A. Penghasilan Berupa Bunga Deposito/ Bunga Tabungan Dan Diskonto Sertifikat Bank Indonesia (PP 123 Tahun 2015 dan PMK
26/PMK.010/2016)
a. Kasus 1 (Bunga Deposito/Tabungan Tarif 20%)
Diketahui:
Alice Kein memiliki tabungan di PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta dengan saldo rata-rata bulan September 2016 adalah
Rp450.000.000,00. Bunga yang diberikan oleh PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta adalah 9% per tahun. Pembayaran
bunga dilakukan pada saat jatuh tempo yaitu tanggal 30 September 2016. Bunga yang diterima oleh Alice Kein pada bulan September
2016 adalah sebesar Rp3.375.000,00
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta
Pemotongan PPh Final = 20% x Jumlah Bruto (Jumlah Bunga Yang Diterima)
= 20% x Rp3.375.000,00
= Rp675.000,00.
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Alice Kein)
Alice Kein menerima penghasilan berupa bunga tabungan dari PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta, yang mana
penghasilan tersebut termasuk jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).
c) Kewajiban PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp675.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4
ayat (2) kepada Alice Kein;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Oktober 2016;
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak September 2016 paling lambat tanggal 21 Oktober 2016.
b. Kasus 2 (Bunga Tabungan Terkait Bagi Hasil Bank Syariah Tarif 20%)
Diketahui:
Ahmad Shodiq menempatkan dananya dalam tabungan mudharabah di Bank Amal Syariah sebesar Rp100.000.000,00. Nisbah/bagi
hasil yang disepakati adalah 70% untuk bank dan 30% untuk nasabah. Pada bulan September 2016, Bank Amal Syariah
memperoleh keuntungan sebesar Rp100.000.000.000,00 dari total dana nasabah yang dikelola Rp2,5 triliun. Pada tanggal 8 Oktober
2016 Bank Amal Syariah membayarkan bagi hasil sebesar Rp1.200.000,00 kepada Ahmad Shodiq.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan ketentuan perpajakan telah diatur mengenai penghasilan, biaya, dan pemotongan pajak atau pemungutan pajak dari
kegiatan usaha perbankan syariah berlaku mutatis mutandis ketentuan dalam Undang-Undang PPh.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh nasabah penyimpan atau nasabah investor dari perbankan syariah dengan nama
dan dalam bentuk apapun termasuk bonus, bagi hasil, dan penghasilan lainnya atas dana yang dipercayakan atau ditempatkan
dikenai PPh sesuai ketentuan pengenaan PPh atas bunga.
Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia dipotong PPh yang bersifat final
sebesar 20% dari jumlah bruto.
Dengan demikian atas bagi hasil yang diterima atau diperoleh Ahmad Shodiq dari Bank Amal Syariah terutang PPh atas bunga
yang wajib dipotong oleh pihak yang membayarkan.
Besarnya PPh yang wajib dipotong oleh Bank Amal Syariah adalah:
Pemotongan PPh Final = 20% x Jumlah Bruto (Jumlah Bagi Hasil Yang Diterima)
= 20% x Rp1.200.000,00.
= Rp 240.000,00.
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Ahmad Shodiq)
Ahmad Shodiq menerima penghasilan berupa bagi hasil dari Bank Amal Syariah, yang mana penghasilan tersebut termasuk
jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).
c) Kewajiban Bank Amal Syariah sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas dividen (bagi hasil) sebesar Rp240.000,00 dan memberikan bukti
pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Ahmad Shodiq;
2. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 November 2016;
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa
Pajak Oktober 2016 paling lambat tanggal 20 November 2016.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong Dana Pensiun Berkat Abadi
1. Menghitung Besarnya diskonto SBI Yang diperoleh PT Rosa Sentosa
= Nilai Nominal SBI – Nilai Jual SBI
= Rp1.000.000.000,00 – Rp980.000.000,00
= Rp20.000.000,00
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT Rosa Sentosa)
PT Rosa Sentosa menerima penghasilan berupa Diskonto Sertifikat Bank Indonesia dari Dana Pensiun Berkat Abadi, yang
mana penghasilan tersebut termasuk jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).
c) Kewajiban Dana Pensiun Berkat Abadi sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp4.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT Rosa Sentosa;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Mei 2016;
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak April 2016 paling lambat tanggal 21 Mei 2016.
