
ginjal yang biasa dijumpai pada anak kecil. Tumor Willms merupakan
tumor ganas anak pertama yang mencapai angka kesembuhan bermakna
terutama melalui suatu pendekatan multispesialistik dan bentuk studi
kooperatif. Tanda dan gejala yang berhubungan dengan tumor willms saat
diagnosis sangat bervariasi. Temuan yang paling lazim adalah suatu massa
abdomen dan massa panggul yang sering kali ditemukan oleh ibu dari
anak yang asimtomatis. Sekitar seperempat pasien akan mengalami
demam, baik yang berasal dari infeksi saluran kemih atau suatu penyakit
yang tidak jelas yang membuat pasien mencari perhatian medis sehingga
menuntun kepada diagnosis massa abdomen. Ketidaktahuan dan
keterbatasan tentang penyakit ini membuat kebanyakan orang tua
terlambat untuk memperoleh pelayanan medis yang diperlukan dan tidak
jarang pula prognosisnya menjadisemakin memburuk.
Tumor Willms merupakan tumor ganas ginjal terbanyak pada bayi
dan anak. Sekitar 80 % tumor ini terjadi pada anak di bawah 6 tahun,
dengan puncak insiden pada umur 2-4 tahun dan dapat juga dijumpai pada
neonatus. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap kira-kira 6% dari
semua keganasan pada anak. Insidennya sama pada kedua jenis kelamin.
Pada 5% pasien, tumor ini bersifat bilateral pada saat diagnosis. Usia
puncak pada saat diagnosis adalah antara 1 dan 3 tahun, dan 90%
ditemukan pada anak yang berusia di bawah 7 tahun. Tumor Willms
jarang ditemukan pada bayi yang baru lahir.
Tumor Willms berasal dari proliferasi patologik blastema
metanefron akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus
metanefron untuk menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdifisiensi
baik. Tumor ini biasa muncul pada kutub ginjal bagian atas atau bawah,
dapat menggeser dan menginfiltrasi struktur ginjal yang normal.
34
Karena banyaknya insiden yang terjadi, kita sebagai tenaga
keperawatan yang profesional, harus memiliki wawasan dan keterampilan
yang luas untuk penanggulangan masalah ini. Antara lain mengetahui
tentang konsep tumor willms dan menetapkan asuhan keperawatan yang
tepat sesuai menifestasi yang terjadi. Jika hal tersebut sudah dilakukan,
penatalaksanaan yang tepat dan proses penyembuhan dapat dicapai dengan
baik pula. Sehingga kematian karena kasus ini dapat ditekan serendah
mungkin.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak yang menderita tumor
willms?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum.
Diharapkan setelah pembelajaran ini, mahasiswa keperawatan dapat
memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
tumor willms.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa keperawatan mampu menjelaskan konsep tumbuh
kembang pada anak (toddler).
2. Mahasiswa keperawatan mampu menjelaskan definisi dari tumor
willms.
3. Mahasiswa keperawatan mengetahui epidemiologi dari tumor
willms.
4. Mahasiswa keperawatan mampu menyebutkan etiologi dari tumor
willms.
5. Mahasiswa keperawatan mampu menjelaskan klasifikasi dari
tumor willms.
6. Mahasiswa keperawatan mampu menyebutkan manifestasi klinis
dari tumor willms.
34
7. Mahasiswa keperawatan mampu menjelaskan patofisiologi dari
tumor willms.
8. Mahasiswa keperawatan mampu menjelaskan pemeriksaan
laboratorium dari tumor willms.
9. Mahasiswa keperawatan mampu menjelaskan penatalaksanaan
medis dari tumor willms.
10. Mahasiswa keperawatan mampu menjelaskan woc dari tumor
willms.
11. Mahasiswa keperawatan mampu menjelaskan asuhan keperawatan
pada tumor willms.

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa keperawatan dapat mengetahui dan
mengerti tentang konsep dasar dari tumor willms.
2. Mahasiswa keperawatan dapat melaksanakan asuhan keperawatan
pada anak dengan tumor willms.

34
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Willms Tumor


2.1.1 Definisi
Tumor Willms atau nefroblastoma adalah suatu tumor ganas pada
ginjal yang biasa dijumpai pada anak kecil (Abraham M.Rudolph, 2007).
Tumor Willms adalah tumor ganas embrional ginjal yang berasal
dari metanefros (Bambang Purnomo,2006).

2.1.2 Epidemiologi
Tumor Willms merupakan tumor ganas ginjal yang terbanyak
pada bayi dan anak. Sekitar 80% tumor ini terjadi pada anak di bawah usia
6 tahun dengan puncak insiden pada usia 2- 4 tahun. Tumor Willms dapat
juga dijumpai pada neonatus. Tumor Willms terhitung 6% dari seluruh
penyakit keganasan pada anak.
Insiden penyakit ini bervariasi secara ringan bergantung pada
daerah geografik dan kelompok etnik. Insiden tahunan di Amerika sekitar
7,8 per juta anak yang berumur kurang dari 15 tahun. Tumor Willms
bertanggung jawab terhadap kira-kira 6% dari semua keganasan pada
anak. Insidennya sama pada kedua jenis kelamin. Pada 5% pasien, tumor
ini bersifat bilateral pada saat diagnosis. Usia puncak pada saat diagnosis
adalah antara 1 dan 3 tahun, dan 90% ditemukan pada anak yang berusia
di bawah 7 tahun. Tumor Willms jarang ditemukan pada bayi yang baru
lahir.

