Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Memahami proses pengolahan bahan pangan berbasis susu berupa Es
Krim.
Memahami fungsi-fungsi berbagai perlakuan dalam proses pembuatan Es
Krim.
untuk mengetahui overum, kecepatan meleleh es krim, organoleptik es
krim, kadar lemak dan kadar protein dengan bahan baku pisang.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
mengatakan es krim ditemukan oleh bangsa Cina sekitar 700 M. Hidangan dingin
ini dijadikan persembahan bagi Kaisar Tang dari Dinasti Shang. Kaisar Tang yang
seorang penggemar kuliner meminta para koki istana untuk membuat es krim dari
campuran salju. Kisah lain menceritakan, es krim datang ketika adanya hubungan
dagang atara Cina dan Italia. Marcopolo, sang penjelajah lautan membawa resep
es krim ke negaranya. Berbeda dengan resep aslinya, es krim Italia
dikombinasikan dengan sirup dan campuran es. Es krim ala Italiano inilah yang
kemudian dinikmati oleh Kaum Bangsawan Eropa dan menyebar ke seluruh
dunia. Di Amerika, es krim baru populer pada abad ke-19, seiiring dengan
penemuan mesin pembuat es krim. Sebutan ice cream berasal dari para kolonis
Amerika, berasal dari fase “iced cram” (Marshall and Arbuckle, 1996).
Menurut Eckles, et.al (1998) bahan penyusun es krim ialah air, lemak,
padatan bukan lemak, pemanis, stabilizer atau emulsifier dan bahan flavor. Fungsi
bahan penyusun tersebut adalah sebagai berikut:
2.3.1 Air
Air merupakan komponen terbesar dalam campuran es krim, berfungsi
sebagai pelarut bahan-bahan lain dalam campuran. Komposisi air dalam
campuran bahan es krim umumnya berkisar 55-64%.
3
2.3.2 Lemak
Fungsi penambahan lemak pada pembuatan es krim adalah memberikan
rasa creamy serta berperan dalam pembentukan globula lemak dan turut
mempengaruhi besar kecilnya pembentukan kristal. Selain itu menurut Goff
(2000), lemak sangat penting dalam memberikan body es krim yang baik dan
meningkatkan karakteristik kehalusan tekstur.
Lemak susu dalam campuran es krim memiliki fungsi sebagai berikut:
Meningkatkan cita rasa pada es krim.
4
2.3.3 Milk Solids-Non Fat (Padatan Susu Bukan Lemak)
Campbell and Marshall (2000) menyatakan milk solid non fat merupakan
bahan baku es krim yang mengandung laktosa, kasein, whey protein, dan
mineral. MSNF merupakan bahan penting dalam pembuatan es krim. Fungsi
MSNF dalam es krim adalah sebagai berikut:
Kehadiran protein dalam MSNF dapat meningkatkan tekstur es krim dan
mampu mempertahankan tekstur es krim agar tidak snowy dan flaky pada
overrun tinggi.
Memberi bentuk dan membuat tidak kenyal pada produk akhir.
Walaupun memiliki banyak kegunaan, penggunaan MSNF harus dibatasi
karena dapat menghilangkan aroma dari beberapa campuran bahan es krim dan
MSNF memiliki kandungan laktosa yang tinggi. Kelebihan laktosa pada
campuran es krim dapat menyebabkan cacat tekstur es krim menjadi kasar
akibat dari adanya kristal laktosa yang terbentuk ke luar campuran. Selain itu,
kelebihan laktosa juga dapat menurunkan titik beku produk akhir. Penggunaan
MSNF secara umum berkisar antara 9-12%, bergantung pada jenis produk
(Campbell and Marshall, 2000).
Sumber MSNF untuk kualitas produk yang tinggi berasal dari susu skim
konsentrat dan bubuk susu skim pemanasan rendah proses spray (spray
process low heat skim milk powder). Sumber lain yang digunakan adalah susu
skim, susu skim terkondensasi beku (frozen condensed skimmed milk), bubuk
buttermilk atau buttermilk terkondensasi, susu terkondensasi, dan whey kering
atau whey terkondensasi (Campbell and Marshall, 2000).