B. Penghasilan Berupa Bunga Obligasi atau Diskonto Obligasi Yang Dijual Di Bursa Efek ( Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun
2013 dan 07/PMK.011/2012)
a. Kasus 1 (Bunga Obligasi Yang Diperoleh Wajib Pajak Badan Dengan Kupon Tarif 15%)
Diketahui:
Pada tanggal 1 Juli 2016, PT Mekar Sejahtera menerbitkan obligasi dengan kupon (interest bearing debt securities) sebagai berikut:
Nilai nominal Rp10.000.000,00 per lembar.
Jangka waktu obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 30 Juni 2022).
Bunga tetap (fixed rate) sebesar 18% per tahun
Jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT Bank Koes & Dian merupakan kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran. PT Batavia Sentosa pada saat penerbitan
perdana membeli 20 lembar obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) yaitu sebesar Rp9.000.000,00 per lembar.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada Saat Jatuh Tempo Tanggal 31 Desember 2016!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT Bank Koes & Dian
Besarnya PPh bagi Wajib Pajak badan dalam negeri yang menerima penghasilan berupa bunga obligasi dengan kupon adalah
15% x jumlah bruto bunga sesuai masa kepemilikan (holding period) obligasi.
1. Penghitungan bunga yang diterima PT Batavia Sentosa pada saat jatuh tempo bunga tanggal 31 Desember 2016 adalah:
= (6/12 x 18% x Rp10.000.000,00) x 20 lembar
= Rp18.000.000,00.
c) Kewajiban PT Bank Koes & Dian sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp2.700.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT Batavia Sentosa;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Januari 2017;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak Desember 2016 paling lambat tanggal 20 Januari 2017.
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT Bank Candra
Besarnya PPh bagi Wajib Pajak reksa dana yang telah mendapat pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK/OJK atas penghasilan
berupa bunga obligasi mulai tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 adalah 5% x jumlah bruto bunga sesuai masa kepemilikan
(holding period) obligasi.
.
1. Penghitungan bunga yang diterima Reksa Dana “Tumbuh Kembang” pada saat jatuh tempo bunga tanggal 31 Oktober 2016
adalah:
= (6/12 x 15% x Rp25.000.000,00) x 10 lembar
= Rp18.750.000,00.
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Reksa Dana “Tumbuh Kembang”)
Atas penghasilan berupa bunga obligasi yang diterima Reksa Dana “Tumbuh Kembang” dikenai pemotongan PPh Pasal 4
ayat (2) yang bersifat final.
c) Kewajiban PT Bank Candra sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp937.500,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4
ayat (2) kepada Reksa Dana Tumbuh Kembang;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 11 November 2016;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak Oktober 2016 paling lambat tanggal 20 November 2016.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada saat jatuh tempo tanggal 1 Januari 2017!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian:
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT GHI)
Atas penghasilan berupa diskonto obligasi tanpa bunga yang diterima PT GHI dikenai pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)
yang bersifat final.
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 7.500.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT GHI
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Februari 2017;
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4
ayat (2) Masa Pajak Januari 2017 paling lambat tanggal 20 Februari 2017.
Diketahui Bagian 1 :
Pada tanggal 1 Juli 2011, PT ABC (emiten) menerbitkan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebagai berikut :
Nilai nominal Rp10.000.000,00 per lembar.
Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2016).
Bunga tetap (fixed rate) sebesar 16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT XYZ (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount),
yaitu sebesar Rp9.000.000,00 per lembar.
Diminta Bagian 1 :
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada saat jatuh tempo tanggal 31 Desember 2011 !
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian Bagian 1 :
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT XYZ)
Atas penghasilan berupa bunga obligasi yang diterima PT XYZ dikenai pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final.
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 1.200.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT XYZ
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Januari 2012;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak Desember 2011 paling lambat tanggal 20 Januari 2012.
Keterangan :
Dalam kenyataannya, harga perolehan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) pada saat penerbitan perdana tidak harus selalu
sama dengan nilai nominalnya. Pembeli dapat memperoleh Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) atau di atas
nilai nominal (at premium). Pada hakekatnya selisih harga beli di bawah atau di atas nilai nominal tersebut merupakan penyesuaian
tingkat bunga Obligasi yang diperhitungkan ke dalam harga perolehan.