2.1.3 Etiologi
Meskipun etiologi tumor willms yang pasti masih tidak jelas, suatu
predisposisi genetik pada banyak pasien dikesankan oleh
perkembangannya pada usia muda, hubungan dengan lesi parenkim ginjal
lain dan abnormalitas kongenital, serta penyakit bilateral dan familial yang
kadang-kadang terjadi. Tumor Willms dianggap sebagai suatu neoplasma
34
embrional yang tampaknya berkembang bila jaringan blasternal metanefrik
gagal mencapai maturitas. Tidak ada abnormalitas kromosom konsisten
yang berhubungan dengan tumor willms. Akan tetapi, abnormalitas
kromosom 1 dan pada sel tumor 11 lazim dan baik sindrom trisomi 18
maupun anirida 11p- berhubungan dengan peningkatan insiden tumor
willms.
Tumor willms lebih sering terjadi pada anak-anak dengan kelainan
kongenital, diantaranya:
a. Aniridia. Suatu kondisi dimana iris sebagai suatu membran pemberi
warna pada mata dan pengontrol sejumlah cahaya yang masuk ke mata
tidak dapat terbentuk secara sempurna.
b. Hemihypertrophy. Terjadi pembesaran pada separuh bagian tubuh.
c. Cryptochidism. Satu atau kedua testikel gagal turun ke skrotum.
d. Hypospadia. Uretra yang terbuka pada kondisi yang abnormal, yaitu
pada sisi bagian bawah dari penis. Pada kondisi normal, uretra akan
terbuka pada ujung penis.
Tumor willms dapat pula terjadi sebagai bagian dari suatu sindrom,
antara lain:
a. WAGR sindrom. Yang termasuk dalam sindrom ini yaitu tumor willms,
anirida, abnormalitas pada genital, dan retardasi mental.
b. Denys-Drash sindrom. Sindrom ini mencakup tumor willms, penyakit
ginjal, dan laki-laki dengan pseidohermaphroditisme, di mana laki-laki
tersebut lahir tanpa adanya penurunan testikel ke dalam skrotumnya
(undescended testicle).
c. Beckwith-Wiedemann sindrom. Yang termasuk dalam sindrom ini
antara lain omphalocele, yang terjadi pada saat abdomen gagal menutup
pada area sekitar umbilikus sehingga organ-organ abdomen menonjol
ke arah umbilikus tersebut; macroglossia; dan pembesaran pada organ-
organ internal.

34
2.1.4 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan tumor willms saat
diagnosis sangat bervariasi. Temuan yang paling lazim adalah suatu massa
abdomen dan massa panggul yang sering kali ditemukan oleh ibu dari
anak yang asimtomatis. Terdapat suatu massa yang teraba sekitar 85%
pasien. Nyeri abdomen terjadi pada 40% pasien dan cukup hebat pada
kira-kira 10% pasien sehingga memberikan kesan suatu akut abdomen.
Hipertensi dijumpai pada sekitar 60% pasien dan hematuria pada 12-24%
pasien. Sekitar seperempat pasien akan mengalami demam, baik yang
berasal dari infeksi saluran kemih atau suatu penyakit yang tidak jelas
yang membuat pasien mencari perhatian medis sehingga menuntun kepada
diagnosis massa abdomen. Gejala lain yang lebih jarang adalah penurunan
berat badan, mual, muntah, dan nyeri pada tulang.
Tiga anomali utama yang dihubungkan denga tumor willms adalah:
a. Hemihipertrofi yang terjadi pada kira-kira 2% pasien.
b. Aniridia pada 1% pasien.
c. Anomali genitourinarius pada 5%.
Hemihipertrofi biasanya idiopatik, dapat terjadi ipsilateral atau
kontralateral terhadap lokasi tumor, dan dapat dijumpai pada saat
diagnosis atau timbul belakangan. Pasien dengan sindrom pertumbuhan
jaringan yang berlebihan, sindrom Beckwith-Wiedrman (yaitu omfalokel,
makroglosia,dan visceromegali), memiliki resiko keganasan sebesar 10%.
Dalam suatu laporan, tumor willms bertanggung jawab pada 6 dari 14
neoplasma pada sindrom ini, diikuti menurut frekuensi oleh karsinoma
adrenal dan hepatoblastoma.
Anomali genitourinarius yang berhubungan dengan tumor willms
adalah ginjal ektopik dan soliter, ginjal tapal kuda (horse-shoe kidneys),
duplikasi uretra, hipospadia, dan kriptokidisme. Perlman dan rekannya
melaporkan suatu sindroma anomali genitourinarius, hematoma renal,
gigantisme fetal, dan nefroblastomasis yang berhubungan dengan tumor
willms.

34
2.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi stadium klinis untuk tumor Willms menurut The
National Willms Tumor Study (NWTS), yaitu:
1. Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul.
Tumor ini dapat direseksi dengan lengkap.
2. Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal
dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilis renalis, vena renalis,
dan kelenjar limfe para-aortal. Tumor ini masih dapat direseksi dengan
lengkap.
3. Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke
hepar, peritoneum, dan lain-lain.
4. Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,
otak dan tulang.

2.1.6 Patofisiologi
Tumor willms biasanya muncul pada kutub ginjal bagian atas atau
bawah, menggeser dan menginfiltrasi struktur ginjal yang normal. Jika
tumor menyebar ke luar kapsul akan menginvasi kelenjar adrenal,lemak
perirenal, diafragma, hati, limpa,atau kolon. Tumor itu mengenai
pembuluh vena ginjal dan kadang menyebar ke atas melalui vena kava ke
atrium kanan. Secara mikroskopis, tumor willms yang khas terdiri atas
suatu variasi sel mesenkim dan epitel dalam berbagai stadium
perkembangan sel.sel blastemal ginjal bertanggung jawab untuk tipe sel
mayor. Sel hiperkromatik yang berbentuk seperti gelendong ini tampak
dalam nodul yang dikelilingi oleh stroma tidak berdiferensiasi dan dapat
membentuk strutur seperti glomeruli atau tubulus abortif dari sel epitel
kuboid rendah. Asal mesenkim untuk tumor willms dikesankan oleh focus
kartilaginosa, adipose, atau jaringan otot yang kadang-kadang dijumpai di
34
dalam tumor tersebut. Pada kira-kira 10% pasien, gambaran histologisnya
memperlihatkan anaplasia yang nyata atau suatu pola selular yang khas
dari sarcoma. Tipe sel yang lebih jarang adalah pola sel jernih dan pola
hialinasi yang tidak lagi dianggap sebagai tumor willms.

2.1.7 WOC (terlampir)

2.1.8 Diagnosis
Diagnosis tumor willms berdasarkan atas gejala klinik,
pemeriksaan neurologi (IVP dan USG), laboratorium dan dipastikan
dengan pemeriksaan hispatologik tumor. Gejala klinik untuk diagnosis
adalah seperti telah diuraikan di atas, terutama adanya tumor dalam perut (
tumor abdomen).
Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi system pielokalises
(perubahan bentuk system pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini
berguna untuk mengetahui fungsi ginjal. USG merupakan pemeriksaan
non-invasive yang dapat membedakan tumor solid dengan tumor yang
mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor willms nampak
sebagai tumor padat di daerah ginjal. Hasil pemeriksaan laboratorium yang
penting yang menunjang untuk tumor willms adalah kadar Lactic
dehidrogenase (LDH) dan vinyl mendelic acid (VMA) dalam batas
normal.

