Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

Jagung (Zea mays) merupakan komoditi strategis di berbagai negara di dunia. Secara
global, jagung selalu menduduki urutan ke-3 sebagai bahan makanan pokok setelah gandum
dan padi. Sedangkan di Indonesia, jagung menjadi bahan makanan pokok kedua setelah
beras. Khusus di Madura, jagung telah dijadikan sebagai makanan pokok. Selain menjadi
makanan pokok, jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan industri karena
merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan ternak khusus pakan
ayam. Dengan semakin berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka
kebutuhan terhadap jagung akan semakin meningkat pula (Kasryno, 2002).

Namun, meningkatnya kebutuhan jagung di Indonesia ternyata tidak diikuti oleh


peningkatan produksi . Hingga saat ini produksi jagung dalam negeri masih rendah sehingga
untuk mengimbangi kebutuhan konsumsi domestik, sebagian besar jagung harus diimpor dari
beberapa negara produsen jagung. Rendahnya produksi tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya pelaksanaan teknik budidaya jagung yang belum memadai dan
adanya gangguan hama dan penyakit. Salah satu kendala utama dalam meningkatkan
produksi tanaman padi adalah serangan hama dan penyakit (OPT=organisme pengganggu
tanaman). Berbagai jenis OPT dapat menyerang tanaman padi mulai dari pembibitan sampai
di tempat penyimpanan. Hama yang sering dijumpai menyerang pertanaman jagung adalah
ulat penggerek batang jagung, kutu daun, ulat penggerek tongkol, dan thrips. Bulai, hawar
daun, dan karat adalah penyakit yang sering muncul di pertanaman jagung dan dapat
menurunkan produksi jagung.

Dalam rangka penerapan program pembangunan nasional yang berkelanjutan


(sustainable development), semua teknologi yang diterapkan termasuk teknologi
pengendalian hama harus bersifat ramah dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu,
munculnya pengembangan program pengendalian hama terpadu (PHT, integrated pest
management, IPM) di mana ini merupakan suatu tindakan koreksi dalam pengelolaan hama
yang hanya mengandalkan pestisida sebagai satu-satunya teknik pengendalian untuk
mengendalikan berbagai jenis hama. Pelaksanaan PHT dilakukan berdasarkan suatu
pendekatan yang komprehensif dan mengacu pada sistem pengelolaan tanaman secara
terpadu pada berbagai ekosistem. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada dasarnya terdiri
atas dua kegiatan pengendalian yaitu kegiatan/program pencegahan (preventive) dan
penanggulangan / penegendalian (curative). Pengendalian hayati yang memanfaatkan musuh
alami seperti: parasitoid, predator dan patogen merupakan teknik pengendalian utama
program PHT. Secara umum, ciri dari program PHT adalah: efisien dan layak secara
ekonomi, ramah lingkungan, aman bagi organisme non-target (misalnya, manusia, hewan,
musuh alami), berterima secara sosial dan budaya, programnya bersifat holistik dan terpadu
(Untung, 2006).

Adapun syarat dari pengendalian OPT harus memenuhi aspek tekni yaitu :

1. Memadukan berbagai cara pengendalian yang serasi, selaras, dan seimbang dengan
menerapkan prinsip PHT.
2. Mengutamakan pengendalian dengan teknik budidaya yang tepat, pengendalian secara
fisik/mekanik, biologi dan genetik.
3. Menggunakan pestisida apabila sungguh-sungguh sangat terpaksa karena populasi hama
sangat tinggi dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan sangatlah berat.

Anda mungkin juga menyukai