Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN CEDERA KEPALA

Oleh :

TRIS ABDUL AZIZ

4201.0111.9.019

PROGAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON

Jl Brigjend Dharsono No.12B (By Pass) Cirebon

2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA KEPALA

1. PENGERTIAN
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2016: 3).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit
kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara
langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani,
2015)
Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala
adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar,
yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

2. ETIOLOGI
Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
akibat kecelakaan lalu lintas ( Mansjoer, 2016:3). Penyebab cidera kepala
antara lain: kecelakaan lalu lintas, perkelahian, terjatuh, dan cidera olah
raga. Cidera kepala terbuka sering disebabkan oleh peluru atau pisau
(Corkrin, 2015:175).
a. Cedera Kepala Primer yaitu cedera yang terjadi akibat langsung dari
trauma:
1) Kulit       :  Vulnus, laserasi, hematoma subkutan, hematoma
subdural.
2) Tulang     :  Fraktur lineal, fraktur bersih kranial, fraktur infresi
(tertutup & terbuka).

2
3) Otak        :  Cedera kepala primer, robekan dural, contusio
(ringan, sedang, berat), difusi laserasi.
b. Cedera Kepala Sekunder yaitu cedera yang disebabkan karena
komplikasi :
1) Oedema otak
2) Hipoksia otak
3) Kelainan metabolic
4) Kelainan saluran nafas
5) Syok

3. MANIFESTASI KLINIK
a. Berdasarkan anatomis
1) Gegar otak (comutio selebri)
a) Disfungsi neurologis sementara dapat pulih dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran
b) Pingsan kurang dari 10 menit atau mungkin hanya beberapa
detik/menit
c) Sakit kepala, tidak mampu konsentrasi, vertigo, mungkin
muntah
d) Kadang amnesia retrogard
2) Edema Cerebri
a) Pingsan lebih dari 10 menit
b) Tidak ada kerusakan jaringan otak
c) Nyeri kepala, vertigo, muntah
3) Memar Otak (kontusio Cerebri)
a) Pecahnya pembuluh darah kapiler, tanda dan gejalanya
bervariasi tergantung lokasi dan derajad
b) Ptechie dan rusaknya jaringan saraf disertai perdarahan
c) Peningkatan tekanan intracranial (TIK)
d) Penekanan batang otak
e) Penurunan kesadaran

3
f) Edema jaringan otak
g) Defisit neurologis
h) Herniasi
4) Laserasi
a) Hematoma Epidural
Talk dan die” tanda klasik: penurunan kesadaran ringan saat
benturan, merupakan periode lucid (pikiran jernih),
beberapa menit s.d beberapa jam, menyebabkan penurunan
kesadaran dan defisit neurologis (tanda hernia):
 kacau mental → koma
 gerakan bertujuan → tubuh dekortikasi atau
deseverbrasi
 pupil isokhor → anisokhor
b) Hematoma subdural
 Akumulasi darah di bawah lapisan duramater diatas
arachnoid, biasanya karena aselerasi, deselerasi, pada
lansia, alkoholik.
 Perdarahan besar menimbulkan gejala-gejala seperti
perdarahan epidural
 Defisit neurologis dapat timbul berminggu-minggu
sampai dengan berbulan-bulan
 Gejala biasanya 24-48 jam post trauma (akut)
 perluasan massa lesi
 peningkatan TIK
 sakit kepala, lethargi, kacau mental, kejang
 disfasia
c) Perdarahan Subarachnoid
 Nyeri kepala hebat
 Kaku kuduk

4
b. Berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
1) Cidera kepala Ringan (CKR)
a) GCS 13-15
b) Kehilangan kesadaran/amnesia <30 menit
c) Tidak ada fraktur tengkorak
d) Tidak ada kontusio celebral, hematoma
2) Cidera Kepala Sedang (CKS)
a) GCS 9-12
b) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia >30 menit tetapi
kurang dari 24 jam
c) Dapat mengalami fraktur tengkorak
3) Cidera Kepala Berat (CKB)
a) GCS 3-8
b) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia > 24 jam
c) Juga meliputi kontusio celebral, laserasi, atau hematoma
intracranial

4. PATOFISIOLOGI
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut (yang
membuat kita seperti adanya) akan mudah sekali terkena cedera dan
mengalami kerusakan. Cedera memegang peranan yang sangat besar
dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu
trauma kepala.. Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan
dalam rongga kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi
bagian dalam terjadi pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak maupun
otak itu sendiri.
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis
keadaan, yaitu :
a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak,
b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam dan,

5
c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang
lain dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera
kepala diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi
tengkorak, pergeseran otak dan rotasi otak.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre
coup dan coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi
kapan saja pada orang-orang yang mengalami percepatan pergerakan
kepala. Cedera kepala pada coup disebabkan hantaman pada otak bagian
dalam pada sisi yang terkena sedangkan contre coup terjadi pada sisi
yang berlawanan dengan daerah benturan. Kejadian coup dan contre
coup dapat terjadi pada keadaan.;Keadaan ini terjadi ketika pengereman
mendadak pada mobil/motor. Otak pertama kali akan menghantam
bagian depan dari tulang kepala meskipun kepala pada awalnya bergerak
ke belakang. Sehingga trauma terjadi pada otak bagian depan.Karena
pergerakan ke belakang yang cepat dari kepala, sehingga pergerakan otak
terlambat dari tulang tengkorak, dan bagian depan otak menabrak tulang
tengkorak bagian depan. Pada keadaan ini, terdapat daerah yang secara
mendadak terjadi penurunan tekanan sehingga membuat ruang antara
otak dan tulang tengkorak bagian belakang dan terbentuk gelembung
udara. Pada saat otak bergerak ke belakang maka ruangan yang tadinya
bertekanan rendah menjadi tekanan tinggi dan menekan gelembung udara
tersebut. Terbentuknya dan kolapsnya gelembung yang mendadak sangat
berbahaya bagi pembuluh darah otak karena terjadi penekanan, sehingga
daerah yang memperoleh suplai darah dari pembuluh tersebut dapat
terjadi kematian sel-sel otak. Begitu juga bila terjadi pergerakan kepala
ke depan.

6
5. PATHWAY

6. KOMPLIKASI

Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma


intrakranial, edema serebral progresif, dan herniasi otak

7
a. Edema serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK
pada pasien yang mendapat cedera kepala, puncak pembengkakan
yang terjadi kira kira 72 jam setelah cedera. TIK meningkat karena
ketidakmampuan tengkorak untuk membesar meskipun peningkatan
volume oleh pembengkakan otak diakibatkan trauma..
b. Defisit neurologik dan psikologik
Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal seperti
anosmia (tidak dapat mencium bau bauan) atau abnormalitas gerakan
mata, dan defisit neurologik seperti afasia, defek memori, dan kejang
post traumatic atau epilepsy.
c. Komplikasi lain secara traumatic :
1) Infeksi sitemik (pneumonia, ISK, sepsis)
2) Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis,
ventikulitis, abses otak)
3) Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada sendi sendi)
d. Komplikasi lain:
1) Peningkatan TIK
2) Hemorarghi
3) Kegagalan nafas
4) Diseksi ekstrakranial

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus, tetapi untuk
memonitoring kadar O2 dan CO2 dalam tubuh di lakukan
pemeriksaan AGD adalah salah satu test diagnostic untuk
menentukan status respirasi..
b. CT-scan : mengidentifikasi adanya hemoragik dan menentukan
pergeseran jaringan otak.

8
c. Foto Rontgen : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur)
perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
d. MRI : sama dengan CT-scan dengan/ tanpa kontras.
e. Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral,
perdarahan.
f. Pemeriksaan pungsi lumbal: mengetahui kemungkinan perdarahan
subarahnoid

9
LAPORAN PENDAHULUAN CEDERA KEPALA

Oleh :

TRIS ABDUL AZIZ

4201.0111.9.019

PROGAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON

Jl Brigjend Dharsono No.12B (By Pass) Cirebon

2020

10
LAPORAN RESUME

CEDERA KEPALA DI RUANG IGD

RUMAH SAKIT GUNUNG JATI

Mahasiswa :

NIM :

Klien :

Diagnosamedis :

Tanggal :