2.1.9 Pengobatan
Terdapat tiga modalitas dasar untuk pengobatan tumor willms
adalah pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. Karena terapi terus-
menerus mengalami perkembangan dan agak bervariasi di antara beberapa
studi dan pusat, bagian ini akan menjelaskan pendekatan terapeutik umum.
Peranan pembedahan yang utama terletak pada diagnosis dan penentuan
stadium dengan pengangkatan tumor yang terlihat. Pembedahan ini juga
bermanfaat untuk pemeriksaan kedua setelah kemoterapi atau radioterapi
pada pasien dengan tumor massif yang tidak dapat diangkat saat diagnosis
34
atau pada pasien dengan tumor bilateral. Tindakan pembedahan second-
lool seringkali dapat mencatat respon komplet atau secara bedah
mengubah respon parsial menjadi respon komplet melalui pengangkatan
tumor residual.
Hanya tiga obat kemoterapi yang secara jelas efektif terhadap
tumor willms, yaitu vinkristin, daktinomisin, dan adriamisin. Studi tumor
willms nasional II memperlihatkan bahwa pada pasien dengan tumor
stadium I, kombinasi vinkristin dan daktinomisin selama 10 minggu tanpa
terapi radiasi dapat memberikan kelangsungan hidup bebas penyakit lebih
dari 90% dan dianggap sembuh. Studi itu juga memperlihatkan bahwa
penambahan radiasi pada vinkristin dan daktinomisin pada pasien dengan
tumor willms stadium II dengan histologi yang khas, secara bermakna
memperbaiki hasil pengobatan. Pasien dengan tumor willms stadium III
memiliki harapan hidup lebih baik dengan penambahan radiasi dan
adriamisin
Pengobatan penderita dengan tumor willms bilateral sulit karena
jaringan ginjal fungsional harus dipertahankan. Berbagai pendekatan telah
memberikan hasil kelangsungan hidup yang sama. Pendekatan-pendekatan
ini meliputi nefrektomi ginjal yang lebih terlibat ditambah heminefrektomi
atau biopsy pada ginjal yang lain, heminefrektomi bilateral, dan biopsy
bilateral diikuti oleh kemoterapi dengan pembedahan “second look”.
Kombinasi kemoterapi dan terapi radiasi dosis rendah (1200-1500cGy)
telah memberikan kelangsungan hidup bebas penyakit selama 2 tahun
sebesar 87% pada studi tumor willms nasional I dan 80% pada rumah sakit
penelitian anak St.jude, menunjukkan bahwa situasi tersebut jauh dari
tidak ada harapan hidup.

2.1.10 Prognosis
Beberapa faktor menentukan prognosis, yaitu ukuran tumor,
gambaran histopatologik, umur pasien dan stadium atau tingkat
penyebaran tumor. Mereka yang mempunyai prognosis yang baik adalah
pasien yang mempunyai ukuran tumor kecil, tingkat deferensiasi sel tinggi
34
secara histopatologik, stadium masih dini atau belum ada metastasis dan
umur pasien di bawah 2 tahun.

2.2 Konsep Tumbuh Kembang pada Anak Usia Toddler


2.2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik
1. Peningkatan ukuran tubuh terjadi secara bertahap bukan secara linier
yang menunjukkan karakteristik percepatan atau perlambatan
pertumbuhan pada masa toddler.
b. Tinggi badan
1) Rata-rata toddler bertambah tinggi sekitar 7,5 cm per tahun.
2) Rata-rata tinggi toddler usia 2 tahun sekitar 86,6 cm. Tinggi
badan pada usia 2 tahun adalah setengah dari tinggi dewasa
yang diharapkan.
c. Berat badan
1) Rata-rata pertambahan berat badan toddler adalah 1,8-2,7
kg per tahun.
2) Rata-rata berat badan toddler usia 2 tahun adalah 12,3 kg.
3) Pada usia 2,5 tahun berat badan toddler mencapai empat
kali berat lahir.
d. Lingkar kepala (LK)
1) Pada usia 1-2 tahun, ukuran LK sama dengan lingkar dada.
2) Total laju peningkatan LK pada tahun kedua adalah 2,5 cm,
kemudian berkurang menjadi 1,25 cm per tahun sampai
usia 5 tahun.
2. Karakteristik toddler dengan penonjolan abdomen adalah akibat otot-
otot abdomen yang kurang berkembang.
3. Kaki yang melengkung biasanya menetap selama masa toddler karena
otot kaki harus menahan berat badan tubuh yang relative lebih besar.

2.2.2 Perkembangan Motorik


A. Motorik kasar. Keterampilan motorik utama masa toddler adalah loko-
motor.
34
1) Toddler berjalan tanpa bantuan pada usia 15 bulan.
2) Toddler berjalan menaiki tangga dengan berpegangan pada satu
tangan saat usia 18 bulan.
3) Toddler berjalan menaiki dan menuruni tangga dengan satu
langkah pada saat usia 24 bulan.
4) Toddler melompat dengan dua kaki pada usia 30 bulan.
B. Motorik halus
1) Toddler membangun menara dua blok dan mencoret-coret secara
spontan pada usia 15 bulan.
2) Toddler membangun menara tiga sampai empat blok pada usia 18
bulan.
3) Toddler meniru coretan vertikal pada usia 24 bulan.
4) Toddler membangun menara delapan blok dan meniru tanda silang
pada usia 30 bulan.

2.2.3 Perkembangan Psikososial


A. Erikson memberi istilah krisis psikososial pada toddler sebagai
“otonomi vs rasa malu dan ragu”.
B. Toddler telah mengembangkan rasa percaya dan siap menyerahkan
ketergantungannya untuk membangun perkembangan kemampuan
pertamanya dalam mengendalikan dan otonomi. Orang tua yang
mendorong toddler melakukan hal tersebut akan mengembangkan
kemampuan toddler.
C. Toddler dapat mengembangkan rasa malu dan ragu jika orang tua
membiarkan toddler bergantung pada orang tua di area yang seharusnya
toddler dapat mencoba keterampilan barunya atau membuat toddler
merasa tidak mampu saat mencoba keterampilan ini.

