Anda di halaman 1dari 60

Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

CONTOH KASUS DAN PERHITUNGAN


PPH FINAL PASAL 4 AYAT (2)

A. Penghasilan Berupa Bunga Deposito/ Bunga Tabungan Dan Diskonto Sertifikat Bank Indonesia (PP 123 Tahun 2015 dan PMK
26/PMK.010/2016)
a. Kasus 1 (Bunga Deposito/Tabungan Tarif 20%)
Diketahui:
Alice Kein memiliki tabungan di PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta dengan saldo rata-rata bulan September 2016 adalah
Rp450.000.000,00. Bunga yang diberikan oleh PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta adalah 9% per tahun. Pembayaran
bunga dilakukan pada saat jatuh tempo yaitu tanggal 30 September 2016. Bunga yang diterima oleh Alice Kein pada bulan September
2016 adalah sebesar Rp3.375.000,00

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 1


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta
Pemotongan PPh Final = 20% x Jumlah Bruto (Jumlah Bunga Yang Diterima)
= 20% x Rp3.375.000,00
= Rp675.000,00.
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Alice Kein)
Alice Kein menerima penghasilan berupa bunga tabungan dari PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta, yang mana
penghasilan tersebut termasuk jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

b) Wajib Pajak (Pemotong = PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta)


Atas penghasilan berupa bunga tabungan yang diterima Alice Kein, maka PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta
selaku pihak pemotong wajib memotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

c) Kewajiban PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp675.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4
ayat (2) kepada Alice Kein;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Oktober 2016;
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak September 2016 paling lambat tanggal 21 Oktober 2016.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 2


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

b. Kasus 2 (Bunga Tabungan Terkait Bagi Hasil Bank Syariah Tarif 20%)
Diketahui:
Ahmad Shodiq menempatkan dananya dalam tabungan mudharabah di Bank Amal Syariah sebesar Rp100.000.000,00. Nisbah/bagi
hasil yang disepakati adalah 70% untuk bank dan 30% untuk nasabah. Pada bulan September 2016, Bank Amal Syariah
memperoleh keuntungan sebesar Rp100.000.000.000,00 dari total dana nasabah yang dikelola Rp2,5 triliun. Pada tanggal 8 Oktober
2016 Bank Amal Syariah membayarkan bagi hasil sebesar Rp1.200.000,00 kepada Ahmad Shodiq.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 3


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan ketentuan perpajakan telah diatur mengenai penghasilan, biaya, dan pemotongan pajak atau pemungutan pajak dari
kegiatan usaha perbankan syariah berlaku mutatis mutandis ketentuan dalam Undang-Undang PPh.

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh nasabah penyimpan atau nasabah investor dari perbankan syariah dengan nama
dan dalam bentuk apapun termasuk bonus, bagi hasil, dan penghasilan lainnya atas dana yang dipercayakan atau ditempatkan
dikenai PPh sesuai ketentuan pengenaan PPh atas bunga.

Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia dipotong PPh yang bersifat final
sebesar 20% dari jumlah bruto.

Dengan demikian atas bagi hasil yang diterima atau diperoleh Ahmad Shodiq dari Bank Amal Syariah terutang PPh atas bunga
yang wajib dipotong oleh pihak yang membayarkan.

Besarnya PPh yang wajib dipotong oleh Bank Amal Syariah adalah:
Pemotongan PPh Final = 20% x Jumlah Bruto (Jumlah Bagi Hasil Yang Diterima)
= 20% x Rp1.200.000,00.
= Rp 240.000,00.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 4


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Ahmad Shodiq)
Ahmad Shodiq menerima penghasilan berupa bagi hasil dari Bank Amal Syariah, yang mana penghasilan tersebut termasuk
jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

b) Wajib Pajak (Pemotong = Bank Amal Syariah)


Atas penghasilan berupa bunga tabungan yang diterima Ahmad Shodiq, maka Bank Amal Syariah selaku pihak pemotong
wajib memotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

c) Kewajiban Bank Amal Syariah sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas dividen (bagi hasil) sebesar Rp240.000,00 dan memberikan bukti
pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Ahmad Shodiq;
2. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 November 2016;
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa
Pajak Oktober 2016 paling lambat tanggal 20 November 2016.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 5


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

c. Kasus 3 (Diskonto Sertifikat Bank Indonesia Tarif 20%)


Diketahui:
Dana Pensiun Berkat Abadi yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
dari Bank Indonesia dengan nominal Rp1.000.000.000,00 dengan memperoleh diskonto sebesar Rp20.000.000,00. Pada tanggal 1
April 2016, Dana Pensiun Berkat Abadi menjual SBI tersebut kepada PT Rosa Sentosa dengan harga Rp980.000.000,00 dan
dibayarkan pada saat yang sama.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 6


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong Dana Pensiun Berkat Abadi
1. Menghitung Besarnya diskonto SBI Yang diperoleh PT Rosa Sentosa
= Nilai Nominal SBI – Nilai Jual SBI
= Rp1.000.000.000,00 – Rp980.000.000,00
= Rp20.000.000,00

2. Menghitung Pemotongan PPh Final Atas Diskonto SBI


Pemotongan PPh Final = 20% x Jumlah Bruto (Jumlah Diskonto SBI Yang Diterima)
= 20% x Rp20.000.000,00
= Rp4.000.000,00.

