Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB II
PENDAHULUAN

2.1. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum tambang bawah tanah tentang klasifikasi massa


batuan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kegunaan pengklasifkasian massa batuan pada system
tambang bawah tanah.
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor untuk menentukan system
tambang bawah tanah dengan metode pembobotan
3. Untuk mengetahui dan memahami dari perhitungan metode pembobotan pada
karakterisktik massa batuan.
4. Untuk dapat mengaplikasikan hasil perhitungan metode pembobotan pada
5. terowongan tambang bawah tanah.

2.2. Dasar Teori

Massa batuan adalah susunan blok-blok material batuan yang dipisahkan


oleh berbagai tipe ketidakmenerusan geologi. Bidang ketidakmenerusan merupakan
bidang yang memisahkan massa batuan menjadi bagian yang terpisah. Bidang
ketidakmenerusan adalah setiap bidang lemah yang terjadi pada bagian yang
memiliki kuat tarik paling lemah dalam batuan. Jenis bidang ketidakmenerusan
tersebut yaitu fault (patahan), joint (kekar), bedding (bidang pelapisan), fracture dan
crack, fissure.
Parameter yang dipakai dalam analisis bidang ketidakmenerusan adalah
joint set (sejumlah kekar dengan orientasi yang relatif sama atau sekelompok joint
yang paralel), joint spacing (jarak antar bidang ketidakmenerusan), joint orientation
(kedudukan dari bidang ketidakmenerusan yang meliputi arah dan kemiringan
bidang). Rock quality designation (RQD) sebagai sebuah metode kuantitatif rock
mass classification (RMC). RQD ini sederhana sehingga nilainya kurang detail.
tetapi masih banyak digunakan sebagi salah satu parameter uji quantitative RMC
hingga saat ini.
Konsep dari klasifikasi RQD ini sederhana yaitu persentase patahan
batuan dari total panjang uji bor inti, semakin tinggi nilai RQD maka semakin baik
kualitas batuan. Kelemahan RQD adalah pada saat no recovery kesulitan dalam
mendapatkan data pada batuan aluvium (batuan lunak), hasil sampel inti akan

Kelompok IV 1-2 I
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

terganggu saat ada isian di antara lapisan batuan dan hasil RQD yang hanya
berdasar presentase retakan tidak merepresentasikan parameter kekuatan serta
jenis batuannya.
Metode kuantitatif klasifikasi massa batuan yang dikembangkan berdasarkan
RQD ini yaitu, Q System, RMR dan RMi. Ketiga sistem RMC ini sudah secara masif
digunakan dalam berbagai bidang konstruksi, khususnya terowongan,
pertambangan, bendungan dan struktur bawah tanah. Perlu diketahui perbandingan
dari ketiga sistem RMC dalam memberikan respon terhadap sebuah sampel batuan
yang sama.
Q-Sytem awal, merupakan sistem yang memperhitungkan enam parameter:
RQD, jumlah kekar, kekasaran kekar, perubahan kekar, kondisi air pada kekar dan
faktor tekanan Parameter dasar geoteknik menurut adalah ukuran blok, kuat geser
minimum antar blok dan tekanan aktif. Parameter geoteknik dasar tersebut
ditunjukkan dengan rasio yaitu ukuran relative (Siswanto, dkk. 2018).

2.3. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum klasifikasi massa
batuan ini adalah sebagai berikut:
1. Kompas Geologi
2. Simalator struktur kekar
3. Meteran
4. Penggaris
5. Schmidr hammer
6. Clipboard
7. APD (alat Pelindung diri)
8. Sampel batuan

2.4. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum klasifikasi massa batuan yaitu meliputi


langkah-langkah sebagai berikut:
2.4.1. Hammert Test
a. Memegang alat dengan kokoh posisi tegaklurus terhadap bidang datar dari
batuan yang diuji.
b. Menekan alat secara peiahan ke arah permukaan sarpat insturment terseta
menumbuk dihulu palu.

Kelompok IV 1-2 I
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

c. Menahan tekanan pada alat dan menekan tombol pada sisi alat untuk mengunci
hulu palu pada posisinya, secara otomatis akan membaca skala angka yang
dihasilkan dari rata-rata pengujian.
d. Menghindar permukaan batuan yang pecah karena sudah terdapat rongga
udara yang mengisi.
e. Melakukan pengujan sebanyak 10 kali pada titik yang berbeda.
2.4.2. Parimeter Kekar
Adapun prosedur kerja pada pengamatan perimeter kekar adalah sebagai
berikut:
a. Membentangkan meteran pada simulator struktur kekar.
b. Menghitung dip dan dip direction structure, yang memotong bentang meteran
dengan kompas geologi, dengan cara menaruh clipboard pada kekar, lalu
menempelkan sisi west pada clipboard untuk pengukuran dip. Selanjutnya
menempelkan sisi south pada bidang struktur batuan yang akan diukur,
kemudian memasukkan gelembung yang ada apa bull eyes, agar berada disisi
tengah, dengan cara menggeser-geserkan kompas dan menjaga agar sisi south
tetap menempel pada bidang yang diukur. Setelah gelembung berada ditengah
maka baca angka yang ditunjukkan oleh jarum utara. Angka tersebut dapat
menunjukkan nilai dari dip direction.
c. Mengukur jarak antar kekar yang memotong garis scanline menggunakan
meteran.
d. Menentukan tingkat kekasaran kekar, jarak antar permukaan kekar (aperture),
kemenerusan kekar (persintence), jumlah kekar (A).

2.5. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengalamatan dari praktikum klasifikasi massa bantuan yang


dilakukan di Universitas Lambung Mangkurat fakultas teknik pertambangan
Banjarbaru adalah sebagai berikut:
2.5.1. Pengukuran Kekuatan Batuan
Dalam pengukurannya menggunakan schmidt hammer test, dimana dalam
pelaksanaannya schmidt hammer test diuji sebanyak 10 kali pada sisi batuan yang
berbeda dengan pos B tetap, dan untuk mengetahui besarnya kekuatan batuan
tersebut dilakukan konversi dengan pembacaan grafik hammer test. Hasil data
pembacaan Schmidt hammer test pada table ini:

Kelompok IV 1-2 I
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Dari hasil pengukuran kedudukan kekar (wall maupun heading) yang


dilakukan dilapangan didapat data sebagai berikut:
Tabel 2.1
Form Schmidt Hammer Test
Schmidt Hammer Test
Wall Heading
N/mm3 = Pos N/mm3 =
No Pos B No
Mpa B Mpa
1     1 43 39
2     2 58 47
3     3 60 48
4     4 69 53
5     5 65 51
6     6 38 39
7     7 47 41
8     8 51 43.5
9     9 55 45.5
10     10 49 42.5
Rata-rata     Rata-rata 53.5 44.95

2.5.2. Pengukuran Kondisi Parimeter Massa Batuan


Berikut merupakan hasil klasifikasi massa batuan pada praktikum tambang
bawah tanah:
Tabel 2.2
Pengukuran Kegiatan Kekar Heading
Jarak
Dip Jarak antar Panjang
No Dip Strike bukaan
direction kekar (cm) kekar (cm)
kekar (cm)
1 55⁰ N 270⁰ E N 180⁰ E X-1 = 47 1.4 66
2 41⁰ N 281⁰ E N 191⁰ E A-2 = 27 2 78
3 40⁰ N 275⁰ E N 185⁰ E B-3 = 7 2.1 80
4 46⁰ N 272⁰ E N 182⁰ E 3-4 = 18 3 76
A 35⁰ N 281⁰ E N 191⁰ E 4-5 = 35 1.2 88
B 14⁰ N 278⁰ E N 188⁰ E 1-A = 22 1.5 152
C 33⁰ N 276⁰ E N 186⁰ E 2-B = 54 2.5 106
D 21⁰ N 276⁰ E N 186⁰ E 5-C = 40 2 62
Rata-
- - - 31.25 1.9625 88.5
rata
Arah
Umu - - N 186⁰ E - - -
m

Kelompok IV 1-2 I
PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Tabel 2.4
Form Scanline
    Lokasi Pengukuran
Parameter Wall Heading
Arah garis pengukuran    
Panjang scanline    
Jenis Batuan    
Schmidt Hammer Test    
Jumlah kekar    
Jumlah pasangan kekar    
Jarak antar kekar    
Kondisi Lebar bukaan kekar    
Kekar Kekerasan Bidang Kekar    
Panjang kekar    
Material pengisi kekar    
Tingkt pelapukan kekar    
Rock Quality Designation (RQD)    
Keadaan air tanah    
Arah orientasi Kekar    

2.6. Pengolahan Data

Tabel 2.6
Nilai RMR untuk Heading
Measurement
Parameter Wall Heading
Schmidt Hammer Test 44,95 Mpa 15
RQD 97% 20
Spacing of discontinuity 31,25 cm 20
Discontinuity Length 0,889 m 6
Separtion 2 cm 1
Discontinuity
Condition Roughness Rough 5
Infilling None 6
Weathering Unweathered 6
Ground water Wet 7
Discontinuity Orientation N 183⁰E/30⁰ -5
2.7.
Total Rating
Rrock Mass Classes
Pembahasan

Kelompok IV 1-2 I

Anda mungkin juga menyukai