Saat ini penggunaan susu skim bubuk atau skim terkondensasi telah
banyak digantikan dengan berbagai jenis susu bubuk pengganti yang
merupakan campuran dari konsentrat whey protein, kasein, dan bubuk whey.
Kandungan protein dalam bubuk pengganti ini lebih kecil dibandingkan
dengan bubuk skim, berkisar antara 20-25% sehingga memilki harga yang
lebih murah. Campuran ini juga memiliki komposisi whey protein dan kasein
5
yang tepat untuk menghasilkan kinerja yang baik dalam membuat campuran es
krim (Campbell and Marshall, 2000).
2.3.4 Pemanis
Pemanis yang dapat digunakan dalam pembuatan es krim adalah sukrosa,
gula bit, sirup jagung ataupun bahan pemanis lainnya yang diperbolehkan.
Sukrosa atau gula komersial merupakan bahan pemanis yang sering digunakan.
Penggunaan sukrosa telah banyak digantikan dengan gula jagung (corn syrup)
karena dapat lebih memperkokoh bentuk es krim dan meningkatkan shelf-life.
Pemanis biasanya ditambahkan pada campuran es krim sebanyak 12-16%-
berat. Tujuan pemberian pemanis ialah memberikan kekentalan dan cara
termurah untuk mencapai total solid yang diinginkan sehingga dapat
memperbaiki body dan tekstur frozen dessert serta menurunkan titik beku
(Walstra and James, 1999).
6
memberikan sifat yang lebih sinergis satu dengan yang lainnya dan
meningkatkan efektivitas secara menyeluruh. (Marshal and Arbuckle, 1996).
Gelatin, protein yang berasal hewan, yang dapat digunakan sebagai
penstabil pada es krim, namun penggunaannya saat ini telah banyak digantikan
oleh polisakarida dari tumbuh-tumbuhan karena harganya yang relatif murah
(Marshal and Arbuckle, 1996).
7
terlarut, dengan demikian emulsifier dapat mempengaruhi daya larut suatu
bahan (Friberg and Larsson, 1999).
8
2.4 Pembuatan Es Krim
Es krim dibuat dengan menggunakan bahan-bahan seperti susu sapi, gula
pasir atau gula putih, kuning telur, tepung meizena, slaagroom of whip
(plumprose of whip cream). Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah wajan,
kompor, dan pengaduk.
Pembuatan es krim dimulai dengan mencampur semua bahan kemudian
Pencampuran (mixing)
Pasteurisasi
Homogenisasi
Pendinginan
Aging
Pembekuan (freezing)
Pengerasan (hardening)
Penyimpanan
9
2.6 Fungsi Proses Pembuatan Es Krim
Menurut Destrosier (1977) tahapan utama yang dilakukan dalam
pembuatan es krim yaitu pencampuran, pasteurisasi, homogenisasi, aging, dan
pembekuan.
2.6.1 Pencampuran
Prosedur yang biasa dilakukan dalam mencampurkan bahan-bahan es
krim yaitu dengan mencampurkan krim cair, susu atau produk susu cair yang
lain dalam wadah untuk pasteurisasi. Semua bahan harus tercampur merata
sebelum suhu pasteurisasi tercapai. Campuran bahan yang akan dibekukan
menjadi es krim disebut ICM (Idris, 2002).
Pada tahap ini, semua bahan dasar dicampur di dalam tangki
berpengaduk. Tangki yang digunakan biasanya berbahan baja tahan karat
(stainless steel). Pada proses pencampuran ini, bahan baku cairan dimasukkan
langsung ke dalam tangki melalui pipa yang terhubung langsung dengan tangki
sedangkan bahan baku padatan dimasukkan ke dalam tangki melalui mulut
tangki. Pencampuran memerlukan agitasi yang keras agar semua bahan dapat
bercampur dengan baik, oleh karena itu biasanya digunakan pengaduk dengan
kecepatan tinggi (Idris, 2002).
2.6.2 Pasteurisasi
Setelah terbentuk campuran es krim (mix), campuran es krim kemudian
dipasteurisasi. Pasteurisasi merupakan titik control biologik (biological control
point) pada system yang bertujuan untuk menghancurkan bakteri-bakteri
patogen pada campuran. Selain itu, pasteurisasi juga dapat mengurangi jumlah
spoilage bacteria. Pasteurisasi memerlukan pemanasan dan pendinginan.
Temperatur minimal untuk melaksanakan pasteurisasi bergantung pada waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan pasteurisasi (Idris, 2002).
Pasteurisasi merupakan proses untuk mengurangi jumlah mikroba
pembusuk dan patogen yang tidak tahan panas dengan menggunakan suhu
10
79oC selama 25 detik. Proses ini juga membantu menghidrasi beberapa
komponen seperti protein dan penstabil (Goff, 2000).
Pasteurisasi terbagi menjadi dua metode, yaitu metode partaian dan
kontinu. Pada metode partaian, campuran dipanaskan dalam sebuah tangki
hingga mencapai temperatur minimal 69oC dan dipertahankan selama 30 menit
(Marshall and Arbuckle, 1996). Setelah dipanaskan dan dipertahankan
temperaturnya, campuran kemudian didinginkan hingga temperatur 4oC atau
kurang. Metode partaian biasa disebut low-temperatur long-time (LTLT).
Metode pasteurisasi yang paling banyak digunakan pada industri es krim
adalah secara kontinu atau yang biasa disebut high-temperatur short-time
(HTST). HTST dilaksanakan pada sebuah alat penukar panas yang disebut
plate heat exchanger (PHE). PHE terdiri dari bagian pemanasan (heating),
regenerasi (regeneration), dan pendinginan (cooling). Adanya bagian
regenerasi dapat menghemat kebutuhan pemanas dan pendingin hingga 90%.
Temperatur dan waktu minimum yang dibutuhkan pada metode HTST adalah
80oC selama 25 detik (Marshall and Arbuckle, 1996).
Adapun suhu pasteurisasi yang sering digunakan dalam pembuatan es
krim dapat dilihat pada Tabel 3.
11
2.6.3 Homogenisasi
Proses homogenisasi ditujukan untuk memecah ukuran globula-globula
lemak yang akan menghasilkan tingkat dispersi lemak yang tinggi. Sebelum
homogenisasi, campuran harus telah dipanaskan terlebih dahulu agar berada
dalam fasa cair ketika homogenisasi karena pada fasa cair, efisiensi
homogenisasi akan lebih besar dan penghancuran gumpalan lemaknya menjadi
lebih mudah. Keuntungan homogenisasi adalah mengaduk semua bahan secara
merata, memecah dan menyebar globula lemak, membuat tekstur lebih
mengembang dan dapat menghasilkan produk yang lebih homogen (Destrosier,
1977).
2.6.4 Aging
Menurut Eckles et al. (1998) aging merupakan suatu proses pendinginan
campuran yang telah dihomogenisasi pada suhu di bawah 5oC selama antara 4
sampai 24 jam. Waktu aging selama 24 jam memberikan hasil yang terbaik
pada industri skala kecil. Hal ini menyediakan waktu bagi lemak untuk menjadi
dingin dan mengkristal serta menghidrasi protein dan polisakarida sepenuhnya.
Selain itu kristalisasi lemak, adsorpsi protein, stabilizer dan emulsifier dalam
globula lemak membutuhkan waktu beberapa jam terutama jika gelatin
ditambahkan sebagai stabilizer.
Beberapa tujuan dari proses penuaan ini adalah:
Meningkatkan kualitas whip dan tekstur lembut dari campuran.
Membuat protein dan pemantap terhidrasi.
Mengkristalkan lemak sehingga lemak dapat menyatu.
Mengurangi jumlah panas yang dibutuhkan untuk dibuang pada saat
pembekuan.
2.6.5 Pembekuan
Menurut Potter (2006) proses pembekuan yang cepat disertai pemasukan
udara berfungsi untuk membentuk cairan dan memasukkan udara ke dalam
campuran es krim sehingga dihasilkan overrun. Proses pembekuan ini disertai
dengan pengocokan yang berfungsi untuk membekukan cairan dan
12
memasukkan udara ke dalam ICM sehingga dapat mengembang (Destrosier,
1997).