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT Rosa Sentosa)
PT Rosa Sentosa menerima penghasilan berupa Diskonto Sertifikat Bank Indonesia dari Dana Pensiun Berkat Abadi, yang
mana penghasilan tersebut termasuk jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

b) Wajib Pajak (Pemotong = Dana Pensiun Berkat Abadi)


Atas penghasilan berupa Diskonto SBI yang diterima Alice Kein, maka Dana Pensiun Berkat Abadi selaku pihak pemotong
wajib memotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 7


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

c) Kewajiban Dana Pensiun Berkat Abadi sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp4.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT Rosa Sentosa;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Mei 2016;
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak April 2016 paling lambat tanggal 21 Mei 2016.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 8


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

B. Penghasilan Berupa Bunga Obligasi atau Diskonto Obligasi Yang Dijual Di Bursa Efek ( Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun
2013 dan 07/PMK.011/2012)
a. Kasus 1 (Bunga Obligasi Yang Diperoleh Wajib Pajak Badan Dengan Kupon Tarif 15%)
Diketahui:
Pada tanggal 1 Juli 2016, PT Mekar Sejahtera menerbitkan obligasi dengan kupon (interest bearing debt securities) sebagai berikut:
 Nilai nominal Rp10.000.000,00 per lembar.
 Jangka waktu obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 30 Juni 2022).
 Bunga tetap (fixed rate) sebesar 18% per tahun
 Jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
 Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT Bank Koes & Dian merupakan kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran. PT Batavia Sentosa pada saat penerbitan
perdana membeli 20 lembar obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) yaitu sebesar Rp9.000.000,00 per lembar.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada Saat Jatuh Tempo Tanggal 31 Desember 2016!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 9


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT Bank Koes & Dian
Besarnya PPh bagi Wajib Pajak badan dalam negeri yang menerima penghasilan berupa bunga obligasi dengan kupon adalah
15% x jumlah bruto bunga sesuai masa kepemilikan (holding period) obligasi.
1. Penghitungan bunga yang diterima PT Batavia Sentosa pada saat jatuh tempo bunga tanggal 31 Desember 2016 adalah:
= (6/12 x 18% x Rp10.000.000,00) x 20 lembar
= Rp18.000.000,00.

2. PPh yang wajib dipotong adalah:


Pemotongan PPh Final = 15% x Jumlah Bruto (Jumlah Bunga Obligasi)
= 15% x Rp18.000.000,00
= Rp2.700.000,00.
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT Batavia Sentosa)
Atas penghasilan berupa bunga obligasi (kupon) yang diterima PT Batavia Sentosa dikenai pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)
yang bersifat final.

b) Wajib Pajak (Pemotong = PT Bank Koes & Dian)


PT Bank Koes & Dian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran oleh PT Mekar Sejahtera wajib memotong PPh atas bunga
obligasi yang diterima oleh PT Batavia Sentosa.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 10


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

c) Kewajiban PT Bank Koes & Dian sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp2.700.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT Batavia Sentosa;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Januari 2017;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak Desember 2016 paling lambat tanggal 20 Januari 2017.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 11


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

b. Kasus 2 (Bunga Obligasi Yang Diperoleh Perusahaan Reksadana Tarif 5%)


Diketahui:
Pada tanggal 1 April 2016, PT Botth Indonesia menerbitkan obligasi dengan kupon (interest bearing debt securities) sebagai berikut:
 Nilai nominal Rp25.000.000,00 per lembar.
 Jangka waktu obligasi 3 tahun (jatuh tempo tanggal 31 Maret 2019).
 Bunga tetap (fixed rate) sebesar 15% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 31 Maret dan 31 Oktober.
 Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
 PT Bank Candra merupakan kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran.
Reksa Dana “Tumbuh Kembang” yang berbentuk KIK (Kontrak Investasi Kolektif ) yang dikelola oleh PT Andalas Sekuritas sebagai
manajer investasi pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) yaitu
sebesar Rp23.500.000,00 per lembar. Reksa Dana “Tumbuh Kembang” telah mendapat pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK/ OJK.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada Saat Jatuh Tempo Tanggal 31 Oktober 2016!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 12


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT Bank Candra
Besarnya PPh bagi Wajib Pajak reksa dana yang telah mendapat pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK/OJK atas penghasilan
berupa bunga obligasi mulai tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 adalah 5% x jumlah bruto bunga sesuai masa kepemilikan
(holding period) obligasi.
.
1. Penghitungan bunga yang diterima Reksa Dana “Tumbuh Kembang” pada saat jatuh tempo bunga tanggal 31 Oktober 2016
adalah:
= (6/12 x 15% x Rp25.000.000,00) x 10 lembar
= Rp18.750.000,00.

2. PPh yang wajib dipotong adalah:


Pemotongan PPh Final = 5% x Jumlah Bruto (Jumlah Bunga Obligasi)
= 15% x Rp18.750.000,00
= Rp937.500,00.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 13


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Reksa Dana “Tumbuh Kembang”)
Atas penghasilan berupa bunga obligasi yang diterima Reksa Dana “Tumbuh Kembang” dikenai pemotongan PPh Pasal 4
ayat (2) yang bersifat final.

b) Wajib Pajak (Pemotong = PT Bank Candra)


PT Bank Candra yang ditunjuk sebagai agen pembayaran oleh PT Mekar Sejahtera wajib memotong PPh atas bunga obligasi
yang diterima oleh Reksa Dana Tumbuh Kembang.

c) Kewajiban PT Bank Candra sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp937.500,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4
ayat (2) kepada Reksa Dana Tumbuh Kembang;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 11 November 2016;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak Oktober 2016 paling lambat tanggal 20 November 2016.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 14


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

c. Kasus 3 (Diskonto Obligasi Tanpa Bunga Tarif 15%)


Diketahui:
Pada tanggal 1 Januari 2016, PT ABC menerbitkan Obligasi tanpa bunga (non-interest bearing debt securitiest) dengan data sebagai
berikut:
 Nilai nominal sebesar Rp10.000.000,00
 Jangka waktu 10 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Januari 2026)
 Penerbitan perdana Obligasi tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT GHI membeli 100 lembar Obligasi tanpa bunga tersebut dengan harga perdana sebesar Rp 6.000.000,00 per lembar.
Pada tanggal 31 Agustus 2019, PT GHI menjual 50 lembar Obligasi tersebut di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui perusahaan efek
PT MNO kepada PT JKL seharga Rp7.000.000,00 per lembar.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada saat jatuh tempo tanggal 1 Januari 2017!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

Penyelesaian:

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 15


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT MNO


Besarnya PPh bagi Wajib Pajak badan dalam negeri yang menerima penghasilan berupa diskonto obligasi tanpa bunga adalah
15% x jumlah bruto diskonto obligasi sesuai masa kepemilikan (holding period) obligasi.
1. Penghitungan diskonto yang diterima PT GHI adalah:
Diskonto = (Rp7.000.000,00 - Rp6.000.000,00) x 50 Lembar
= Rp50.000.000,00

2. PPh yang wajib dipotong adalah:


Pemotongan PPh Final = 15% x Jumlah Bruto (Jumlah Diskonto Obligasi)
= 15% x Rp50.000.000,00
= Rp7.500.000,00.

