Makalah Pengaruh Globalisasi Terhadap Ke PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KEBUDAYAAN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
NAMA:RAHMAWATI
NIM :105331108716

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


2016
KATA PENGANTARl,

Puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan semesta sekalian alam
yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada seluruh makhluk di muka bumi ini.
Untuk itu hanya karena kekuasaan dan kehendaknya pulalah akhirnya saya dapat mewujudkan
buah pikirannya dalam bentuk tulisan yang sederhana ini.
Tema makalah kali ini yang diambil adalah mengenai” PENGARUH GLOBALISASI
TERHADAP KEBUDAYAAN”. Tulisan ini juga dapat mengamati perkembangan bangsa
Indonesia terkait dengan kebudayaan di era globalisasi, sehingga tulisan ini dapat dipakai
sebagai bahan referensi untuk materi yang sama dengan mata kuliah yang bersangkutan.
Selanjutnya saya menyadari bahwa rasanya sulit untuk dapat mewujudkan tulisan ini
kehadapan para pembaca tanpa bantuan orang lain, untuk itu izinkanlah penulis menyampaikan
ucapan terima kasih orang tua yang telah memberikan dukungan serta doanya. Selain itu ucapan
terima kasih kepada teman-teman yang memberikan dukungan dan informasi-informasi
mengenai tema tulisan yang saya ambil kali ini.
Untuk itu kepada semua orang yang telah saya sebutkan diatas saya ucapkan terima
kasih, teriring doa semoga Allah Yang Maha Kaya yang akan membalas segala budi baik
tersebut. Akhir kata, bahwa sebagai manusia biasa tentunya saya tidak luput dari segala
kelemahan dan kekurangan. Harapan terakhir dari penulis, semoga tulisan ini dapat memberikan
arti dalam memperkaya khasanah keilmuan para pembaca yang selalu haus dan lapar dengan
ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………………………..i
Kata Pengantar .............................................................................................................................. i
Daftar Isi......................................................................................................................................... ii
Abstrak…………………………………………………………………………………………..iii
BAB I. Pendahuluan................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................................ 2
D.Metode penelitian……………………………………………………………………………..........3
BAB III. Pembahasan ................................................................................... …………………. 3
A. Pengertian Globalisasi................................................................. ………………………………...3
B. Globalisasi dan Budaya .............................................................. ………………………………...4
C. Globalisasi dalam Kebudayaan Tradisional Di Indonesia ............................................................ 5
D. Persebaran Budaya Dunia .......................................................... …………………………………6
E. Kesenian yang Bertahan dan yang Tersisih .................................................................................. 7
F. Kesenian Rakyat dalam Orientasi Globalisasi .......................... ………………………………..10
G. Peran Pemerintah dalam Rakyat ................................................................................................. 11
H. Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Bangsa .......................................................................... 13
I. Tindakan yang Mendorong Timbulnya Globalisasi Kebudayaan
dan Cara Mengantisifasi adanya globalisasi budaya .................................................................. 13
BAB IV. Penutup....................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ............................................................................... ……………………………….16
B. Saran............................................................................................................................................ 16
Daftar Pustaka........................................................................................................................... 17
Abstrak
dibentuknya makalah ini yaitu ingin mencapai penyebab pengaruh globalisasi terhadap
kebudayaan yang saat ini tertanam masyarakat yang tidak mengenai batas wilayah dan
menghubungkan antara masyarakat disuatu negara dengan masyarat dinegara lain diseluruh
dunia.Globalisasi berangkat dari suatu gagasan untuk menyatukan tatanam antar bangsa yang
diharapkan menjadi sebuah kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-
bangsa didunia internasional.sebagai proses yang berkesinambungan globalisasi mampu
mengurangi kendala dimensi ruang dan waktu sehingga interaksi antar bangsa bisa dilakukan
dengan cepat dan tepat.Dengan dukungan teknologi informasi
Adapun tujuan dan komunikasi globalisasi merambah semua sektor kehidupan dan memberi
pengaruh yang signifikan pada tatanam masyarakat dunia.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang didunia juga mengalami dari
pesatnya pengaruh globalisasi kebudayaan.Pengaruh globalisasi terhadap budaya nasional
meliputi berbagai sektor kehidupan seperti budaya dalam bidang politik,ekonomi,dan sosial yang
secara cepat maupun lambat mempengaruhiidentitas kebudayaan nasional indonesia.pengaruh
positif globalisasi terhadap budaya berpolitik adalah tumbuhnya kesadaran untuk menjalankan
pemerintahan secara terbuka dan demokratis sebagaimana yang telah dijalankan oleh negara-
negara demokratis diseluruh dunia.Pada sektor ekonomi dengan terbukanya pasar
internasional,budaya bersaing secara positif sudah mulai mempengaruhi pola pikir mayoritas
pengusaha diindonesia
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus
dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran
teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai
tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan
globalisasi untuk kepentingan kehidupan.
Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang
lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir.
Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia.
Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi,
sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan
hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia
dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara
terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola
konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain.
Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia
secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi
global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami
dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan
refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai
sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau
menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya
menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup,
orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004)
adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang
semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran
kita.