Pada pembekuan, air dalam campuran dibekukan menjadi Kristal-kristal
es untuk menghasilkan tekstur yang agak keras. Proses penambahan udara ke
dalam campuran dilakukan pada tahap pendinginan ini. Jumlah udara yang
ditambahkan menentukan tekstur es krim yang dihasilkan. Pembekuan dapat
dilakukan secara partaian maupun kontinu (Destrosier, 1997).
Hampir seluruh proses pembekuan es krim pada industri dilakukan secara
kontinu. Kapasitasnya berkisar antara 100 hingga 3000 L per jam per freezer.
Freezer yang digunakan biasanya didinginkan dengan refrigerant amoniak.
Pada pembekuan kontinu ini, es krim dibekukan hingga temperatur -5 oC
sampai -7oC. Beberapa kelebihan pembekuan secara kontinu dibandingkan
dengan parataian adalah volume pendinginan per pendingin lebih besar, tekstur
produk akhir yang dihasilkan biasanya lebih lembut, penambahan udara ke
dalam campuran dapat diatur sehingga overrun dapat diatur sehingga dapat
mencapai overrun yang diinginkan, peralatan lain untuk proses dapat
diletakkan setelah keluaran dari freezer, dan es krim dapat lebih mudah
dibentuk (Destrosier, 1997).
2.6.7 Penyimpanan
Dari ruang palletizing, kemudian es krim dibawa ke ruang penyimpanan
dingin yang bertemperatur -18oC dan disimpan untuk kemudian
13
didistribusikan. Es krim yang disimpan di dalam ruang penyimpanan dingin
dapat bertahan hingga satu tahun (Arbuckle, 2000).
b. Jika satu pack ada dua rasa es krim atau lebih (combo pack), maka es
krim yang mencair akan cenderung bercampur, tidak terlihat lagi
perbedaan warna es krim.
c. Jika es krim menggunakan gula asli (bukan gula buatan), maka dalam
proses pencairan kandungan gula akan memisahkan diri dan turun ke
bawah, membentuk lapisan bening di dasar kemasan es krim. Jika
kemasan es krim tersebut transparan, maka akan terlihat lapisan bening
(gula) di dasar kemasannya.
e. Karena tekstur berubah, rasa es krim yang sudah pernah mencair pasti
juga akan berubah
Sedangkan ciri-ciri kerusakan es krim untuk jenis es krim stick, cone dan cup
sebagai berikut:
14
a. Jika membeli es krim stick, cukup diraba saja. Kalau ingat dengan
bentuk es krim stick yang biasanya, coba dibandingkan dengan bentuk
es krim saat diraba/dipegang. Jika bentuk berubah, maka bisa dipastikan
es krim sudah rusak.
b. Jika membeli es krim cone, cukup dilihat saja. Jika bentuknya kerucut
sempurna, tutup/lid menutup sempurna, dan bagian atas es krim tidak
penyok/rusak, maka es krim cone tersebut masih fresh.
c. Jika membeli es krim kemasan cup dengan tutup lid dari karton, cukup
lihat kemasannya. Jika tutup kemasan sudah miring atau turun, maka
volume es krim di dalam cup sudah berkurang. Artinya, es krim sudah
rusak.
15
es krim yang sudah pernah mencair lalu dibekukan kembali adalah
membuangnya (Anonim, 2012).
BAB III
PEMBAHASAN
Nilai overrun tertinggi adalah perlakuan K1B2 yaitu 48,59% tetapi jika
dibandingkan dengan kontrol K0B2 63,58% dan K0B1 53,59% dalam
penelitian, maka overrun ini masih dibawah kontrol dan nilai overrun terendah
adalah perlakuan K2B1 yaitu dengan nilai 42,10%. Menurut Padaga (2005), es
krim yang berkualitas memiliki overrun 70%-80%, es krim industri kecil atau
menengah 50-70% sedangkan industri rumah tangga 3550%. Dengan demikian
data overrun pada penelitian ini masih dalam standar kualitas es krim.
Berdasarkan hasil uji ANOVA, menunjukkan bahwa faktor kombinasi
penggunaan jenis buah dan jenis proses tidak memberikan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% terhadap nilai overrun es krim yang dihasilkan.
16
bertekstur kasar mempunyai kekentalan dan resistensi pelelehan yang rendah
sehinggga mudah meleleh. Grafik kecepatan meleleh (menit)dapat dilihat pada
tabel 2.