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT GHI)
Atas penghasilan berupa diskonto obligasi tanpa bunga yang diterima PT GHI dikenai pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)
yang bersifat final.

b) Wajib Pajak (Pemotong = PT MNO)


PT MNO yang ditunjuk sebagai perantara wajib memotong PPh atas bunga obligasi yang diterima oleh PT GHI.

c) Kewajiban PT MNO sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 16


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 7.500.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT GHI
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Februari 2017;
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4
ayat (2) Masa Pajak Januari 2017 paling lambat tanggal 20 Februari 2017.

d. Kasus 4 (Soal Campuran = Soal Saling Berhubungan)

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 17


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Diketahui Bagian 1 :
Pada tanggal 1 Juli 2011, PT ABC (emiten) menerbitkan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebagai berikut :
 Nilai nominal Rp10.000.000,00 per lembar.
 Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2016).
 Bunga tetap (fixed rate) sebesar 16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
 Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT XYZ (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount),
yaitu sebesar Rp9.000.000,00 per lembar.

Diminta Bagian 1 :
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada saat jatuh tempo tanggal 31 Desember 2011 !
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

Penyelesaian Bagian 1 :

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 18


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT ABC


Penghitungan bunga dan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh final) yang terutang oleh PT XYZ pada saat jatuh tempo
bunga pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
1. Bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000,00) x 10 Lembar
= Rp8.000.000,00

2. PPh Final = 15% x Rp8.000.000,00


= Rp1.200.000,00

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT XYZ)
Atas penghasilan berupa bunga obligasi yang diterima PT XYZ dikenai pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final.

b) Wajib Pajak (Pemotong = PT ABC)


PT ABC selaku emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran wajib memotong PPh atas bunga obligasi
yang diterima oleh PT XYZ.

c) Kewajiban PT ABC sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 19


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 1.200.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT XYZ
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Januari 2012;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak Desember 2011 paling lambat tanggal 20 Januari 2012.

Keterangan :
Dalam kenyataannya, harga perolehan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) pada saat penerbitan perdana tidak harus selalu
sama dengan nilai nominalnya. Pembeli dapat memperoleh Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) atau di atas
nilai nominal (at premium). Pada hakekatnya selisih harga beli di bawah atau di atas nilai nominal tersebut merupakan penyesuaian
tingkat bunga Obligasi yang diperhitungkan ke dalam harga perolehan.
Dalam hal investor atau pembeli Obligasi sebagaimana tersebut di atas adalah Wajib Pajak Reksadana, maka penghitungan PPh
final atas bunga yang diperoleh pada saat jatuh tempo tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
1. Bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000,00) x 10 Lembar
= Rp8.000.000,00

2. PPh Final = 5% x Rp8.000.000,00


= Rp400.000,00

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 20


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Diketahui Bagian 2 :
Pada tanggal 31 Maret 2012, PT XYZ menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada PT PQR melalui perusahaan efek PT MNO
di over the counter (OTC), dengan harga jual Rp10.400.000,00 per lembar termasuk bunga berjalan.

Diminta Bagian 2 :
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada saat penjualan obligasi tanggal 31 Maret 2012!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

Penyelesaian Bagian 2 :

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 21


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT MNO


Penghitungan bunga, diskonto dan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh final) yang terutang oleh PT XYZ pada saat
penjualan bunga obligasi adalah sebagai berikut:
1. Bunga Berjalan = (3/12 x 16% x Rp10.000.000,00) x 10 Lembar
= Rp4.000.000,00

2. Diskonto = [(Rpl0.400.000,00 - Rp400.000,00) - Rp9.000.000,00] x 10 Lembar


= Rp10.000.000,00
Mengingat Wajib Pajak PT XYZ dikenakan PPh final dengan tarif yang sama, bunga berjalan dan diskonto dapat dihitung
sekaligus yaitu :
1. Bunga berjalan dan diskonto = (Rp10.400.000,00 - Rp9.000.000,00) x 10 Lembar
= Rp14.000.000,00

2. PPh Final = 15% x Rp14.000.000,00


= Rp2.100.000,00

- Menyebutkan:

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 22


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT XYZ)


Atas penghasilan berupa bunga obligasi dan diskonto yang diterima PT XYZ dikenai pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang
bersifat final.

b) Wajib Pajak (Pemotong = PT MNO)


PT MNO selaku perantara wajib memotong PPh atas bunga obligasi dan diskonto yang diterima oleh PT XYZ.

c) Kewajiban PT MNO sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:


1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 2.100.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT XYZ;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 April 2012;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak Maret 2012 paling lambat tanggal 20 April 2012.

Diketahui Bagian 3 :

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 23


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

PT PQR memiliki Obligasi yang dibeli dari PT XYZ dengan masa kepemilikan hingga tanggal 31 Desember 2014. Untuk itu, pada
setiap tanggal jatuh tempo bunga selama masa kepemilikan Obligasi tersebut, PT PQR terutang PPh final sebesar 15% atas bunga
yang diterima atau diperolehnya (lihat kasus nomor 1), yang dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen
pembayaran.
Pada tanggal 31 Desember 2014, PT PQR setelah menerima bunga dari emiten menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada PT
CDE melalui Bank Pundi Nasional selaku perantara dengan harga jual Rp10.500.000,00 per lembar.

