Anda di halaman 1dari 5

Jika kita berbicara mengenai tata cara zakat fitrah, maka ada banyak hal yang harus

kita singgung, termasuk di dalamnya adalah syarat zakat fitrah, ketentuan kewajiban
zakat fitrah, orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah, besarnya zakat
fitrah, orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah serta waktu untuk
mengeluarkan zakat fitrah.
A. SYARAT ZAKAT FITRAH
Untuk syarat zakat fitrah ada 3, yakni sebagai berikut:
1. Beragama Islam
2. Hartanya lebih dari keperluan untuk diri sendiri dan keluarga serta orang-orang
yang ditanggungnya untuk satu hari siang di bulan puasa dan malam hari raya
3. Bisa menemui masa akhir Ramadlan dan awal syawal. Jadi, untuk bayi yang baru
lahir saat malam satu Syawal tidak diwajibkan untuk zakat fitrah
B. ORANG-ORANG YANG WAJIB MENGELUARKAN
ZAKAT FITRAH
Adapun orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah adalah yang memenuhi
syarat zakat fitrah di atas, baik itu untuk anak kecil, orang dewasa maupun orang
yang telah renta.
C. BESARNYA ZAKAT FITRAH
Zakat fitrah yang harus dikeluarkan adalah makanan pokok di tempat yang
bersangkutan berada. Misalnya kalau di Indonesia makanan pokoknya adalah nasi,
maka yang dikeluarkan sebagai zakat fitrah adalah beras. Untuk ukurannya, atau
besarnya ialah satu sha’ gandum atau makanan pokok lainnya.
Jika sha’ ini hendak dikonversikan dalam kilogram, maka satu sha’ adalah sekitar 2,5
kilogram dan dalam satuan liter adalah 3,5 liter. Takaran ini sama sekali tidak boleh
dikurangi ya, tetapi jika kita ingin melebihkannya tidak apa-apa. Lalu jika kita
perhatikan, zaman sekarang zakat fitrah yang berupa makanan pokok ini seringkali
diganti dengan uang. Bolehkah?
Mengenai hal ini, para fuqoha memiliki perbedaan pendapat, ada yang membolehkan
dan ada yang tidak membolehkan. Yang membolehkan adalah pendapat dari sebagian
ulama seperti Imam Ibnu Taimiyah, Imam Bukhori, Imam Tsauri dan Imam Abu
Hanifah. Dalil yang mereka jadikan alasan adalah firman Allah dalam Al Qur’an surat
At Taubah ayat 103 yang artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka”.
Berdasarkan hemat mereka, ayat tersebut telah menunjukkan bahwa zakat pada
asalnya diambil dari harta, yakni apa yang dimiliki entah berupa emas, perak bahkan
termasuk uang. Jadi intinya ayat ini memperbolehkan untuk membayar zakat fitrah
dalam bentuk uang. Selain berhujjah pada ayat tersebut, mereka juga berhujjah pada
sabda Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam bahwa:
“Cukupilah mereka (kaum fakir serta miskin) dari meminta-minta di hari yang seperti
ini (idul fitri)”
Berdasarkan penjelasan mereka, memberikan kecukupan pada fakir serta miskin di
dalam zakat fitrah bisa terwujud dengan memberinya uang.
Lalu, pendapat kedua yang tidak memperbolehkan membayar zakat fitrah dalam
bentuk uang adalah pendapat dari jumhur ulama Malikiyah, Syafiiyah dan juga
Hanabilah. Dengan adanya perbedaan pendapat tersebut, jelas kita harus bersikap
bijak dalam menghadapinya. Kita boleh mengikuti salah satu madzhab yang telah
menjadi panutan serta diterima oleh umat.
Karena pada dasarnya juga Allah tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas
kemampuan kita, dan masalah mengeluarkan zakat fitrah dalam bentuk uang telah
menjadi perbincangan ulama salaf termasuk Imam Abu Hanifah, Sufyan Ats Tsauri,
Hasan Al Bisri bahkan juga Umar bin Abdul Aziz, dan mereka juga termasuk orang-
orang yang menyetujuinya.
Kemudian ulama hadits seperti Imam Bukhori juga telah menyetujuinya, pastinya
dengan dalil serta argumentasi yang bisa diterima.
D. ORANG-ORANG YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT
FITRAH
Mengenai siapa saja yang berhak menerima zakat fitrah, ini sudah ditegaskan oleh
Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 60 yang terdiri atas:
1. Orang fakir
2. Orang miskin
3. Pengurus zakat atau amil
4. Muallaf
5. Budak
6. Orang yang tengah terlilit hutang
7. Orang yang berjuang di jalan Allah
8. Orang yang tengah melakukan perjalanan jauh, dimana perjalanannya ini bukanlah
perjalanan maksiat
Kedelapan golongan yang berhak menerima zakat fitrah di atas disebut sebagai
mustahiq. Kalau kita hendak membayarkan zakat fitrah, kita boleh memberikannya
secara langsung pada delapan golongan tersebut atau bisa juga dengan
membayarkannya melalui amil zakat.
Tapi, di sini kita harus perhatikan juga bahwasanya ada 2 golongan yang tidak
diperbolehkan untuk menerima zakat, yaitu anak cucu atau keluarga Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam serta famili orang yang berzakat, yakni kakek, bapak,
istri, anak, cucu dan lain-lain.