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. S

Tanggal Lahir : 29-02 1996

Alamat : Greged, Cirebon

Alasan Masuk IGD : Rujukan dari Puskesmas, Karena kecelakaan motor

B. Riwayat Penyakit Dahulu

:-

C. Riwayat Penyakit Sekarang

: Kecelakaan motor, terbentur tembok mengakibatkan luka sobek di dahi

D. Pengkajian Primer

1. Airway : Tidak ada suara gargling, snowring, stridor

2. Breathing : Inspeksi : Adanya darah keluar dari hidung

: Palpasi : Tidak ada pergeseran Trakea

:Auskultasi : Tidak ada suara abnormal pada dada

11
3. Circulation : TD : 100/80

: N : 90

: R : 33

: S : 35.9

4. Disability : Alert : Merespon dengan cepat

: Vocalies : Suara bias di mengerti

: Presponds : Ada stimulus nyeri

5. Exposure : Ada luka di dahi, pendarahan di hidung dan dahak campur


darah

6. Folley catheter : Tidak terpasang

7. Heart Monitor : TD : 100/80

: N : 90

: R : 33

: S : 35.9

E. Pengkajian Sekunder

Head to Toe

- Kepala : Luka sobek di dahi

- Leher : Tidak ada fraktur leher

- Dada : Tidak ada nyeri di dada

- Abdomen : Tidak ada benjolan

F. Pemeriksaan Laboratorium

: Tidak ada

12
G. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Data Subjektif : Klien Terbentur tembok Nyeri


mengatakan nyeri di bagian
dahi ↓

Data Objektif : Luka sobek di Luka sobek di dahi


dahi, pendarahan di hidung

TD : 110/80
Nyeri
N : 90

R: 33

S : 35,9

H. Diagnosa Keperawatan

: Nyeri akut b/d dengan kerusakan jaringan

: Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Obstruksi jalan nafas

I. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan

1 Nyeri akut NOC : NIC :


b/d dengan  Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
 pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kerusakan
 comfort level kualitas dan faktor presipitasi
jaringan 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
dengan kriteria hasil: menemukan dukungan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyebab nyeri, mampu nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
menggunakan tehnik nonfarmakologi kebisingan
untuk mengurangi nyeri, mencari 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
bantuan) 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang intervensi
dengan menggunakan manajemen 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
nyeri dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
3. Mampu mengenali nyeri (skala, 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
9. Tingkatkan istirahat
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri
10. Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang dan antisipasi
berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal
11. ketidaknyamanan dari prosedur

13
6. Tidak mengalami gangguan tidur 12. Monitor vital sign sebelum analgesic
pertama kali dan sesudah pemberian

2 Bersihan NOC:
jalan nafas  Respiratory status : Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
 Respiratory status : Airway 2. Berikan O2 ……l/mnt, metode………
tidak efektif
patency 3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
b/d  Aspiration Control Setelah 4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Obstruksi dilakukan tindakan 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
jalan nafas keperawatan selama.........pasien 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
menunjukkan keefektifan jalan nafas 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dibuktikan dengan kriteria hasil : tambahan
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan 8. Monitor status hemodinamik
suara nafas yang bersih, tidak ada 9. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
sianosis dan dyspneu (mampu Lembab
mengeluarkan sputum, bernafas 10. Berikan antibiotik :
dengan mudah, tidak ada pursed lips) 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Menunjukkan jalan nafas yang paten keseimbangan.
(klien tidak merasa tercekik, irama 12. Monitor respirasi dan status O2
nafas, frekuensi pernafasan dalam 13. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
rentang normal, tidak ada suara nafas mengencerkan sekret
abnormal) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
 Mampu mengidentifikasikan dan penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
mencegah faktor yang penyebab.
 Saturasi O2 dalam batas normal
 Foto thorak dalam batas normal

J. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


keperawatan

12 maret 2020 Nyeri akut b/d 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif S : Klien mengatakan masih
dengan termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri setelah di berikan obat
kerusakan kualitas dan faktor presipitasi analgetik
2. Observasi reaksi nonverbal dari
jaringan ketidaknyamanan
O : klien tampak gelisah
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan karena luka di dahi
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan A : Masalah teratasi sebagian
kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri P : Intervensi di hentikan
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/
dingin
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
11. ketidaknyamanan dari prosedur

14
12. Monitor vital sign sebelum analgesic
pertama kali dan sesudah pemberian

12 maret 2020 Bersihan jalan 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning. S : Klien mengatan bisa nafas
nafas tidak 2. Berikan O2 ……l/mnt, metode……… dengan normal setelah darah
3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
efektif b/d di bersihkan dari hidung
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Obstruksi 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
jalan nafas O : Lemah
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan Td : 100/80
8. Monitor status hemodinamik
9. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl N : 90
Lembab
10. Berikan antibiotik : R : 26
11. Atur intak untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan S : 35.9
12. Monitor respirasi dan status O2
13. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk A : Masalah Teratasi
mengencerkan sekret
14. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang P : Intervensi di hentikan
penggunaan peralatan O2, Suction, Inhalasi

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer. 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media


Aesculapius

2. Brunner & Suddart . 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : EGC.

3. Carolyn M. Hudak. 2015. Critical Care Nursing : A Holistic Approach.


Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC

4. Carpenito, L.J. 2017. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan


dan Masalah Kolaborasi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

5. Corwin, E.J. 2015. Handbook of Pathophysiology. Alih bahasa : Pendit,


B.U. Jakarta: EGC

6. Diagnosa NANDA (NIC & NOC) Disertai Dengan Dischange Planning.


2019-2020. Jakarta: EGC

7. Price, S.A. & Wilson, L.M. 2015. Pathophysiology : Clinical Concept of


Disease Processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC

8. Sandra M. Nettina. 2015. Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta: EGC

9. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2017. Brunner and Suddarth’s Textbook of
Medical – Surgical Nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta:
EGC

10. Suyono, S, et al. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI

16

Anda mungkin juga menyukai