Diminta Bagian 3 :
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada saat jatuh tempo tanggal 31 Desember 2014!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

Penyelesaian Bagian 3 :

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 24


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong


Penghitungan bunga, diskonto dan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh final) yang terutang oleh PT PQR pada saat jatuh
tempo tanggal 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
1. Bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000,00) x 10 Lembar
= Rp8.000.000,00

PPh final atas bunga = 15% x Rp8.000.000,00


= Rp1.200.000,00

2. Diskonto = (Rp10.500.000,00 - Rp10.000.000,00) x 10 Lembar


= Rp5.000.000,00
PPh final atas diskonto = 15% x Rp5.000.000,00
= Rp750.000,00

- Menyebutkan:

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 25


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT PQR)


Atas penghasilan berupa bunga obligasi dan diskonto yang diterima PT PQR dikenai pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang
bersifat final.

b) Wajib Pajak (Pemotong = Emiten atau Kustodian dan Bank Pundi Nasional)
- Emiten atau Kustodian selaku agen pembayaran wajib memotong PPh atas bunga obligasi yang diterima oleh PT PQR.
- Bank Pundi Nasional selaku perantara wajib memotong PPh atas diskonto obligasi yang diterima oleh PT PQR.

c) Kewajiban pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:


1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 1.200.000,00 atas bunga dan Rp 750.000,00 atas
diskonto dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada PT PQR;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Januari 2015;
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak Desember 2014 paling lambat tanggal 20Januari 2015

Diketahui Bagian 4 :

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 26


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Pada tanggal 31 Mei 2016, PT CDE menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada Dana Pensiun Sejahtera Mandiri (dana
pensiun yang telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan) langsung tanpa melalui perantara dengan harga jual Rp10.666.667,00
per lembar termasuk bunga.

Diminta Bagian 4 :
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada saat penjualan obligasi tanggal 31 Mei 2016!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

Penyelesaian Bagian 4 :

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 27


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong Dana Pensiun Sejahtera Mandiri
Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh yang terutang oleh PT CDE pada saat penjualan Obligasi tanggal 31 Mei 2016
adalah sebagai berikut :
1. Bunga berjalan = (5/12 x 16% x Rp10.000.000,00) x 10 Lembar
= Rp6.666.670,00
2. Diskonto = [(Rp10.666.667,00-Rp666.667,00) - Rp10.500.000,00] x 10 Lembar
= (Rp5.000.000,00) diskonto negatif atau rugi.
Perolehan diskonto negatif atau rugi dapat diperhitungkan dengan penghasilan bunga berjalan. PPh terutang yang bersifat
final karena penjualan Obligasi, sebagai berikut:
PPh Final = 15% X (Rp6.666.670,00-Rp5.000.000,00)
= Rp250.001,00
Keterangan :
Meskipun penjualan Obligasi tidak dilakukan melalui perantara dan tidak dilaporkan ke bursa, dana pensiun sebagai pembeli
wajib melakukan pemotongan pajak. Ketentuan yang sama juga berlaku dalam hal pembelian langsung dilakukan oleh
perusahaan efek, bank, dan reksa dana selaku investor

- Menyebutkan:

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 28


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT CDE)


Atas penghasilan berupa bunga obligasi dan diskonto yang diterima PT CDE dikenai pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang
bersifat final.

b) Wajib Pajak (Pemotong = Dana Pensiun Sejahtera Mandiri)


Dana Pensiun Sejahtera Mandiri selaku pemotong wajib memotong PPh atas bunga obligasi dan diskonto yang diterima oleh
PT CDE.

c) Kewajiban Dana Pensiun Sejahtera Mandiri sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp250.001,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT CDE;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Juni 2016;
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak Mei 2016 paling lambat tanggal 20 Juni 2016

C. Penghasilan Berupa Sewa Tanah Dan/Atau Bangunan (PP Nomor 5 Tahun 2002)

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 29


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

a. Kasus 1 (Penentuan Jumlah Bruto Nilai Persewaan Tanah dan/atau Bangunan Tarif 10%)
Diketahui:
PT International Towerindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang persewaan gedung yang bernama Jakarta Tower. PT

Henkpon Telecommunication menyewa sebagian ruangan di lantai 11 Jakarta Tower. Harga sewa yang disepakati adalah

Rp150.000.000,00 per tahun. Biaya service charge per tahun Rp12.000.000,00 dibayar dimuka. PT Henkpon Telecommunication akan

menyewa untuk jangka waktu 1 tahun mulai tanggal 1 Juni 2016 s.d. 31 Mei 2017. Pembayaran dilakukan pada tanggal 31 Mei 2016.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 30


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT Henkpon Telecommunication

Pemotongan PPh Final = 10% x Jumlah Bruto


= 10% x (Biaya Sewa + Biaya Service)
= 10% x (Rp150.000.000,00 + Rp12.000.000,00)

= Rp16.200.000,00.
- Penjelasan singkat
Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari persewaan atas tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun,

apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri, wajib dibayar PPh yang

bersifat final sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan.

Yang dimaksud jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh penyewa dengan

nama dan dalam bentuk apapun juga yang berkaitan dengan tanah dan/ atau bangunan yang disewa termasuk biaya perawatan,

biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan “service charge” baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah

maupun yang disatukan.

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT International Towerindo)

PT International Towerindo menerima penghasilan berupa sewa bangunan berupa gedung dari PT Henkpon

Telecommunication, yang mana penghasilan tersebut termasuk jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 31


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

b) Wajib Pajak (Pemotong = PT Henkpon Telecommunication )

Atas penghasilan berupa persewaan bangunan yang diterima PT International Towerindo, maka PT Henkpon

Telecommunication selaku pihak pemotong wajib memotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

c) Kewajiban PT Henkpon Telecommunication sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:

1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp16.200.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh

Pasal 4 ayat (2) kepada PT International Towerindo pada saat dilakukannya pemotongan;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 Juni 2016;

3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa

Pajak Mei 2016 paling lambat tanggal 20 Juni 2016.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 32


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

b. Kasus 2 (Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Tidak Ditunjuk sebagai Pemotong PPh Tarif 10% )

Diketahui:
PT Bangun Ruko Selalu menyewakan 1 unit ruko kepada Donna Natasha, pemilik salon kecantikan “Bonndhing”. Harga sewa yang

disepakati adalah Rp20.000.000,00 per tahun. Donna Natasha menyewa ruko tersebut untuk jangka waktu 1 tahun mulai tanggal 1

September 2016 s.d. 31 Agustus 2017. Pembayaran dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2016. Donna Natasha tidak termasuk orang

pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 33


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) :
Pemotongan PPh Final = 10% x Jumlah Bruto
= 10% x Biaya Sewa
= 10% x Rp20.000.000,00

= Rp 2.000.000,00.

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT Bangun Ruko)

PT Bangun Ruko menerima penghasilan dari sewa bangunan berupa ruko, yang mana penghasilan tersebut termasuk jenis
penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

b) Wajib Pajak (PT Bangun Ruko)

Mengingat Donna Natasha tidak termasuk sebagai orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong pajak, maka PPh atas

penghasilan yang diterima dari persewaan ruko wajib dibayar sendiri oleh PT Bangun Ruko Selalu.

c) Kewajiban PT Bangun Ruko adalah:

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 34


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

1. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp2.000.000,00 paling lambat tanggal 16 September 2016;

2. Melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa

Pajak Agustus 2016 paling lambat tanggal 20 September 2016.

c. Kasus 3 (Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Ditunjuk sebagai Pemotong PPh Tarif 10% )

Diketahui:
Wahyu adalah seorang dokter spesialis anak yang telah ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai pemotong PPh atas

penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan. Wahyu menyewa rumah toko dari Nanang untuk membuka apotik dengan

biaya sewa sebesar Rp60.000.000,00 untuk jangka waktu 1 tahun. Pembayaran sewa dilakukan Wahyu pada tanggal 4 Januari 2016.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 35


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong Wahyu

Pemotongan PPh Final = 10% x Jumlah Bruto


= 10% x Biaya Sewa
= 10% x Rp 60.000.000,00

= Rp6.000.000,00.
- Penjelasan singkat
Dokter berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-50/PJ./1996 merupakan salah satu profesi orang pribadi

yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan. Sehingga Wahyu

wajib melakukan pemotongan PPh atas pembayaran sewa rumah toko tersebut.

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Nanang)

Nanang menerima penghasilan dari sewa bangunan berupa rumah toko dari Wahyu, yang mana penghasilan tersebut
termasuk jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 36


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

b) Wajib Pajak (Pemotong = Wahyu )

Atas penghasilan berupa persewaan bangunan yang diterima Nanang, maka Wahyu selaku pihak pemotong wajib
memotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

c) Kewajiban Wahyu sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:

1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp6.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4

ayat (2) kepada Nanang;


2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 11 Februari 2016;

3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak

Januari 2016 paling lambat tanggal 21 Februari 2016.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 37


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

d. Kasus 4 (Sewa Rumah Kos Tarif 10%)

Diketahui:
Sumanto memiliki tanah yang terletak di sebelah Universitas Maju Pemuda Bangsa dengan luas 500 meter persegi. Di atas tanah

tersebut telah didirikan bangunan berupa rumah kos 3 lantai yang terdiri dari 20 kamar. Pembayaran sewa kamar kos oleh

para penghuni dilakukan paling lambat tanggal 5 setiap bulan. Pada bulan Mei 2016 Sumanto menerima penghasilan dari sewa kamar

kos sebesar Rp18.000.000,00. Para penghuni kos tersebut kesemuanya adalah mahasiswi Universitas Maju Pemuda Bangsa yang tidak

ditunjuk sebagai pemotong PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 38


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
Pemotongan PPh Final = 10% x Jumlah Bruto
= 10% x Biaya Sewa
= 10% x Rp 18.000.000,00

= Rp 1.800.000,00.
- Penjelasan singkat
Penghasilan yang diterima oleh Sumanto dari persewaan kamar kos dikenakan PPh atas penghasilan dari persewaan tanah

dan/atau bangunan dengan tarif sebesar 10% dari jumlah bruto pembayaran.

Penyewa kamar kos adalah orang pribadi yang bukan merupakan pemotong PPh sehingga Sumanto wajib menyetorkan sendiri

PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan tersebut dengan menggunakan SSP.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 39


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Sumanto)

Sumanto menerima penghasilan dari sewa bangunan berupa rumah kos. Atas penghasilan tersebut sumanto wajib
menyetorkan sendiri PPh Final.

b) Wajib Pajak (Pemotong = Sumanto)

Penyewa kamar kos adalah orang pribadi yang bukan merupakan pemotong PPh sehingga Sumanto wajib menyetorkan

sendiri PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan tersebut dengan menggunakan SSP.

c) Kewajiban Sumanto adalah:

1. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp1.800.000,00 paling lambat tanggal 17 Juni 2016;

2. Melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak

Mei 2016 paling lambat tanggal 20 Juni 2016.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 40


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

e. Kasus 5 (Sewa Tanah dan/atau Bangunan yang Disewakan Kembali Tarif 10%)

Diketahui:
Ravi Murdono menyewa rumah milik Haji Syaifulloh Hidayatulloh selama 5 tahun dari tahun Desember 2016 sampai dengan

Desember 2021 sebesar Rp200.000.000,00 yang dibayar pada awal sewa. Atas pembayaran sewa tersebut Haji Syaifulloh

Hidayatulloh telah membayar Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau

bangunan sebesar Rp20.000.000,00. Dalam perjanjian dimasukkan syarat bahwa Ravi Murdono dapat menyewakan kembali rumah

yang disewanya tersebut kepada orang lain meskipun tanggungjawabnya tetap berada di Ravi Murdono.

Pada bulan Juli 2018 Ravi Murdono, tanpa membatalkan sewa dengan Haji Syaifulloh Hidayatulloh, menyewakan rumah tersebut

kepada adik kandungnya Kinan Pali yang berprofesi sebagai pedagang kue sampai dengan Desember 2021 sebesar Rp80.000.000,00
yang dibayar pada tanggal 3 Juli 2018.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 41


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
Pemotongan PPh Final = 10% x Jumlah Bruto
= 10% x Biaya Sewa
= 10% x Rp 80.000.000,00

= Rp 8.000.000,00.
- Penjelasan singkat
Meskipun rumah yang disewakan Ravi Murdono kepada Kinan Pali adalah rumah yang disewa dari Haji Syaifulloh

Hidayatulloh, namun atas transaksi tersebut tetap termasuk dalam kriteria sewa atas tanah dan/atau bangunan yang dikenai Pajak

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 42


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final. Dengan demikian atas penghasilan yang diterima oleh Ravi Murdono dari Kinan

Pali tersebut harus dibayar Pajak Penghasilannya.

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Ravi Murdono)

Ravi Murdono menerima penghasilan berupa sewa bangunan bangunan yang disewakan kembali. Atas penghasilan tersebut
Ravi Murdono wajib menyetorkan sendiri PPh Final.

b) Wajib Pajak (Pemotong = Ravi Murdono )

Mengingat Kinan Pali bukan merupakan pemotong pajak, maka Ravi Murdono wajib menyetorkan sendiri Pajak

Penghasilan yang terutang tersebut ke KPP tempat dia terdaftar.

c) Kewajiban Ravi Murdono adalah:

1. Melakukan penyetoran Pajak Penghasilan P'asal 4 ayat (2) sebesar Rp8.000.000,00 paling lambat tanggal 15 Agustus

2018;
2. Melaporkan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa Pajak Penghasilan

Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Juli 2018 paling lambat tanggal 20 Agustus 2018.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 43


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

f. Kasus 6 (Persewaan Tanah dan/atau Bangunan dengan bentuk Bagi Hasil Tarif 10%)
Diketahui:
PT Mekar Indah, yang mempunyai bidang usaha perdagangan membuat perjanjian penggunaan satu lantai di pusat perbelanjaan

yang ada di Jakarta milik PT Bangun Pribadi Dalam perjanjian penggunaan tempat berjualan tersebut disepakati PT Mekar Indah akan

membayar biaya penggunaan dengan cara bagi hasil dengan PT Bangun Pribadi dengan dasar persentase tertentu dari omset

perbulannya, yaitu sebesar 15% dari omset perbulannya. Pada bulan September 2016 PT Mekar Indah mempunyai omset sebesar

Rp.500.000.000,00. Pembayaran bagi hasil tersebut dibayar oleh PT Mekar Indah setiap minggu pertama bulan berikutnya dan untuk

pembayaran bulan September dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2016.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 44


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT Mekar Indah:

Pemotongan PPh Final = 10% x Jumlah Bruto


= 10% x Nilai Bagi Hasil
= 10% x (15% x Rp. 500.000.000,00)

= Rp 7.500.000,00.
- Penjelasan singkat

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 45


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Transaksi penggunaan tempat berjualan antara PT Mekar Indah dan PT Bangun Pribadi tersebut termasuk dalam kriteria

persewaan tanah dan/atau bangunan yang dikenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final. Dasar pengenaan Pajak

Penghasilan atas persewaan tanah dan/atau bangunan adalah jumlah bruto nilai persewaan yaitu semua jumlah yang dibayarkan

atau terutang oleh penyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun juga yang berkaitan dengan tanah dan/atau bangunan yang

disewa termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan service charge baik yang

perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan. Mengingat dasar pembayaran penggunaan tempat berjualan

tersebut adalah persentase tertentu nilai bagi hasil dari omset PT Mekar Indah, maka dasar pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 4

ayat (2) yang bersifat final atas persewaan tanah dan/atau bangunan atas transaksi tersebut adalah sebesar nilai bagi hasil

tersebut.

Sehingga atas transaksi penggunaan tempat berjualan antara PT Mekar Indah dan PT Bangun Pribadi di bulan September

2016 tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final atas persewaan tanah dan/atau

bangunan.

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT Bangun Pribadi)

PT Bangun Pribadi menerima penghasilan dari sewa bangunan berupa penggunaan tempat berjualan dari PT Mekar Indah,
yang mana penghasilan tersebut termasuk jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 46


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

b) Wajib Pajak (Pemotong = PT Mekar Indah)

Atas penghasilan berupa persewaan bangunan yang diterima PT Bangun Pribadi, maka PT Mekar Indah selaku pihak
pemotong wajib memotong PPh Pasal 4 Ayat (2).

c) Kewajiban PT Mekar Indah sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:

1. Melakukan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan

sebesar Rp7.500.000,00 dan memberikan bukti pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari

persewaan tanah dan/atau bangunan kepada PT Bangun Pribadi;


2. Melakukan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp7.500.000,00 paling lambat tanggal 11 November

2016;
3. Melaporkan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan

tersebut dalam SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Oktober 2016 paling lambat tanggal 20

November 2016

D. Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (PP Nomor 34 Tahun 2016)
a. Kasus 1 (Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang Dilakukan Antara Dua Wajib Pajak Orang Pribadi Tarif
2,5%)
Diketahui:

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 47


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Pada tanggal 12 Agustus 2016 Rahmat menjual rumahnya di kawasan Palo Alto Residence Bogor kepada Nasri. NJOP atas tanah dan
bangunan tersebut yang tertera pada SPPT PBB Tahun 2016 adalah Rp1.500.000.000,00. Harga transaksi yang disepakati adalah
Rp1.700.000.000,00. Rahmat dan Nasri sepakat untuk melakukan penandatanganan Akta Jual Beli pada tanggal 15 Agustus 2016 di
hadapan PPAT Dhea Tunggadewi, S.H., M.Kn.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek dan wajib pajaknya?
b) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut !

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Wajib dibayar adalah:
Pemotongan PPh Final = 2,5% x Nilai Pengalihan
= 2,5% x Rp 1.700.000.000,00.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 48


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

= Rp 42.500.000

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak dan Wajib Pajaknya (Rahmat)
Atas penghasilan yang diterima oleh Rahmat dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib dibayar PPh Pasal 4
ayat (2) yang bersifat final.

b) Kewajiban Rahmat atas transaksi tersebut adalah:


1. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan SSP sebesar Rp42.500.000,00 paling lambat tanggal
15 Agustus 2016 sebelum ditandatanganinya Akta Jual Beli;
2. Mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak
tanah dan/atau bangunan yang dialihkan haknya;
3. Melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak
Agustus 2016 paling lambat tanggal 20 September 2016.
Sebelum menandatangani Akta Jual Beli, Dhea Tunggadewi, S.H., M.Kn. selaku PPAT wajib memastikan terpenuhinya
kewajiban PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh Rahmat dengan bukti fotokopi SSP
yang telah diteliti oleh KPP.
b. Kasus 2 (Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepada Pemerintah guna Pelaksanaan Pembangunan Tarif 0%)
Diketahui:
Dinas Perhubungan dan Transportasi melakukan pembelian tanah di Bogor untuk pembangunan kantor baru. Nilai tanah berdasarkan
keputusan pejabat pengadaan adalah Rp750.000.000,00. Budi Suharsono sebagai pemilik tanah bersedia menjual dengan harga

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 49


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

tersebut. Oktova sebagai Bendahara Dinas Perhubungan dan Transportasi membayar sejumlah Rp750.000.000,00 pada tanggal 13
Juni 2016 kepada Budi Suharsono atas pembelian tanah tersebut.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek Pajaknya? (Penanggung Pajak)
b) Siapa yang menjadi wajib pajaknya? (Pemungut Pajak)
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut !

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Wajib dibayar adalah:
Pemotongan PPh Final = 0% x Nilai Pengalihan
= 0% x Rp 750.000.000,00

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 50


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

= Rp 0,00.

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Budi Suharsono)
Atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterima oleh Budi Suharsono wajib dipungut PPh
Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final oleh Oktova sebagai Bendahara Dinas Perhubungan dan Transportasi

b) dan Wajib Pajaknya (Pemungut Pajak = Oktova)


Atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterima oleh Budi Suharsono, maka Oktova selaku
bendahara wajib memungut PPh Pasal 4 Ayat (2).

c) Kewajiban Oktova selaku bendahara


1. Melakukan pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 0
2. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut dengan menggunakan SSP yang telah diisi nama Budi Suharsono
dan ditandatangani oleh bendahara sebelum dilakukan pembayaran;
3. Melaporkan pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak
Juni 2016 paling lambat tanggal 22 Juli 2016.
c. Kasus 3 (Pengalihan BTS Tarif 2,5%)
Diketahui:
PT Komsat Telekomunikasi melakukan penjualan salah satu menara telekomunikasi yang dimilikinya di kota Padang kepada PT
Hembusan Telekomunikasi seharga Rp.600.000.000,00. Transaksi tersebut dibuatkan perjanjian jual beli oleh PPAT Rahmat Sjafri

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 51


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Garcia yang berkantor di Jl. Pramuka No. 48 Padang yang oleh kedua belah pihak perjanjian tersebut ditandatangani pada tanggal 16
September 2016. Atas transaksi tersebut dilakukan pembayaran oleh PT Hembusan Telekomunikasi kepada PT Komsat
Telekomunikasi pada tanggal 16 September 2016.
Menara telekomunikasi milik PT Komsat Telekomunikasi tersebut dibangun di atas tanah yang disewa dari masyarakat dan bukan
dibangun di atas tanah milik PT Komsat Telekomunikasi dengan tujuan penghematan biaya pembelian lahan tanah.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajak dan wajib pajaknya?
b) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut !

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Wajib dibayar adalah:
Pemotongan PPh Final = 2,5% x Nilai Pengalihan
= 2,5% x Rp 600.000.000,00

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 52


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

= Rp 1.500.000.000,00

- Penjelasan
Ketentuan peraturan yang berlaku menyatakan bahwa menara telekomunikasi termasuk dalam definisi bangunan, oleh karena itu
penjualan menara telekomunikasi merupakan penjualan bangunan yang dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang
bersifat final atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak Dan Wajib Pajaknya
Atas penghasilan yang diterima oleh PT Komsat Telekomunikasi dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib
dibayar PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final.

b) Kewajiban PT Komsat Telekomunikasi atas transaksi tersebut adalah:


1. Melakukan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan Surat Setoran Pajak sebesar
Rp.1.500.000.000,00 paling lambat tanggal 16 September 2016 sebelum PPAT menandatangani akta perjanjian jual beli;

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 53


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

2. Mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak
menara telekomunikasi tersebut berada;
3. Melaporkan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak September 2016 paling lambat tanggal 21 Oktober 2016.
Sebelum menandatangani akta perjanjian jual beli tersebut Rahmat Sjafri Garcia selaku PPAT wajib memastikan
terpenuhinya kewajiban PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh PT Komsat
Telekomunikasi dengan bukti SSP yang telah diteliti oleh KPP.

d. Kasus 4 (Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Karena Warisan Tarif 2,5%)
Diketahui:

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 54


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Bambang Reksodipuro, meninggal pada tanggal 16 Juli 2016. Bambang Reksodipuro meninggalkan seorang istri, Wenyi Rahayu dan
2 orang anak, Haryo Reksodipuro dan Bimo Reksodipuro. Harta warisan yang ditinggalkan oleh Bambang Reksodipuro adalah 3 unit
rumah yang terletak di Jakarta, Bogor, dan Tangerang dengan nilai masing-masing Rp600.000.000,00, Rp500.000.000,00, dan Rp
300.000.000,00. Pembagian harta warisan berdasarkan Surat Keterangan Waris adalah sebagai berikut:
 rumah yang terletak di Jakarta diberikan kepada Wenyi Rahayu;
 rumah yang terletak di Bogor diberikan kepada Haryo Reksodipuro;
 rumah yang terletak di Tangerang diberikan kepada Bimo Reksodipuro.
Para ahli waris sepakat atas harta warisan tersebut kesemuanya akan diberikan kepada anak yang termuda, Bimo Reksodipuro. Akta
Hibah ditandatangani tanggal 10 Oktober 2016 dihadapan PPAT Siti Sinten Bumi, S.H., M.Kn.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
Bagaimana kewajiban PPh atas serangkaian peristiwa pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut?