Dalam hal investor atau pembeli Obligasi sebagaimana tersebut di atas adalah Wajib Pajak Reksadana, maka penghitungan PPh
final atas bunga yang diperoleh pada saat jatuh tempo tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
1. Bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000,00) x 10 Lembar
= Rp8.000.000,00
Diketahui Bagian 2 :
Pada tanggal 31 Maret 2012, PT XYZ menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada PT PQR melalui perusahaan efek PT MNO
di over the counter (OTC), dengan harga jual Rp10.400.000,00 per lembar termasuk bunga berjalan.
Diminta Bagian 2 :
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada saat penjualan obligasi tanggal 31 Maret 2012!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian Bagian 2 :
- Menyebutkan:
Diketahui Bagian 3 :
PT PQR memiliki Obligasi yang dibeli dari PT XYZ dengan masa kepemilikan hingga tanggal 31 Desember 2014. Untuk itu, pada
setiap tanggal jatuh tempo bunga selama masa kepemilikan Obligasi tersebut, PT PQR terutang PPh final sebesar 15% atas bunga
yang diterima atau diperolehnya (lihat kasus nomor 1), yang dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen
pembayaran.
Pada tanggal 31 Desember 2014, PT PQR setelah menerima bunga dari emiten menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada PT
CDE melalui Bank Pundi Nasional selaku perantara dengan harga jual Rp10.500.000,00 per lembar.
Diminta Bagian 3 :
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada saat jatuh tempo tanggal 31 Desember 2014!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian Bagian 3 :
- Menyebutkan:
b) Wajib Pajak (Pemotong = Emiten atau Kustodian dan Bank Pundi Nasional)
- Emiten atau Kustodian selaku agen pembayaran wajib memotong PPh atas bunga obligasi yang diterima oleh PT PQR.
- Bank Pundi Nasional selaku perantara wajib memotong PPh atas diskonto obligasi yang diterima oleh PT PQR.
Diketahui Bagian 4 :
Pada tanggal 31 Mei 2016, PT CDE menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada Dana Pensiun Sejahtera Mandiri (dana
pensiun yang telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan) langsung tanpa melalui perantara dengan harga jual Rp10.666.667,00
per lembar termasuk bunga.
Diminta Bagian 4 :
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Pada saat penjualan obligasi tanggal 31 Mei 2016!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya (pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan Terkait Transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian Bagian 4 :
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong Dana Pensiun Sejahtera Mandiri
Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh yang terutang oleh PT CDE pada saat penjualan Obligasi tanggal 31 Mei 2016
adalah sebagai berikut :
1. Bunga berjalan = (5/12 x 16% x Rp10.000.000,00) x 10 Lembar
= Rp6.666.670,00
2. Diskonto = [(Rp10.666.667,00-Rp666.667,00) - Rp10.500.000,00] x 10 Lembar
= (Rp5.000.000,00) diskonto negatif atau rugi.
Perolehan diskonto negatif atau rugi dapat diperhitungkan dengan penghasilan bunga berjalan. PPh terutang yang bersifat
final karena penjualan Obligasi, sebagai berikut:
PPh Final = 15% X (Rp6.666.670,00-Rp5.000.000,00)
= Rp250.001,00
Keterangan :
Meskipun penjualan Obligasi tidak dilakukan melalui perantara dan tidak dilaporkan ke bursa, dana pensiun sebagai pembeli
wajib melakukan pemotongan pajak. Ketentuan yang sama juga berlaku dalam hal pembelian langsung dilakukan oleh
perusahaan efek, bank, dan reksa dana selaku investor
- Menyebutkan:
c) Kewajiban Dana Pensiun Sejahtera Mandiri sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp250.001,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT CDE;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Juni 2016;
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Masa Pajak Mei 2016 paling lambat tanggal 20 Juni 2016
C. Penghasilan Berupa Sewa Tanah Dan/Atau Bangunan (PP Nomor 5 Tahun 2002)
a. Kasus 1 (Penentuan Jumlah Bruto Nilai Persewaan Tanah dan/atau Bangunan Tarif 10%)
Diketahui:
PT International Towerindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang persewaan gedung yang bernama Jakarta Tower. PT
Henkpon Telecommunication menyewa sebagian ruangan di lantai 11 Jakarta Tower. Harga sewa yang disepakati adalah
Rp150.000.000,00 per tahun. Biaya service charge per tahun Rp12.000.000,00 dibayar dimuka. PT Henkpon Telecommunication akan
menyewa untuk jangka waktu 1 tahun mulai tanggal 1 Juni 2016 s.d. 31 Mei 2017. Pembayaran dilakukan pada tanggal 31 Mei 2016.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT Henkpon Telecommunication
= Rp16.200.000,00.