Perlakuaan Rata-rata (menit)
K1B2 1,25
K2B2 1,32
K0B2 0,62
K1B1 2,91
K0B1 1,05
K2B1 1,06
17
disebabkan karena aroma waluh proses tradisional rongga udaranya tertutup
dan tidak terkontaminan sedangkan proses semi modern rongga udaranya
terbuka sehingga terkontaminan dan aroma hilang waktu proses homogenisasi.
3.3.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap RasaEs Krim
Rasa merupakan campuran tanggapan cicip, bau dan trigeminal yang
diramu oleh kesan-kesan lain seperti penglihatan, sentuhan dan pendengaran
yang menimbulkan sugesti kejiwaan terhadap makanan yang menentukan nilai
pemuas bagi orang yang memakannya (Soekarno, 1985). Penggunaan
perbedaan jenis buah dan jenis proses pembuatan es krim terhadap tingkat
kesukaan panelis dengan uji Kruskal Wallis pada rasa es krim, menunjukkan
bahwa H0 sebaran populasi identik ditolak (tidak diterima). Rasa yang
dihasilkan dari produk es krim tersebut masih mencirikan bahwa bahan utama
(susu) dan rasa yang dominan adalah rasa manis yang timbul akibat susu full
cream dan penambahan gula (Astawan, 2008).
3.3.4 Pengaruh Perlakuan Terhadap Mouthfeel Es Krim
Menurut Padaga (2005), tekstur lembut es krim sangat dipengaruhi oleh
cara mengolah dan kondisi penyimpanan. Es krim yang bertekstur kasar
mempunyai kekentalan dan resistensi pelelehan yang rendah sehingga mudah
meleleh. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnomo (1995), yang menyatakan
bahwa yang mempengaruhi tekstur bahan pangan antara lain rasio kandungan
protein, lemak, jenis protein, suhu pengolahan, kadar air dan aktivitas air.
3.3.5 Pengaruh Perlakuan Terhadap Penampilan Secara Umum Es Krim
Penerimaan secara umum adalah penilaian secara keseluruhan terhadap
produk yang berkaitan dengan tingkat kesukaan dan bukan mengukur
penerimaan terhadap sifat sensoris tertentu (Soekarno, 1985). Berdasarkan
analisa semua perlakuan tidak berbeda nyata diduga karena K2B2 memiliki
warna yang menarik (warna lembut) yaitu warna kekuningan dan warna yang
terang, aroma susu tidak terlalu kuat (tidak amis), rasa yang enak serta
mouthfeel yang lembut dilidah dan penampilan secara umum bagus atau
menarik.
18
Mutu kimia yang dianalisa pada penelitian ini meliputi kadar lemak dan
kadar protein. Analisa yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari uji
organoleptik menjelaskan bahwa perlakuan K2B2 es krim waluh proses semi
modern adalah perlakuan yang paling disukai.
3.4.1 Kadar Lemak
Pengukuran kadar lemak terhadap es krim perlakuan K2B2 waluh semi
modern adalah perlakuan yang paling disukai dimana diperoleh nilai rata-rata
dari tiga kali pengulangan sebesar 9,9866%. Didalam SII Nomor 1617 tahun
1985 menyebutkan ketentuan lemak didalam es krim dengan standar minimal
8,0% dan menurut Padaga (2005), mengkategorikan es krim dengan kadar
lemak 10-12% dalam kategori standar. Perlakuan K2B2 waluh semi modern
memenuhi syarat mutu atau standar yang ditetapkan SII.
3.4.2 Kadar Protein
Pengukuran kadar protein terhadap es krim perlakuan K2B2 waluh semi
modern adalah perlakuan yang paling disukai diperoleh nilai rata-rata dari tiga
kali pengulangan sebesar 4,4775%. Menurut Buckle (1985), kadar protein pada
komposisi rata-rata es krim adalah sebesar 4,6% dalam perlakuan penelitian ini
kadar lemak K2B2 waluh semi modern hampir mencampai atau memenuhi
standar dari komposisi rata-rata es krim pada umumnya.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Es krim adalah es krim adalah produk olahan susu yang dibekukan, terbuat
dari kombinasi susu dengan satu atau lebih bahan tambahan seperti telur, gula,
dengan atau tanpa bahan pencitarasa dan pewarna, atau penstabil. Selain itu, es
krim merupakan produk pangan beku yang berasal dari susu yang dibekukan
melalui agitasi adonan es krim yang telah dipasteurisasi. Es krim merupakan
makanan yang mengandung zat gizi cukup lengkap, yakni karbohidrat, lemak,
dan protein.