D. Rasa takut yang umum pada toddler antara lain:


1) Kehilangan orang tua (dikenal sebagai ansietas perpisahan).
2) Ansietas terhadap orang asing.
3) Suara-suara yang keras.
34
4) Pergi tidur.
5) Binatang besar.
Dukungan emosional, kenyamanan, dan penjelasan sederhana yang
dapat menghalau rasa takut toddler.
E. Sosialisasi
1) Ritualisme, negativism, dan kemandirian mendominasi interaksi
pada toddler.
2) Ansietas perpisahan memuncak saat toddler mulai membedakan
dirinya dari orang terdekat. Objek transisi adalah penting, terutama
selama periode berpisah, seperti tidur siang.
3) Toddler dapat menggunakan tantrum untuk menunjukkan
kemandiriannya. Cara terbaik pengasuh menghadapi mereka adalah
dengan cara “membiarkan” (mengabaikan mereka).
4) Negativism juga merupakan hal yang umum. Cara terbaik untuk
menurunkan jumlah kata “tidak”, yaitu dengan menurunkan jumlah
pertanyaan yang mengarah pada jawaban “tidak”.
F. Bermain dan mainan
Toddler terlibat dalam permainan parallel, yaitu bermain berdampingan,
tetapi tidak bermain dengan yang lain. Meniru adalah salah satu bentuk
permainan yang paling umum.

2.2.4 Perkembangan Psikoseksual


Menurut Freud, toddler memasuki tahap “anal” yaitu aktivitas seksual
yang berpusat pada pembuangan dan penahanan sampah tubuh.

2.2.5 Perkembangan Kognitif


A. Piaget
1) Tahap sensori-motorik. Tahap ini berlangsung antara 12-24 bulan
dan melibatkan dua subtahap.
a. Subtahap 1 (12-18 bulan). Reaksi sirkular tersier melibatkan
eksperimen trial-and-error dan eksplorasi aktif yang terus-
menerus.
34
b. Subtahap 2 (18-24 bulan). Munculnya kombinasi mental
memungkinkan toddler untuk melengkapi pemahaman makna
yang baru dalam menyelesaikan tugas.
2) Subtahap prakonseptual pada fase praoperasional.
Dalam tahap ini, dimulai dari usia 2 dan 4 tahun, toddler
menggunakan pikiran representative untuk mengingat kembali
masa lampau, menampilkan masa kini dan mengantisipasi masa
depan. Selama fase ini anak:
a. Membentuk konsep-konsep yang tidak selengkap atau tidak
selogis konsep orang dewasa.
b. Membuat klasifikasi sederhana.
c. Menghubungkan satu kejadian dengan kejadian yang terjadi
secara simultan (penalaran yang bersifat transduktif).
d. Menunjukkan pemikiran egosentris.
B. Bahasa
1. Toddler menggunakan bahasa ungkapan khusus pada usia 15
bulan.
2. Toddler mengatakan sekitar 300 kata, menggunakan dua atau tiga
frase, dan menggunakan kata ganti pada usia 2 tahun.
3. Toddler menyebutkan nama depan dan akhir, dan menggunakan
kata benda jamak pada usia 2,5 tahun.

2.2.6 Perkembangan Moral


1. Toddler biasanya berada dalam subtahap pertama tahap
“prakonvensional” yang berorientasi pada hukuman dan kepatuhan.
Penilaian toddler didasarkan pada perilaku untuk menghindari hukuman
atau mendapat penghargaan.
2. Pola disiplin mempengaruhi perkembangan moral toddler.
a. hukuman fisik dan menahan hak anak cenderung memberikan
toddler pandangan yang negative mengenai moral.
b. Menahan cinta dan kasih sayang sebagai bentuk hukuman
menimbulkan perasaan bersalah.
34
3. Tindakan disiplin yang tepat termasuk memberikan penjelasan mengapa
perilaku tertentu tidak dapat diterima, memuji tindakan yang benar, dan
menggunakan distraksi untuk mencegah perilaku yang tidak dapat
diterima.

2.2.7 Penyakit dan Hospitalisasi


A. Reaksi terhadap penyakit
1. Toddler kurang mampu mendefinisikan konsep tentang citra tubuh,
terutama batasan tubuh. Oleh sebab itu, prosedur yang sangat
mengganggu akan menimbulkan kecemasan.
2. Toddler bereaksi terhadap nyeri mirip dengan bayi dan pengalaman
sebelumnya dapat mempengaruhi toddler dengan baik. Toddler juga
dapat merasa sedih jika mereka hanya merasa akan mengalami nyeri.
B. Reaksi terhadap hospitalisasi
1. Dalam berespons terhadap kejadian yang menegangkan, seperti
hospitalisasi mekanisme pertahanan primer toddler adalah regresi.
2. Toddler juga dapat merasa kehilangan kendali berkaitan dengan
keterbatasan fisik, kehilangan rutinitas, ketergantungan, dan takut
terhadap cidera atau nyeri pada tubuh.
3. Perpisahan mempengaruhi kebanyakan toddler yang menganggap hal
tersebut sebagai ditinggalkan (18 bulan merupakan usia puncak
terjadinya ansietas perpisahan). Hospitalisasi yang dapat
meningkatkan ansietas perpisahan memiliki tiga fase:
a. Protes.
Toddler secara verbal menangis kepada orang tua, menyerang
orang lain secara verbal atau fisik, berusaha untuk menemukan
orang tua, memegang orang tua erat-erat, dan tidak dapat
ditenangkan.
b. Putus asa.
Toddler tidak tertarik dengan lingkungan dan permainan serta
menunjukkan sikap yang pasif, depresi, dan kehilangan nafsu
makan.
34
c. Penolakan (penyangkalan).
Toddler membuat keputusan yang dangkal dan menunjukkan
minat dengan jelas tetapi tetap menolak. Fase ini biasanya
terjadi setelah perpisahan dalam waktu lama dan jarang
terlihat pada anak yang dirawat.
C. Penatalaksanaan keperawatan
1. Berikan intervensi umum
e.Biarkan toddler menyalurkan protesnya dan rawat gabung bersama
orang tua.
f. Anjurkan penggunaan objek transisi atau milik orang tua (hal-hal
yang menghubungkan toddler dengan orang tua) yang dapat
ditinggalkan bersama toddler.
g. Minta orang tua untuk tidak pernah menyelinap ke luar dari
ruangan atau pergi dari rumah sakit sementara toddler tertidur.
h. Bersikap jujur tentang waktu kembalinya orang tua.
i. Cari dan gunakan kata-kata yang biasa toddler gunakan (untuk
objek pengalih, pergi ke kamar mandi, dan sebagainya).
j. Usahakan untuk melanjutkan rutinitas di rumah semaksimal
mungkin.
2. Berikan kenyamanan fisik dan intervensi yang aman
a. Gali perkembangan otot toddler (kaji kemampuan sebelum
dirawat), kemudian berikan mainan yang dapat dimanipulasi,
berikan aktivitas dengan pengawasan, gunakan ruangan bermain.
b. Setelah mengkaji tingkat kemampuan toddler, tingkatkan
perawatan diri (pada semua kelompok usia), sebagai contoh
makan sendiri, berkemih seperti saat di rumah, berpakaian
(dengan bantuan yang diperlukan), dan kebersihan (mencuci muka
dan tangan, menggosok gigi).
3. Berikan intervensi kognitif
a. Tingkatkan pembelajaran sensorimotorik dengan meniru.
b. Tingkatkan keterampilan berbahasa (kaji kosa kata, hindari
berbicara untuk toddler, beri pujian terhadap penguasaan kata,
34
menguatkan kata-kata yang dikuasai, gunakan aktivitas yang
menggunakan bahasa).
c. Berikan penjelasan yang sederhana untuk prosedur (gunakan
alat).
4. Berikan intervensi emosional dan psikososial
a. Tingkatkan perasaan otonomi toddler dengan menganjurkan
perawatan diri, partisipasi dalam kebiasaan waktu tidur dan
beberapa kemampuan mengendalikan (misal berikan toddler
pilihan jawaban “ya”).
b. Dukung toddler saat belajar berpisah dengan orang tua (bantu
keluarga dengan koping terhadap perpisahan, anjurkan kunjungan,
gunakan perawat primer, dan anjurkan adanya foto orang tua).
c. Tingkatkan adaptasi sosial (kuatkan perilaku yang dapat diterima
secara social, anjurkan permainan paralel).
d. Pertahankan rutinitas dan kebiasaan ritual (kaji kebiasaan rutin,
terutama waktu tidur, identifikasi pilihan-pilihan, pertahankan
sebanyak mungkin kebiasaan di rumah).