- Penjelasan singkat
Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari persewaan atas tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun,
apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri, wajib dibayar PPh yang
bersifat final sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan.
Yang dimaksud jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh penyewa dengan
nama dan dalam bentuk apapun juga yang berkaitan dengan tanah dan/ atau bangunan yang disewa termasuk biaya perawatan,
biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan “service charge” baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT International Towerindo)
PT International Towerindo menerima penghasilan berupa sewa bangunan berupa gedung dari PT Henkpon
Telecommunication, yang mana penghasilan tersebut termasuk jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).
Atas penghasilan berupa persewaan bangunan yang diterima PT International Towerindo, maka PT Henkpon
Telecommunication selaku pihak pemotong wajib memotong PPh Pasal 4 Ayat (2).
c) Kewajiban PT Henkpon Telecommunication sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp16.200.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT International Towerindo pada saat dilakukannya pemotongan;
2. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 Juni 2016;
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa
b. Kasus 2 (Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Tidak Ditunjuk sebagai Pemotong PPh Tarif 10% )
Diketahui:
PT Bangun Ruko Selalu menyewakan 1 unit ruko kepada Donna Natasha, pemilik salon kecantikan “Bonndhing”. Harga sewa yang
disepakati adalah Rp20.000.000,00 per tahun. Donna Natasha menyewa ruko tersebut untuk jangka waktu 1 tahun mulai tanggal 1
September 2016 s.d. 31 Agustus 2017. Pembayaran dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2016. Donna Natasha tidak termasuk orang
pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) :
Pemotongan PPh Final = 10% x Jumlah Bruto
= 10% x Biaya Sewa
= 10% x Rp20.000.000,00
= Rp 2.000.000,00.
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT Bangun Ruko)
PT Bangun Ruko menerima penghasilan dari sewa bangunan berupa ruko, yang mana penghasilan tersebut termasuk jenis
penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).
Mengingat Donna Natasha tidak termasuk sebagai orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong pajak, maka PPh atas
penghasilan yang diterima dari persewaan ruko wajib dibayar sendiri oleh PT Bangun Ruko Selalu.
1. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp2.000.000,00 paling lambat tanggal 16 September 2016;
2. Melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa
c. Kasus 3 (Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Ditunjuk sebagai Pemotong PPh Tarif 10% )
Diketahui:
Wahyu adalah seorang dokter spesialis anak yang telah ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai pemotong PPh atas
penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan. Wahyu menyewa rumah toko dari Nanang untuk membuka apotik dengan
biaya sewa sebesar Rp60.000.000,00 untuk jangka waktu 1 tahun. Pembayaran sewa dilakukan Wahyu pada tanggal 4 Januari 2016.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong Wahyu
= Rp6.000.000,00.
- Penjelasan singkat
Dokter berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-50/PJ./1996 merupakan salah satu profesi orang pribadi
yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan. Sehingga Wahyu
wajib melakukan pemotongan PPh atas pembayaran sewa rumah toko tersebut.
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Nanang)
Nanang menerima penghasilan dari sewa bangunan berupa rumah toko dari Wahyu, yang mana penghasilan tersebut
termasuk jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).
Atas penghasilan berupa persewaan bangunan yang diterima Nanang, maka Wahyu selaku pihak pemotong wajib
memotong PPh Pasal 4 Ayat (2).
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp6.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4
3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak
Diketahui:
Sumanto memiliki tanah yang terletak di sebelah Universitas Maju Pemuda Bangsa dengan luas 500 meter persegi. Di atas tanah
tersebut telah didirikan bangunan berupa rumah kos 3 lantai yang terdiri dari 20 kamar. Pembayaran sewa kamar kos oleh
para penghuni dilakukan paling lambat tanggal 5 setiap bulan. Pada bulan Mei 2016 Sumanto menerima penghasilan dari sewa kamar
kos sebesar Rp18.000.000,00. Para penghuni kos tersebut kesemuanya adalah mahasiswi Universitas Maju Pemuda Bangsa yang tidak
ditunjuk sebagai pemotong PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
Pemotongan PPh Final = 10% x Jumlah Bruto
= 10% x Biaya Sewa
= 10% x Rp 18.000.000,00
= Rp 1.800.000,00.