Proses pembuatan es krim secara umum melalui 10 tahap umum, yakni
pemilihan dan penimbangan bahan baku, pencampuran, pasteurisasi,
homogenisasi, pendinginan, aging, pembekuan, pengerasan, pengemasan, dan
penyimpanan. Parameter kualitas es krim ditentukan oleh viskositas, kecepatan
leleh es krim dan sifat mengikat air, overrun, dan dari sifat organoleptik (rasa,
aroma, dan warna).
Ciri-ciri es krim yang rusak antara lain volume berkurang, warna es krim
tercampur, gula turun ke dasar kemasan membentuk lapisan bening gula, tekstur
es krim menjadi kasar, rasa berubah, serta kemasan (es krim cone dan cup)
penyok atau miring.
Es krim harus disimpan dalam suhu minimal -20 oC atau pada suhu
terdingin apabila disimpan dalam freezer lemari pendingin biasa untuk menjaga
kualitas es krim. Jika es krim yang dibeli mencair, sebaiknya langsung dimakan,
jangan dibekukan lagi, karena dapat mengganggu pencernaan. Serta untuk es
krim yang sudah pernah mencair dan dibekukan lagi, sebaiknya jangan
dikonsumsi karena kandungan udara dalam es krim sudah hilang sehingga es
krim menjadi tidak lembut dan tidak layak konsumsi.
Proses Pembuatan dan jenis buah tidak memberikan bengaruh yang
berbeda nyata terhadap overrun dan kecepatan meleleh. Hasil dari overrun es
krim yang tertinggi adalah perlakuan pisang proses semi modern memiliki
overrun 48,59%. Berdasarkan hasil dari penilaian uji organoleptik es krim yang
20
dibuat dengan waluh proses semi modern adalah perlakuan yang paling disukai.
Hasil uji mutu kimia menunjukkan bahwa es krim dengan waluh proses semi
modern memiliki kadar lemak 9,9866% dan kadar protein 4,4775%.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arbuckle, W.S. 2000. Ice Cream Third Edition. Avi Publishing Company. Inc
West Port, Connecticut.
Astawan. 2008. Ada Penjinak virus di dalam Es Krim. Pusat Data dan Informasi
departemen Kesehatan. http://www.depkes.go.id/index.ph p?
articles&tqsk= viewarticle&artid=226&itemid=3
Campbell, J.R and R.T Marshall. 2000. The Science of providing Milk for Men.
McGraw-Hill Book Company. New York.
Destrosier, N.W. and Tessler, D.K. 1997. Fundamental of Food Freezing. The
AVI Publishing Co. Inc. New York.
Eckles, C.H., W.B. Combs, and H. Macy. 1998. Milk and Milk Products.
McGraw-Hill Company. New York.
Friberg, S.E. and Larsson, Kare. 1999. Food Emulsion 3rd Edition. Marcell
Dekker, Inc. New York.
Goff, H.D. 2000. Controlling Ice Cream Structure by Examining Fat Protein
Interactions. J. Dairy Technology. Australia.
Harper, W.J. and C.W. Hall. 1976. Dairy Technology and Enginering. The AVI
Publishing Co. Inc. Westport. Connecticut
22
Marshall, R.T. and W.S. Arbuckle. 1996. Ice Cream, 5thEdition. Internatioan
Thompson Publishing. New York.
Potter, N.N. 2006. Food Science. The AVI Publishing Co. Inc. Westport.
Connecticut.
Purnomo. 1995. Pengaruh Perlakuan Terhadap Mouthfeel Es Krim. IPB. Bogor.
Soekarno . 1985. Penilaian organoleptik untuk industri pangan dan hasil
pertanian. Bhatara Karya Aksara. Yogyakarta.
Walstra, P. And R. James. 1999. Dairy Chemistry and Physics. John Willey and
Sons, Inc. New York.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
23