34
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Kasus
An.B laki-laki usia 2,5 tahun dengan BB saat ini 10 kg, 1 bulan
yang lalu BB An. B 11 kg, ini berarti anak tersebut mengalami penurunan
BB sebesar 1 kg jika dibandingkan sebelumnya. Tanggal 20 Maret 2010
An. B dibawa ke RS karena sang ibu menemukan adanya benjolan di
punggung bawah sang anak. Menurut keterangan ibu, An.B sudah satu
minggu tidak nafsu makan sehingga berat badannya turun, kencing
berwarna merah, anak tampak pucat, konjungtiva anemi. Saat MRS
dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil Hb 7gr/dl. Suhu anak 38 0C, TD
135/80mmHg, HR 110 x/mnt, RR 35x/mnt, TB 88,6 cm, BBL 3250 gram,
LLA 10 cm, LK 38 cm. Seharusnya BB ideal An. B pada saat ini adalah 4
kali dari BBL yaitu sebesar 13 kg. Jika dicocokkan dengan KMS (Berat
Badan Menurut Umur), An. B tepat pada garis merah KMS sedangkan jika
dibandingkan berdasarkan TB / Umur maka akan didapatkan hasil sebesar
77%, ini berarti status gizi An. B saat ini termasuk kategori malnutrisi
sedang. Di RS anak selalu mengeluh sakit di perut. Hasil anamnesa
menunjukkan bahwa saudara sepupu dari anak ada yang menderita
penyakit yang sama dan sekarang sudah meninggal. Ibu tampak bingung
dan sering menanyakan ke dokter tentang penyakit serta pengobatan dan
kemungkinan sembuh anaknya. Saat pengkajian fisik ditemukan adanya
benjolan di punggung belakang. Anak selalu menangis saat didekati
perawat dan menolak untuk dilakukan tindakan. Menurut diagnosa dokter,
An. B menderita tumor willms stadium II.

3.2 Pengkajian
Identitas Anak
 Nama : An. B
 Tanggal lahir : 20 Oktober 2007
34
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Tanggal MRS : 20 Maret 2010
 Alamat : Surabaya
 Diagnose Medis : Tumor Willms
 Sumber informasi : Ibu

Identitas Orang Tua


 Nama Ayah : Bambang
 Nama Ibu : Bela
 Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta
 Pendidikan Ayah/ Ibu : SMA
 Agama : Islam
 Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
 Alamat : Surabaya

Riwayat Sakit dan Kesehatan


Keluhan Utama : Sakit di perut
Riwayat Penyakit Saat Ini : Satu minggu SMRS An. B tidak nafsu
makan dan BB turun 1 kg. Selain itu, kencing An. B
berwarna merah dan ada benjolan di punggung
bawah sang anak.
Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Riwayat Kesehatan yang Lalu:
 Penyakit yang pernah diderita : demam, batuk pilek
 Operasi : tidak pernah
 Alergi : tidak ada
 Imunisasi : ibu kx menyatakan
imunisasi telah lengkap

Riwayat Kesehatan Keluarga


 Penyakit yang pernah diderita keluarga : sepupunya pernah
menderita tumor willms, saat ini sudah meninggal

34
 Lingkungan rumah dan komunitas : rumah dekat dengan jalan
raya dan berdebu
 Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : anak suka makan
snack
 Persepsi keluarga terhadap penyakit anak: ibu tampak bingung dan
tidak mengetahui penyakit anaknya

Riwayat Nutrisi
 Nafsu makan : tidak ada ( mual muntah)
 Pola makan : 3x/hr (porsi selalu tidak habis)
 Minum : Susu formula + air putih, jumlah: 250cc/hr
 Pantangan makanan : tidak
 Menu makanan : nasi+lauk pauk+sayur

Riwayat Pertumbuhan
 BB saat ini : 10 kg, TB: 88,6 cm, LK: 38 cm, LD: 40 cm,
LLA: 10 cm
 BB lahir : 3250 gram
 BB sebelum sakit: 11 kg
 Panjang lahir : 50 cm

Riwayat Perkembangan
 Pengkajian perkembangan (DDST) :

kx sudah bisa menyusun kalimat sederhana, membuat menara 3


balok, belajar meloncat dan melompat dengan 1 kaki
 Tahap perkembangan psikososial : kx memasuki masa otonomi
vs rasa takut dan ragu
 Tahap perkembangan psikoseksual : kx memasuki fase anal

ROS
 Keadaan umum : lemah, kesadaran: composmentis
34
 Tanda Vital
-TD : 135/80 mmHg -Nadi : 110 -Suhu : 380C -RR
: 35x/mnt
MK : Hipertermi

B1 (breath)
 Bentuk dada : normal
 Pola nafas : irama teratur
 Suara nafas : vesikuler
 Sesak nafas : tidak, batuk : tidak
 Retraksi otot bantu nafas : tidak ada
 Alat bantu pernafasan : tidak ada
 MK : Tidak ada masalah

B2 (blood)
 Irama jantung : regular, S1/S2 : tunggal
 Nyeri dada : tidak
 Bunyi jantung : normal
 CRT : < 3 dtk
 Akral : panas, kering, merah
 MK : gangguan perfusi jaringan

B3 (brain)
 Penglihatan
-pupil : isokor (2-3cm)
-konjungtiva : anemis
 Pendengaran : normal
 Gangguan pandangan : tidak
 Penciuman
-bentuk : normal
-gangguan penciuman : tidak
34
 MK : Intoleran Aktivitas

B4 (bladder)
 Urine
-jumlah : 200cc/hr -warna: merah
 Alat bantu kateter : ada
 Kandung kencing
-membesar : tidak -nyeri tekan: tidak
 Gangguan : hematuria
 MK : resiko infeksi

B5 (bowel)
 Nafsu makan : turun
 Porsi makan : tidak habis
 Minum : 250 cc/hr jenis: susu formula+air putih
 Perut : nyeri tekan
 Penemuan massa : ya (ada benjolan di punggung)
 MK : -nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-gangguan rasa nyaman:nyeri akut

B6 (bone)
 Kemampuan pergerakan sendi: bebas
 Warna kulit : pucat
 Edema : tidak
 MK : intoleran aktivitas

Endokrin
 Tyroid membesar : tidak
 Hiperglikemi : tidak
 Hipoglikemi : tidak
 Luka gangrene : tidak
34
 MK : tidak ada masalah

Personal Hygiene
 Mandi : seka 2x/hr
 Keramas :-
 Ganti pakaian : 2x/hr
 Sikat gigi : 2x/hr
 Memotong kuku : 1x/mgg
 MK : tidak ada masalah

Psiko-sosio-spiritual
 Ekspresi afek dan emosi : menangis
 Hubungan dengan keluarga : akrab
 Dampak hospitalisasi bagi anak : anak selalu menangis
 Dampak hospitalisasi bagi orang tua : orang tua cemas dan
bingung
 MK : ansietas

Data penunjang (Lab, Foto, USG) tanggal 20 Maret 2010.


 Hb : 7gr/dl
 Urine : hematuria (+)
 USG : adanya tumor/masa (padat) dalam perut
 Leukosit : 13.000 µL

3.3 Analisis Data

Data Etiologi Masalah


DS: kx selalu mengeluh Tumor Willms Gangguan rasa nyaman:
sakit di perut ↓ nyeri akut
DO: Massa di abdomen
 P: tumor Willms ↓
34 Menekan jaringan
 Q: berat sekitar
 R: di abdomen ↓

 S: 8 Nyeri akut

 T: terus-menerus

DS: ibu kx menyatakan An. Tumor Willms Nutrisi kurang dari


B sudah 1 minggu tidak ↓ kebutuhan tubuh
nafsu makan dan BB Massa di abdomen
turun 1 kg ↓
DO: Menekan lambung
 Antropometri: ↓
BB: 10kg Mual muntah
LLA: 10 cm ↓
 Biochemical: Nafsu makan ↓
Hb: 7gr/dl ↓

 Clinis: Nutrisi kurang dari

Kx lemah kebutuhan tubuh

mata: anemis
 Diet:
Porsi makan tidak
habis (hanya ¼ yang
dimakan)
DS: - Hematuri Gangguan perfusi
DO: ↓ jaringan
 Hematuri Anemia
 Kulit pucat ↓

 CRT < 3 detik Kulit pucat

 Hb: 7gr/dl ↓
Gg perfusi jaringan
DS: -
DO: Hematuria Intoleran aktivitas
 Kx pucat ↓
 Konjungtiva anemis Anemia
34
 Hb: 7gr/dl ↓
Kelemahan

Intoleran aktivitas
DS: ibu kx menyatakan An. Tumor Willms Hipertermi
B demam ↓
DO: Metabolisme tubuh ↑
 Suhu: 380C ↓
 RR: 35x/mnt Suhu tubuh ↑

 HR: 110 x/mnt ↓

 Hangat pada Hipertermi

sentuhan

DS:- Pemasangan kateter Resiko infeksi


DO: terpasang kateter ↓
Port d’ entry kuman

Resiko infeksi
DS: -
DO: kx selalu menangis saat Kurang pengetahuan Ansietas
didekati perawat dan tentang penyakit dan
menolak untuk prosedur pengobatan
dilakukan tindakan ↓
Menangis

Ansietas

Daftar prioritas masalah


1. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Gangguan perfusi jaringan
4. Intoleran aktivitas
5. Hipertermi
34
6. Resiko infeksi
7. Ansietas

3.4 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d. penekanan jaringan sekunder


terhadap masa di abdomen
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan nafsu makan sekunder
terhadap mual muntah
3. Gangguan perfusi jaringan b.d. gangguan aliran darah sekunder akibat
hematuri
4. Intoleran aktivitas b.d. kelemahan sekunder terhadap anemia
5. Hipertermi b.d. peningkatan metabolisme sekunder akibat tumor
6. Resiko infeksi b.d tindakan invasive (pemasangan kateter)
7. Ansietas b.d. kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
pengobatan

3.5 Intervensi Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d. penekanan jaringan sekunder


terhadap masa di abdomen
Tujuan : nyeri berkurang/ hilang
Kriteria Hasil :
 Klien menyatakan nyeri berkurang/ hilang
 Klien tampak tenang
 Klien dapat melakukan teknik relaksasi
 TTV stabil
 Ekspresi wajah rileks
 Klien dapat istirahat

Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan Rasional
34
1) Kolaborasi pemberian 1) Analgesik dapat menurunkan
analgesic nyeri
2) Anjurkan tirah 2) Tirah baring dan pembatasan
baring/pembatasan aktivitas aktivitas memungkinkan
selama fase akut klien untuk menurunkan
spasme otot sehingga
3) Ajarkan klien dan keluarga diharapkan rasa nyeri
tentang tindakan pereda nyeri berkurang
non-invasif seperti 3) Pernapasan yang dalam dapat
pernapasan dalam menghirup O2 secara adekuat
sehingga otot-otot menjadi
4) Ciptakan lingkugan yang relaksasi dan dapat
tenang mengurangi rasa nyeri.
4) Lingkungan yang tenang
5) Obsevasi tanda-tanda vital, dapat mengurangi rasa nyeri
keluhan, lokasi, jenis, dan 5) Membantu menentukan
intensitas nyeri pilihan intervensi dan
memberikan dasar untuk
membandingkan dan
mengevaluasi terapi

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan nafsu makan sekunder
terhadap mual muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi tercukupi
Kriteria Hasil :
 Nafsu makan bertambah
 Menunjukkan berat badan stabil atau ideal
 Nilai laboratorium normal
 Konjungtiva tidak pucat

Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan Rasional
34
1) Kolaborasi pemberian 1) Antiemetik dapat
antiemetic mengurangi/ menghilangkan
mual muntah
2) Kolaborasi dengan ahli gizi 2) Kebutuhan nutrisi dapat
untuk pemberian diet terpenuhi secara tepat sesuai
dengan kebutuhan tubuh
3) Anjurkan klien makan 3) Makan sedikit tapi sering
sedikit tapi sering dapat mengurangi rasa mual
dan mengganti nutrisi yang
sudah keluar melalui
4) Timbang berat badan setiap
muntahan.
hari
4) Untuk mengevaluasi terapi
yang diberikan
5) Kolaborasi pemeriksaan
5) Dapat digunakan sebagai
laboratorium seperti Hb,
indikator perbaikan status gizi
Albumin

3. Gangguan perfusi jaringan b.d. gangguan aliran darah sekunder akibat


hematuri
Tujuan : perfusi jaringan kembali normal
Kriteria Hasil :
 Kulit HKM
 Nadi perifer kuat, tidak pucat
 TTV dalam batas normal

Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan Rasional

1. Pa 1. Penurunan curah jantung


ntau tanda-tanda sianosis, menyebabkan vasokonstriksi
kulit dingin atau lembab sistemik yang dibuktikan oleh
dan catat kekuatan nadi penurunan perfusi perifer.
34
perifer. 2. Pernapasan sebagai indikator
2. Pantau fungsi pernapasan keadekuatan perfusi jaringan.
(frekuensi, kedalaman, 3. Asupan cairan yang tidak
kerja otot aksesori, bunyi adekuat dapat menurunkan
napas). volume surkulasi yang
3. Pantau asupan cairan dan berdampak negative terhadapa
haluaran urin, catat berat perfusi jaringan. BJ urin
jenis. merupakan indikator status
hidrasi.
4. Kolaborasi pemeriksaan 4. Penting sebagai indikator
laboratorium (Hb, fungsi organ.
elektrolit,).

4. Intoleran aktivitas b.d. kelemahan sekunder terhadap anemia


Tujuan : dapat beraktivitas dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria Hasil :
 Klien mampu melakukan peningkatan toleransi aktivitas

Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan Rasional
1) Sarankan klien untuk tirah 1) Tirah baring akan
baring. meminimalkan energy yang
dikeluarkan sehingga
metabolism dapat digunakan
2) Bantu klien untuk untuk penyembuhan penyakit
mengidentifikasi aktivitas 2) Memungkinkan klien dapat
yang penting dan memprioritaskan kegiatan-
meminimalkan kegiatan yang sangat penting
pengeluaran energy untuk dan meminimalkan
aktivitas yang kurang pengeluaran energy untuk
penting kegiatan yang kurang penting
34
3) Kolaborasi pemberian 3) Pemberian terapi komponen
terapi komponen darah. darah dilakukan untuk
mengatasi anemia yang
4) Jelaskan sebab-sebab terjadi.
keletihan klien pada 4) Pengetahuan tentang
keluarga dan cara penyebab keletihan dan cara
penanganannya penanganan dapat
mempercepat proses
penyembuhan

5. Hipertermi b.d. peningkatan metabolisme sekunder akibat tumor


Tujuan : hipertermi teratasi dalam 1x24jam
Kriteria Hasil :
 Suhu : 36,5 – 37,50C
 Akral HKM

Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan Rasional

1) Kolaborasi pemberian 1) Antipiretik dapat


antipiretik menurunkan demam
2) Menghambat pusat simpatis
2) Berikan kompres dengan di hipotalamus sehingga
air suhu ruangan di pusat terjadi vasodilatasi kulit
panas dengan merangsang kelenjar
keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui
penguapan
3) Kondisi kulit yang
mengalami lembab, memicu
3) Anjurkan klien untuk timbulnya pertumbuhan
34
memakai baju tipis, hindari jamur. Juga akan mengurangi
berselimut, atau memakai kenyamanan klien, mencegah
jaket timbulnya ruam kulit.
4) Pengetahuan tentang
4) Jelaskan pada keluarga penatalaksanaan hipertermi
tentang penatalaksanaan dapat mempercepat proses
hipertermi penyembuhan

6. Resiko infeksi b.d tindakan invasive (pemasangan kateter)

Tujuan : Mencapai waktu penyembuhan dan tidak mengalami tanda


infeksi.
Kriteria Hasil :

 Tidak menunjukkan gejala infeksi.


 TTV dalam batas normal.

Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Observasi area apa ada 1. Sebagai data dasar untuk
tanda-tanda infeksi menentukan tindakan yang
(kemerahan dan akan dilakukan, jika panas
kebersihannya, panas). dapat dilakukan kompres air
pada lipatan tubuh.
2. Lakukan perineal hygiene 2. Dapat membantu dalam
secara teratur setiap hari. mengurangi resiko terjadinya
infeksi
3. Beri asupan nutrisi yang 3. Nutrisi yang adekuat dapat
adekuat. membantu mempertahankan
daya tahan tubuh pasien dan
menghindari resiko infeksi
4. Pengetahuan tentang infeksi
4. Jelaskan pada keluarga
dapat mencegah terjadinya
34
tentang infeksi dan infeksi.
pencegahannya.