- Penjelasan singkat
Penghasilan yang diterima oleh Sumanto dari persewaan kamar kos dikenakan PPh atas penghasilan dari persewaan tanah
dan/atau bangunan dengan tarif sebesar 10% dari jumlah bruto pembayaran.
Penyewa kamar kos adalah orang pribadi yang bukan merupakan pemotong PPh sehingga Sumanto wajib menyetorkan sendiri
PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan tersebut dengan menggunakan SSP.
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Sumanto)
Sumanto menerima penghasilan dari sewa bangunan berupa rumah kos. Atas penghasilan tersebut sumanto wajib
menyetorkan sendiri PPh Final.
Penyewa kamar kos adalah orang pribadi yang bukan merupakan pemotong PPh sehingga Sumanto wajib menyetorkan
sendiri PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan tersebut dengan menggunakan SSP.
1. Melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp1.800.000,00 paling lambat tanggal 17 Juni 2016;
2. Melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak
e. Kasus 5 (Sewa Tanah dan/atau Bangunan yang Disewakan Kembali Tarif 10%)
Diketahui:
Ravi Murdono menyewa rumah milik Haji Syaifulloh Hidayatulloh selama 5 tahun dari tahun Desember 2016 sampai dengan
Desember 2021 sebesar Rp200.000.000,00 yang dibayar pada awal sewa. Atas pembayaran sewa tersebut Haji Syaifulloh
Hidayatulloh telah membayar Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau
bangunan sebesar Rp20.000.000,00. Dalam perjanjian dimasukkan syarat bahwa Ravi Murdono dapat menyewakan kembali rumah
yang disewanya tersebut kepada orang lain meskipun tanggungjawabnya tetap berada di Ravi Murdono.
Pada bulan Juli 2018 Ravi Murdono, tanpa membatalkan sewa dengan Haji Syaifulloh Hidayatulloh, menyewakan rumah tersebut
kepada adik kandungnya Kinan Pali yang berprofesi sebagai pedagang kue sampai dengan Desember 2021 sebesar Rp80.000.000,00
yang dibayar pada tanggal 3 Juli 2018.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2)
Pemotongan PPh Final = 10% x Jumlah Bruto
= 10% x Biaya Sewa
= 10% x Rp 80.000.000,00
= Rp 8.000.000,00.
- Penjelasan singkat
Meskipun rumah yang disewakan Ravi Murdono kepada Kinan Pali adalah rumah yang disewa dari Haji Syaifulloh
Hidayatulloh, namun atas transaksi tersebut tetap termasuk dalam kriteria sewa atas tanah dan/atau bangunan yang dikenai Pajak
Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final. Dengan demikian atas penghasilan yang diterima oleh Ravi Murdono dari Kinan
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Ravi Murdono)
Ravi Murdono menerima penghasilan berupa sewa bangunan bangunan yang disewakan kembali. Atas penghasilan tersebut
Ravi Murdono wajib menyetorkan sendiri PPh Final.
Mengingat Kinan Pali bukan merupakan pemotong pajak, maka Ravi Murdono wajib menyetorkan sendiri Pajak
1. Melakukan penyetoran Pajak Penghasilan P'asal 4 ayat (2) sebesar Rp8.000.000,00 paling lambat tanggal 15 Agustus
2018;
2. Melaporkan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Juli 2018 paling lambat tanggal 20 Agustus 2018.
f. Kasus 6 (Persewaan Tanah dan/atau Bangunan dengan bentuk Bagi Hasil Tarif 10%)
Diketahui:
PT Mekar Indah, yang mempunyai bidang usaha perdagangan membuat perjanjian penggunaan satu lantai di pusat perbelanjaan
yang ada di Jakarta milik PT Bangun Pribadi Dalam perjanjian penggunaan tempat berjualan tersebut disepakati PT Mekar Indah akan
membayar biaya penggunaan dengan cara bagi hasil dengan PT Bangun Pribadi dengan dasar persentase tertentu dari omset
perbulannya, yaitu sebesar 15% dari omset perbulannya. Pada bulan September 2016 PT Mekar Indah mempunyai omset sebesar
Rp.500.000.000,00. Pembayaran bagi hasil tersebut dibayar oleh PT Mekar Indah setiap minggu pertama bulan berikutnya dan untuk
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajaknya (pihak yang menanggung pajak) ?
b) Siapa yang menjadi Wajib Pajaknya(pemotong atau pemungut) ?