B. Rumusan Masalah
Agar makalah ini tidak terlalu melebar maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang
kebudayaan,misalnya :
a. Hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu negara
b. Terjadinya erosi nilai-nilai budaya,
c. Menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme
d. Hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong - kehilangan kepercayaan diri
e. Gaya hidup kebarat-baratan

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah
2. Untuk meningkatkan kesadaran remaja untuk menjunjung tinggi kebudayaan bangsa sendiri
karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa

D. Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode Studi
Kepustakaan baik dari buku ataupun referensi lain yang mendukung.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Globalisasi dan Budaya


a. Pengertian Globalisasi
Seorang ahli sosiologi, Selo Soemardjan mendefinisikan globalisasi adalah terbentuknya
sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan
kaidah-kaidah yang sama.
Globalisasi merupakan kecenderungan masyarakat untuk menyatu dengan dunia,
terutama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan media komunikasi massa. Selain itu, para
cendekiawan Barat mengatakan bahwa globalisasi merupakan suatu proses kehidupan yang serba
luas, tidak terbatas, dan merangkum segala aspek kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi
yang dapat dinikmati oleh seluruh umat manusia di dunia. Globalisasi pada hakikatnya adalah
proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang dampaknya berkelanjutan melampaui batas-
batas kebangsaan dan kenegaraan. Mengingat bahwa dunia ditandai oleh kema jemukan
(pluralitas) budaya maka globalisasi sebagai prosesjuga ditandai sebagai suatu peristiwa yang
terjadi di seluruh dunia secara lintas budaya yang sekaligus mewujudkan proses saling
memengaruhi antarbudaya. Pertemuan antarbudaya itu tidak selalu berlangsung sebagai proses
dua arah yang berimbang, tetapi dapat juga sebagai proses dominasi budaya yang satu terhadap
lainnya. Misalnya pengaruh budaya Barat lebih kuat terhadap budaya di negara Timur.
Hal ini seperti yang dikatakan seorang ahli bernama R. Robertson bahwa globalisasi
adalah proses mengecilnya dunia dan meningkatnya kesadaran akan dunia sebagai satu kesatuan,
saling ketergantungan dan kesadaran global akan dunia yang menyatu. Ahli lain bernama Martin
Albrow mengatakan globalisasi menyangkut seluruh proses di mana penduduk dunia terhubung
kedalam komunitas dunia yang tunggal, komunitas global.
b. Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal
dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa
Indonesia.
“Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan
pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan
merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi
yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan
digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam
tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.”
B. Globalisasi dan Budaya
Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat
masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya
pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh
adalah kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai
(values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang
mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal
tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi
berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam
pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku
seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan.
Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan
subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu
kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian
rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya
dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan
berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling
krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan
dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka
yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam
arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk
kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara
mendasar.
Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi
peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal
Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai
budaya dan nilai-nilai budaya.
Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka
dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari
kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus
memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak
dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan
informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan
budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku
dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat
dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-
bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis
Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu
dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama
globalisasi.

C. Globalisasi Dalam Kebudayaan Tradisional Di Indonesia


Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat.
Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-
kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami
proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting
dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan
keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat.
Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha
melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian
berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa
lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar.
Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam
proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait
dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya
masih tetap berarti. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai
(values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang
mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal
tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi
berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam
pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku
seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan.
Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan
subsistem dari kebudayaan.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti
anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman
masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya. Dengan
perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat
mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi
model-model pengetahuan dalam masyarakat.

D. Persebaran Budaya Dunia


Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh
dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal
bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa
Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).
Globalisasi secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi
komunikasi. Kontak budaya tidak perlu melalui kontak fisik karena kontak melalui media telah
memungkinkan. Karena kontak ini tidak bersifat fisik dan individual, maka ia bersifat massal
yang melibatkan sejumlah besar orang (Josep Klapper, 1990). Dalam prosesnya banyak warga
masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi global tersebut, dan dalam waktu yang
bersamaan hal ini berarti banyak pula masyarakat (yang terlibat dalan proses komunikasi global)
menjadi exposed terhadap informasi, dan terkena dampak komunikasi tersebut. Karena itu, tidak
mengherankan bila globalisasi berjalan dengan cepat dan massal, sejalan dengan berkembangnya
teknologi komunikasi modern, mulai bermunculan portable radio, televisi, televisi satelit, dan
kemudian internet. Keunggulan media massa, baik cetak maupun elektronik, adalah bahwa
media tersebut mampu menyuguhkan gambar-gambar secara jelas dan terinci kepada para
pemakainya.
Akibatnya, para pemakai media massa tersebut mengetahui apa yang terjadi di tempat
lain dengan budaya yang berbeda dalam waktu yang singkat. Mereka dapat melihat dan
mengetahui keunggulan-keunggulan budaya yang dimiliki masyarakat lain melalui media massa
tersebut. Sikap yang dapat muncul dari sini adalah sikap yang memandang secara kritis apa yang
mereka miliki dan bagaimana mengimbanginya dengan nilai-nilai budaya yang sudah mereka
miliki itu, termasuk sikap kritis dari bangsa Indonesia sendiri terhadap apa yang sudah mereka
miliki. Terkait dengan globalisasi, mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa
proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas
dan jati diri. Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan
budaya global.Anggapan atau jalan pikiran di atas tersebut tidak sepenuhnya benar. Kemajuan
teknologi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tak
berguna.
John Naisbitt (1988) dalam bukunya yang berjudul Global Paradox memperlihatkan hal
yang bersifat paradoks dari fenomena globalisasi. Naisbitt (1988) mengemukakan pokok-pokok
pikiran , yaitu semakin kita menjadi universal, maka tindakan kita semakin menjadi kesukuan
atau lebih berorientasi ‘kesukuan’ dan berpikir secara lokal, namun bertindak global. Yang
dimaksudkan Naisbitt disini adalah bahwa kita harus berkonsentrasi kepada hal-hal yang bersifat
etnis, yang hanya dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal
pengembangan ke dunia Internasional. Dengan demikian, berpikir lokal, bertindak global,
seperti yang dikemukakan Naisbitt di atas, dapat diletakkan dan diposisikan pada masalah-
masalah kesenian di Indonesia sebagai kekuatan yang penting dalam era globalisasi ini. .

E. Kesenian Yang Bertahan Dan Yang Tersisihkan


Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari
masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat
homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya
globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi
dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.
Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi
peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam
bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian
terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari
negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah
air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin
banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang
tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak
kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa
negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi
budaya khususnya di negara ke tiga.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan
kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan
nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang
semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan
informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian
tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang
bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional
Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat
Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat
maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan
datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi
pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang
berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan
fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja.
Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus
berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.
Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi
budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi
masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan
tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional
wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi
seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan
salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral,
dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh
lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur
sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil
dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian
tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi
kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua
kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami
perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri
dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja
kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat.
Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar
tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak
panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional
yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi
dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki
Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman
pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang
sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti
akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan
Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang
kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran
musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa,
Museum Nasional
F. Kesenian Rakyat Dalam Orientasi Globalisasi
Pada era globalisasi saat ini, eksistensi atau keberadaan kesenian rakyat berada pada titik
yang rendah dan mengalami berbagai tantangan dan tekanan-tekanan baik dari pengaruh luar
maupun dari dalam. Tekanan dari pengaruh luar terhadap kesenian rakyat ini dapat dilihat dari
pengaruh berbagai karya-karya kesenian populer dan juga karya-karya kesenian yang lebih
modern lagi yang dikenal dengan budaya pop[4]. Kesenian-kesenian populer tersebut lebih
mempunyai keleluasan dan kemudahan-kemudahan dalam berbagai komunikasi baik secara
alamiah maupun teknologi., sehingga hal ini memberikan pengaruh terhadap masyarakat. Selain
itu, aparat pemerintah nampaknya lebih mengutamakan atau memprioritaskan segi keuntungan
ekonomi (bisnis) ketimbang segi budayanya, sehingga kesenian rakyat semakin tertekan lagi.
Segi komersialisasi yang dilakukan oleh aparat pemerintah ini tentu saja didasarkan atas
pemikiran yang pragmatis dan cenderung mengikuti perkembangan-perkembangan dan
perubahan-perubahan yang ada. Dengan demikian, pengaruh ini jelas-jelas mempunyai dampak
yang besar terhadap perkembangan dan kreativitas kesenian rakyat itu sendiri.Di pihak lain,
adanya masyarakat yang masih setia kepada tradisinya perlahan-lahan mengikuti perkembangan
pembangunan.
Kebanyakan hal tersebut (kesenian tradisional) ini tidak dapat bangun lagi karena
kerasnya daya saing dengan kesenian-kesenian yang sangat modern. Sementara itu pemerintah
hampir tidak peduli lagi dengan keadaan kesenian tradisional di daerah. Hal ini, bisa saja
disebabkan oleh adanya asumsi-asumsi yang dikaitkan dengan konsep-konsep dasar
pembangunan di bidang kesenian yang penekanannya dan intinya melestarikan dan
mengembangkan kesenian yang bertaraf dengan kecenderungan universal. Sehingga, kesenian-
kesenian yang ada sekarang ini dapat dianggap tidak sesuai dengan objek-objek dan tujuan dari
pembangunan yang sedang dijalankannya ini. Dengan kata lain, bahwa keaslian dari suatu
kesenian dipandang belum dapat dibanggakan sebagai bukti keberhasilan suatu pembangunan di
daerahnya.
Sesungguhnya, bagi kesenian rakyat Indonesia, kesempatan untuk mengadaptasi
pemikiran Naisbitt sangat cukup terbuka, karena kekayaan kesenian yang dimiliki bangsa
Indonesia sangat memadai untuk dikembangkan ke dunia Internasional. Sebagai salah satu
contoh, misalnya tari Piring dari Sumatra Barat. Tari Piring ini sesungguhnya sangat potensial
untuk dikembangkan menjadi lebih modern lagi melalui kolaborasi. Untuk menuju kepada
tindakan ini harus ada upaya atau perbaikan–perbaikan yang perlu diperhatikan agar kemasan
kesenian tradisional bangsa Indonesia dapat diterima dan berkembang secara global, walaupun
tetap mengacu pada kekuatan nilai-nilai asli/lokal.

G. Peran Pemerintah Dalam Kesenian Rakyat


Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-
pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya, menurut pendapat saya dapat dikatakan
merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995)[6], dalam bukunya yang
berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan
kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni
pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-
kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan
kultural atau konteks kultural.
Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah
dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam
menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan. Dalam
kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya
lagi. Melihat kecenderungan tersebut, maka saya pribadi melihat aparat pemerintah telah
menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja
mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-
benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja
dalam pembangunan.
Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang
cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak langsung
kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang
cenderung lebih modern dan rasional.
Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah
Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat
pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah. Aparat
pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi
terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang
tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat
tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan
pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya.
Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan
pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman
rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan
keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu pemerintah
harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian
dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan
menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik.
Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini
adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak
manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk
dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara
masal dan merata.
Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui
media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain
yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan
masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai
dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia
yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh
kontak budaya ini. Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-
perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap
bercirikan kekuatan lokal atau etnis.
Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas
kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan
kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang
kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb. Selama ini
pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih
sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang
bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun
justru semakin dijauhi masyarakat.
Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat. Karena
pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan
kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera.
Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang
dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang
merupakan imbas dari budaya pop.

H. Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Bangsa


Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya
bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah
kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya
keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri .
Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan
budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun
yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan
tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di
sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi
semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat,
bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat
menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun
daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya

I. Tindakan Yang Mendorong Timbulnya Globalisasi Kebudayaan Dan Cara Mengantisipasi


Adanya Globalisasi Kebudayaan
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-
pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu
perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural
Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia
Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik
melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak
ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural. Dalam
pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah dalam
menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam
menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan.
Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak
ada rasa seninya lagi. Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para
seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan
tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan
pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang
mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan.
Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang
cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak langsung
kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang
cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat,
misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur
dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-
kebijakan politik pemerintah. Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga
kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang
murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah
sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam
proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan
bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para
seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai
dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu
pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang
melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus
merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik. Globalisasi informasi dan
budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat
dielakkan. Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus
diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi
terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata.
Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui
media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain
yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan
yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan
persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang
memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak
budaya ini. Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan
diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan
lokal atau etnis. Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat
identitas kebudayaan nasional.
Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan
nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan, khususnya
pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb. Selama ini pembinaan dan
pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada
unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan.
Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru
semakin dijauhi masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat
cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini
masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan
kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat
dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian
modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada
beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi
para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan
pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan
yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang
ekonomi saja
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi
kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa
Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik
yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya
menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion
and Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia,
kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat
telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah, Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak
ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing.
Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita larut
dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu
dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan
penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa.
B. Saran
Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya
pergeseran kebudayaan yaitu :
1. Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran
budaya bangsa
2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan
budaya bangsa pada umumnya
3. Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan
informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya
4. Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang
masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 5. Masyarakat harus berati-hati dalam meniru
atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu
berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita
DAFTAR PUSTAKA

Http://Haritsmasduqi.blogspot.com/26/10/2012 pengaruh-globalisasi-terhadap-
kebudayaan,html

www.slideshare.net/29/01/2015 presentasi-pengaruh-globalisasi-terhada-budaya-bangsal

Azanfootbal.blogspot.com,2013/03/pengaruh dampak globalisasi terhadap kebudayaan indone

Muh Arief Muhsin dosen Universitas Muhammadiyah Makassar

www.academia.edu pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan nasional

https;//www.youtube.com/17/02/2015/ pengaruh-interaksi global terhadap budaya nasional


www.ristizona.com/18/2011 ciri-ciri-globalisasi.html
www.eduspensa.com/7/10/2016/ bentuk-dan-dampak-perubahan-sosial-budaya.html
www.slideshare.net/21/10/1015 pengaruh-globalisasi-terhadap-kebudayaan-nasional
www.kompasiana.com/27/02/2014 masyarakat-desa-dalam-globalisasi
https;//www.youtube.com/28/03/2016 pengaruh-globalissi-terhadap-akiltrasi-budaya-
indonesia

Anda mungkin juga menyukai