Penyelesaian:
- Perhitungan Yang Termasuk PPh Pasal 4 ayat (2): (Hak Waris berupa rumah untuk Bimo Reksodipuro)

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 55


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Pemotongan PPh Final = 2,5% x Nilai Pengalihan


= 2,5% x Rp 500.000.000,00
= Rp 1.250.000.000,00

- Penjelasan
Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan dikecualikan dari kewajiban pembayaran PPh
atas Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Mekanisme pengecualiannya diberikan melalui penerbitan Surat Keterangan Bebas yang diajukan ke KPP tempat Bambang
Reksodipuro terdaftar atau bertempat tinggal. Setelah proses pewarisan selesai dan para ahli waris menerima haknya masing-
masing, maka pada saat rumah yang diterima oleh Wenyi Rahayu dan Haryo Reksodipuro diberikan kepada Bimo Reksodipuro:
 Pengalihan hak atas rumah yang terletak di Jakarta dari Wenyi Rahayu kepada Bimo Reksodipuro merupakan hibah yang
diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran
PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yang mekanisme pengecualiannya diberikan melalui
penerbitan Surat Keterangan Bebas.

Wenyi Rahayu sebagai pihak yang mengalihkan tanah dan/atau bangunan harus mengajukan permohonan Surat Keterangan
Bebas ke KPP tempat Wenyi Rahayu terdaftar dengan dilampiri Surat Pernyataan Hibah;
 pengalihan hak atas rumah yang terletak di Bogor dari Haryo Reksodipuro kepada Bimo Reksodipuro merupakan hibah
yang tidak dikecualikan dari kewajiban pembayaran PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan, sehingga Haryo Reksodipuro sebagai pihak yang mengalihkan wajib membayar PPh Pasal 4 Ayat (2).
Kewajiban Haryo Reksodipuro atas pengalihan hak atas rumah yang terletak di Bogor kepada Bimo Reksodipuro adalah:

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 56


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

1. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan SSP sebesar Rp25.000.000,00 paling lambat tanggal 10
Oktober 2016 sebelum ditandatanganinya Akta Hibah;
2. Mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak tanah
dan/atau bangunan yang dialihkan haknya;
3. Melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak
Oktober 2016 paling lambat tanggal 20 November 2016.

Sebelum menandatangani Akta Hibah, Siti Sinten Bumi, S.H., M.Kn. selaku PPAT wajib memastikan terpenuhinya kewajiban
PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut dengan bukti:
1. SKB atas nama Wenyi Rahayu, untuk Akta Hibah dari Wenyi Rahayu kepada Bimo Reksodipuro;
2. Fotokopi SSP sebesar Rp25.000.000,00 atas nama Haryo Reksodipuro yang telah diteliti oleh KPP, untuk Akta Hibah dari
Haryo Reksodipuro kepada Bimo Reksodipuro.

e. Kasus 5 (Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tarif 2,5%)


Diketahui:
PT Gubug Permai merupakan pengembang Perumahan Notting Hills di Medan melakukan PPJB dengan Ferdinand Albert untuk 1
unit rumah di Blok A.10 Perumahan Notting Hills seharga Rp1.500.000.000,00. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atas tanah dan

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 57


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

bangunan tersebut yang tertera pada SPPT PBB Tahun 2016 adalah Rp1.500.000.000,00. Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB)
ditandatangani dihadapan notaris Melati, S.H., C.N. pada tanggal 10 Januari 2016 dengan Nomor 02. Dalam PPJB tersebut terdapat
klausul yang menyatakan bahwa apabila pembeli membatalkan PPJB sebelum ditandatanganinya Akta Jual Beli, maka pembeli harus
membayar penalti sebesar 1% dari harga rumah. Tanggal 7 Juni 2016, Ferdinand membatalkan PPJB tersebut dan sesuai klausul
penalti dalam PPJB maka Ferdinand Albert harus membayar penalti kepada PT Gubug Permai sebesar Rp15.000.000,00. Selanjutnya
oleh PT Gubug Permai, atas unit rumah di Blok A.10 Perumahan Notting Hills dijual kepada Raeda Julaeha seharga
Rp1.500.000.000,00. Pada tanggal 13 September 2016 dilakukan penandatanganan Akta Jual Beli rumah tersebut di hadapan PPAT
Herman Kurniawan, S.H., M.Kn.

Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek Pajak dan Wajib pajaknya?
b) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut !

Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Wajib dibayar adalah:
Pemotongan PPh Final = 2,5% x Nilai Pengalihan
= 2,5% x Rp1.500.000.000,00

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 58


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

= Rp37.500.000,00

- Penjelasan:
Saat terjadinya pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan penjualan adalah pada saat ditandatanganinya
Akta Jual Beli. Orang pribadi atau badan yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib membayar sendiri PPh atas
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang bersifat final. Atas penghasilan dari penjualan rumah di Blok
A.10 yang diterima oleh PT Gubug Permai wajib dibayar PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
yang bersifat final.

- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak Dan Wajib Pajaknya (PT Gubug Permai)
Atas penghasilan dari penjualan rumah di Blok A.10 yang diterima oleh PT Gubug Permai wajib dibayar PPh atas
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang bersifat final.

b) Kewajiban PT Gubug Permai adalah:


1. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan SSP sebesar Rp37.500.000,00 paling lambat tanggal 13
September 2013 sebelum ditandatanganinya Akta Jual Beli;
2. Mengajukan permohonan penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak
tanah dan/atau bangunan yang dialihkan haknya;
3. Melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak
September 2016 paling lambat tanggal 21 Oktober 2016.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 59


Mata Kuliah PPh Potongan Dan Pungutan 2017

Sebelum menandatangani Akta Jual Beli antara PT Gubug Permai dan Raeda Julaeha, Herman Kurniawan, S.H., M.Kn.
selaku PPAT wajib memastikan pelunasan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut
dengan bukti fotokopi SSP sebesar Rp37.500.000,00 atas nama PT Gubug Permai yang telah diteliti oleh KPP. Pembayaran
penalti yang diterima oleh PT Gubug Permai dari Ferdinand Albert sebesar Rp15.000.000,00 merupakan penghasilan yang
wajib dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan PT Gubug Permai.
.

“Contoh Kasus dan Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)” by LE 60

Anda mungkin juga menyukai