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut (Pemotongan/Pemungutan, Penyetoran dan
Pelaporan SPT) ?
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Dipotong PT Mekar Indah:
= Rp 7.500.000,00.
- Penjelasan singkat
Transaksi penggunaan tempat berjualan antara PT Mekar Indah dan PT Bangun Pribadi tersebut termasuk dalam kriteria
persewaan tanah dan/atau bangunan yang dikenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final. Dasar pengenaan Pajak
Penghasilan atas persewaan tanah dan/atau bangunan adalah jumlah bruto nilai persewaan yaitu semua jumlah yang dibayarkan
atau terutang oleh penyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun juga yang berkaitan dengan tanah dan/atau bangunan yang
disewa termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan service charge baik yang
perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan. Mengingat dasar pembayaran penggunaan tempat berjualan
tersebut adalah persentase tertentu nilai bagi hasil dari omset PT Mekar Indah, maka dasar pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 4
ayat (2) yang bersifat final atas persewaan tanah dan/atau bangunan atas transaksi tersebut adalah sebesar nilai bagi hasil
tersebut.
Sehingga atas transaksi penggunaan tempat berjualan antara PT Mekar Indah dan PT Bangun Pribadi di bulan September
2016 tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final atas persewaan tanah dan/atau
bangunan.
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = PT Bangun Pribadi)
PT Bangun Pribadi menerima penghasilan dari sewa bangunan berupa penggunaan tempat berjualan dari PT Mekar Indah,
yang mana penghasilan tersebut termasuk jenis penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2).
Atas penghasilan berupa persewaan bangunan yang diterima PT Bangun Pribadi, maka PT Mekar Indah selaku pihak
pemotong wajib memotong PPh Pasal 4 Ayat (2).
c) Kewajiban PT Mekar Indah sebagai pemotong PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah:
1. Melakukan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan
sebesar Rp7.500.000,00 dan memberikan bukti pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari
2016;
3. Melaporkan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan
tersebut dalam SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Oktober 2016 paling lambat tanggal 20
November 2016
D. Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (PP Nomor 34 Tahun 2016)
a. Kasus 1 (Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang Dilakukan Antara Dua Wajib Pajak Orang Pribadi Tarif
2,5%)
Diketahui:
Pada tanggal 12 Agustus 2016 Rahmat menjual rumahnya di kawasan Palo Alto Residence Bogor kepada Nasri. NJOP atas tanah dan
bangunan tersebut yang tertera pada SPPT PBB Tahun 2016 adalah Rp1.500.000.000,00. Harga transaksi yang disepakati adalah
Rp1.700.000.000,00. Rahmat dan Nasri sepakat untuk melakukan penandatanganan Akta Jual Beli pada tanggal 15 Agustus 2016 di
hadapan PPAT Dhea Tunggadewi, S.H., M.Kn.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek dan wajib pajaknya?
b) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut !
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Wajib dibayar adalah:
Pemotongan PPh Final = 2,5% x Nilai Pengalihan
= 2,5% x Rp 1.700.000.000,00.
= Rp 42.500.000
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak dan Wajib Pajaknya (Rahmat)
Atas penghasilan yang diterima oleh Rahmat dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib dibayar PPh Pasal 4
ayat (2) yang bersifat final.
tersebut. Oktova sebagai Bendahara Dinas Perhubungan dan Transportasi membayar sejumlah Rp750.000.000,00 pada tanggal 13
Juni 2016 kepada Budi Suharsono atas pembelian tanah tersebut.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek Pajaknya? (Penanggung Pajak)
b) Siapa yang menjadi wajib pajaknya? (Pemungut Pajak)
c) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut !
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Wajib dibayar adalah:
Pemotongan PPh Final = 0% x Nilai Pengalihan
= 0% x Rp 750.000.000,00
= Rp 0,00.
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak (Penanggung Pajak = Budi Suharsono)
Atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterima oleh Budi Suharsono wajib dipungut PPh
Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final oleh Oktova sebagai Bendahara Dinas Perhubungan dan Transportasi
Garcia yang berkantor di Jl. Pramuka No. 48 Padang yang oleh kedua belah pihak perjanjian tersebut ditandatangani pada tanggal 16
September 2016. Atas transaksi tersebut dilakukan pembayaran oleh PT Hembusan Telekomunikasi kepada PT Komsat
Telekomunikasi pada tanggal 16 September 2016.
Menara telekomunikasi milik PT Komsat Telekomunikasi tersebut dibangun di atas tanah yang disewa dari masyarakat dan bukan
dibangun di atas tanah milik PT Komsat Telekomunikasi dengan tujuan penghematan biaya pembelian lahan tanah.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek pajak dan wajib pajaknya?
b) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut !
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Wajib dibayar adalah:
Pemotongan PPh Final = 2,5% x Nilai Pengalihan
= 2,5% x Rp 600.000.000,00
= Rp 1.500.000.000,00
- Penjelasan
Ketentuan peraturan yang berlaku menyatakan bahwa menara telekomunikasi termasuk dalam definisi bangunan, oleh karena itu
penjualan menara telekomunikasi merupakan penjualan bangunan yang dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang
bersifat final atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak Dan Wajib Pajaknya
Atas penghasilan yang diterima oleh PT Komsat Telekomunikasi dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib
dibayar PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final.
2. Mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak
menara telekomunikasi tersebut berada;
3. Melaporkan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak September 2016 paling lambat tanggal 21 Oktober 2016.
Sebelum menandatangani akta perjanjian jual beli tersebut Rahmat Sjafri Garcia selaku PPAT wajib memastikan
terpenuhinya kewajiban PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh PT Komsat
Telekomunikasi dengan bukti SSP yang telah diteliti oleh KPP.
d. Kasus 4 (Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Karena Warisan Tarif 2,5%)
Diketahui:
Bambang Reksodipuro, meninggal pada tanggal 16 Juli 2016. Bambang Reksodipuro meninggalkan seorang istri, Wenyi Rahayu dan
2 orang anak, Haryo Reksodipuro dan Bimo Reksodipuro. Harta warisan yang ditinggalkan oleh Bambang Reksodipuro adalah 3 unit
rumah yang terletak di Jakarta, Bogor, dan Tangerang dengan nilai masing-masing Rp600.000.000,00, Rp500.000.000,00, dan Rp
300.000.000,00. Pembagian harta warisan berdasarkan Surat Keterangan Waris adalah sebagai berikut:
rumah yang terletak di Jakarta diberikan kepada Wenyi Rahayu;
rumah yang terletak di Bogor diberikan kepada Haryo Reksodipuro;
rumah yang terletak di Tangerang diberikan kepada Bimo Reksodipuro.
Para ahli waris sepakat atas harta warisan tersebut kesemuanya akan diberikan kepada anak yang termuda, Bimo Reksodipuro. Akta
Hibah ditandatangani tanggal 10 Oktober 2016 dihadapan PPAT Siti Sinten Bumi, S.H., M.Kn.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
Bagaimana kewajiban PPh atas serangkaian peristiwa pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut?
Penyelesaian:
- Perhitungan Yang Termasuk PPh Pasal 4 ayat (2): (Hak Waris berupa rumah untuk Bimo Reksodipuro)
- Penjelasan
Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan dikecualikan dari kewajiban pembayaran PPh
atas Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Mekanisme pengecualiannya diberikan melalui penerbitan Surat Keterangan Bebas yang diajukan ke KPP tempat Bambang
Reksodipuro terdaftar atau bertempat tinggal. Setelah proses pewarisan selesai dan para ahli waris menerima haknya masing-
masing, maka pada saat rumah yang diterima oleh Wenyi Rahayu dan Haryo Reksodipuro diberikan kepada Bimo Reksodipuro:
Pengalihan hak atas rumah yang terletak di Jakarta dari Wenyi Rahayu kepada Bimo Reksodipuro merupakan hibah yang
diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran
PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yang mekanisme pengecualiannya diberikan melalui
penerbitan Surat Keterangan Bebas.
Wenyi Rahayu sebagai pihak yang mengalihkan tanah dan/atau bangunan harus mengajukan permohonan Surat Keterangan
Bebas ke KPP tempat Wenyi Rahayu terdaftar dengan dilampiri Surat Pernyataan Hibah;
pengalihan hak atas rumah yang terletak di Bogor dari Haryo Reksodipuro kepada Bimo Reksodipuro merupakan hibah
yang tidak dikecualikan dari kewajiban pembayaran PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan, sehingga Haryo Reksodipuro sebagai pihak yang mengalihkan wajib membayar PPh Pasal 4 Ayat (2).
Kewajiban Haryo Reksodipuro atas pengalihan hak atas rumah yang terletak di Bogor kepada Bimo Reksodipuro adalah:
1. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan SSP sebesar Rp25.000.000,00 paling lambat tanggal 10
Oktober 2016 sebelum ditandatanganinya Akta Hibah;
2. Mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak tanah
dan/atau bangunan yang dialihkan haknya;
3. Melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak
Oktober 2016 paling lambat tanggal 20 November 2016.
Sebelum menandatangani Akta Hibah, Siti Sinten Bumi, S.H., M.Kn. selaku PPAT wajib memastikan terpenuhinya kewajiban
PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut dengan bukti:
1. SKB atas nama Wenyi Rahayu, untuk Akta Hibah dari Wenyi Rahayu kepada Bimo Reksodipuro;
2. Fotokopi SSP sebesar Rp25.000.000,00 atas nama Haryo Reksodipuro yang telah diteliti oleh KPP, untuk Akta Hibah dari
Haryo Reksodipuro kepada Bimo Reksodipuro.
bangunan tersebut yang tertera pada SPPT PBB Tahun 2016 adalah Rp1.500.000.000,00. Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB)
ditandatangani dihadapan notaris Melati, S.H., C.N. pada tanggal 10 Januari 2016 dengan Nomor 02. Dalam PPJB tersebut terdapat
klausul yang menyatakan bahwa apabila pembeli membatalkan PPJB sebelum ditandatanganinya Akta Jual Beli, maka pembeli harus
membayar penalti sebesar 1% dari harga rumah. Tanggal 7 Juni 2016, Ferdinand membatalkan PPJB tersebut dan sesuai klausul
penalti dalam PPJB maka Ferdinand Albert harus membayar penalti kepada PT Gubug Permai sebesar Rp15.000.000,00. Selanjutnya
oleh PT Gubug Permai, atas unit rumah di Blok A.10 Perumahan Notting Hills dijual kepada Raeda Julaeha seharga
Rp1.500.000.000,00. Pada tanggal 13 September 2016 dilakukan penandatanganan Akta Jual Beli rumah tersebut di hadapan PPAT
Herman Kurniawan, S.H., M.Kn.
Diminta:
- Hitunglah PPh Final Pasal 4 Ayat (2) terkait transaksi tersebut!
- Menyebutkan:
a) Siapa yang menjadi subjek Pajak dan Wajib pajaknya?
b) Bagaimana Kewajiban Pemotongan dan Pemungutan atas transaksi tersebut !
Penyelesaian:
- Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) Yang Wajib dibayar adalah:
Pemotongan PPh Final = 2,5% x Nilai Pengalihan
= 2,5% x Rp1.500.000.000,00
= Rp37.500.000,00
- Penjelasan:
Saat terjadinya pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan penjualan adalah pada saat ditandatanganinya
Akta Jual Beli. Orang pribadi atau badan yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib membayar sendiri PPh atas
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang bersifat final. Atas penghasilan dari penjualan rumah di Blok
A.10 yang diterima oleh PT Gubug Permai wajib dibayar PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
yang bersifat final.
- Menyebutkan:
a) Subjek Pajak Dan Wajib Pajaknya (PT Gubug Permai)
Atas penghasilan dari penjualan rumah di Blok A.10 yang diterima oleh PT Gubug Permai wajib dibayar PPh atas
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang bersifat final.
Sebelum menandatangani Akta Jual Beli antara PT Gubug Permai dan Raeda Julaeha, Herman Kurniawan, S.H., M.Kn.
selaku PPAT wajib memastikan pelunasan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut
dengan bukti fotokopi SSP sebesar Rp37.500.000,00 atas nama PT Gubug Permai yang telah diteliti oleh KPP. Pembayaran
penalti yang diterima oleh PT Gubug Permai dari Ferdinand Albert sebesar Rp15.000.000,00 merupakan penghasilan yang
wajib dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan PT Gubug Permai.
.