E. WAKTU UNTUK MENGELUARKAN ZAKAT FITRAH


Secara umum, waktu untuk mengeluarkan zakat fitrah ini adalah sejak awal bulan
Ramadlan hingga sebelum dilaksanakannya sholat id. Adapun zakat yang dikeluarkan
di selain waktu tersebut akan dikatakan sebagai shodaqoh biasa dan jelas ini belum
menggugurkan kewajiban seseorang untuk mengeluarkan zakat fitrah.
Sementara para ulama telah membagi waktu untuk mengeluarkan zakat fitrah ini
dalam 5 jenis, yaitu:
1. Waktu jawaz yang merupakan waktu boleh. Artinya adalah waktu yang
diperbolehkan untuk mengeluarkan zakat fitrah sejak dimulainya bulan Ramadlan
2. Waktu wajib yakni waktu perlu dikeluarkannya zakat fitrah bagi siapa saja yang
belum mengeluarkannya, yakni saat matahari telah terbenam pada hari terakhir bulan
Ramadlan
3. Waktu afdhal atau waktu yang utama. Waktu ini adalah saat sebelum menuju
pelaksanaan sholat hari raya idul fitri
4. Waktu makruh, yakni waktu setelah dilaksanakannya sholat hari raya idul fitri
5. Waktu haram yakni waktu sehari setelah berlangsungnya hari raya
Doa zakat fitrah untuk diri sendiri, doa zakat fitrah untuk keluarga, niat zakat fitrah,
penerima zakat fitrah, tata cara zakat fitrah, hukum zakat fitrah, ketentuan zakat
fitrah, doa menerima zakat fitrah, doa zakat fitrah untuk suami dan istri, dll

HUKUM ZAKAT FITRAH


Ketentuan zakat fitrah bagi semua orang Islam yang masih hidup ini disyariatkan
secara bersamaan dengan Ramadlan, yakni di tahun kedua hijriyah. Hal ini sesuai
dengan apa yang diberitakandari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Rasulullah
telah mewajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah di bulan Ramadlan pada setiap
manusia”.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Muttafaq ‘alaih (yakni Imam Bukhori dan
Imam Muslim), disebutkan bahwasanya:
“Dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah mewajibkan untuk zakat fitrah sebanyak 1 sha’ kurma atau satu sha’ gandum,
baik itu kepada budak, orang merdeka, orang laki-laki, orang perempuan, anak kecil
serta orang dewasa yang dari kalangan muslim. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan zakat tersebut untuk ditunaikan sebelum orang-orang keluar
untuk mengerjakan sholat id”.
Dari kedua hadits tersebut bisa kita ketahui bahwa hukum zakat fitrah adalah wajib.
Namun, kewajiban dalam menunaikan zakat fitrah ini harus memenuhi syarat-syarat
yang terdiri atas beragama Islam, terbenamnya matahari saat akhir puasa Ramadlan
(walaupun kita juga diperbolehkan untuk berzakat fitrah di awal bulan Ramadlan)
serta adanya kelebihan makanan yang pokok untuknya serta keluarganya di hari itu
(atau malam idul fitri).
Jika kita memenuhi ketiga syarat di atas, maka kita harus mengeluarkan zakat fitrah.
Dan karena ini adalah kewajiban, jelas kita harus menunaikannya sesuai dengan
aturan dan waktu yang sudah ditentukan oleh syariat. Apabila kita mengakhirkan
zakat fitrah hingga lewat hari raya idul fitri, maka jelas ini adalah perbuatan yang
haram dan kita akan memperoleh dosa. Ini sama seperti ketika kita meninggalkan
sholat.
“Adapun mengakhirkan zakat fitrah hingga lewat hari raya idul fitri, menurut Ibnu
Ruslan ini adalah haram sesuai dengan kesepakatan para ulama, karena ini adalah
zakat. Karena itu, pengakhiran zakat fitrah hingga lewat hari raya idul fitri ini
mengharuskan adanya dosa, seperti ketika kita mengeluarkan atau meninggalkan
sholat hingga lewat waktunya”. (mari lihat al Azhim Abadi, ‘Aun al ma’bud Syarh
Sunani Abi Dawud)
Keterangan dosa tersebut perlu kita pahami dalam konteks saat tidak ada alasan yang
syar’i. Jika kita ‘kelewatan’ seperti ini, berdasarkan beberapa sumber yang juga
didasarkan pada berbagai kitab fiqh terutama dalam madzhab Syafi’i dijelaskan
bahwa kita wajib untuk mengqadlanya dengan segera.
“Dan tidak boleh mengakhirkan zakat fitrah hingga melewati hari raya idul fitri,
karena itu apabila seseorang mengakhirkannya, dia akan berdosa serta wajib untuk
mengqadlanya”. (Abu Ishaq as Syirazi, at Tanbih fi fiqh asy Syafi’i)
Kemudian mari kita lihat pula keterangan yang lainnya:
“Dan wajib untuk mengqadla (bagi orang yang telah mengakhirkan pembayaran zakat
fitrah hingga melebihi hari raya idul fitri) dengan segera karena kesalahannya dengan
melakukan pengakhiran tersebut. Dari sini juga bisa dipahami bahwasanya seandainya
pengakhiran itu bukan karena kesalahan yang sengaja dibuat layaknya lupa, maka dia
tidak harus mengqadlanya dengan segera”. (Ibnu Hajar al Haitsami, Tuhfah al Muhtaj
ila Syarh al Minhaj)
Doa zakat fitrah untuk diri sendiri, doa zakat fitrah untuk keluarga, niat zakat fitrah,
penerima zakat fitrah, tata cara zakat fitrah, hukum zakat fitrah, ketentuan zakat
fitrah, doa menerima zakat fitrah, doa zakat fitrah untuk suami dan istri, dll