5. Ansietas b.d. kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur


pengobatan
Tujuan : ansietas berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
 Klien kooperatif selama tindakan pengobatan
 Ekspresi wajah tenang

Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan Rasional
1) Biarkan klien rawat 1) Mengurangi kecemasan
gabung bersama orang klien
tua 2) Hal ini dapat memberikan
2) Berikan kenyamanan perasaan rileks pada klien.
fisik dan intervensi 3) Melakukan rutinitas
yang aman memberikan kesempatan
3) Pertahankan rutinitas pada klien untuk
dan kebiasaan ritual melakukan otoritasnya.
klien 4) Keluarga dapat
4) Jelaskan pada keluarga membantu dan
tentang proses memotivator klien dalam
penyakit dan prosedur melakukan perawatan dan
pengobatan pengobatan.

34
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tumor Willms atau nefroblastoma adalah suatu tumor ganas pada ginjal
yang biasa dijumpai pada anak kecil (Abraham M.Rudolph, 2007).
Meskipun etiologi tumor willms yang pasti masih tidak jelas, suatu
predisposisi genetik pada banyak pasien dikesankan oleh perkembangannya
pada usia muda, hubungan dengan lesi parenkim ginjal lain dan abnormalitas
kongenital, serta penyakit bilateral dan familial yang kadang-kadang terjadi.
Tumor Willms dianggap sebagai suatu neoplasma embrional yang tampaknya
berkembang bila jaringan blasternal metanefrik gagal mencapai maturitas.
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan tumor willms saat diagnosis
sangat bervariasi. Temuan yang paling lazim adalah suatu massa abdomen dan
massa panggul yang sering kali ditemukan oleh ibu dari anak yang
asimtomatis. Terdapat suatu massa yang teraba sekitar 85% pasien. Nyeri
abdomen terjadi pada 40% pasien dan cukup hebat pada kira-kira 10% pasien
sehingga memberikan kesan suatu akut abdomen. Hipertensi dijumpai pada
sekitar 60% pasien dan hematuria pada 12-24% pasien. Diagnosis tumor
willms pun berdasar atas gejala klinik, pemeriksaan neurologi (IVP dan USG),
laboratorium dan dipastikan dengan pemeriksaan hispatologik tumor.
Terdapat tiga modalitas dasar untuk pengobatan tumor willms adalah
pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. Peranan pembedahan yang utama
terletak pada diagnosis dan penentuan stadium dengan pengangkatan tumor
34
yang terlihat. Sedangkan untuk kemoterapi hanya ada tiga obat yang secara
jelas efektif terhadap tumor willms, yaitu vinkristin, daktinomisin, dan
adriamisin.
Mereka yang mempunyai prognosis yang baik adalah pasien yang
mempunyai ukuran tumor kecil, tingkat deferensiasi sel tinggi secara
histopatologik, stadium masih dini atau belum ada metastasis dan umur pasien
di bawah 2 tahun.
Terdapat begitu banyak diagnosa keperawatan yang dapat diangkat
sehubungan dengan tumor willms tersebut, beberapa diantaranya adalah
gangguan rasa nyaman: nyeri akut, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
intoleran aktivitas, hipertermi, ansietas, dan lain sebagainya, masalah
keperawatan tersebut sangat bergantung dari menifestasi yang terjadi pada
seorang pasien.

4.2 Saran
 Deteksi dini sangat diperlukan terutama bagi mereka yang beresiko
terserang tumor willms. Ini berfungsi untuk mengetahui seberapa
besar prognosis yang terjadi. Semakin dini penyakit ini ditemukan
maka akan semakin baik pula progonosis dan penatalaksanaannya.
 Kolaborasi dan penanganan cepat dari dokter dan perawat terhadap
klien dengan tumor willms sangat dibutuhkan untuk mencegah
terjadinya manifestasi dan metastase yang semakin parah .
 Toddler bereaksi terhadap nyeri mirip dengan bayi dan pengalaman
sebelumnya dapat mempengaruhi toddler. Toddler juga dapat merasa
sedih jika mereka hanya merasa akan mengalami nyeri. Oleh karena
itu, tenaga kesehatan harus memperhatikan prinsip atraumatic care
jika melakukan perawatan pada toddler.
 Kerjasama antara tenaga medis dan keluarga pasien sangat diperlukan
untuk mendukung proses penyembuhan, terutama bagi toddler yang
sangat rentan terhadap depresi akibat perpisahan dengan orang tua
dan hospitalisasi yang dijalani. Salah satu cara yang dapat dilakukan

34
adalah meningkatkan perasaan otonomi toddler dalam melakukan
perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.3.
EGC: Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
EGC: Jakarta
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak.
Badan Penerbit IDAI: Jakarta
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Ed.3. EGC:
Jakarta
Purnomo, B. Basuki. 2007. Dasar-dasar Urologi Ed.2. CV. Sagung Seto:
Jakarta
Rudolph, Abraham M. dkk. 2007. Buku Ajar Pediatrik Vol.2 Ed.20. EFC:
Jakarta
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Buku Kuliah 1 Ilmu
Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika: Jakarta

34
Lampiran
WoC TUMOR WILLMS
Etiologi pasti belum jelas
Faktor predisposisi: genetik, abnormalitas kongenital

Jaringan blastema metanefrik MK:


gagal mencapai maturitas hiperter
mi

Neoplasma embrional
Suhu ↑

di tulang
Inflamasi
TUMOR WILLMSginjal Metabolisme tubuh ↑

Menekan a.renalis Kerusakan


Masa di abdomen menginfiltrasi
jaringan ginjal MK:
Metastase tumor
Intoleransi
jaringan ginjal
aktivitas
Menekan jaringan Permeabilitas
sekitar membrane basalis ↑

MK: gangguan hematuria


rasa nyaman:
nyeri akut
Hb ↓
HR ↑

Menekan lambung
anemia
hipertensi
Mual, muntah Kulit dingin, basah,
34
pucat, lemah, letih, lesu
MK: nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh MK:
-gangguan perfusi jaringan perifer
-Intoleran aktivitas
Dampak hospitalisasi pada
anak dan keluarga
TUMOR WILLMS

hospitalisasi
Penatalaksanaan

kemoterapi
radioterapi
Pembedahan
(nefroktomi)
Mual, muntah

MK: Risiko tinggi


MK:-risti infeksi gangguan
-ansietas MK: Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan integritas kulit
tubuh

Merusak jar.sehat
dan jar. ganas

Rambut rontok

MK: HDR

34
34

Anda mungkin juga menyukai