KEUTAMAAN ZAKAT FITRAH


Keutamaan zakat fitrah yang paling jelas adalah orang yang menunaikannya akan
memperoleh pahala yang besarserta dijanjikan surga oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
mengingat pintu surga ini katanya akan selalu dibuka bagi siapa saja yang tidak lupa
dengan zakatnya.
Mengenai keutamaan yang lainnya, mari kita lihat keterangan hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radliyallahu
‘anhuma, bahwasanya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan
zakat fitrah yakni sebagai pembersih bagi orang yang mengerjakan puasa dari
perkataan serta perbuatan keji, dan sebagai bekal makan bagi orang miskin”.
Berdasarkan keterangan hadits tersebut, salah satu keutamaan zakat fitrah adalah
bisa membersihkan diri orang yang mengeluarkannya dari perbuatan keji, serta bisa
menjadi penyempurna puasa yang telah dilakukannya selama sebulan penuh.
Karena kita yang namanya manusia kan walaupun dalam keadaan sedang berpuasa
terkadang juga masih melakukan hal-hal yang dilarang oleh syariat seperti berdusta,
dengki, berkata kotor atau yang lain-lainnya. Nah, zakat firah ini bisa menjadi
pengganti sekaligus penyempurna terhadap apa yang masih kurang. Dan berkenaan
dengan hal ini, Imam Waki’ Ibnu Al Jarrah rahimahullahu ta’ala juga pernah berkata:
“Perumpamaan zakat fitrah pada bulan Ramadlan adalah seperti sujud sahwi dalam
ibadah sholat. Dimana zakat fitrah ini akan menyempurnakan kekurangan yang ada
saat berpuasa layaknya sujud sahwi yang menyempurnakan kekurangan yang ada
dalam sholat”.
Keutamaan zakat fitrah yang telah disebutkan di atas adalah keutamaan yang akan
diperoleh oleh orang yang berpuasa. Lalu, jika dilihat dari kemaslahatan umat, zakat
fitrah ini bisa menjadi salah satu bentuk kepedulian pada muslim yang lainnya,
terlebih kepada orang fakir dan miskin yang jelas-jelas sangat membutuhkan bantuan.
Jadi, orang yang kikir dan malas mengeluarkan zakat jelas tidak memiliki perhatian
pada saudaranya sesama muslim.
Lalu untuk keutamaan yang lainnya adalah bisa mewujudkan kebahagiaan secara
merata pada kaum muslimin. Kenapa demikian?
Karena yang namanya hari raya idul fitri itu kan hari kebahagiaan serta hari
kemenangan untuk setiap kaum muslimin yang telah berhasil mengerjakan ibadah
puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadlan. Tetapi, ada kemungkinan
kebahagiaan tersebut tidak bisa diperoleh oleh orang yang faqir dan miskin karena
adanya kekurangan pada diri mereka. Wallahu a’lam bish showab.
Nah itulah penjelasan singkat tentang Doa zakat fitrah untuk diri sendiri, doa zakat
fitrah untuk keluarga, niat zakat fitrah, penerima zakat fitrah, tata cara zakat fitrah,
hukum zakat fitrah, ketentuan zakat fitrah, doa menerima zakat fitrah, doa zakat
fitrah untuk suami dan istri, dll
Boleh copy paste, tapi jangan lupa cantumkan sumber. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai